Anda di halaman 1dari 5

M.

VIKRY YACHFI SYAFRIL

05041281924095

UAS Agama

1. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) dilakukan demi
kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan atau hal-hal negatif. Sedangkan,
untuk kloning terhadap manusia dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya yaitu
menghilangkan nasab anak hasil kloning yang berakibat hilangnya hak-hak anak dan
terabaikannya sejumlah hukum yang timbul dari nasab.

2. Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan,
nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan
keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Masalah nyanyian atau musik dalam Islam seringkali menjadi kontroversi. Ada yang
membolehkannya secara terbatas,tapi ada pula yang mengharamkannya secara mutlak.
Bagaimana hukum nyanyian dan musik dalam Islam? Adalah Dr Abdurrahman Al Baghdadi
menguraikan dengan lugas dan jelas masalah ini. Tulisan ini, merupakan ringkasan bukunya
‘Seni dalam Pandangan Islam’.

Pakar Fikih Islam ini menuliskan dalil-dalil dari kalangan ulama baik yang mengharamkan
maupun yang membolehkan. Kemudian ia mentarjihnya dan mengambil kesimpulan. Ia
berkesimpulan bahwa bagi yang telah mengkaji serius masalah hukum musik ini dan menarik
suatu kesimpulan, maka itu menjadi hukum syara’ baginya. Apakah itu haram, makruh atau
mubah. Dengan kata lain, seorang mujtahid terikat dengan ijtihadnya, begitulah kaidah ushul
menyatakan.

Mereka yang mengharamkan nyanyian dan musik ini diantaranya adalah Imam Ibnu al Jauzi,
Imam Qurthubi dan Imam asy Syaukani. Sedang yang membolehkan musik adalah Imam Malik,
Imam Ja’far, Imam al Ghazali dan Imam Daud azh Zhahiri.
Masing-masing mereka menggunakan dalil al Qur’an dan Hadits. Kalangan yang mengharamkan
di antaranya menggunakan dalil:

َ ََ‫َللاَبِغَي َِرَعِلمََ َويَتَّخِ ذَهَاَه ُُز ًواَأُولَئِكَََلَ ُهم‬


َ‫عذَابََ ُم ِهين‬ ََِّ َ‫ل‬
َِ ‫سبِي‬
َ ََ‫عن‬ ََّ ‫ُض‬
َ َ‫ل‬ َِ ‫اسَ َمنََيَشت َِريَلَه ََوَال َحدِي‬
ِ ‫ثَ ِلي‬ َ ِ َّ‫َومِنَََالن‬

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
(lahualhadits) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokkan. Mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan.” (QS: Luqman 6)

ََ‫صوتِك‬ َ َ ‫نَاست‬
َ ِ‫طعتَََمِن ُهمََب‬ َِ ‫َواست َف ِززََ َم‬

“Dan bujuklah siapa yang kamu sanggupi diantara mereka dengan suaramu (shautika).” (QS: al
Isra’ 64)

Dan juga beberapa hadits Rasulullah saw:

“Sesungguhnya akan terdapat di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutra,
arak dan alat permainan (musik). Kemudian segolongan (dari kaum Muslimin) akan pergi ke
tebing bukit yang tinggi. Lalu para penggembala dengan ternak kambingnya mengunjungi
golongan tersebut. Lalu mereka didatangi oleh seorang fakir untuk meminta sesuatu. Ketika itu
mereka kemudian berkata,”Datanglah kepada kami esok hari.” Pada malam hari Allah
membinasakan mereka, dan menghempaskan bukit itu ke atas mereka. Sisa mereka yang tidak
binasa pada malam tersebut ditukar rupanya menjadi monyet dan babi hingga hari kiamat.” (HR
Bukhari).

“Pada umat ini berlaku tanah longsor, pertukaran rupa dan kerusuhan.” Bertanya salah seorang
diantara kaum Muslimin,”Kapankah yang demikian itu terjadi, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab,”Apabila telah muncul biduanita, alat-alat musik dan minuman arak di tengah-
tengah kaum Muslimin.”

Sedangkan ulama yang membolehkan nyanyian dan musik ini menggunakan dalil:

َ‫مِير‬
ِ ‫صوتََُال َح‬ َِ ‫نَأَنك َََرَاْلَص َوا‬
َ َ‫تَل‬ ََّ ِ‫إ‬
“…dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah bunyi keledai.” (QS:
Luqman 19)

Imam Ghazali mengambil pengertian ayat ini dari mafhum mukhalafah. Allah SWT memuji suara
yang baik. Dengan demikian dibolehkan mendengarkan nyanyian yang baik. (Ihya’ Ulumudddin,
juz VI, jilid II, hal. 141).

Hadits Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain dar Rubayyi’ binti Muawwiz Afra:

“Rubayyi’ berkata bahwa Rasulullah saw datang ke rumah pada pesta pernikahannya. Lalu Nabi
saw duduk di atas tikar. Tak lama kemudian beberapa orang dari jariah (wanita budak) nya
segera memukul rebana sambil memuji-muji (dengan menyenandungkan) orang tuanya yang
syahid di medan perang Badar. Tiba-tiba salah seorang dari jariah berkata,”Diantara kita ini ada
Nabi saw yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari.” Tetapi Rasulullah saw
segera bersabda,”Tinggalkanlah omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.”

Hadits Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra:

“Pada suatu har Rasulullah saw masuk ke tempatku. Ketika itu di sampingku ada dua gadis
perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentang hari Buats). Kulihat
Rasulullah saw berbaring tapi dengan memalingkan mukanya. Pada sat itulah Abu Bakar masuk
dan ia marah kepadaku. Katanya,”Di tempat/rumah Nabi ada seruling setan?” Mendengar
seruan itu Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Abu Bakar seraya berkata,

“Biarkanlah keduanya, hai Abu Bakar.”

Tatkala Abu Bakar tidak memperhatikan lagi maka aku suruh kedua budak perempuan itu
keluar. Waktu itu adalah hariraya dimana orang-orang Sudan sedang menari dengan
memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (di dalam masjid).”

“Bertolak dari dasar hukum inilah maka mendengar atau memainkan alat-alat musik atau
menyanyi mubah selama tidak terdapat suatu dalil syar’I yang menunjukkan bahwa pekerjaan
tersebut haram atau makruh. Mengenai menyanyi atau memainkan alat musik dengan atau
tanpa nyanyian, tidak terdapat satu pun nash, baik dari Al Qur’an maupun sunnah Rasul yang
mengharamkannya dengan tegas. Memang ada sebagian dari para sahabat, tabiin dan ulama
yang mengharamkan sebagian atau seluruhnya karena mengartikannya dari beberapa nash
tertentu. Diantara mereka ada yang menyatakan bahwa hal tersebut makruh, sedangkan yang
lain mengatakan hukumnya mubah.

3. Cara menaggapinya yaitu dengan tetap tenang, tahan emosi, jangan merasa takut &
terintimidasi dan mencari kebenaran dari berita tersebut

4. IPTEK adalah singkatan dari ‘ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu sumber informasi
yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang dibidang teknologi. Dapat
juga dikatakan, definisi IPTEK ialah merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
teknologi, baik itu penemuan yang terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun
perkembangan dibidang teknologi itu sendiri.

Allah SWT berfirman:

َِ ‫َوقُلََ َّر‬
‫بَ ِزدنِيََعِل ًما‬

“Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” (QS Thoha: 114)

Belajar atau yang lazim disebut dengan menuntut ilmu merupakan perkara wajib dalam ajaran
Islam. Bahkan kewajiban menuntut ilmu ini sejak lahir hingga mati. Seperti disebutkan dalam
hadits yang tidak asing lagi yakni:

َِ ُ‫أُطل‬
َِ‫بَالعِل ََمَمِنَََال َمه َِدَإِلَىَالَّلحد‬

”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)

Disebutkan pula bahwa ilmu itu sebelum amal (‫)العمل قبل العلم‬. Sehingga siapa yang beramal
tanpa ilmu, amalnya ditolak, bahkan akan disiksa sebelum penyembah berhala disiksa.

Seperti disebutkan di atas bahwa ilmu itu harus dicari. Sebab, orang yang mencari sesuatu
harus mengetahui apa yang dicari. Kemudian sesuatu yang dicari itu biasanya karena penting
dan jika ingin mendapat apa yang dicari harus serius.
Dan keutamaan menuntut ilmu antara lain, yaitu :

Memudahkan jalan ke surga

Mensyukuri nikmat akal

Memperkuat agama

Mengangkat derajat

5. Rukunnya ada 4, yaitu : memandikan jenazah, menkafani jenazah, menshalatkan jenazah,


dan menguburkan jenazah

Anda mungkin juga menyukai