Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama dan Seni adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang salah
mengartikan bahwa agama dan seni adalah satu kesatuan yang utuh. Dalam kaidah sebenarnya
agama dan seni/kekesenianan mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan,
karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kekesenianan. Namun
keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat.
Geertz (1992:13), mengakatan bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam
benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau
kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja
menghasilkan kesenian immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dapatlah disimpulkan bahwa seni/kesenian yang digerakkan agama timbul dari proses
interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama
tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, kesenian dan beberapa
kondisi yang objektif.
Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai nilai agama sekaligus memberi pengertian,
disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu Seni, yang tersusun
berbentuk makalah dengan judul Hubungan Antara Agama Dan Seni. Penulis berharap apa
yang diulas, nanti dapat menjadi paduan pembaca dalam mengaplikasikan serta dapat
membandingkan antara Agama dan Seni.
B. Perumusan Masalah
Dalam makalah ini tersusun suatu rumusan makalah antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan agama?
2. Apakah yang dimaksud dengan seni?
3. Apakah hubungan antara Agama dah seni?
4. Apa saja penerapan hubungan antara agama dan seni?
5. Apa saja jenis-jenis kesenian islam?
6. Apa dampak positif kesenian islam di dalam kehidupan masyarakat?

C. Tujuan
Tujuan makalah ini disusun antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian agama.
2. Untuk mengetahui pengertian Seni.
3. Untuk mengetahui hubungan agama dan Seni.
4. Untuk mengetahui penerapan hubungan agama dan seni dalam kehidupan sehari-hari.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis kesenian islam.
6.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
1. Pengertian agama menurut para ahli :
Menurut Durkheim definisi Agama adalah merupakan suatu sistem yang terpadu terdiri atau
kenyakinan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua
penganutnya dalamsuatu komunitas moral yang di namakan umat.
Menurut prof Dr.m. Drikarya definisi Agama adalah kenyakinan adanya suatu kekuatan
supranatural yang mengatur danmenciptakan alam dan isinya.
Menurut H. Moenawar Chalil definisi Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku
manusia dalam berhubungandengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi otos
pengakuannya.
Menurut Hendro Puspito definisi Agama adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia
dan alam semesta yangberkaitan dengan keyakinan.
Menurut Jappy Pellokild definisi Agama adalah percaya adanya tuhan yang maha esa dan
hukum-hukumnya.
2. Pengertian agama secara etimologi
Kata agama berasal dari bahasa sanskerta gama yang berarti "tradisi". Istilah lain yang
memiliki makna identik dengan agama adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Mengikat di sini maksudnya
adalah dengan ber-religi maka seseorang akan mengikat dirinya kepada tuhan.

3. Pengertian Agama menurut kamus Besar Bahasa Indonesia


Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya.
B. Pengertian Seni
Berikut pengertian seni menurut pendapat para ahli:
1. Aristoteles
seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal.
2. Plato dan Rousseau
seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya.
3. Ki Hajar Dewantara
seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah,
sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia
4. Ahdian Karta Miharja
seni adalah kegiatan rohani yang mereflesikan realitas dalam suatu karya yang
bentuk dan isinya mempunya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam
rohaninya penerimanya.
5. Drs. Sudarmaji
seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan
media bidang,garis,warna,tekstur,volume dan gelap terang.

C. Pandangan berbagai agama tentang hubungan antara agama dan seni


Pandangan islam tentang seni
Imm Asy-Syaukn, dalam kitabnya NAIL-UL-AUTHR menyatakan sebagai berikut
(Lihat Imm Asy-Syaukn, NAIL-UL-AUTHR, Jilid VIII, hlm. 100-103):
i.

Para ulam berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik.
Menurut mazhab Jumhur adalah harm, sedangkan mazhab Ahl-ul-Madnah,
Azh-Zhhiriyah dan jamah Sfiyah memperbolehkannya.

ii.

Ab Mansyr Al-Baghdd (dari mazhab Asy-Syfi) menyatakan:


"ABDULLH BIN JAFAR berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak
menjadi masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk
dinyanyikan para pelayan (budak) wanita (jawr) dengan alat musik seperti
rebab. Ini terjadi pada masa Amr-ul-Muminn Al bin Ab Thlib r.a.

iii.

Imm Al-Haramain di dalam kitbnya AN-NIHYAH menukil dari para ahli


sejarah bahwa Abdullh bin Az-Zubair memiliki beberapa jriyah (wanita
budak) yang biasa memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu Umar datang
kepadanya dan melihat gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu Umar
bertanya: "Apa ini wahai shahbat Raslullh? " Setelah diamati sejenak, lalu ia
berkata: "Oh ini barangkali timbangan buatan negeri Sym," ejeknya.
Mendengar itu Ibnu Zubair berkata: "Digunakan untuk menimbang akal
manusia."

iv.

Ibnu An Nawawi di dalam kitabnya AL-UMDAH mengatakan bahwa para


shahbat Raslullh yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara
lain Umar bin Khattb, Utsmn bin Affn, Abd-ur-Rahmn bin Auf, Saad
bin Ab Waqqs dan lain-lain. Sedangkan dari tbin antara lain Sad bin
Musayyab, Salm bin Umar, Ibnu Hibbn, Khrijah bin Zaid, dan lain-lain.

Ab Ishk Asy-Syirz dalam kitbnya AL-MUHAZZAB (Lihat Ab Ishk Asy-Syirz,


AL-MUHAZZAB, Jilid II, hlm. 237) berpendapat:
i.

Diharmkan menggunakan alat-alat permainan yang membangkitkan hawa nafsu


seperti alat musik gambus, tambur (lute), mizah (sejenis piano), drum dan
seruling.

ii.

Boleh memainkan rebana pada pesta perkawinan dan khitanan. Selain dua acara
tersebut tidak boleh.

iii.

Dibolehkan menyanyi untuk merajinkan unta yang sedang berjalan.

Al-Als dalam tafsrnya RH-UL-MAN (Lihat Al-Als dalam tafsrnya RH-ULMAN, Jilid XXI, hlm. 67-74)
i.

Al-Muhsibi di dalam kitbnya AR-RISLAH berpendapat bahwa menyanyi itu


harm seperti harmnya bangkai,

ii.

Ath-Thursusi menukil dari kitb ADAB-UL-QADHA bahwa Imm Syf


berpendapat menyannyi itu adalah permainan makrh yang menyerupai
pekerjaan bthil (yang tidak benar). Orang yang banyak mengerjakannya adalah
orang yang tidak beres pikirannya dan ia tidak boleh menjadi saksi.

iii.

Al-Manawi mengatakan dalam kitbnya: ASY-SYARH-UL-KABR bahwa


menurut mazhab Syfi menyanyi adalah makrh tanzh yakni lebih baik
ditinggalkan daripada dikerjakan agar dirinya lebih terpelihara dan suci. Tetapi
perbuatan itu boleh dikerjakan dengan syarat ia tidak khawatir akan terlibat
dalam fitnah.

iv.

Dari murd-murd Al-Baghw ada yang berpendapat bahwa menyanyi itu harm
dikerjakan dan didengar.

v.

Ibnu Hajar menukil pendapat Imm Nawaw dan Imm Syfi yang
mengatakan bahwa harmnya (menyanyi dan main musik) hendaklah dapat
dimengerti karena hl demikian biasanya disertai dengan minum arak, bergaul
dengan wanita, dan semua perkara lain yang membawa kepada maksiat. Adapun
nyanyian pada saat bekerja, seperti mengangkut suatu yang berat, nyanyian
orang Arab untuk memberikan semangat berjalan unta mereka, nyanyian ibu
untuk mendiamkan bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Imm Awz
adalah sunat.

vi.

Jamah Sfiah berpendapat boleh menyanyi dengan atau tanpa iringan alat-alat
musik.

vii.

Sebagian ulam berpendapat boleh menyanyi dan main alat musik tetapi hanya
pada perayaan-perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti pada pesta
pernikahan, khitanan, hari raya dan hari-hari lainnya.

viii.

Al-Izzu bin Abd-us-Salm berpendapat, tarian-tarian itu bidah. Tidak ada lakilaki yang mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas,
kecuali bagi wanita. Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan orang
kepada khirat tidak mengapa bahkan sunat dinyanyikan.

ix.

Imm Balqin berpendapat tari-tarian yang dilakukan di hadapan orang banyak


tidak harm dan tidak pula makrh karena tarian itu hanya merupakan gerakangerakan dan belitan serta geliat anggota badan. Ini telah dibolehkan Nabi s.a.w.
kepada orang-orang Habsyah di dalam masjid pada hari raya.

x.

Imm Al-Maward berkata: "Kalau kami mengharamkan nyanyian dan bunyibunyian alat-alat permainan itu maka maksud kami adalah dosa kecil bukan
dosa besar."

Anda mungkin juga menyukai