Anda di halaman 1dari 2

Dalam hal ini ada 7 dalil atau argumentasi ilmiah tentang pengaturan penggunaan

pengeras suara yang layak dipahami dari Kitab I’lâmul Khâsh wal ‘Âmm bi Anna
Iz’âjan Nâsi bil Mikrûfûn Harâm (Pemberitahuan Bagi Orang Pintar dan Orang
Awam Bahwa Mengganggu orang Lain dengan Mikrofon Hukumnya Haram) karya
Sayyid Zain bin Muhammad bin Husain Alydrus, Dosen Universitas Al-Ahgaf
Yaman.

Beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan mengenai aturan penggunaan pengeras


suara antara lain:

1. Surat Al A’raf ayat 205

‫َو اْذ ُك ْر َر َّبَك ِفي َنْفِس َك َتَض ُّر ًعا َو ِخ يَفًة َو ُد وَن اْلَج ْهِر ِم َن اْلَقْو ِل ِباْلُغ ُد ِّو َو اَآْلَص اِل َو اَل َتُك ْن ِم َن اْلَغاِفِليَن‬
Artinya, “Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surat Al-A’raf ayat 205).

Selain itu Hadis yang menjelaskan penggunaan pengeras suara luar mengganggu
konsentrasi ibadah dan aktifitas orang lain, kenyamanan orang yang sedang istirahat,
dan orang yang sedang sakit. Padahal mengganggu orang lain hukumnya tidak boleh,
baik secara nash maupun ijmak ulama. Nabi saw bersabda:

‫َم ْن َض اَّر َأَض َّر ُهَّللا ِبِه َو َم ْن َش اَّق َش اَّق ُهَّللا َع َلْيِه‬
Artinya, “Siapa saja yang mengganggu orang lain maka Allah akan mengganggunya;
dan siapa saja yang memberatkan orang lain maka Allah akan memberatkannya. (HR
Ibnu Majah dan ad-Daraquthni).

penggunaan pengeras suara luar meskipun mengandung kemaslahatan bagi jamaah


masjid, namun di sisi lain juga menganggu kenyamanan masyarakat luas selain
jamaah masjid. Kenyamanan masyarakat luas harus didahulukan daripada
kemaslahatan jamaah masjid. Kaidah fiqih menyatakan: “Falâ turajjâhu mashâlalih
khâsshah ‘ala mashâlalih ‘ammah,” kemaslahatan yang bersifat khusus tidak
dimenangkan di atas kemaslahatan yang bersifat umum.”
memberi pengertian kepada kita bahwa penggunaan pengeras suara luar untuk ibadah,
doa, dan—kecuali untuk azan—secara lebih sederhana dapat diperinci sebagai
berikut: 1) Bila mengganggu orang lain maka hukumnya haram, meskipun yang
terganggu hanya sedikit. 2) Bila tidak mengganggu orang lain, maka hukumnya
adalah khilafus sunnah atau tidak berkesesuaian dengan sunnah, sebab syariat tidak
menyunahkan mengeraskan suara dalam ibadah, doa, dan d sehingga menggangu
orang lain. (Zain bin Muhammad bin Husain Alydrus, I’lâmul Khâsh wal ‘Âmm bi
Anna Iz’âjan Nâsi bil Mikrûfûn Harâm, [Mukalla, Dârul ‘Idrûs: 1435/2014], halaman
31-37). Setelah memahami berbagai catatan ini, sudah seharusnya kita mengevaluasi
penggunaan pengeras suara luar yang kadang memang mengganggu orang di luar
jamaah, yang tidak berani menyampaikan keluhannya karena khawatir dianggap
menista

Anda mungkin juga menyukai