Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN DI DUNIA MUSLIM

Disusun Oleh :
GHIFARI REYHAN RAFFASYAH 220111042
MUHAMAD ARIEF 220111047

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam bidang keagamaan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini .

Cirebon, 25 Maret 2024

Kelompok 1
DAFTAR ISI

 Kata Pengantar
 Daftar Isi
 BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
 BAB II Pembahasan
2.1 Kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang
2.2 Sebab-sebab kemundarannya
2.3 Perlunya pemurnian dan pembaharuan
2.4 Tokoh-tokoh pembaharu dalam dunia Islam
 BAB III Penutupan

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat
bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-
India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan
umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam
di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan
mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai
organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.

Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di
Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat
sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa
Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari
pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama
kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan
Mistik.Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang
meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.Golongan Sufi dan Mistik ini dalam
berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang
sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan
Budha.Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi
sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-
baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran di kalangan umat Islam?

2. Bagaimana pengaruh sikap hidup umat Islam yang kurang toleran terhadap perkembangan
umat Islam?

3. Mengapa penting untuk membangkitkan kembali semangat ijtihad di kalangan umat


Islam?

4. Bagaimana konsep tajdid (pembaruan) dalam Islam dan mengapa hal tersebut dianggap
sebagai suatu keharusan?

5. Bagaimana peran ijtihad dalam implementasi tajdid dalam Islam?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran di kalangan umat Islam.

2. Menjelaskan pentingnya membangkitkan kembali semangat ijtihad di kalangan umat


Islam.

3. Mendiskusikan konsep tajdid (pembaruan) dalam Islam dan mengapa hal tersebut
dianggap sebagai suatu keharusan.

4. Menyoroti peran ijtihad dalam implementasi tajdid dalam Islam.

5. Mendorong pemikiran kritis dan reflektif terhadap kondisi umat Islam saat ini serta
upaya-upaya pembaruan yang perlu dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemajuan perabadan Islam dalam berbagai bidang

1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi
yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam
merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan
Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang
berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria
yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang
kehadiran Islam.

Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap
terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Spanyol.

o Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut
tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya
yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

o Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama
yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa
lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan.
Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.

o Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli
Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn
Hazm yang terkenal.

o Musik dan Kesenian


Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-
Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab
selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu
yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

o Bahasa dan Sastra


Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa
Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn
Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur,
dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-
Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang
lain.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak.
Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga.
Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya.
Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-
tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.

Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan
air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal
Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.

Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung


ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-
barang tembikar.

Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah


pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan
taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana
Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di
Granada.

a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani
Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di
atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota
Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota
berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan
taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Diantara kebanggaan
kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana.
Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova
saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang
indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari
pegunungan yang panjangnya 80 Km.

b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul
sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh
Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur
Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang
kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana
al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.

3. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan


Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang
kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti
Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.

Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-


penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa
dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan
al-Hakam II al-Muntashir (961-976).

Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol.
Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus
yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas,
baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas
itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing masing.
2.2 Sebab-sebab kemundarannya
Setelah peradaban Islam mencapai puncaknya, kemudian mengalami kemunduran-
bagaikan rembulan yang telah menjadi purnama, maka malam-malam berikutnya cahayanya
perlahan-lahan redup dan hilang ditelan keremangan malam yang pekat. Sedangkan sebab-sebab
kehancuran dunia Islam itu antara lain;

A. Menurunnya Kreativitas Keilmuan Umat Islam


Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal
seperti terdapat dalam al-Qur’an dan hadits. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari
Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di
dunia Islam zaman klasik, seperti Aleksandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syria) dan
Bactra (Persia). Di sana memang telah berkembang pemikiran rasional Yunani.
Pertemuan Islam dan peradaban Yunani pada masa awal Islam- melahirkan pemikiran
rasional di kalangan ulama Islam zaman klasik. Tapi, perlu ditegaskan di sini bahwa ada
perbedaan antara pemikiran rasional Yunani dan pemikiran rasional Islam zaman klasik. Di
Yunani tidak dikenal agama Samawi, maka pemikiran bebas, tanpa terikat pada ajaran-ajaran
agama, tumbuh, dan berkembang. Sementara pada masa Islam klasik pemikiran rasional ulama
terikat pada ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits. [3]
B. Kesatuan Integral; antara Agama dan Negara dalam Islam
Islam tidak memisahkan antara agama dan negara. Sebagaimana al-Qur’an membicarakan
tentang Allah dan keesaannya, surga dan neraka, pahala dan dosa, juga menetapkan puasa dan
shalat, serta menganjurkan umat Islam untuk berakhlak mulia. Ajaran Islam juga mensyariatkan
tentang undang-undang jual beli, ijarah, hudud, hukum waris, masalah peperangan, problem
solving rumah tangga, dan lain-lain.[8]
Ketidakterpisahan itu, tergambar jelas pada keseharian Rasulullah, selain menjadi pemimpin
umat, beliau juga memimpin pasukan, membuat perjanjian, melakukan pengiriman delegasi-
delegasi negaranya ke wilayah lain. Demikian juga yang dilakukan oleh para khalifah sesudah
beliau.[9]
C. Islam Agama yang Sesuai dalam setiap Zaman dan Tempat
Dalam ajaran Islam ada adagium yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang selalu
sesuai dalam setiap zaman dan tempat. Tetapi dalam prakteknya ada yang beranggapan- bahwa
ajaran Islam itu tidak mungkin di praktekkan umat Islam selalu sesuai dengan zaman dan tempat
di mana mereka hidup.
Padahal, sebagaimana yang dikemukakan ulama, bahwasanya ajaran tauhid dan akhlak yang
baik adalah mutlak- dan tentu termasuk keberadaan akal yang sehat- karena sangat berguna bagi
umat manusia. Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang
diperuntukkan bagi kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.[13]
Oleh karena itu, Islam sangat menghargai posisi akal dan mengajak umat manusia untuk
mempergunakannya sebaik mungkin. Seperti yang disinyalir Allah Swt, dalam al-Qur’an Surat,
Yasiin [36]: 68, sebagai berikut;

“Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada
kejadian(nya). Maka Apakah mereka tidak memikirkan?,” (QS. Yasiin [36]: 68).

Al-Qura’an Surah, Arrum [30]: 28, sebagai berikut;

“Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-
sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu; Maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki
itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah
Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.” (QS. Arrum [30]: 28).

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya- bahwa ajaran Islam diturunkan ke muka
bumi untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. Hal itu ditandai dengan pembahasan
ajaran Islam yang menyentuh seluruh ranah aspek kemanusiaan umat manusia. Diantaranya
membahas hal-hal yang berkenaan dengan spiritual, civilization, konsep ketuhanan, kredo
tentang surga, neraka, dan hari kebangkitan. Dalam urusan muamalah, misalnya membahas
tentang jual beli, penggadaian, problem solving rumah tangga, harta warisan, dan lain-lain.[14]
D. Hancurnya ketahanan moral umat Islam
Hancurnya ketahanan moral umat Islam, lebih disebabkan- karena umat Islam dihinggapi
“penyakit” wahn (hubbundunya wa karahiyatul mauwt). Umat Islam dilanda sikap hidup
berfoya-foya, korup, dan tidak dekat lagi dengan kehidupan para mustadh’afin dan nasib yang
menimpa para dhu’afa. Ibnu khaldun mengemukakan, “Kemewahan itu merupakan pertanda
bahwa peradaban suatu bangsa yang dibangun akan mengalami kehancuran.[17]
Hal yang penting bahwa banyak cendekiawan Muslim masa itu yang menentang penguasa
Baghdad, bahkan bergabung dengan bangsa Mongol. Khawaja Nashiruddin Thusi, salah seorang
cendekiawan Syi’ah termasyhur (1201-1274) dan dihormati oleh Imam Khomeini, juga
bergabung dengan penakluk dari Mongol, Hulaghu, ketika dia melewati Iran dalam
perjalanannya ke Baghdad. Ini menimbulkan tuduhan keterlibatan dalam penaklukan.[19]

E. Berkembangnya Sikap hidup Fatalistis


Berkembangnya sikap hidup fatalis umat Islam- yang bergantung dan mengembalikan segala
keuntungan dan penderitaan kepada Tuhan. Sikap hidup yang fatalis ini ditandai dengan tidak
lagi percaya kepada kemampuannya untuk maju atau mengatasi problem keagamaan dan
kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkan diri kepada Tuhan`

F. Sikap Hidup Umat Islam yang kurang Toleran


Sikap-sikap tidak toleran dan fanatik kepada madzhab atau golongan sendiri itulah yang
menyebabkan umat Islam mundur. Tidak saja karena sikap-sikap itu menyedot energi
masyarakat, tapi juga memalingkan perhatian orang dari hal-hal yang lebih mendasar dan
menentukan perkembangan dan kemajuan peradaban. Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, seorang
tokoh pemikir Islam Zaman Modern dari Mesir (murid dan teman Syeikh Muhammad ‘Abduh),
dalam mukaddimahnya untuk penerbitan kitab al-Mughni (oleh Ibn Qudamah) menggambarkan
sikap-sikap tidak toleran itu demikian:
G. Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah
Jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan Mongol pada masa
pertengahan abad ke-13 M., ketika kota Baghdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur
sama sekali. Sekitar 800. 000 penduduk Baghdad dibunuh. Perpustakaan dihancurkan, ribuan
rumah penduduk diratakan. Dalam peristiwa tersebut, umat Islam kehilangan lembaga-lembaga
pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat berharga nilainya.
Musnahnya beribu-ribu buku, baik buku-buku tentang keagamaan maupun ilmu-ilmu
sains- mempengaruhi perkembangan intelektualisme Islam, apalagi yang menyangkut kelestarian
ilmu-ilmu pengetahuan dan sains dalam Islam. Berbagai literatur sains telah lenyap. Sedangkan
di kalangan masyarakat yang bebas dari bencana kaum Mongol tidak ada yang menguasai
berbagai bidang sains dan filsafat. Inilah salah-satunya yang mempersulit umat Islam untuk
mengembalikan kekayaan intelektual yang berharga seperti pada masa kejayaan semula.

H. Dikuasainya Sektor Prekonomian oleh Eropa


Eropa yang telah menemukan kebangkitan intelektual, mulai meninggalkan umat Islam.
Bangkitnya rasionalisme dan intelektual telah menuntun orang-orang Eropa menemukan sumber-
sumber kekayaan di luar Eropa, seperti Amerika, Australia, dan Timur Jauh. [22]Penemuan
Tanjung Harapan pada abad ke-15 M, oleh pelaut-pelaut Eropa Barat sangat memukul
prekonomian Islam. Jalur perdagangan Timur Jauh dan Barat yang dahulu dikuasai oleh Islam
karena harus melewati jalur darat milik Islam, berpindah melalui jalur laut melalui Tanjung
Harapan sehingga negara-negara Barat dapat menggantikan kedudukan Islam sebagai penguasa
perdagangan jalur Barat.
Ekonomi yang meningkat dan pemikiran rasional yang berkembang baik membawa
Eropa ke zaman modern yang ditandai dengan kemajuan dalam pemikiran dan sains serta
teknologi. Setelah lama Eropa tak mempunyai adikuasa, mulailah muncul di sana pada abad
kedelapan belas M. Dua adikuasa yaitu, Inggris dan Perancis.
Ketiga adikuasa Islam, Kerajaan Turki ‘Ustsmani, Safawi, dan Mughal kini menghadapi
saingan. Sementara itu, pemikiran rasional dan orientasi dunia, yang telah hilang dari dunia
Islam- digantikan dengan pemikiran tradisional dan orientasi akhirat- tidak bisa mengembangkan
sains dan teknologi. Di Eropa berkembang dengan cepat sains dan teknologi.
Maka dalam persaingan ini Inggris dan Prancis dengan sains dan teknologi modernnya
mengungguli ketiga adikuasa Islam tersebut. Persenjataan Kerajaan, Utsmani, Safawi, dan
Mughal yang masih tradisional tak dapat mengimbangi persenjataan Inggris dan Perancis yang
modern. Maka dalam peperangan-peperangan antara dunia Islam dan Barat, dunia Islam
senantiasa mengalami kekalahan.
Jangankan melawan Inggris dan Prancis, melawan Spanyol dan Portugal, keduanya hanya
merupakan dunia kecil, dunia Islam tak sanggup. Portugal menyerang dunia Islam sebagai balas
dendam terhadap umat Islam yang menguasai daerah mereka di Eropa untuk lebih dari 700
tahun. Di Timur Jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa daerah seperti Filipina oleh
Spanyol dan Timor Timur oleh Portugal.

I. Sunnatullah
Sungguh, keadaan umat Islam yang jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain memang sangat
memilukan. Namun barangkali tida perlu disesali sedemikian rupa sehingga kita kehilangan
kemampuan melihat ke depan dengan penuh harapan. Kemunduran dunia Islam dapat dilihat
sebagai wujud operasi Sunnatullah. Salah satu unsur penting hukum itu ialah adanya prinsip
perputaran (mudawalah). Yaitu, prinsip bahwa nasib umat manusia, tinggi dan rendah, terjadi
secara berputar dan bergilir antara mereka, sehingga suatu bangsa atau umat adakalanya berada
di atas (menang, unggul, maju, dll.) dan juga adakalanya di bawah (kalah, merosot, terbelakang,
dll.), sebagaimana yang dikemukakan Allah Swt, dalam al-Qur’an Surah, al-Imran, [3]: 140-141
sebagai berikut;

2.3 Perlunya pemurnian dan pembaharuan


Salah satu imbas positif dari peristiwa pengeboman gedung WTC (9/11) adalah munculnya
wacana tentang Reformasi atau Pembaruan Islam. Wacana ini sesungguhnya bukanlah baru,
karena para sarjana sudah sejak lama mendiskusikannya. Yang baru adalah bahwa wacana ini
kini dibicarakan secara luas, tak hanya oleh kalangan akademis saja, tapi juga oleh media massa,
politisi, dan para pengambil keputusan di negara-negara Barat.

Thomas L. Friedman, kolumnis terkenal asal Amerika, misalnya, menulis sebuah artikel menarik
di New York Times, berjudul “An Islamic Reformation” (4/12/02). Menurutnya, Pembaruan
Islam adalah sebuah keharusan bagi kaum Muslim sekarang ini, karena perang terhadap
terorisme dan radikalisme akan percuma tanpa diikuti perbaikan dari dalam kaum Muslim
sendiri.
2.4 PARA TOKOH PEMBAHARUAN DALAM DUNIA ISLAM

AL- TAHTAWI

A. Biografi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran pembaharuan yang
besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke sembilan belas di Mesir. Dalam gerakan
pembaharuan Muhammad Ali Pasya, at-Tahtawi turut memainkan peranan.

Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan, dan
meninggal di Cairo pada tahun 1873. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan
yang dikuasai itu, ia terpaksa belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya.
Ketika berumur 16 tahun ia pergi ke Cairo untuk belajar di al-Azhar. Setelah lima tahun
menuntut ilmu ia selesai dari studinya di al-Azhar pada tahun 1922.

B. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan.

1. Jika umat Islam ingin maju harus belajar ilmu pengetahuan sebagaimana kemajuan
yang terjadi Barat (Eropa). Untuk itu umat Islam harus berani belajar dari Barat.

2. Negara yang baik adalah Negara yang pandai meningkatkan ekonomi rakyat,
sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Fir’aun.

3. Kekuasaan Raja sangat absolut, sehingga perlu dibatasi oleh Undang-undang Syariat
yang yang dipimpin oleh majlis syura (ulama). Oleh karena antara Raja dengan ulama harus bisa
berunding untuk melaksanakan hukum syariat.

4. Umat Islam harus menguasai bahasa asing jika ingin maju di samping bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah berfungsi untuk memahami al-Qur’an dan al-Hadits, bahasa asing berfungsi
untuk menerjemahkan dan memahami ilmu dan peradaban Barat.

5. Ulama Islam harus memahami ilmu-ilmu pengetahuan modern jika tidak ingin umat
Islam ketinggalan.

6. Umat Islam tidak boleh bersikap fatalis (pasrah dengan keadaan) tanpa berusaha sekuat
tenaga untuk mencapai cita-cita.
IR. SOEKARNO
A. Biografi

Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo pada tanggal 6 Juni 1901 di
Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo, seorang guru diSurabaya.
Ibunya berasal dari Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa
Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto
mengajak Soekarno tinggal di Surabaya. Di sana Soekarno banyak bertemu dengan para
pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu.

Soekarno seorang pribadi yang lengkap. Namanya harum di mana-mana. Soekarno tercacat
sebagai salah satu fragmen dari “The founding father” Indonesia. Sikap revolusioner,
berwibawa, tegas dan didukung pula oleh pemikiran yang brilian menempatkan beliau pada
posisi penting dalam sejarah pemikiran politik Indonesia. Hasilnya, lahir ide besar
“Nasionalisme Indonesia”. Menurut Soekarno, seorang nasionalis sejati adalah orang yang
bersedia berbakti dan memperbaiki nasib kaum kecil dari segala kemelaratan serta melindungi
rakyat dari penindasan.

B. Pemikiran-pemikirannya.

Nasionalisme khas Indonesia, Soekarno menyebutnya dengan Marhaenisme. Marhaenisme


adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan negeri di dalam segalanya. Marhaenisme
harus diperjuangkan secara revolusioner, Sehingga cara perjuangannya menghendaki hilangnya
kapitalisme dan imperialisme di bumi Nusantara.

Marhaenisme lahir ketika Soekarno berumur 20 tahun. Pada waktu ia sedang enggan pergi kuliah
dan bersepeda memutari Bandung Selatan, dan bertemu dengan seorang petani miskin
bernasib malang bernama Marhaen. Terjadilah percakapan antara Soekarno dengan petani
tersebut. Pembicaraan berbentuk imajiner, sehingga dari kejelian Soekarno dalam melihat
realitas sosial masyarakat Indonesia, maka kemudian lahirlah ideologi Marhaenisme
khas Indonesia.

Jamaluddin al-Afghani (1839-1897)

A. Biografi

Jamaluddin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat
tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Ia lahir
di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal pada tahun tahun 1897 diIstanbul, Turki. Ia
banyak berkiprah dalam pembaharuan yang lebih terfokus pada dalam bidang politik di samping
persoalan keagamaan.

B. Pemikiran-pemikiran pembaharuannya.

1. Islam adalah agama yang sesuai dengan segala keadaan dan waktu. Islam merupakan agama
yang mengajarkan dinamisme dalam berfikir dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. Islam bukanlah agama yang mengajarkan faham fatalis dan statis

3. Qadla dan Qadar Allah sesungguhnya merupakan sesuatu yang terjadi karena sebab
musabab, bukan semata-mata langsung dari Tuhan. Artinya, bahwa manusia bisa menentukan
taqdirnya sendiri melalui usaha yang maksimal.

4. Lemahnya persaudaraan di kalangan umat Islam juga menyebabkan umat Islam


mundur, dari kalangan awam sampai ulama hingga raja tidak ada lagi rasa persaudaraan,
sehingga umat Islam lemah tidak memilki kekuatan untuk maju bersama.

5. Sistem pemerintahan otokrasi harus diganti dengan demokrasi yang berdasarkan musyawarah.

6. Umat Islam di setiap Negara harus membangun semangat nasionalisme dan internasionalisme
agar umat Islam dapat bersatu. Hanya dengan persatuan umat Islamlah, Islam dapat berkembang
dan maju, tetapi tanpa persatuan di kalangan umat Islam mustahillah kemajuan dapat diraih .

K.H AHMAD DAHLAN


A. Biografi

K.H. Ahmad Dahlan nama kecilnya Muhammad Darwis putra K.H. Abu Bakar, lahir tahun
1285 H / 1869 di Kauman Yogyakarta. Kedudukan ayahnya sebagai penghulu Kraton dan khatib
Masjid Agung Yogyakarta.

K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang bertujuan, ‘anyebaraken piwucalipun Kanjeng
Nabi Muhammad Saw. Wonten ing karesidenan Ngayogyokarto”. Sesuai dengan tujuan ini,
nama yang dianggap tepat bagi organisasi ini adalah “Muhammadiyah” yang artinya umat
Muhammad. Organisasi ini didirikan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 12
Nopember 1912 M. di Yogyakarta.

B. Pemikiran-pemikirannya
1. Berkaitan dengan sosial kemasyarakatan yang ada di Jawa khususnya, Ahmad Dahlan
menawarkan 3 konsep pemikiran, yaitu modernisme, tradisionalisme dan jawanisme.
Menghadapi modernisme Dahlan menyikapinya dengan mendirikan sekolah-sekolah model
Barat. Tradisionalisme disikapi Ahmad Dahlan dengan metode tabligh, yaitu mengunjungi
murid-muridnya untuk melakukan pengajian, ini merupakan perlawanan terhadap pemujaan
tokoh dan perlawanan terhadap mistisisme agama yang bertentangan ajaran Islam.
2. Pembaharuan Islam dilakukan melalui agenda perbahan sosial dengan metode ijtihad dan
tajdidnya. Ahmad Dahlan dalam melakukan proses ijtihad tanpa harus memperhatikan berbagai
persyaratan yang ketat bagi seorang mujtahid. Hal penting dalam berijtihad adalah berpedoman
kepada al-Qur’an dan al-Hadits.

3. Melakukan perbaikan kehidupan masyarakat Jawa agar sesuai dengan pemahaman Islam yang
benar yaitu kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits, pemurnian ajaran tauhid dan tidak beriman
secara taqlid.

K.H. HASYIM ASY’ARI


A. Biografi

K.H. Hasyim Asy’ari nama aslinya adalah Muhammad Hasyim, lahir di Demak pada tahun
1876 M. Dilihat dari silsilah, dapat diketahui bahwa M. Hasyim berasal dari keluarga dan
keturunan pesantren yang terkenal. Pendidikan ke berbagai pesantren ditempuh Muhammad
Hasyim mulai beranjak usia lima belas tahun, berpindah dari satu pesantren ke pesantren lain di
Jawa dan Madura. Dikabarkan bahwa beliau pernah belajar bersama-sama dengan K.H. Ahmad
Dahlan di Semarang sebagai kawan sekamar.

Muhammad Hasyim selama tujuh tahun bermukim di Mekkah, di antaranya berguru kepada
Syeikh Mahfudz Al-Tarmisi (ahli Hadits) dan Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau. Dari
berbagai perjalanan mencari ilmu dari pesantren ke pesantren baik Indonesia maupun luar negeri
pengetahuannnya pun semakin luas. Oleh karena itu, dada Muhammad Hasyim telah dipenuhi
ilmu agama, sehingga beliau diberi gelar Kiai.

B. Pemikiran-pemikirannya
1. Berusaha melestarikan ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal jamaah yang bermazhab,
dalam bidang theologi bermazhab kepada Abu Hasan Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi,
dan bidang fiqh (hukum) bermazhab kepada 4 mazhab, yaitu Abu Hanifah, Anas bin Malik,
Muhammad Idris As Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, dan bidang tasawuf mengikuti tasawuf
Imam Ghazali dan bidang tihariqah mengikuti Thariqoh Qadariyahdan Naqsabandiyah.

2. Melestarikan budaya dan adat istiadat yang memiliki kemanfaatan serta yang tidak
bertentangan dengan aqidah islamiya.

3. Ijtihad telah tertutup, dengan alasan persyaratan untuk menjadi seorang mujtahid harus
memilki persyaratan yang cukup berat dan permasalahan hukum telah cukup
betittiba’/taqlid kepada 4 mazhab

4. Di bidang pendidikan NU banyak mengelola pesantren sebagai basis perjuangan mengusir


penjajah di samping sebagai tempat menuntut ilmu agama.

5. Selain pesantren NU juga mendidrikan madrasah-madrsah, sebagai upaya pengembangan


kemajuan terhadap system pesantren.

MUHAMMAD ABDUH
A. Biografi

Ia lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M. BapakMuhammad
Abduh bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir.
Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai
kepada Umar bin Khattab.

B. Pemikiran-pemikirannya

Faktor penyebab terjadinya kemunduran di kalangan umat Islam adalah :

Paham jumud, yaitu paham yang beku, tidak berkembang, statis di kalangan umat Islam. Paham
ini berpendapat, bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi didakan perubahan-perubahan sebab
sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.

Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah ditentukan oleh
Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sudah mewabah di
kalangan umat Islam sebagai akibat faham tasawuf yang keliru yang berkembang sejak abad 11-
13 M. Umat Islam melakukan tasawuf karena sikap frustasi dan putus asa sebagai akibat
kekalahan politik umat Islam, terutama sejak hancurnya Baghdad pada abad XIII. Akibat dari
perilaku tasawuf ini, umat Islam tidak lagi mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana pernah
terjadi pada abad II hijriyah ( abad VII M).

C. Problem solving :

Untuk memecahkan permasalahan umat Islam yang harus dilakukan adalah :

Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah teetutup. Dengan ijtihad ummat Islam
bekembang ilmu pengetahuan dan peradabannya.

Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di kalangan umat Islam, sebab Allah telah
mencipakan akal yang memilki kemauan bebas (free will) dan free act(bebas berbuat)
berdasarkan hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).

Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana Barat sehingga ummat Islam akan
mengalami kemajuan dan kemenangan.

Muhammad Abdul Wahhab (1703-1787)


A. Biografi

Muhammad Abdul Wahhab dilahirkan di daerah Najd Saudi Arabia. Setelah menyelesaikan
pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota ini selama empat tahun.
Selanjutnya ia pindah ke Baghdad dan di sini ia memasuki hidup perkawinan dengan seorang
wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah isterinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan,
selanjutnya ke Hamdan dan ke Isfahan. Di kota yang tersebut akhir ini ia sempat mempelajari
falsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau ia akhirnya kembali ke tempat
kelahirannya di Nejd.

B. Ajaran dan Pemikiran-pemikirannya

Ajaran serta pemikiran Muhammad Abdul Wahhab yang paling mendasar dalam Islam
adalah persoalan tauhid.

1. Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah dan orang yang menyembah selain Allah
telah menjadi musyrik, dan halal darahnya (boleh dibunuh).

2. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut faham tauhid yang sebenarnya karena mereka
meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syeikhatau wali dan dari kekuatan gaib.
Orang Islam demikian juga telah menjadimusyrik.

3. Menyebut nama Nabi, syeikh atau malaikat sebagai perantara doa (permohonan) juga syirik.

4. Meminta syafaat selain dari Tuhan adalah syirik.


5. Bernazar kepada selain dari Tuhan juga syiirk.

6. Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’an, hadits dan qiyas (analogi) merupakan
kekufuran.

7. Tidak percaya kepada qadla dan qadar Allah juga merupakan kekufuran.

8. Demikian pula menafsirkan al-Qur’an dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kafir.

PEMBAHARUAN DI TURKI

(MUSTAFA KEMAL)

1. Biografi

Mustafa lahir pada di Salonika (Turki) pada tahun 1881 M. Ia diberikan gelar Attartuk yang
artinya Bapak Turki. Gelar itu diperoleh karena ia telah menyelamatkan bangsa Turki dari
penjajahan Barat yaitu, Yunani yang dibantu oleh tentara sekutu (Inggeris, Perancis dan
Amerika), yang mendarat di Turki pada tanggal 15 Mei 1919 M.

Kelahiran Mustafa Kemal merupakan kebangkitan baru bagi bangsa Turki untuk mengusir
penjajah dari bumi Turki. Di samping itu ia telah mengembalikan kejayaan bagi Kerajaan Turki
Usmani yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Abdul Hamid II adalah sosok
sultan yang diktator, namun kekuasaannya tidak memiliki pengaruh apa-apa bagi kemajuan bagi
bangsa Turki, sebab ia hanyalah boneka yang merupakan tangan panjang penjajah bangsa Barat.

Untuk melawan Sultan Abdul Hamid II, ia bersama dengan teman-temannya

( Ali Fuad, Rauf, dan Refat), mendirikan perkumpulan rahasia yang bernamaVatan ve
Hurriyet yang berarti : Tanah Air dan Kemerdekan. Perkumpulan ini merupakan cikal bakal
lahirnya Partai Nasionalis di Turki.

2. Pergerakan dan Pemikirannya.

a. Pergerakan Mustafa Kemal

Setelah Mustafa Kemal menjadi seorang pemimpin dalam Partai Nasionalis Turki, untuk
melawan Sultan Abdul Hamid II, ia mendirikan Pemerintah Tandingan di Anatolia. Ia dan
kawan-kawan mengeluarkan maklumat yang berisi tentang pernyataan-pernyataan sebagai
berikut :
1. Kemerdekaan Tanah Air dalam keadaan bahaya

2. Pemerintah di ibu kota berada di bawah kekuasaan sekutu dan oleh karena itu tidak dapat
menjalankan tugas.

3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.

4. Gerakan-gerakan pembela tanah air yang telah ada harus dikordinir oleh suatu panitia
nasional pusat.

5.. Untuk itu harus diadakan konggres.

Atas usaha Mustafa Kemal dan teman-temannya itu dapat dibentuk Majlis Nasional Agung di
tahun 1920. Dalam sidang diAnkara yang sekarang menjadi ibu kota Republik Turki ia dipilih
sebagai Ketua. Dalam siding itu diputuskan hal-hal sebagai berikut :

Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki, bukan lagi di tangan sultan.

Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi.

Majlis Agung Nasional bertugas sebagai badan legislatif dan eksekutif.

Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Agung Nasional akan menjalankan tugas
pemerintah.

Ketua Majlis Agung Nasional merangkap jabatan Ketua Majlis Negara.

Demikianlah, Mustafa Kemal dan teman-temannya dari golongan nasionalis bergerak terus dan
dengan perlahan-lahan dapat menguasai situasi, sehingga akhirnya Sekutu terpaksa mengakui
mereka sebagai penguasa de facto dan dejure di Turki. Pada tanggal 23 Jui 1923 ditanda tangani
Perjanjian Lausanue, dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan Internasional..

b. Pemikiran-pemikirannya.

Dalam pemikiran tentang pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi bukan oleh ide nasionalisme
Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat. Turki dapat maju hanya dengan meniru Barat.
Setelah perjuangan kemerdekaan selesai, demikian Mustafa Kemal, perjuangan baru mulai, yaitu
perjuangan untuk memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Peradaban Barat akan
diambil bukan hanya sebagian, tetapi dalam keseluruhannya.

Di antara pemikiran-pemikirannya adalah :

1). Perlu dihapuskannya jabatan Khalifah diganti dengan jabatan Presiden yang dipilih oleh
rakyat.
2). Negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama.

Sembilan tahun kemudian, yaitu setelah prinsip sekulerisme dimasukkan ke dalam Konstitusi di
tahun 1937, barulah Republik Turki dengan resmi menjadi Negara sekuler.

RASYID RIDLO
A. Biografi

Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 M. di
desa Al-Qalamun Libanon. Menurut riwayat ia berasal dari keturunan AL-Husein, cucu Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu ia selalu memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya

B. Pemikiran-pemikirannya

Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang guru (Muhammad Abduh). Menurut
pendapat Rasyid Ridla, bahwa yang menyebabkan kemunduran umat Islam adalah sebagai
berikut :

1. Tidak adanya semangat pemikiran dan penelitian (ijtihad) di kalangan umat Islam secara
dinamis. Umat Islam beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Hilangnya semangat ijtihad
ini bertentangan dengan hukum sunnatullah yang selalu berkembang dan tidak pernah
berhenti Ajaran Islam yang tidak boleh dirubah adalah mengenai masalah ibadah, yang secara
tegas sudah diatur secara jelas, (ibadah mahdlah.

2. Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah ditentukan
oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sebagai
akibat tidak difungsikannya peran akal secara maksimal

3. Untuk mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang persatuan umat Islam, dan agar
persatuan umat Islam terwujud perlu dibentuk khilafah islamiyah. Rasyid Ridla tidak sependapat
dengan gurunya (Muhammad Abduh) yang terlalu liberal (bebas) dan kebarat-baratan. Rasyid
Ridla juga tidak sependapat dengan paham nasionalime yang berkembang di Negara Islam
(terutama di Turki). Sebab nasionalisme tidak dikenal dalam Islam.
SAYYID AHMAD KHAN
A. Biografi Singkat

Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu
Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali. Ia mendapat pendidikan tradisional dalam
pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang
rajin membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia depalan belas
tahun ia masuk bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia bekerja pula sebagai hakim.
Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.

B. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan

1. Bidang Politik :

a. Peningkatan kemajuan umat Islam di India dapat diwujudkan bukan melawan penjajah
Inggris, tetapi harus bekerja sama dengan Inggris sebagaimana yang dilakukan umat Hindu.

b. Umat Hindu lebih maju peradabanya dari pada umat Islam sebab umat Hindu lebih
senang bekerja sama dengan Inggris.

c. Inggris maju dalam hal peradabannya karena lebih menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, oleh karena itu umat Islam harus belajar Iptek dari penjajah Inggris.

d. Memberontak atau melawan Inggris tidak ada artinya apabila umat Islam belum mampu
melawan.

e. Berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa umat Islam bukan musuh tetapi umat yang cinta
damai.

f. Umat Islam adalah satu umat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan umat Hindu,
oleh karena itu umat Islam harus memiliki Negara sendiri.
2. Bidang agama :

a. Umat Islam mundur dikarenakan faham fatalist (jabbariyah), yaitu paham bahwa nasib
manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia tidak sanggup merubahnya. Akibat dari
paham ini menyebabkan umat Islam tidak memiliki kemauan keras untuk maju, pasrah tanpa
usaha serta lebih senang menyerahkan persoalannya kepada Tuhan. Padahal Tuhan telah
memberikan akal dan potensi lain yang dianugerahkan kepada manusia untuk mencapai
kemjuan-kemajuan.

b. Sebenarnya manusia diberikan kebebasan untuk memaksimalkan peran akalnya (free will)
dan berbuat sesuatu secara bebas (free act) namun tetap dalam koridor tauhid kepada Allah dan
tidak bertentangan dengan hukum Allah.

c. Kebebasan dalam berfikir umat Islam terhenti karena pendapat, bahwa pintu ijtihad telah
tertutup. Akibat dari pendapat ini umat Islam tidak memiliki gairah untuk menemukan teori-teori
baru melalui jalan ijtihad sebagaimana telah terjadi pada abab II H, di mana umat Islam pernah
mencapai kejayaan di semua bidang pengetahuan.

d. Dalam kehidupan ini, Allah telah menentukan hukum alam (nature law) yang telah
ditetapkan sesuai kehendaknya. Hukum itu berupa hukum sebab akibat yang berlaku bagi setiap
orang /manusia. Dalam menentukan hukum alam ini , manusia diberikan kebebasan untuk
memilih (ikhtiyar) antara baik atau jelek, dan antara maju atau mundur.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi odern. Dengan
demikian pembaharuan dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks
Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.
Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan
yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain
yang membawa dalam kekhufuran.

Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir danberusaha, umat Islam maju
di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat
Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami
kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.
3.2 Saran

Adapaun saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca melalui makalah ini yaitu. sebagai
berikut:
1. Pembaharuan Islam (tajdid) merupakan suatu keharusan karena ajaran Islam yang rahmatan
lil al’alamin serta sebagai agama “pamungkas” menuntut adanya upaya rasionalisasi dan
kontekstualisasi sesuai dengan semangat jaman. Hal itu karena pada hakikatnya pembaruan
Islam merupakan ikhtiar melakukan rasionalisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam segala
ranah kehidupan.
2. Keharusan bagi upaya tajdid setidaknya memiliki tiga landasan dasar yaitu landasan teologis,
landasan normatif, dan landasan historis. Artinya bahwa gerakan tajdid dilaksanakan dengan
dasar dan pijakan yang kuat.
3. Agar tajdid dalam Islam dapat terimplementasikan dan teraktualisasikan, maka ijtihad harus
dijalankan karena tajdid dan ijtihad hakikatnya merupakan dua hal yang saling terkait.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cendekiawan_pendidikan_islam

http///www.google.com. Gunawan’s Site, Gerakan Pembaharuan Islam

http://yayang08.wordpress.com/2009/02/17/al-islam-dan-kemuhammadiyahan

Anda mungkin juga menyukai