fenomena di abad millenium ini, siapa yang tidak mengenal lagu dan
musik. Di kalangan anak muda lagu dan musik cukup digemari, bahkan sekarang
bukan hanya anak muda saja yang suka mendengarkan musik, kaum tua, anak-
anak, dan umat Muslim pun menyukainya. Lagu dan musik merupakan sebuah
seni, ia merepresentasikan perasaan sang penciptanya (musisi) yang dituangkan
dalam bait-bait indah nan syahdu, melalui lagu dan musik juga bisa menjadi
wadah apresiasi, dakwah, dan kritik sosial ataupun politik negeri ini. Ditambah
dengan era informasi dan komunikasi yang mudah dan cepat, membuat lagu dan
musik berubah semakin modern.
Lantas, bagaimana hukumnya lagu dan musik perspektif Islam? Yang akan
saya bahas kali adalah tema yang kontroversial dikalangan fuqaha’ dan
ushuliyyin. Karena mereka berbeda pendapat mengenai hal ini. Penyebab
perbedaan pandangan ulama’ mengenai masalah lagu dan musik diantaranya
karena faktor pemahaman dan penafsiran ayat Alquran, dan alasan yang kedua
karena perbedaan pendapat masalah keshahihan ataupun kemaudlu’an hadis yang
membahas masalah ini. Berikut akan saya paparkan beberapa pandangan ulama’
menyikapi hukum lagu dan musik
Hadis Nabi SAW. Dari Abu Amir atau Abu Malik al-Asy’ari, ia berkata:
ف ِ َلَيَ ُكون ََّن مِ ن ُأَّمِ تي أَق َوام يَستَحِ لُّونَ الحِ َّر َوال َح ِري َر َوالخَم َر َوالَ َمع
َ از
“Akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera dan minumam
keras serta alat musik”.(HR. Bukhari)
Yang dimaksud Ma’azif pada ayat diatas adalah semua jenis alat musik.
Namun beberapa ulama’ memberikan komentar bahwa hadis tersebut adalah
Mu’allaq (terputus) antara Imam Bukhari dengan syaikhnya (Hisyam bin Ammar)
Ini adalah pendapat jumhur ulama’. Alasan keharaman lagu dan musik
adalah karena kegiatan tersebut akan menjerumuskan pada keharaman yang lain,
misalnya minum-minuman keras. Mereka yang mengharamkan lagu dan musik
juga berpedoman pada Syadz-dzara’I yang melarang perkara mubah karena
ditakutkan terjerumus pada hal yang haram
َ ارة ً أَولَه ًواانفَضُّواإِلَي َه َاوت ََر ُكوكَ قَائِما ً قُل َما عِندَ للاِ خَير ِمنَ ا للَّه ِو َومِ نَ التِ َج
ارةِ َوللاُ خَير َ ارأَواِ تِ َج
َ ََوإِذ
الر ِازقِين
َّ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan merea bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah)”.
(QS. Al-Jumu’ah: 11)
Dari ‘Aisyah ra. berkata: Suatu hari Abu Bakar masuk ke rumah Rasul,
disana ada dua jariyah yang sedang bernyanyi dengan memainkan rebana, mereka
sudah biasa bernyanyi, sedangkan Rasulullah terhalang dengan tirainya. Abu
Bakar melarang keduanya, sehingga Rasulullah SAW membuka tirai sambil
berkata:
َدَع ُه َما يَا أَبَا بَكر فَإِ َّن ِل ُك ِل قَوم عِيدًا َو َهذَا عِيدُن
Imam Malik, Ulama’ Malikiyah ketika ditanya mengenai pendapat Imam Malik
terhadap lagu, mereka menjawab: “Tidak! Beliau mengharamkan penjualan
jariyah yang suka bernyanyi untuk dijadikan penyanyi (yang dinikmati
nyanyiannya saja)”.
Imam Syafi’I, beliau mengatakan bahwa yang melakukan hal tersebut adalah
zindiq, menurut Imam Ahmad bin Hanbal, beliau mengatakan bahwa nyanyian
akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, menurut Imam Hanafi, Nyanyian
(musik) adalah haram dan termasuk bagian dari dosa-dosa
1. Pertama, Faktor Penyanyi. Yakni kondisi penyanyi, dalam hal ini jika
penyanyinya wanita maka haram melihatnya karena dikhawatirkan
akan timbul fitnah
2. Kedua, Faktor Alat. Haram jika menggunakan alat-alat seperti
seruling, gitar, dan gendang.
3. Ketiga, faktor alunan suara atau isi lagu. Kalau terdapat kata-kata yang
keji, mengandung percintaan atau yang dapat mendustakan Allah maka
hukumnya haram
4. Keempat, Faktor kondisi si pendengar. Jika dapat menimbulkan nafsu
(syahwat) bagi pendengarnya maka diharamkan
5. Kelima, Keadaan orang awam. Mendengarkan musik boleh jika tidak
melupakan (melalaikan) waktunya untuk beribadah kepada Allah.
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat
imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.
Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab
redaksi Islampos.