Anda di halaman 1dari 34

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gorontalo, 15-16 Oktober 2012

STANDARD OPERASI DAN PROSEDUR


(SOP)
PENGELOLAAN EMBUNG/SITU
MACAM TAMPUNGAN AIR (RESERVOAR)

TAMPUNGAN AIR YANG DIBENTUK SECARA


ALAMI (DANAU, SITU), TIDAK PUNYA INLET
SUMBER AIR DARI HUJAN, ADA YANG TIDAK
PUNYA OUTLET

TAMPUNGAN AIR YANG DIBENTUK OLEH


MANUSIA (BENDUNGAN, EMBUNG)  DI
DAERAH NTB EMBUNG ADA YANG MEMPUNYAI
INLET ADA JUGA YANG TIDAK (TADAH HUJAN)
EMBUNG

EMBUNG ADALAH BANGUNAN


KONSERVASI AIR BERBENTUK
KOLAM UNTUK MENAMPUNG AIR
HUJAN DAN AIR LIMPASAN (RUN OFF)
SERTA SUMBER AIR LAINNYA UNTUK
MENDUKUNG USAHA PERTANIAN,
PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN.
TUJUAN PEMBANGUNAN EMBUNG

Diantaranya :
1. Menampung air hujan dan aliran permukaan (run
off) pada wilayah sekitarnya serta sumber air
lainnya yang memungkinkan seperti mata air, parit,
sungai-sungai kecil dan sebagainya.

2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di


musim kemarau untuk tanaman palawija,
hortikultura semusim, tanaman perkebunan
semusim dan peternakan.
PADA UMUMNYA EMBUNG
MEMPUNYAI TAMPUNGAN AIR YANG
KECIL TETAPI DI NTB ATAU NTT ADA
EMBUNG YANG MEMPUNYAI
TAMPUNGAN AIR LEBIH DARI 2 JUTA
M3, CONTOH EMBUNG HALIWEN
DAN EMBUNG HAEKRIT DI NTT
EMBUNG HALIWEN DAN HAEKRIT DI NTT
FUNGSI – FUNGSI WADUK, EMBUNG, SITU

FUNGSI TUNGGAL :
 KEPERLUAN IRIGASI ATAU,

 PENGENDALIAN BANJIR ATAU,

 KONSERVASI DAN PENYEDIAAN AIR ATAU,

 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

FUNGSI MULTIGUNA :
PENYEDIAAN AIR, YANG BERFUNGSI GABUNGAN UNTUK
IRIGASI, PENGENDALIAN BANJIR, RUMAH TANGGA/AIR
MINUM, KONSERVASI , PERIKANAN DARAT, PLTA DAN
PARIWISATA
KEPERLUAN IRIGASI

UNTUK KEPERLUAN IRIGASI HAL YANG HARUS


DIPERHATIKAN ANTARA LAIN :

1. MUKA AIR WADUK  UNTUK PENCAPAIN AIR


KE AREAL IRIGASI
2. VOLUME WADUK  UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
3. KUALITAS AIR  TIDAK MENGANDUK ZAT
KIMIA YANG MEMATIKAN TANAMAN
4. KEBUTUHAN AIR IRIGASI (POLA TANAM) 
UNTUK MENENTUKAN POLA OPERASI
WADUK.
KEPERLUAN PENGENDALI BANJIR

YANG HAURUS DIPERHATIKAN HANYA


OPERASI PINTU DAN KAPASITAS PALUNG
SUNGAI DI HILIRNYA

UNTUK ITU PINTU AIR HARUS SELALU DIJAGA


JANGAN SAMPAI MACET ATAU MENEMUI
KENDALA PENGOPERASIANNYA. BILA PINTU
MACET AKAN BERAKIBAT FATAL,
PENGOPERASIANNYA HARUS
MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN PALUNG
SUNGAI AGAR TIDAK SAMPAI MELUAP.
KEPERLUAN PLTA

YANG HARUS DIPERHATIKAN


UNTUK KEPERLUAR PLTA
ADALAH HEAD ATAU TINGGI
JATUHNYA AIR ATAU DEBIT AIR
YANG KELUAR MELALUI TAILRIS
YANG BERFUNGSI SEBAGAI
TENAGA AIR UNTUK MEMUTAR
TURBINE.
BENDUNGAN DI INDONESIA

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar,


juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula di
hilirnya. Di Indonesia sampai saat ini telah terdapat
284 bendungan yang tergolong bendungan besar,
sebanyak 257 bendungan milik Kementerian
Pekerjaan Umum dan sisanya 27 bendungan di
lingkungan lain seperti PLN Persero, Swasta (PT.
INCO) dan lainnya, yang kesemuanya memerlukan
pemeliharaan untuk menjamin kelangsungannya.
Berdasarkan pengalaman yang baru terjadi yaitu
Situ Gintung Ciputat Tanggerang yang tinggi tanggul
kurang dari 15 m dan tampungan air volumenya
kurang dari 500 ribu m3, begitu jebol memakan
korban jiwa yang banyak dan kerugian harta benda
yang nilainya sangat besar. Begitu pula bendungan
Sempor Jawa Tengah pada 1 Desember tahun 1967
yang sedang dibangun jebol akibat banjir yang
menimpanya mengakibatkan korban jiwa sekitar
200 orang dan merusak sarana dan prasarana.
Pengalaman jebolnya bendungan dialami juga di
Luar Negeri.
DAFTAR BENDUNGAN,
EMBUNG, SITU DAN DANAU
PERMASALAHAN DAN PERLUNYA PEMANTAUAN SITU-SITU

Alur Pikir (3/3)


SITU ADA DI 3 PROVINSI:
DKI, JABAR, BANTEN PERUBAHAN
Jumlah 423 PENGGUNAAN LAHAN:
- Di hilir: areal Irigasi
menjadi permukiman
Sekitar 10% Situ Alamiah : bahkan perkotaan;
MANFAAT SITU : - Di areal depresi - Sekitar situ: lahan
- Konservasi; - Tidak dengan Tanggul, pertanian menjadi
- Sumber air: irigasi, air - Tidak ada Resiko runtuh. permukiman,
baku; - Di hulu: hutan menjadi
- Meredam banjir; lahan pertanian dan
- Perikanan. Sekitar 90% Situ Buatan : permukiman.
- Pariwisata.
SOP - Dengan Tanggul ,
- Resiko tanggul runtuh.
Pemantauan TEKANAN LINGKUNGAN:
- Pencemaran air
Situ/Embung bertambah,
Memadai Peman- - Inflow banjir bertambah,
tauan - Sedimantasi bertambah,
- Inflow pada musim
kering berkurang,
Tidak Memadai

Operasi & Pemeliharaan Operasi & Pemeliharaan


Optimal Tidak Optimal
SOP Pemantauan PENURUNAN DAYA

Situ/Embung diperlukan -
DUKUNG/FUNGSI:
Volume berkurang,
PENURUNAN KEAMANAN:
sebagai langkah awal PENGELOLAAN OPTIMAL: - Pintu-pintu rusak,
-
-
Luas berkurang,
Peredaman banjir
- Tanggul tidak
Pemantauan yang - Keamanan bangunan
terjaga, terpelihara,
berkurang.
- Kualitas air menurun,
memadai agar dapat - Keselamatan masyarakat
terjamin,
- Kapasitas pelimpah
menjadi tidak cukup.
- Cepat surut/mengering.

melakukan operasi dan - Fungsi berjalan optimal,


- Keberadaan situ dapat
pemeliharaan secara lestari. BAHAYA:
TEKANAN SOSIAL:
- Alih fungsi untuk
optimal -
-
Banjir, overtopping,
Tanggul runtuh,
pemanfaatan lain,
- Penyerobotan lahan,
- Air tanah tercemar, - Pengalihan hak tanah
- Sumber penyakit. untuk permukiman dll.
Dasar Hukum Pengelolaan Situ
Berdasar Undang-Undang nomor 7 Tahun 2004

Pasal 21 ayat 1:
 Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk

melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan


keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang
disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang
disebabkan oleh tindakan manusia.
Pasal 24:
 Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang

mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya,


mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan
pencemaran air.
Situ merupakan sumber air dan juga prasarana sumber air sehingga wajib
untuk dilindungi dan dilestarikan dengan dijaga jangan sampai rusak apalagi
dirusak.
Dasar Hukum Pemantauan Situ
Berdasar Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun 2010
Penjelasan Pasal 145 ayat 1:
 Pemantauan meliputi pengamatan dan pengukuran melalui alat/instrumen
yang dilakukan terus menerus oleh Pengelola bendungan.
 Pemeriksaan meliputi pengamatan secara visual, pengujian peralatan hidro-
mekanik dan hidro-elektrik yang dilakukan oleh Pengelola bendungan
secara rutin, tahunan, besar, dan luar biasa.

Berdasar Pasal 137:


Pengelolaan bendungan selain bendungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) dilakukan sesuai dengan tahapan
pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 .
Sedangkan Pasal 74 berisi Penglolaan Bendungan, ini berarti Pemantauan Situ
juga dapat mengacu ke PP 37.
Lingkup Pemantauan
Dari PP 37 Tahun 2010 penjelasan pasal 145, lingkup pekerjaan pemantauan dapat
dirinci sebagai berikut.

Kegiatan Metode Pelaksana Waktu


Pemantauan • Pengamatan dan • Pengelola • Terus
Pengukuran alat/ Bendungan/Embu menerus
instrumen ng
Pemeriksaan • Pengamatan visual, • Pengelola • Rutin,
• Pengujian peralatan Bendungan/Embu • Tahunan,
hidro-mekanik, hidro- ng • Besar,
elektrik. • Luar biasa.
Sasaran Yang Dipantau
Berdasar PP 37 tahun 2010, Sasaran yang perlu dipantau meliputi:

 Kondisi bangunan situ/Embung (tanggul dan bangunan


pelengkap);
 Perilaku situ: volume tampungan, aliran masuk, aliran keluar;
 Sedimentasi;
 Kualitas air;
 Pemanfaatan ruang;
 Sempadan situ/Embung;
 Penggunaan lahan pada daerah tangkapan air.
Organisasi Pemantauan Situ
Unit Pengelola, dengan organisasi:

Pengelola
/BBWS
Organisasi ini dapat juga
diletakkan pada Seksi
O&P pada Dinas
Unit
Pengelola PU/PSDA

Operasi/
Pemeliharaan Pemantauan

Petugas Petugas
Petugas Petugas
Petugas/
Penjaga Situ
Kondisi Bangunan Situ dan
(1/2)
Alat Pemantauannya (Studi Kasus)
No. Nama Situ Tanggul Spillway Penguras Pengambilan Instrumen

Urugan Tanah diperkuat


1 Ciburuy tidak ada tidak ada Rusak peilskal
pasangan batu di hulu

Urugan Tanah dengan peilskal, V-Notch,


2 Kamojing pelindung balok-balok ada Baik Rusak patok geser,
beton penakar hujan

Urugan Tanah diperkuat


3 Citapen ada Baik Rusak peilskal
pasangan batu di hulu
Urugan Tanah diperkuat
4 Gede pasangan batu di hulu dan ada Baik Baik peilskal
hilir
5 Lengkong tidak ada tidak ada Baik Rusak peilskal
6 Ranca Beureum Urugan Tanah ada Baik Rusak peilskal
7 Bagendit tidak ada tidak ada tidak ada Baik peilskal
8 Cangkuang Urugan Tanah tidak ada tidak ada Baik
Kondisi Bangunan Situ dan
(2/2)
Alat Pemantauannya (Studi Kasus)
No. Nama Situ Tanggul Spillway Penguras Pengambilan Instrumen

Urugan Tanah diperkuat


9 Mangga Bolong pasangan batu di hulu dan ada Rusak tidak ada peilskal
hilir
Urugan Tanah diperkuat
10 Babakan pasangan batu di hulu dan ada Baik Baik peilskal
hilir
Urugan Tanah diperkuat
11 Pedongkelan ada Baik tidak ada peilskal
pasangan batu di hulu
12 Bojong Sari Urugan Tanah ada Baik tidak ada peilskal
Urugan Tanah diperkuat
13 Pondok Bendo ada Rusak tidak ada peilskal
pasangan batu di hulu

Urugan Tanah diperkuat


14 Sasak Tinggi ada Rusak tidak ada peilskal
pasangan batu di hulu

15 Patrasana Urugan Tanah tidak ada Rusak tidak ada


Permasalahan Pada Situ (1/2)

No. Lokasi, Masalah dan Kondisi Yang Perlu Diketahui Indikasi Yang Dapat Dipantau
I. BANGUNAN SITU
1. Tanggul
a. Banjir besar apalagi sampai melimpas tanggul. Taraf muka air
b. Longsor pada tebing tanggul menyebabkan tanggul menjadi lemah. Geser/turun
c. Bocoran yang membawa bahan-bahan penyusun tanggul. Rembesan di lereng hilir
d. Tanggul pecah dan menjadi jalan bocornya yang cepat membesar. Retakan
2. Pelimpah
a. Kurang atau tidak cukupnya kapasitas pelimpah. Pelimpah sering penuh
b. Terganggunya aliran hingga melimpah tidak optimal. Timbunan material di alur
c. Bocoran pada sambungan pasangan dengan tanah. Rembesan di sambungan
d. Bocoran akibat erosi buluh. Aliran dari bawah fondasi
e. Patah pada pasangan batu/beton. Retak pada pasangan
3. Bangunan Penguras
a. Pintu tidak berfungsi. Pintu diuji operasi
b. Terganggunya aliran di hulu dan hilir pintu. Timbunan material di alur
c. Bocoran pada sambungan pasangan dengan tanah. Rembesan di sambungan
d. Bocoran akibat erosi buluh. Aliran dari bawah fondasi
e. Patah pada pasangan batu/beton. Retak pada pasangan
4. Bangunan Pengambilan
a. Pintu tidak berfungsi. Pintu diuji operasi
b. Terganggunya aliran di hulu dan hilir pintu. Timbunan material di alur
c. Bocoran pada sambungan pasangan dengan tanah. Rembesan di sambungan
d. Bocoran akibat erosi buluh. Aliran dari bawah fondasi
e. Patah pada pasangan batu/beton. Retak pada pasangan
Permasalahan Pada Situ (2/2)

No. Lokasi, Masalah dan Kondisi Yang Perlu Diketahui Indikasi Yang Dapat Dipantau
II. AREAL TAMPUNGAN
1. Seberapa air yang masih tertampung di situ. Taraf muka air
2. Seberapa debit yang masuk ke situ. Taraf muka air masuk/hujan
3. Seberapa debit yang keluar dari situ. Taraf muka air keluar
4. Sampah, mengurangi kuantitas dan kualitas air situ. Sampah
5. Pencemaran, mengurangi kualitas air situ. Warna dan bau air
6. Gulma air, mengurangi kuantitas air situ. Gulma air
7. Sedimentasi, mengurangi kuantitas air situ. Kekeruhan air dan endapan
8. Alih fungsi lahan. Lahan yang dialih fungsikan
III. SEMPADAN
1. Perubahan penggunaan sempadan. Penggunaan lahan
2. Sumber pencemaran di sempadan. Sumber pencemaran
IV. DERAH TANGKAPAN AIR
1. Perubahan penggunaan lahan: hutan jadi ladang jadi permukiman. Penggunaan lahan
2. Sumber pencemaran: pembuangan sampah, pertambangan. Sumber pencemaran
Kebutuhan Pemantauan (1/2)
No. Sasaran Pengamatan/Pengukuran
I. Bangunan
1. Tanggul
a. Rembesan/bocoran Pengamatan kalau ada rembesan atau bocoran,
Pengamatan papan duga muka air pengukur rembesan (V-Notch)
b. Retakan Pengamatan bila ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Geser/turun Pengamatan kalau tubuh tanggul bergeser (horisontal dan vertikal),
Pengukuran secara geodetik bila ada patok tetap dan patok geser.
2. Spillway
a. Kinerja Pengamatan saat banjir: pelimpah cukup atau tidak
Pengamatan saat tidak banjir: ada material pengganggu atau tidak
b. Retakan Pengamatan kalau ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Bocoran di sekitar fondasi Pengamatan kalau ada rembesan di sambungan pasangan dan tanah
Pengamatan kalau ada bocoran melalui dasar fondasi.
3. Bangunan Penguras
a. Kinerja Pengamatan apakah pintu dapat dioperasikan,
b. Retakan Pengamatan bila ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Bocoran di sekitar fondasi Pengamatan kalau ada bocoran melalui kanan, kiri bangunan
Pengamatan kalau ada bocoran melalui dasar fondasi.
4. Bangunan Pengambilan
a. Kinerja Pengamatan apakah pintu dapat dioperasikan,
b. Retakan Pengamatan bila ada retakan yang dapat menjadi jalan bocoran.
c. Bocoran di sekitar fondasi Pengamatan kalau ada bocoran melalui kanan, kiri bangunan
Pengamatan kalau ada bocoran melalui dasar fondasi.
Kebutuhan Pemantauan (2/2)
No. Sasaran Pengamatan/Pengukuran
II. Areal Tampungan
1. Air Tertampung Pengukuran taraf tampungan air situ dengan papan duga muka air,
2. Debit masuk Pengukuran taraf aliran masuk dengan papan duga muka air,
3. Debit Melimpah Pengukuran taraf aliran melimpah dengan papan duga muka air,
4. Debit pengambilan Pengukuran debit dengan papan duga muka air di Bang. Pengambilan
5. Sampah Pengamatan ada/tidak sampah dan berapa % menutup situ.
Kualitas air Pengamatan secara visual perubahan kualitas air
6. Pengambilan sampel dan uji kualitas air di laboratorium.
7. Gulma air Pengamatan ada/tidak gulma air dan berapa % menutup situ.
8. Sedimentasi Pengamatan ada/tidak, banyak/sedikit sedimen yang masuk,
Pengukuran pendangkalan dan penyempitan situ.
9. Alih Fungsi Lahan Pengamatan apakah ada alih fungsi lahan situ
Memperkirakan luas lahan yang dialih-fungsi.
III. Sempadan
1. Penggunaan lahan Pengamatan apakah ada perubahan penggunaan lahan,
Memperkirakan luas lahan yang berubah.
2. Sumber Pencemaran Pengamatan apakah ada sumber pencemaran di sempadan,
IV. Daerah Tangkapan Air
1. Penggunaan lahan Pengamatan apakah ada perubahan penggunaan lahan
Memperkirakan luasnya perubahan lahan
2. Sumber pencemaran Pengamatan ada/tidak sumber pencemaran
Ilustrasi Hubungan Pemantauan (1/2)

C
A
B
Ilustrasi Hubungan Pemantauan (2/2)

A C
B
Rumusan Pemantauan Situ/Embung (1/2)
Mengacu ke PP 37 pasal 3, pasal 137 dan pasal 74:
 Situ, khususnya yang buatan, termasuk bendungan juga

tetapi tidak termasuk yang dimaksud pada pasal 3 ayat 2


(a, b dan c).
 Pengelolaan situ dilakukan sesuai dengan tahapan
pengelolaan bendungan.

Pemantauan merupakan bagian dari pengelolaan, maka:


 Pemantauan Situ tetap mengacu kepada pemantauan

bendungan,
 Situ lebih sederhana dengan alat pemantauan yang

terbatas, sehingga pemantauannya juga sederhana.


Rumusan Pemantauan Situ/Embung (2/2)

Prisip Pemantauan Situ adalah Sederhana, tetapi bisa


mendapatkan indikasi bila ada gejala atau penyebab yang
dapat memicu kegagalan bangunan:
 Rembesan,

 Pergerakan tanggul (tubuh bendungan): penurunan,


pergeseran;
 Kerusakan a.l. longsoran, pengikisan dan retakan;

 Tidak/kurang berfungsinya bangunan pengeluaran a.l.

kapasitas pelimpah kurang, ada material yang


menutup alur, pintu penguras tidak dapat
dioperasikan.
Periode dan Obyek Pemantauan (1/2)

Kegiatan Periode Obyek yang dipantau


Pemantauan • Rutin - • Papan duga air: tampungan, pelimpah,
Harian pengambilan dan V-Notch
Pemeriksaan • Rutin - • Rembesan pada tanggul dan sambungan
Harian pasangan batu/beton dengan tanah,
• Bocoran pada pasangan batu/beton
• Gangguan pada alur pelimpah.
Pemeriksaan • Rutin - • Retakan/pergeseran/penurunan pada tanggul,
Mingguan • Retak/pecah pada pasangan batu/beton,
• Fungsi pintu-pintu air,
• Lantai kolam penenang,
• Erosi buluh,
• Gulma air,
• Sampah,
• Pencemaran.
Periode dan Obyek Pemantauan (2/2)

Kegiatan Periode Obyek yang dipantau


Pemeriksaan • Rutin - • Pemanfaatan ruang pada tampungan situ,
Bulanan • Perubahan penggunaan lahan pada sempadan,
• Sumber pencemaran pada sempadan,
• Perubahan penggunaan lahan pada daerah
tangkapan air,
• Sumber pencemaran pada daerah tangkapan
air.
Pemeriksaan • Berkala • Pergeseran puncak/lereng tanggul (patok
6 Bulanan geser),
atau • Kualitas air (pengambilan sampel dan uji
tahunan. laboratorium),
• Batas areal tampungan,
• Sedimentasi (endapan di tampungan situ).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai