Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Seni Secara Umum

Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan
mampu membangkitkan perasaan dirinya sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, di mana manusia berusaha menciptakan
sesuatu yang indah dan dapat membawa kesenangan.

Seni berasal dari kata “Sani” yaitu bahasa sansekerta yang memiliki arti persembahan atau
pemujaan.

Dalam masyarakat umum seni memiliki kaitan yang erat dengan upacara-upacara adatnya atau
upacara keagamaan yang biasa disebut dengan kesenian daerah.

Menurut Padma Pusphita, seni berasal dari kata “Genie” yaitu bahasa Belanda yang memiliki arti
genius dalam bahasa Latin.

Seni adalah kemampuan mengagumkan yang dibawa seseorang sejak lahir atau biasa disebut
dengan bakat. Sedangkan dalam bahasa Inggris seni disebut dengan “Art” yang memiliki arti art
visual atau seni rupa.

Seni islam.

seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang
alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara
kebenaran dan keindahan. Setiap karya budaya dan segala bentuk apresiasi seni
yang asalkan sudah menyebut lafazh, istilah, idiom, gaya dan berbagai atribut
keislaman lainnya dan dipoles dengan sebutan dan sentuhan warna dan nuansa
keislaman, sudah dapat dikategorikan dan dinamakan “seni Islam” atau “seni
budaya yang bernafaskan Islam”. Fungsi seni dalam Islam adalah untuk menggiat
akal manusia ke arah perkaitan alam rohani dan jasmani
Pengertian Seni Menurut Para Ahli

Dari banyak arti seni, dan semakin berkembangnya zaman membuat banyak para ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai definisi seni. Berikut beberapa pengertian seni menurut
para ahli:

1. Aristoteles

Pengertian seni menurut aristoteles adalah bentuk yang pengungkapannya dan penampilannya
tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.

2. Alexander Baum Garton

Pengertian seni menurut Alexander Baum Garton bahwa arti seni adalah keindahan dan seni
adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.

3. Immanuel Kant

Pengertian seni menurut Immanuel Kant adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat
mengihtiarkan kenyataan.

4. Ki Hajar Dewantara

Pengertian seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah hasil keindahan sehingga dapat
menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang
dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.

5. Sudarmaji

Menurut Sudarmaji, pengertian seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis
dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.

6. James Murko

Pengertian seni menurut James Murko adalah penjelasan rasa indah yang terkandung dalam
jiwa setiap manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang
dapat dianggap oleh indra pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan
dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).

7. Leo Tolstoy

Pengertian seni menurut Leo Tolstoy adalah ungkapan perasaan pencipta yang disampaikan
kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis.

8. Hilary Bel

Pengertian seni menurut Hilary Bel bahwa arti seni adalah istilah yang digunakan untuk semua
karya yang dapat menggugah hati untuk mencari tahu siapa penciptanya.

9. Eric Ariyanto

Pengertian seni menurut Eric Aryanto adalah kegiatan rohani atau aktivitas batin yang
direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain yang melihat
atau mendengarkannya.

10. Drs. Popo Iskandar

Pengertian seni menurut Popo Iskandar adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan
kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat/berkelompok.

11. Ensiklopedi Indonesia

Menurut Ensiklopedi Indonesia pengertian seni adalah ciptaan dari segala hal, karena
keindahannya maka orang senang untuk melihat ataupun mendengarkannya.
Prinsip-prinsip (ciri-ciri) Kesenian Islam

1. Mengangkat martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
persekitaran dan sejagat. Alam sekitar galerinya, manakala manusia menjadi seniman yang
menggarap segala unsur kesenian untuk tunduk serta patuh kepada keredhaan Allah swt.

2. Mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-aspek estetika,


kemanusiaan, moral dan lain-lain lagi.

3. Kesenian Islam menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada keseluruhan
kesahihan Islam itu sendiri. Menurut Islam, kesenian yang mempunyai nilai tertinggi ialah yang
mendorong ke arah ketaqwaan, kema'rufan, kesahihan dan budi yang mantap.

4. Kesenian Islam terpancar daripada wahyu Allah, sama seperti undang-undang Allah dan
SyariatNya. Maknanya ia harus berada di bawah lingkungan dan peraturan wahyu. Ini yang
membezakan kesenian Islam dengan kesenian bukan Islam.

5. Kesenian Islam menghubungkan manusia dengan tuhan, alam sekitar dan sesama manusia dan
juga makhluk.

Islam tidak pernah menolak kesenian selagi dan selama mana kesenian itu bersifat seni untuk
masyarakat dan bukannya seni untuk seni. Terdapat lima hukum dalam seni jika diperincikan.
Antaranya:

(a) Wajib : Jika kesenian itu amat diperlukan oleh muslim yang mana tanpanya individu tersebut
boleh jatuh mudarat seperti keperluan manusia untuk membina dan mencantikkan reka bentuk
binaan masjid serta seni taman (landskap) bagi maksud menarik orang ramai untuk mengunjungi
rumah Allah swt tersebut.

(b) Sunat : Jika kesenian itu diperlukan untuk membantu atau menaikkan semangat penyatuan
umat Islam seperti dalam nasyid, qasidah dan selawat kepada Rasulullah saw yang diucapkan
beramai-ramai dalam sambutan Maulidur Rasul atau seni lagu (tarannum) al-Quran.

(c) Makruh : Jika kesenian itu membawa unsur yang sia-sia (lagha) seperti karya seni yang tidak
diperlukan oleh manusia.

(d) Haram : Jika kesenian itu berbentuk hiburan yang :

* Melekakan manusia sehingga mengabaikan kewajipan-kewajipan yang berupa tanggungjawab


asas terhadap Allah swt khasnya seperti ibadah dalam fardhu ain dan kifayah.
* Memberi khayalan kepada manusia sehingga tidak dapat membezakan antara yang hak (betul)
dan yang batil (salah).
* Dicampuri dengan benda-benda haram seperti arak, judi, dadah dan pelbagai kemaksiatan yang
lain.
* Ada percampuran antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram seperti pergaulan bebas
tanpa batas dalam bentuk bersuka-suka yang melampau.
* Objek atau arca dalam bentuk ukiran yang menyerupai patung sama ada dibuat daripada kayu,
batu dan lain-lain.
* Disertai dengan peralatan muzik yang diharamkan oleh Islam seperti alat-alat tiupan, bertali,
tabuhan yang bertutup di bahagian atas dan bawah serta alat-alat muzik dari tekanan jari.
Sesetengah ulama mengatakan harus hukumnya jika digunakan untuk pendidikan dan tidak
menarik kepada konsep al-Malahi (hiburan yang keterlaluan) juga alat-alat muzik di atas boleh
digunakan untuk tujuan dakwah Islamiyyah, seperti yang pernah dibuat oleh Rabiatul
Adawiyyah.
* Seni yang merosakkan akhlak dan memudaratkan individu atau yang berbentuk tidak bermoral
seperti tarian terkini (kontemporari).
* Jenis-jenis seni yang dipertontonkan bagi maksud atau niat yang menunjuk-nunjuk dan
kesombongan.

(e) Harus : Apa saja bentuk seni yang tidak ada nas yang mengharamkannya.
Batasan dan Tujuan Seni

JIKA Islam membolehkan pemeluknya berkreativitas dan mengekspresikan apa yang


ada di benak mereka, tentu Islam juga memandu agar kreativitas mereka bermanfaat
bagi diri mereka sendiri dan umat manusia, serta tidak dibiarkan ngloyortanpa arah
yang akhirnya saling tabrak, sehingga menyebabkan timbulnya madharat pada diri
manusia sendiri.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sebagian dari syair itu hikmah“. (HR. Muslim), jika
sebagian dari syair adalah hikmah, maka mafhum-nya menyatakan bahwa ada dalam
sya’ir hal-hal yang tidak mengandung hikmah atau bahkan berlawanan dengan hikmah
itu sendiri, sebagaimana sya’ir-sya’ir yang memuji kebatilan, membanggakan
kebohongan, menyeru kemungkaran, membakar syahwat, mengejek Allah Subhanahu
Wata’ala. dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dll.

Hanya penyair seperti inilah yang dicela Al Qur’an dan Islam. “Dan penyair-penyair itu
diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidaklah kamu melihat bahwasannya mereka
mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasannya mereka suka mengatakan apa
yang mereka tidak kerjakan? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan
beramal shalih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah
kedzaliman…”(QS: Asy Syu’ara’:224-227).

Karena itu, dalam Islam, puisi dan sastra dalam artian khusus, serta seni dalam artian
lebih luas, harus memiliki tujuan dan tugas.

Seni yang sahih adalah seni yang bisa mempertemukan secara sempurna antara
keindahan dan al haq, karena keindahan adalah hakikat dari ciptaan ini, dan al haq
adalah puncak dari segala keindahan ini. Oleh karena itu Islam membolehkan
penganutnya menikmati keindahan, karena hal itu adalah wasilah untuk melunakkan
hati dan perasaan.

Seni dalam Islam adalah penggerak nalar agar bisa menjangkau lebih jauh tentang apa
yang berada di balik materi. Keindahan adalah salah satu sebab tumbuh dan kokohnya
keimanan, sehingga keindahan itu menjadi sarana mencapai kebahagiaan dalam
kehidupan. (DalamFannanul Muslim wal Ibda’, Dr. Barakat Muhammad Murad, Manarul
Islam No.353, Vol 30)

Dan sebaliknya Islam melarang penganutnya menikmati dan mengekspresikan


tindakan-tindakan yang telah dilarang oleh agama, karena hal itu malah mencampakan
para pelakunya kepada hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri.

Maka para pekerja seni tidak perlu khawatir kehilangan mata pencarian dan
terpasungnya kreatifitas tanpa pornografi dan syahwat, krena masih banyak
ladang selain wilayah “terlarang”. Selain itu, seni bukanlah sekedar pamer
aurat, prektek ciuman di tempat umum, mendendangkan lirik-lirik jorok,
eksibisi lukisan telanjang, juga bukan publikasi sajak-sajak porno.
Mengekpresikan keindahan tidak perlu dengan cara nenggak bir ketika
membaca puisi. Kreativitas bukanlah sekedar memprodukis film-film tidak
mendidik di sana masih banyak ladang yang belum tergarap, yaitu seni yang
membuahkan maslahat bagi kita bersama, yang membuat bangsa ini
bermartabat, dan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu
Wata’ala.
Dengan kata lain, kita menginginkan seni yang tidak hanya berkutat pada seni
itu sendiri, melainkan seni yang bisa mengantarkan kita menuju ridho-Nya.
Karena itu, jika sebagaian kalangan seniman tiba-tiba merasa ‘kebakaran’
dengan undang-undang yang melarang pornografi dan pornoaksi yang
seharusnya melindungi martabat semua orang, kita perlu berprasangka
buruk.
Jika masih ada seniman yang membela pornografi, ketelanjangan, ciuman,
mengumbar aurat dengan dalih macam-macam, mereka pasti seniman yang
sangat takut kehilangan ‘ladangnya’. Karena dengan karya-karya jorok dan
ketelanjangan itulah ia sesungguhnya hidup dan makan. Wallahu’alm
bishowab.*

Anda mungkin juga menyukai