Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“PENGENALAN MUSIK DALAM ISLAM”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

1. M. IHRAM L011231144
2. M. IRSANG G011231161
3. A. MUH. NAUFAL THARIQ L011231148
4. MUH. KAMRUN SYAFRI G011231165

MKU-PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tak lupa, penulis juga ingin
mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
baik dalam memberikan gagasan dan pandangan maupun dukungan finansial.
Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
tambahan kepada para pembaca. Bahkan, lebih dari itu, kami berharap agar isi
makalah ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca. Penulis
sadar bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, terutama
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca untuk membantu
meningkatkan kualitas makalah ini.

Makassar, 04 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4
2.1 Pengenalan Musik dalam Islam.........................................................................4
2.2 Pandangan Islam tentang alat Musik.................................................................4
2.3 Alat Musik yang diperbolehkan dalam Islam......................................................7
2.4 Musik dalam perayaan tahun baru menurut pandangan Islam..........................7
2.5 Musik dalam perayaan lainnya menurut pandangan Islam................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni musik telah dikenal sejak manusia ada di muka bumi, dan terus berkembang
seiring dengan perkembangan manusia. Perkembangan peralatan, alat musik, dan
aransemennya pun mengalami kemajuan sesuai dengan perkembangan
pengetahuan musik masyarakat.
Umat Islam juga menggunakan musik sebagai sarana penyampaian ajaran Islam,
dikemas dalam bentuk lagu yang dikenal dengan lagu nasyid atau qasidah, dan
belakangan ini juga berkembang lagu pop yang bernuansa religi. Bentuk nyanyian
yang terakhir ini lebih digemari khalayak karena alat musiknya dilengkapi dengan
peralatan modern, meskipun seni nasyid masih dalam tahap awal.
Nasyid merupakan sebuah lagu yang berisi tentang ajaran agama, sholawat dan
puji-pujian, serta isu-isu sosial yang menjadi topik hangat di kalangan umat Islam,
namun musik secara umum masih kontroversial terutama dalam hal hukum lagu.
Berbicara tentang hukum nyanyian dalam ajaran Islam, berikut kami jelaskan
dasar-dasar Al-Qur'an dan al-Hadits. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang
menyebutkan kata-kata yang berhubungan dengan nyanyian dan alat musik. Syair-
syair ini selalu menjadi dasar pembahasan hukum dan instrumen lagu. Ada ayat Al-
Qur'an dan Hadits yang dijadikan dasar pembenarannya, dan ada juga ayat yang
dijadikan dasar pembenarannya.
Dalil al-Qur'an tentang Nyanyian dan Alat Musik 1. Al-Qur'an Surah Luqman (31)
ayat: 6

Artinya: “Dan ada di antara manusia: orang yang memilih serta membelanjakan
hartanya kepada cerita-cerita dan hal-hal hiburan yang melalaikan; yang berakibat
menyesatkan (dirinya dan orang ramai) dari ugama Allah dengan tidak berdasarkan
sebarang pengetahuan; dan ada pula orang yang menjadikan ugama Allah itu
1.2 Rumusan Masalah

iv
1. Seperti apa pengenalan musik di dalam Islam ?
2. Bagaimana pandang Islam tentang alat musik ?
3. Apa saja alat musik yang diperbolehkan dalam Islam ?
4. Bagaimana pandangan Islam terkait perayaan musik tahun baru ?
5. Bagaimana pandangan Islam terkait perayaan musik lainnya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui segala bentuk pandangan agama Islam mengenai musik
mulai dari alat, penggunaan musik untuk perayaan dan berbagai macamnya.

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Musik dalam Islam
Di dunia Islam, musik dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang. Musik dinilai
sebagai warisan sejarah Zaman Keemasan, media pertunjukan seni, disiplin, dan
pengabdian spiritual. Pandangan tentang musik dipengaruhi oleh keyakinan dan
institusi Islam. Ada persepsi luas bahwa Islam ortodoks menolak musik dan
pernyataan Alquran. Satu-satunya amalan merdu yang mereka terima adalah adzan.
Dalam musik yang sama, musik tasawuf dianggap sebagai praktik Islam heterodoks
atau Islam populer. Baik praktik Islam ortodoks maupun sufi dikategorikan secara
terpisah dari praktik sekuler. Kesalahan dalam pemahaman musik dapat diperbaiki
melalui kesadaran dan apresiasi yang lebih besar terhadap berbagai praktik musik
Islam.
Pada awal era kejayaan Islam, muncul tokoh-tokoh besar dalam bidang seni
musik. Cendekiawan Muslim juga menggunakan musik sebagai sarana pengobatan
atau terapi. Kejayaan peradaban Islam ditandai dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
ini erat kaitannya dengan akhlak Islam, kebudayaan Arab dan kebudayaan-
kebudayaan besar lainnya, sehingga kebudayaan Islam tidak selalu berasal dari
Arab. Hal ini mungkin disebabkan adanya adopsi atau budaya antara budaya Arab
dengan budaya asing. Sejarah menunjukkan bahwa musik yang disebut musik
Islami tidak murni berasal dari Arab.
Peradaban Islam mencapai Eropa melalui Spanyol dan Balkan dan
mempengaruhi perkembangan musik di Barat. Misalnya, pendeta Kristen Saint
Medrad Evangel mencoba menambahkan unsur musik Islam ke dalam musik gereja
pada abad ketujuh. Satu abad kemudian, masyarakat Spanyol Barat mulai
memahami ritme dan meteran (pergantian suara Al Farabi yang teratur pada abad
ke-12), kemudian birokrat Kristen Spanyol mengembangkan jenis solo troubadour
yang kemudian menjadi embriomusik rakyat.
2.2 Pandangan Islam tentang alat Musik
Ada dua pandangan tentang musik dalam Islam. Ada ilmuwan yang
membolehkan dan ada pula yang mengingkarinya. Perbedaan ini karena Al-Qur'an
tidak membolehkan dan tidak melarangnya. Namun demikian, terdapat perbedaan
vi
pendapat di kalangan ulama mengenai boleh atau tidaknya bermain musik,
termasuk mendengarkannya. Imam Syaukani dalam bukunya Nailul Authar
menyebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat dalam hukum nyanyian dan alat
musik. Menurut sebagian besar ulama, hukum itu haram. Sedangkan diperbolehkan
oleh jamaah Ahl al-Madinah, Azh-Zhahiriyah dan Sufiyah. Abu Mansyur al-Baghdadi
(dari mazhab Syafi'i) mengatakan bahwa Abdullah bin Ja'far menganggap nyanyian
dan musik tidak menjadi masalah.
Bahkan beliau sendiri pernah menciptakan sebuah lagu (jawari) untuk
dinyanyikan oleh para pelayan perempuan (laki-laki) dengan alat musik seperti biola.
Peristiwa ini terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Abdurrahman al-Jaziri
mengatakan dalam bukunya Al-Fiqh 'Ala Mazhahib al-Arba'ah, Al-Ghazali
mengatakan: “Kitab suci menunjukkan bahwa menyanyi, menari dan menabuh
rebana, bermain tameng dan senjata dalam perang Idul Fitri bersifat awet muda. hari
seperti itu adalah hari yang penuh kegembiraan.
Selain itu, para ulama ada yang bersepakat bahwa hukum mendengarkan
musik tidaklah haram, kecuali:
1. Mengandung Unsur Kemaksiatan
Pertama, musik menjadi haram jika mengandung unsur kemungkaran maupun
kemaksiatan. Ulama mempermasalahkan sisi kemaksiatan yang melekat pada
musik tersebut sehingga musik pun menjadi haram. Bentuk kemaksiatan pada
musik bisa ada di lirik atau alunan lagunya sendiri.
Misalnyabila lagu tersebut mengajak berbuat kemaksiatan. Musik juga mengandung
kemaksiatan jika umpamanya irama lagu yang dinyanyikan seperti musik ritual
peribadatan agama tertentu.Dalam kondisi ini musik menjadi haram, sebab,
seorang Muslim dilarang meniru ritual ibadah agama lain. Kemaksiatan lain
yang melekat pada musik bisa juga ada pada orang yang menyanyikan.
Misalnya dia menampilkan aurat padahal syariat Islam memerintahkan untuk
menutup aurat. Atau, si penyanyi melakukan gerakan-gerakan tidak senonoh dan
melampaui batas. Pada intinya, jika suatu musik mengandung kemaksiatan, haram.
2. Mengandung Fitnah
Hukum mendengarkan musik menjadi haram jika terdapat fitnah yang berarti
keburukan di dalamnya. Artinya, jika musik itu bisa membuat seorang Muslim
jatuhpada keburukan, dosa, dan menimbulkan fitnah, maka haram
mendengarkannya.3. Membuat Seorang Muslim Melupakan KewajibamKetiga,
vii
hukum mendengarkan musik menjadi haram bila membuat orang yang
mendengarnya meninggalkan kewajiban sebagai Muslim. SeorangMuslim punya
kewajiban yang harus dilakukan sebagai hamba Allah. Dan segala hal yang
menghalanginya melakukan kewajiban itu wajib dihindari.

Berikut ini adalah pendapat para ulama besar mengenai hukum mendengarkan
musik:
1. Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam MalikDi dalam kitab Mughni al-Muhtaj
berpendapat jika hukum mendengarkan musik adalah makruh karena sia-sia.
Barang siapa yang menghabiskan waktunya dengan mendengarkan nyanyian
seperti itu, maka ia adalah seseorang yang bodoh dan kesaksiannya tidak dapat
diterima. Qadhi Abu Thayyib berkata, “Mendengarkan nyanyian dari wanitia yang
bukan muhrim adalah haram menurut murid murid Imam Syafi’i.” Imam Syafi’i
berkata bahwa memukul alat musik dengan menggunakan tongkat hukumnya
makruh, karena menyerupai gologan orang-orang yang tidak memilki agama.
2. Imam As-SyaukaniDalam Naylul Authar dikatakan jika masyarakat di Madinah
dan juga ulama yang juga sependapat dengan mereka serta ahli sufi. Mereka
memberikan keringanan dalam hal musik dan lagu, meskipun hanya dengan alat
musik saja.
3. Ibnu TaimiyahJika seorang hamba sudah menyibukkan dengan amalan yang tak
syari’at, maka tentunya ia akan kekurangan semangat untuk berbuat hal yang
syari’at dan juga memiliki banyak manfaat. Sehingga kita sering melihat jika
orang yang tidak bisa lepas dari nyanyian maka tidak akan merindukan
lantunan dari Al Qur’an dan tidak bersemangat mendengarnya.
4. Abu Mansour al-Baghdadi al-Syafi’iDi dalam buku As-Simaa’ disebutkan jika
Sahabat Abdullah bin Ja’Far tidak mempermasalahkan lagu dan ia juga
mendengarkan lagu yang dibuat pada masa kekhalifahan Ali RA. Begitu pun sahabat
lain yakni Kadhi Syureih, al-Sya’bi, Sa’id bin al-Musayyab, Az-Zuhri dan juga
Atha’bin Abi Rabah.
5. Imam al-GhazaliIa juga mengungkapkan pendapat jika hukum mendengarkan
musik serta nyanyian tidaklah berbeda dengan mendengarkan berbagai bunyi dari
makhluk hidup ataupun benda mati dan juga mendengar perkataan seseorang.
Apabila pesan yang disampaikan dalam musik adalah baik dan memiliki nilai
keagamaan, mak ini tidak jauh berbeda dengan nasihat serta ceramah
viii
keagamaan.6. Menurut Imam MalikAdapun Imam Malik melarang dan
mengharamkan nyanyian. Imam Malik berkata, “Apabila kamu membeli seorang
budak wanita, dan ternyata dia adalah seorang penyanyi, maka kamu wajib
mengembalikan kepada si penjualnya.”
2.3 Alat Musik yang diperbolehkan dalam Islam
Seni merupakan alat untuk mencapai sebuah tujuan, maka hukumnya
sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, kalau tujuan yang ingin dicapai itu
halal maka halal pula kesenian tersebut, sebaliknya jika tujuan yang ingin
dicapai merupakan hal yang dilarang atau haram, maka hukum kesenian
juga demikian.
Salah satu cabang kesenian adalah seni musik. Musik merupakan salah
satu bentuk kesenian yang dapat dinikmati melalui indera pendengaran,
musik adalah gabungan suara beberapa alat ketika dimainkan sebagai
pendamping nyanyian.3 Musik juga diartikan nada atau suara yang disusun
sedemikian rupa, sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan
(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyibunyi
itu).
Musik ini bentuknya dapat berdiri sendiri sebagai seni instrumentalia
(tanpa vokal) dan dapat juga disatukan dengan seni vokal. Seni
instrumentalia adalah seni yang diperdengarkan melalui media alat-alat
musik. Sedangkan seni vokal adalah seni yang diungkapkan dengan cara
melagukan syair melalui perantaraan oral (suara saja) tanpa iringan
instrumen musik.
Seni vokal juga dapat digabungkan dengan alat-alat musik tunggal (gitar, biola,
piano, dan lain-lain) atau dengan alat-alat musik majemuk seperti band, orkes
simfoni, karawitan, dan sebagainya.
Barikut adalah contoh alat musik yang diperbolehkan oleh Islam yaitu alat musik
gesek seperti biola, alat musik tiup seperti seruling, atau alat musik petik seperti
gambus.
2.4 Musik dalam perayaan tahun baru menurut pandangan Islam
Perayaan malam pergantian tahun dewasa ini bisa dikatakan sebagai sebuah
tradisi global yang dipraktekkan oleh hampir semua kalangan dari seluruh penjuru
dunia. Semua lapisan masyarakat lintas segmentasi geografis dan strata sosial larut
dalam sukacita menghabiskan waktu semalam penuh dengan berbagai aktifitas
ix
yang menghibur dan suasana kebersamaan. Namun, di balik semua hingar binger
perayaan tersebut tak jarang pula mengundang kegundahan berupa benturan
konsepsional, normative bahkan ideologis. Budaya perayaan tahun baru yang nota
bene berasal dari Barat dan secara historis lekat dengan tradisi kristiani ini sedikit
banyaknya juga menimbulkan pertanyaan seputar “kepantasan” merayakannya di
benak masyarakat yang berada di luar batas kedua tradisi tersebut. Tulisan ini
adalah ekspresi dari ke-galau-an seorang remaja Muslimah di Pontianak yang
mencoba melakukan pendekatan konsepsional terhadap fenomena perayaan tahun
baru di lingkungannya.
Ada pendapat yang banyak dipegang oleh kalangan masyarakat Muslim yang
menyebutkan bahwa perayaan tahun baru Masehi termasuk praktik “tasyabbuh”,
yang artinya mengikuti atau meniru perilaku atau tradisi dari orang-orang non
muslim. Tentu tidak semua aktifitas mengikuti tradisi non-Muslim adalah terlarang.
Tasyabbuh yang dilarang dalam Al- Qur’an dan As-Sunnah secara syar’i adalah
menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah,
peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas
mereka (kaum kafir), terutama dalam hal ritual ibadah.
Melakukannya maka disadari atau tidak tindakan itu akan berkontribusi dalam
membantu orang kafir dalam menyi’arkan atau memperkenalkan tradisi kekufuran
mereka yang ujungnya mengantar kepada suatu perbuatan yang tidak akan
diampuni Allah SWT yaitu syirik, dan menghapus keimanan umat islam karena
tumbuhnya benih rasa cinta kepada orang-orang kafir karena telah mengikuti
tradisinya.
Hukum merayakan Tahun Baru sebenarnya merupakan hal yang syubhat,
bersifat abu-abu antara boleh dan tidaknya karena aktifitas tersebut bisa jadi
mengandung nilai positif dan sangat mungkin juga cenderung negatif. Namun jika
memperhatikan tradisi perayaan tahun baru yang dominan terjadi di berbagai
wilayah dewasa ini, kegiatan tersebut tampak lebih menonjolkan sisi negatifnya
dalam kehidupan beragama, berbudaya dan bermasyarakat. Salah satu contoh
potensi negatifnya adalah kemungkinan menimbulkan perpecahan dan kesenjangan
dikarenakan dominannya yang menyemarakkan tahun baru itu berasal dari kalangan
orang kaya dan mampu yang terkadang menimbulkan kecemburuan dari kalangan
fakir miskin.

x
Perayaan tahun baru inilah yang biasanya menggunakan media musik untuk
sarana pengiburan hukumnya akan kembali atas dasar apa musik digunakan apabila
menggunakan musik disco hingga bergoyang dan mempertonkan hal tak senonoh,
dan juga menyetel dengan suara berlebihan hingga menganggu tetangga hal
tersebutlah yang di larang oleh Allah SWT.
2.4 Musik dalam perayaan lainnya menurut pandangan Islam
Salah satu penggunaan musik untuk perayaan lain adalah untuk acara
pernikahan yang dirangkaikan dengan walimah. Walimah adalah bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT, yang diaplikasikan dengan mengundang kerabat dekat maupun
jauh serta para tetangga, dengan memberikan hidangan atau jamuan. Tujuanya
adalah untuk mengumumkan bahwa telah terjadi pernikahan antara seorang laki-laki
dan perempuan dan mereka telah resmi menjadi suami istri, sehingga masyarakat
tidak curiga dengan perilaku dan tingkah laku yang dilakukan oleh kedua pasangan
tersebut, serta agar keduanya terhindar dari fitnah.
Sejak masa Rasulullah SAW. hiburan dalam perayaan walimah juga telah ada.
Namun, hiburannya hanya sebatas menabuh rebana dan nyanyian. Sebagaimana
sabda nabi: Umumkanlah pernikahan itu dan tabuhlah rebana pada waktu itu.2
Rasulullah SAW sangat menganjurkan walimah yang di sertai dengan hiburan,
karena pernikahan merupakan hal yang sakral, sehingga dalam pelaksanaannya,
setiap manusia pasti menginginkan yang paling meriah dan bisa menjadi kenangan
yang indah. Dewasa ini hiburan yang digunakan dalam memeriahkan pesta
perkawinan sangat beraneka ragam seperti, tari jaipong, selawat al-banjari, musik
gambus reliji, sampai musik dangdut.
Perbedaan adat dan budaya yang ada dalam suatu daerah membuat pelaksaan
walimah berbeda-beda, karena mereka mempunyai cara tersendiri dalam
penyelenggaran walimah. Sebagaimana yang terjadi di Desa Trucuk Kabupaten
Bojonegoro, sebagian besar masayarakat tersebut memeriahkan acara walimah
dengan mengundang grup musik yang beraliran dangdut. Dalam kegiatan tersebut
terdapat artis-artis yang akan menyanyikan lagu sesuai dengan permintaan para
tamu undangan, selain itu para tamu undangan juga akan memberikan saweran
apabila lagu yang diminta dinyanyikan oleh artisnya. Hal semacam ini sudah menjadi
tontonan yang wajar, karena masyaraat tersebut masih tergolong masyarakat awam,
yakni masyarakat yang belum begitu memahami akan hukum Islam secara
mendalam. Salah satu bentuk musik paling populer dalam acara pernikaha adalah
xi
musik dangdut. Musik dangdut adalah jenis musik populer dan mempunyai bentuk
dan struktur harmoni. Struktur bentuk permainan sederhana dari alat musik yang
dimainkan di musik dangdut koplo khususnya di grup musik bhaladika Semarang.
Dalam sebuah orkes dangdut koplo terdapat jumlah alat musik sama dengan yang
digunakan untuk mengiringi dan memainkan lagu-lagu dangdut asli. Secara
konvensional, alat-alat musik tersebut terdiri dari sepasang kendang, flute atau
suling, gitar bas, gitar melodi, gitar ritm, tamburin, dan piano atau keyboard. Musik
dangdut terus mengalami perkembangan seiring berjalanya waktu dan berkolaborasi
dengan berbagai macam jenis.

xii
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah musik tidak selamanya dilarang dalam Islam akan tetapi
ditinjau kembali dari segi jenis musik yang diperdengarkan, seperti apa alat musik
yang dipakai, dengan maksud dan tujuan apa musik itu diperdengarkan dan juga
betapa pentingnya saling menjaga kedamaian jika melakukan perayaan sesuatu
serta bijak menggunakan musik sebagai media penghiburan dalam artian jangan
berlebihan.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa penulisan dari makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh karena itu kami sangat membutuhkan masukan dari pembaca
untuk perbaikan ke depannya.

xiii
DAFTAR PUSTAKA
Rosdiawan, R., & Dwitasari, S. (2015). Trend Perayaan Tahun Baru di Kota
Pontianak: Perspektif Kegelisahan Seorang Remaja Muslimah.

Husni, F. (2019). HUKUM MENDENGARKAN MUSIK (Kajian Terhadap Pendapat


Fiqh Syafi’iyah). Syarah: Jurnal Hukum Islam & Ekonomi, 8(2).

Alif, M. N., Nuffus, H., Apridho, R., Wulandari, Y. F., & Adrian, M. Z. (2023).
PANDANGAN ISLAM TERHADAP MUSIK. Islamic Education, 1(2), 157-166.

Mahfudin, A., & Mafthuchin, M. A. (2020). Tradisi Hiburan Dangdut dalam


Walimatul ‘Ursy. Jurnal Hukum Keluarga Islam, 5(1), 62-78.

Yunus, M. (2016). Musik dalam Sejarah Dunia Islam. Qolamuna: Jurnal Studi
Islam, 2(1), 45-56.

xiv

Anda mungkin juga menyukai