MENURUTHASANLANGULUNG
(TELA' AH ISLAMISASI ILMU )
1111 - - - - .
Ulll
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun oleh:
Maya Yuningsih
105011000149
engan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri clan
aya bertanggungjawab secara akademis alas apa yang saya tulis.
'ernyalaan ini dibuat sebagai salah satu syarat rnencrnpuh Ujian Mu1rnqasah.
:-:::,.,~~\
·M~~o;:.~JM~i:1h. ....... .
NIM .. \0.f9.. ll .<?().C>.1.Lf:~..... .
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Maya Yuningsih
105011000149
Penguji I
Prof. Dr. Armai Arief, M.A
NIP.: 19560119.198603.1.003
Penguji II
J.3 6,-
----{: D
2.o{ _
________
Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag
NIP.: 19670328.200003.1.001
Mengetahui
Dekan,
ABSTRAK
MAYA YUNINGSIH
NIM : 105011000149
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Maret2010
Pendidikan Islam sebagai salah satu pembicaraan yang tidak pemah akan
tuntas, selalu membuahkan berbagai macam penafsiran dan pemikiran sesuai
dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam sebagai ha! yang sangat krusial
bagi orang-orang muslim di seluruh dunia, selalu membutuhkan modifikasi dan
inovasi agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi agama, ihnu
pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu, dalam skripsi ini penulis membahas mengenai salah satu
pemikiran dalam dunia pendidikan Islam yang dapat memberikan suatu kontribusi
dan pengembangan bahkan sebagai penyempuma dari pendidikan-pendidikan
Islam yang telah ada. Yaitu Pendidikan Islam yang digagas oleh tokoh dari
Indonesia yang banyak berpengalaman di luar negeri. Beliau adalah Prof. Dr.
Hasan Langgulung, MA. Oleh karena pandangan-pandangan beliau yang sangat
luas dalam bidang pendidikan khususnya mengenai kondisi-kondisi yang terjadi
dalam masalah-masalah pendidikan di negara-negara Islam.
Salah satu perhatian Hasan yang ditujukan pada dunia pendidikan Islam
adalah masalah kurikulum. Menurut Hasan perlunya penyusunan kembali dasar-
dasar kurikulum dalam pendidikan Islam (islamisasi ilmu) melalui format yang
integralistik dengan berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam
pendidikan umum dan sebaliknya. Tidak ada dikotomi dalam pembelajaran,
semua ihnu pengetahuan diajarkan secara seimbang karena semuanya itu berasal
dari satu sumber yaitu Allah.
Skripsi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep-konsep dasar
sebuah filosofi dari pendidikan Islam dan daripadanya memperoleh inti masalah
kurikulum pendidikan Islam. Selain itu, tulisan ini menunjukkan bahwa desain
kurikulum secara fundamental tergantung pada filosofi pendidikan yang bisa
memberi landasan moral bagi perorangan maupun masyarakat.
KATA PENGANTAR
Sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan
bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk
yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad
SAW, Yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat
manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa
yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini dengan
judul "Konsep Kurikulum Peudidikau Islam Menurut Hasan Langgulung
(Tela'ah lslamisasi limn)" dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal,
namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada ;
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Penulis
DAFTARISI
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... .. ............ ... ..... ...... .. ............ .... .. .. 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 7
D. Perumusan Masalah............................................................... 8
E. Tujuan Penelitian................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian................................................................. 8
BABY PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 76
B. Saran...................................................................................... 77
DAFTARPUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan
menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan
dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Tanpa
pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan
generasi manusia masa lampau.
Bila ditinjau dari perspektif Pendidikan Islam, Pendidikan merupakan
sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan.
Kedewasaan dalam bentuk aka!, mental, maupun moral dalam rangka
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba
dihadapan khalik-Nya dan juga sebagai khalifatul fil ardh pada alam semesta
ini.
Pendidikan Islam berarti menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa
anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan
nasihat, sehingga ald1lak mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap
dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta beke1ja bagi
kemanfaatan tanah air. 1
Menurut M. Arifin pendidikan Islam bertugas mempertahankan,
menanamkan dan mengembangkan kelangsungan fondasi nilai-nilai Islam
1
Abudin Nata, (ed.), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h 59-
60.
3
5
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan lntegratif dan Optinza/isasi
Negara Dala111 Penyelenggaraan Pendidikan 111enuju Generasi sho/eh Muslih, Maka/ah Dalam
Seminar Nasianal Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I.
6
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan
Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65.
7
Abdullah Bin Hamd Asy Syabanah, Keterpurukan Mora/itas Umat Islam, Terj. dari Al-
Muslimun Wa Dzahiratul Hazimah An-Nafsiyah aleh Muhammad Suhadi, (Jakarta: lqra lnsan
Press, 2004), Cet I, h. 2.
3
5
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan Integratif dan Optbnalisasi
Negara Dalani Penyelenggaraan Pendidikan nzenuju Generasi sholeh Muslih, Maka/ah Dalam
Seminar Nasional Pendidikan. Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I.
6
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan
Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65.
7
Abdullah Bin Hamd Asy Syabanah, Keterpzm1kan Mora/itas Umat Islam, Terj. dari Al-
Muslimun Wa Dzahiratul Hazimah An-Nafsiyah oleh Muhammad Suhadi, (Jakarta: Iqra Insan
Press, 2004), Cet I, h. 2.
5
10
I-Iasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Isla111. .. , h. 82.
6
disekulerkan oleh dunia barat, dengan mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai
Islam dan menggantinya dengan budaya dan ajaran Barat.
Pada hakikatnya, ide Islamisasi ilmu pengetahuan muncul dan
dihubungkan dengan tokoh seperti Syed Naquib al-Artas, Ismail Raji al-·
Faruqi, Oesman Bakar dan lain-lain. Akan tetapi secara subtantif ide tersebut
telah muncul pada abad ke-19, yaitu ketika Syah Waliyallah da Sir Sayyid
Akhmad Khan yang mendirikan universitas Aligarth. Kedua tokoh ini
mempelopori kebangkitan pemikiran dan pengetahuan yang berorientasi
kepada Islam dan sekaligus bercorak modern. 11
Pada dasarnya, praktik Islamisasi ilmu pengetahuan telah berlangsung
sejak pennulaan Islam hingga zaman kita sekarang. Ayat pertama yang
diwahyukan kepada Nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu
pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Tuhan menekankan bahwa Dia adalah
sumber dan Asal ilnm pengetahuan manusia. 12
Dalam konteks islamisasi ilmu, Hasan Langgulung menegaskan bahwa ·
dalam proses pelaksanaan sebuah kurikulum hendaknya mampu mendorong
bagi terciptanya kondisi pembinaan kepribadian peserta didik yang tidak
hanya ditekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik, tapi juga pada tataran
afektif. Karena kurikulum dipandang sebagai tahapan-tahapan yang harus
dilalui pendidikan dalam mengembangkan aspek kepribadian peserta didik.
Oleh sebab itu beliau mendefinisikan kurikulum dengan ruang lingkup
yang luas, yakni :
Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di
luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh
dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesuai dengan tujuan-
tujuan pendidikan.13
Selain mampu mengembangkan potensi peserta didik, menurutnya ·
kurikulum hendalmya mampu menciptakan sesuatu proses dalam belajar
11
Mohan1mad Muchlis Solichin, lsla1nisasi Iflnu Pengetahuan dan Aplikasinya ... , h.16.
12
Syed Naquib Al-Attas, Fi/safat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The
Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Atlas oleh Wan Mohd Nor
Wan Daud, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. I, h. 340.
13
Hasan Langgulung, Peralihan Paradign1a Dalam Pendidikan Js!a1n dan Sains Sosial,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 241.
7
mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman. Dalam ha! ini lembaga
pendidikan yang diharapkan adalah lembaga pendidikan yang mampu
membantu terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
judul skripsi yakni KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.
MENURUT HASAN LANGGULUNG (Tela'ah Islamisasi Ilmu)
B. ldentifikasi Masalah
I. Rendahnya kualifikasi dan kompetensi siswa dalam memahami pelajaran
agama karena agama dianggap sebagai simbol dan sekedar ritual
keagamaam.
2. Rendahnya proses pelaksanaan pembelajaran pada taraf implementasi,
sehingga siswa hanya mengetahui konsep tapi tidak dapat
mengamalkannya.
3. Adanya ketimpangan dalam melaksanakan tujuan pendidikan.
4. Terdapat pemikiran yang khas yaitu islamisasi ilmu oleh Hasan·
Langgulung da!am kirikulum Pendidikan Islam.
5. Adanya upaya pengislaman ilmu oleh Hasan Langgulung terhadap
kurikulum yang telah terpengaruh oleh budaya Barat.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memperje!as dan memberi arah yang tepat dalam penulisan
skripsi ini maka penulis memberi batasan kajian dalam sk:ripsi ini. Dalam ha!
ini penjelasan difokuskan pada kajian pemikiran pendidikan Islam menurut
Hasan Langgulung tentang islamisasi ilmu dalam kurikulum, yang dibatasi
pada pengertian dan implementasi islamisasi ilmu Hasan Langgulung dalam
kurikulum Pendidikan Islam.
Islamisasi ilmu dalam konteks Hasan Langgulung di sini yakni menyusun
kembali dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih
integral, yang memadukan sistem terbaik dari peradaban pendidikan Islam
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini ·
yaitu:
• Bagaimana konsep islamisasi ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam
menurut Hasan Langgulung?
• Dimana letak islamisasi ilmu Hasan Langgulung terhadap pemikiran
Islam?
• Langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh Hasan Langgulung
sehingga proses islamisasi ilmu tersebut?
E. Tujuan Penelitian
I. Untuk mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung tentang islamisasi
ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam.
2. Untuk dapat mendeskripsikan komponen-komponen kurikulum
pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung.
3. Untuk dapat menjelaskan konsep kurikulum pendidikan dari segi filosofis.
4. Untuk dapat menjelaskan implementasi islamisasi ilmu menurut Hasan
Langgulung.
F. Manfaat Penelitian
I. Manfaat bagi mahasiswa; menjadi bahan referensi dan menambah kajian
keilmuan dalam meningkatkan wawasan akademis serta menjadi bahan
pijakkan untuk melaksanakan penelitian lanjutan.
2. Manfaat bagi institusi; menjadi bahan referensi dalam menentukan.
kebijakan terhadap kurikulum.
3. Manfaat bagi guru; menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menambah khazanah keilmuan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. lslamisasi llmu
1. La tar Belakang lslamisasi llmu
Perkembangan sains dan teknologi Barat atas masyarakat negara-
negara di seluruh dunia membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
gaya, corak dan pandangan kehidupan masyarakat. Seluruh masyarakat
seperti tak sadarkan diri mengikuti pola-pola pemikiran dari sains Barat,
sehingga cara berpikimya, cara pandangnya, dan persepsinya terhadap
sains dan hal-hal terkait yang menjadi implikasinya menjadi terbaratkan.
Selayaknya, perkembangan dan kemajuan yang tengah dirasakan
membawa kebahagiaan kepada manusia. Akan tetapi suatu kenyataan yang
amat pahit harus ditelan bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh,
hidup semakin sulit dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan
kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat dan perasaan tertekan kian
meningkat sehingga tidak ada kebahagiaan. 1
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya,
namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut
1
Zakiah Daradjat Peranan Agama da/am Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
1979), Cet IV, h. IO.
11
3
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan .. ., h 195
12
4
Mohammad Muchlis Solihin, ls!an1isasi J/Jnu Pengetahuan dan Aplikasinya dalan1
Pendidikan Js/a1n, Tadris, Volume 3, Non1or 1, 2008, h. 22.
5
http://zaldym.wordpres.Com/2009/01/11/suatu-analisa-tentang-konsep-pendidikan-
Islam/
13
6
Abudin Nata (ed), Kapita Se/ekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet I, h
126-127.
7
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalatn Js/a1n, Bandung: Mizan,
Cet VII, 1996, h95.
14
8
Syed Naquib Al-Attas, Filsafat dan Praktik ... , h. 336.
9
Ismail Raji Al-Faruqi, Jslamisasi I/mu Pengetahuan, (Bandung: Perpustakaan Salman
!TB, 1984), Cet !, h. 3-4.
16
12
Ismail Raji Al-Faruqi, Is/amisasi I/mu ... , h. 99-115.
13
Mohammad Muchlis Solichin, Islamisasi Ihnu Pengetahuan danAplikasinya ... , h. 24.
19
terdapat pula dalam bahasa Perancis "courir" artinya "to run" artinya
"berlari". Istilah ini digunakan untuk sejumlah "courses" atau mata
pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah. 14 secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah.
Sedangkan secara terminologis, kurikulum memiliki banyak arti,
menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution, berpendapat
bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah ..
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan
di kelas. 15
Secara sederhana kurikulum disebut sebagai program pendidikan untuk
sampai pada tujuan-tujuan pendidikan. Menu rut J .G Sailor pengertian
kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, rumusan basil belajar,
penyediaan kesempatan belajar, kewajiban dan pengalaman peserta
didik. 16
Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik kurikulum adalah program
pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 17
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan
berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk
menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum
terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan
arah proses pembelajaran.
14
Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Jsla1n, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, Cet I, h 29.
15
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakmta: Bumi Aksara, 1995, Cet II, h. 5-6.
16
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Pe11rndang-undangan Pendidikan
Agama Pada Seka/ah, Jakarta: Pena Citasatria, 2008, Cet I, h 36.
17
Oemar Hamalik, Afanajemen Penge111bangan Kurikultnn, Bandung: PT Remaja ·
Rosdakarya, 2006, Cet I, h I 0.
21
19
Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan Da/am Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press,
2005, Cet I, h 182.
20
Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 183-184.
21
Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 191.
22
26
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pen1ikiran ... , h 98.
26
29
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan .. ., h. 513.
30
Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jurnal Lektur, Vol. 13, No. 2 Desember
2007, h. 244
31
Latifah, Kurikulum Pendidikan .. ., h. 244.
29
33
Wina Sanjaya, Kurikulun1 dan Penibelajaran .. ., h 55.
34
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan ... , h. 53 l.
35
Wina Sanjaya, Kurik·ulznn dan ... ,h 42-55.
31
e. Landasan Organisatoris
Secara umum tujuan landasan orgnisatoris yakni memberikan
gambaran tentang bagaimana suatu kurikulum disusun dan sejauh
mana cakupannya. 36 Secara akademik, organisasi kurikulum
dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi sebagai berkut:
I) Kurikulum memusat pelajaran (subject centered curriculum) yaitu
kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran terpisah antara satu
dengan yang lain.
2) Kurikulum korelasi/kurikulum meluas (correlated curriculum)·
adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri/karakteristik tiap bidang
studi tersebut.
3) Kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) yaitu kurikulum
yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dalam
bentuk unit atau keselurihan.
4) Kurikulum memusat pada masyarakat (community centered
curriculum) yaitu kurikulum yang mengutamakan antara hubungan
sekolah dengan masyarakat.
5) Kurikulum inti (core curriculum) yaitu bagian dari seluruh.
program penidikan yang dianggap penting, fundamental dan
esensial, dan harus diberikan anak didik agar menjadi warga negara
yang berguna serta efektif. 37
36
Malik TvfTT. Inovasi Kurikulzun Berbasis Loka/ di Pondok Pesantren. (Jakarta:
Departemen Agama, 2008), h. 34.
37
Iskandar Wiryokusurno dan Usman Mulyadi, Dasar-Dasar Penge111bangan Kuriku/zun,
Jakarta: PT Bina Aksara, 1988, Cet I, h. 62-63.
32
38
Hery Neer Aly, Jlmu Pendidikan .. ., h 164-165.
34
39
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam ... , h 158.
40
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam... , h 158.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Ramayulis dan Nizar Samsul, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh
Pendidikan Di Dunia Islam Dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), Cet I, h. 157,
37
2
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pera/ihan Paradig111a Da/am Pendidikan
Islam dan Sains Sosial, (Jakmta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 299.
3
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta:
Pustaka Al-Husna, I 985), Cet Ke-III, h.249.
38
4
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 2008), Cet Ke-VI, h. 413.
39
tergambar bahwa peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu
konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. 5
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu untuk
mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung berdasarkan konteks yang·
relevan dengan kondisi sosial dan latar belakang keilmuan secara holistik
sehingga diperoleh pemahaman mendalam dan bermakna.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan filosofis dan pendekatan sosiologis.
I. Pendekatan Filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam diartikan sebagai
studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran
Islam. Konsepsi filosofis bersumberkan kitab suci al-Qur'an dan Sunnah
Nabi Muhammad saw. Pendekatan ini memandang bahwa manusia adalah
makhluk rasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut
pengembangannya didasarkan pada sejauh mana pengembangan berfikir ·
dapat dikembangkan. 6
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran
filsafat tertentu seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, yang
akan mewarnai konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Pendekatan filosofis ini berfungsi memberikan arah agar teori yang
pendidikan yang telah dikembangkan oleh Hasan Langgulung mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata. Pandangan filosofis yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam pratek kependidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam
masyarakat.
Alasan penulis menggunakan pendekatan ini, bahwa pada hakikatnya
tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan
5
Lexy, J. Moleong, Metodo/ogi Penelilian Kua/itatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet 22, h. 6.
6
Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet I, h. I 00.
40
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pencarian data adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan membaca karya-karya Hasan
Langgulung sendiri sebagai data primer, buku-buku, majalah, dokumen,
catatan, serta jurnal sebagai data sekunder.
41
D. Somber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber
data, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer berupa buku inti yaitu
buku-buku karya Hasan Langgulung diantaranya:
I. Asas-asas Pendidikan Islam
2. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,
3. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi,
4. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan dan
5. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21.
6. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Selain itu, penulis juga mengacu pada tulisan-tulisan yang masih relevan
mengenai Hasan Langgulung diantaranya:
I. Skripsi yang ditulis Anwar yang berjudul konsep pendidikan anak menurut
pemikiran Hasan Langgulung (analisa ilmu Pendidikan Islam).
2. Jurnal yang ditulis Departemen Agama Badan Litbang dan Diklat Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama yang berjudul Perkembangan
Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan Modern.
3. Jurnal yang ditulis Latifah yang berjudul Kurikulum Pendidikan Islam.
Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahan-bahan tertulis seperti manuskrip, laporan, dan buku-buku pendidikan
42
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. 7
Adapun langkah-langkah pengolahan data yang digunakan penulis yaitu
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
I. Pemeriksaan data
Data yang terkumpul diperiksa kembali apakah masih terdapat kekurangan
atau ada yang tidak cocok dengan masalah penelitian.
2. Klasifikasi data
Klasifikasi data dilalrnkan dengan cara mengelompokkan data sesuai
dengan pokok bahasan agar mempermudah dalam menganalisa.
3. Penyusunan data
Penyusunan data dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data
pada setiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan
menganalisis permasalahan.
7
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelition ... , h. 248.
BAB IV
KONSEP ISLAMISASI ILMU DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN
ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG
A. Islamisasi Ilmu
1. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Secara bahasa, istilah ilmu pengetahuan memiliki kesamaan arti
dengan ilmu, pengetahuan, al- 'ilm, dan sains. Keempat istilah itu memiliki
makna dan maksud yang sama, sehingga istilah tersebut bebas digunakan
dalam wacana keilmiahan tanpa dikaitkan dengan konotasi-konotasi
pemahaman yang spesifik dan tertentu. 1
Menurut Imam Al-Nawawi ilmu adalah keyakinan yang kuat, tetap dan
sesuai dengan realita. Bisa juga berarti sifat yang membuat perbedaan
tanpa kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam aka!.2
Hasan Langgulung menegaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu
yang dapat diperoleh manusia baik yang bersumber dari wahyu maupun
yang diperoleh berdasarkan usaha manusia. 3
Konsep ilmu pengetahuan Hasan Langgulung, sejalan dengan
pemyataan dalam Konferensi Intemasional tentang Pendidikan Islam
tahun 1980 membuat rekomendasi bahwa semua pengetahuan datang dari
1
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritk, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 104.
2
Abu Fatiyah Al-Adnani, Agenda Al-Mizan, (Solo: Tim Pustaka Amanah, 2002) Cet Ke-
1, h. 11.
45
ILMU llmu-ilmu sejarah dan sosial, ilmu ini merupakan ilmu yang
berhubungan dengan manusia dan kebudayaan.
4
Ahmad Tafsir, I/mu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-VII, h. 8.
5
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-2I, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1988), h. 10-12.
46
Sosiolol!i
Antropolo2i Behaviour
Ekonomi Lain-Lain
DICARI
Se_iarah
IlmuMurni Matematika
Biolol!i
Fisikal Fisika
lLMU Kimi a
Ashari
Ka lam
Mu'tazilah
Tasawuf
Malild
WAHYU Hanafi
Fiqh
Shafi'i
Falsafah Hambali
6
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan .. ., h. 25.
47
sejalan dengan aka! yang diberikan kepada manusia, dan untuk mencari
ilmu pengetahuan. Kata-kata membaca, mengajar, pena dan mengetahui
berhubungan erat dengan konsep ilmu pengetahuan yang mendalam.
Selain itu, ayat ini mengandung Ilmu tentang asal-usul manusia dan
tentang dasar dari segala dasar, rahasia penciptaan manusia, siapa yang
menciptakan dan dari apa diciptakan.9
Mu'adz Bin Jabbal berkata: pelajarilah ilmu karena mempelajari ilmu
dapat mengharap wajah Allah, itu mencerminkan rasa khasyah,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah jihad, mengajarkan kepada orang lain yang belum mengetahui
merupakan shadaqah dan membelanjakannya untuk keluarga adalah
taqarrnb. 10
Dalam Islam, ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber yaitu:
a. Wahyu. Sebagai sumber asli seluruh pengetahuan memberi
kekuatan yang sangat besar terhadap bangunan pengetahuan,
bersifat absolut dan mutlak benar. Di samping itu, wahyu
memberikan bantuan intelektual yang tidak terjangkau oleh
kekuatan rasional dan empiris, sehingga pengetahuan yang
berdasarkan wahyu memiliki khazanah intelektual yang lebih
lengkap daripada sains. 11
b. Akal. Dalam pemikiran Islam aka! tidak pernah membatalkan
wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu, karena teks wahyu
tetap dianggap mutlak benar. Penggunaan aka! hanya untuk
memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal
hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. 12
9
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI Press, 1986), Cet Ke-II, h.
50.
"Abu Fatiyah Al-Adnani, Agenda Al-Mizan .. ., h. 13.
11
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam .. ., h. 105.
12
Harun Nasution, Akal dan Wahyu ... , 101.
50
kembali unsur-unsur pendidikan yang selama ini telah jauh dari nilai
agama.
Islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung yakni menyusun kembali
dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih
integral, yang memadukan sistem terbaik dari peradaban pendidikan Islam
dengan pendidikan secara umum. 16
Konsep ini berupaya mempertahankan tradisi keilmuan Islam dengan
segala perubahan dan perkembangan, serta berupaya mengambil nilai-nilai
positif dari peradaban yang selalu berkembang. Menurut Hasan,
pengertian pengislaman kurikulum sama halnya dengan penerapan nilai
Islam dalam kurikulum yang menempatkan empat komponen kurikulum
dalam konsepsi Islam. Dapat disimpulkan bahwa proses pengislaman itu
mengandung dua proses sebagai berikut:
a. Proses pembenaran konsep dan konsepsi yang tidak Islam yang
terkandung dalam kurikulum tersebut, dan menerangkan kesalahan
yang ada serta menunjukkan konsep yang benar.
b. Proses meletakkan konsep dan konsepsi yang terkandung dalam
Kurikulum dan tidak bertentangan dengan prinsip Islam dalam
kerangka dan paradigma Islam.
Konsep islamisasi ilmu Hasan Langgulung berbeda dengan konsep
islamisasi menurut al-Attas yang bersifat purifikasi, menyatakan bahwa
Islamisasi sebagai pembebasan manusia dari tradisi magis, mitos, animis,
dan faham kebangsaan dan kebudayaan pra-Islam, kemudian dari kendali
sekuler atas nalar dan bahasanya.
Berdasarkan kerangka operasionalnya, islamisasi ilmu Hasan
Langgulung bercorak modernisasi. Implikasi dari modernisasi ini adalah
membangun semangat umat Islam untuk selalu maju, progressif, selalu
melakukan perbaikan-perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakatnya agar
16
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam ... , h. 295.
52
17
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam .. ., h. 296.
53
20
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/sqfah Pendidikan Islam. Alih Bahasa:
DR. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 476.
55
21
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psiko/ogi ... , h. 195-196.
"Oemar Hamalik, Proses Be/ajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, h. 77.
56
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan
dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Dalam
usaha terkandung cita-cita, kehendak, kesengajaan serta
berkonsekwensi penyusunan daya upaya untuk mencapainya. Tujuan
pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal
ini disebabkan oleh fuingsi-fungsi yang dipikulnya.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah,
23
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidilwn ... , h. 295-296.
57
24
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Kencana, 2004), h 153.
25
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h. 58.
58
26
Samsul Nizar, Men1perbincangkan Dinamika lntelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet 1, h 117.
27
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1995),
h.96.
59
28
Hasan Langgulung, Pera/ihan Paradigma ... , h. 25.
62
bumi. Baik sebagai khalifah fil al-ardh maupum al-abd '. Dalam ha! ini
Pendidikan Islam dituntut untuk menawarkan materi pendidikan
universal. Yaitu pendidikan yang dapat menyentuh seluruh aspek
(potensi) peserta didik.
Sejalan dengan Hasan Langgulung, Nana Sudjana menegaskan
bahwa ada tiga kriteria dalam memilih isi materi kurikulum, antara
lain:
1) Isi kurikulum hams sesuai, tepat, bermakna bagi perkembangan
siswa.
2) Isi kurikulum hams mencerminkan kenyataan sosial yaitu sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3) Isi kurikulum hams mengandung pengatahuan ilmiah yang
komprehensif yaitu mengandung aspek intelektual, moral dan
sosial secara seimbang.
4) Isi kurkulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip
dan konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi
faktual belaka.
5) Isi kurikulum hams menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam ha! komponen isi cakupan mata pelajaran, Hasan
Langgulung menjelaskan rumusan ilmu dalam kurikulum Pendidikan
Islam yaitu:
1) Mata pelajaran dalam kurikulum penidikan Islam adalah
matapelajaran yang berkaitan dengan al-Qur'an dan hadits (ilmu
yang diwahyukan/ reveald knowledge).
2) Ilmu-ilmu tersebut membahas tentang manusia sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat (psikologi, sosiologi, sejarah).
3) Ilmu pengetahuan yang mengkaji alam (al-ulum kauniyahl natural
science) yang meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain.
Formulasi materi pendidikan yang demikian akan menghasilkan
sosok peserta didik sebagai manusia seutuhnya (insan kamil). Dalam
Islam, manusia senantiasa dipandang secara integral dan seimbang.
63
c. Metodologi Pendidikan
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari
dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti
jalan. Jadi metode berarti jalan · yang dilalui. Runes menerangkan
metode sebagai suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu
tujuan dan suatu teknik yang dipakai dalarn proses mencari ihnu
pengetahuan dari suatu materi tertentu.31
Konsep metodologi pendidikan menurut Hasan Langgulung tidak
hanya terbatas pada hal-hal pengajaran saja, tetapi meliputi berbagai
aspek yang akan membawa proses belajar mengajar bisa lebih efektif
seperti pengurusan (managerial) yang meliputi administrasi dan
kepegawaian, pendidikan guru, buku-buku teks, teknologi pendidikan
yang melipti berbagai aspek seperti audio visual material, teaching aids
dan lain-lain.
31
Al-Rasyidin, Fi/safat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet ke-2, h 65-
66.
64
32
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidlkan... , h. 308-309.
33
Omar Muhammad AI-Thoumi Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), h 553.
66
d. Penilaian
Penilaian atau evaluasi merupakan proses yang sangat penting
dalam pendidikan, karena dengan adanya penilaian dapat diketahui
tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan, dengan
seluruh komponen yang terlibat didalamnya, dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Menurut Hasan Langgulung, penilaian dalam kurikulum
Pendidikan Islam adalah upaya dalam menentukan keberhasilan
pendidikan yang ditinjau melalui tujuan pendidikan. Oleh karena
tujuan Pendidikan Islam mempunyai keistimewaan yaitu untuk
menyembah dan berbakti kepada Allah sepanjang hayat.
Dengan diadakannya penilaian, dapat dilihat tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, tingkat keberhasilan guru
dalam melaksanakan pembelajaran serta tingkat efektifitas strategi
pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian, hasil kegiatan
penilaian dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
perbaikan dan peningkatan kegiatan pendidikan.
Fungsi dari penilaian adalah untuk memilih orang-orang
berdasarkan kesanggupannya untuk mencapai tujuan-juan pendidikan,
juga sebagai peneguhan (ganjaran) bagi pelajar-pelajar. Landasan ini
mengacu pada teori psikologi, yang mengatakan bahwa segala tingkah
laku yang diteguhkan akan tetap, dan pendidikan pun mencapai
tujuannya. Sedang tingkah laku yang yang tidak diteguhkan akan
hilang.
Menurut Ngalim Purwanto, fungsi evaluasi adalah untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka
67
36
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008, Cet Ke-14, h. 5.
37
Colin Marsh dan Ken Stafford, Curriculum Practices and Issues, Australia: McGraw-
Hill Book Company, 1988), ed II, h. 252.
68
38
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan .. ., h 195-196.
69
yang sulit yang diberikan secara terus menerus dan antara materi yang
satu dengan materi yang lainnya saling terkait.
"Tuntutlah i/mu dari buaian sampai ke Jiang lahat ", "Tuntutlah ilmu
sampai ke negeri Cina". Ibnu Qhutaibah berkata: "Seorang tetap
menjadi orang a/im selama ia masih menuntut ilmu, apabila ia
menyangka telah tahu, sebenarnya ia adalah bodoh".
d. Keaslian, knrikulum Pendidikan Islam hendaknya mengambil
komponen, tujuan, kandungan, dan metodologi dari ajaran Islam tanpa
menolak unsur yang datang dari luar selama tidak bertentangan dengan
ruh ajaran Islam. Pendidikan Islam harus memberikan prioritas
terhadap pendidikan kerohanian yang diajarkan oleh Islam,
mengangkat derajat manusia tanpa meninggalkan alam kebendaan.
e. Bersifat ihniah, knrikulum Pendidikan Islam hendaknya memandang
sains dan teknologi sebagai salah satu komponen terpenting dari
peradaban modem, hanya dalam mengaplikasikannya harus sesuai
dengan semangat Islam.
f. Bersifat praktikal, kurikulum Pendidikan Islam tidak hanya mengacu
pada tataran teoritis saja, tetapi harus mengandung nilai-nilai praktikal
yang dapat dimanfaatkan Jangsung dalam kehidupan sehari-hari. Tugas
pendidikan Islam, selain membentuk manusia yang beriman kepada
ajaran Islam juga membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi
dan individu yang aktif dalam masyarakat.
g. Kesetiakawanan, di antara ajaran terpenting dalam Islam ialah
kerjasama, persaudaraan dan keterpaduan di kalangan kaum Muslim.
Kuriknlum Pendidikan Islam harus menanamkan dan menumbuhkan
rasa setia kawan dan persaudaraan dikalangan kaum muslimin, dan
antara pendidik dan peserta didik.
h. Keterbukaan, dalam kurikulum Pendidikan Islam harus ditanamkan
rasa kesamaan hak antar individu dan menghilangkan rasa fanatisme
karena di dalam Islam tiada etnisitas, hanya takwa dan iman yang
dapat membedakan seseorang. Pendidikan Islam adalah pendidikan
70
39
Hasan Langgulung, Pendidilwn Islam ... , h 142-145.
71
40
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psiko/ogi,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), Cet ke-III, h. 69.
41
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan .. ., h. 198.
72
dan rnanusia yang kaya akan informasi teoritis yang lebih rneningkat
atau Iebih intensif dan ekstensif dibandingkan dengan apa yang
dipelajari pada jenjang dasar. Rumpun ilrnu yang diberikan diambil
dari rurnpun ihnu yang sarna seperti pada jenjang dasar dengan
aksentuasi pada kompetensi pemecahan rnasalah.42
c. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi adalah suatu bentuk institusi sosial yang berfimgsi
sebagai pengajaran, penyelidikan dan pengabdian kepada masyarakat.
Instansi ini hams hams sanggup mengolah, rnenggarap,
rnengernbangkan dan rnenciptakan nilai-nilai budaya pada masyarakat,
rnemindahkan dan melanjutkan nilai-nilai budaya kepada generasi-
genarasi rnendatang.
Pewarisan kebudayaan dalam perguruan tinggi tidak hanya
memindahkan atau mengajarkan nilai-nilai sebagairnana adanya, tetapi
mengolah dan rnengembangkan nilai-nilai agar siap rnenghadapi
tantangan zaman yang selalu berkembang, sebab Perguruan tinggi
sebagai "agen pembaharu" atau "pusat pembaharuan". Perguruan
tinggi juga berfungsi sebagai pelayanan umum (public service) atau
disebut dengan pengabdian rnasyarakat, dimana perguruan tinggi turut
aktif mernberi sumbangan terhadap rnasalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.43
Pada perguruan tinggi pelajar-pelajar diberi peluang sebesar-
besamya untuk mengembangkan potensi-potensinya sendiri dalam
bentuk pilihan yang luas dalam kursus-kursus dan aktivitas-aktivitas
baik rnelalui kemudahan-kernudahan pelajaran yang disediakan seperti
perpustakaan, olahraga, komputer, laboratoriurn, atau melalui
pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh universitas terutama
pelayanan pelajar seperti: birnbingan dan penasehat disiplin, kegiatan
agarna, kebudayan dan lain-lain.
42
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam .. ., h. 122.
43
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam .. ., h. 93.
73
44
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h 113.
45
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan ... , h. 116.
75
B. Saran
Setelah berbicara jauh tentang islamisasi ilmu yang dilakukan oleh Hasan
Langgulung, penulis mengungkapkan gagasan berupa saran diantaranya:
I. Menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan di bawah frame work
agama.
2. Perancang kurikulum dan pelaksana pendidikan Islam hams berani
mengembangkan kerangka pengetahuan masa kini yang terartiknlasi
sepenuhnya dan kerangka pengetahuan hams dirancang secara aplikatif.
3. Perancang kurikulum pendidikan Islam hendaknya menciptakan teori-teori
sistem pendidikan yang memadukan ciri-ciri terbaik sistem tradisional dan
sistem modem.
4. Sistem pembelajaran harus menggambarkan kerangka teoritis ilmu dan
teknologi yang di dalamnya terdapat gaya-gaya dan metode-metode
aktivitas ilmiah dan teknologi yang sesuai dengan tinjauan dunia dan
mencerminkan nilai dan norma budaya muslim.
5. Dalam hal strategi, pendidik hendaknya menggunakan strategi pendidikan
yang membumi.
6. Perlu adanya perhatian dan dukungan dari pemimpin (pemerintah) atas
proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini.
DAFI'ARPUSTAKA
Al-Adnani, Abu Fatiyah. 2002. Agenda Al-Mizan. Solo: Tim Pustaka Amanah.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1981. Islam dan Sekulerisme. Bandung:
Pustaka.
_ _ , 1996. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan.
_ _ , 1998. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The Educational
Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh Wan
Mohd Nor Wan Daud, Bandung: Mizan.
Al Djamaly, Fadhil. 1988. Menerabos Krisis Pendidikan Dunia Islam. Jakarta:
Golden Terayon Press.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1984. Islamisosi llmu Pengetahuan. Bandung:
Perpustakaan Salman ITB.
Al Rasyidin dan Nizar Samsul. 2005. Filsafat Pendidikan Islmn. Ciputat: PT
Ciputat Press.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam.
Alih Bahasa: DR. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang.
Aly, Hery Noer. 1999. I/mu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Arief, Armai. 2002. Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Daradjat, Zakiah. 1979. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta:
Gunung Agung.
Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.
-'
2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,
Bandung: Al-Ma'arif
__,1985. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi.
Jakarta: Pustaka Al-Husna.
_ _, 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
_ _ , 1995. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikalogi dan Pendidikan.
Jakarta: PT Al-Husna Zik:ra.
_ _ , 2002. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
___, 2008. Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru.
Malik MTT. 2008. lnovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren.
Jakarta: Departemen Agama.
Marsh, Colin dan Stafford, Ken. 1988. Curriculum Practices and Issues,
Australia: McGraw-Hill Book Company.s
Muhaimin. 2006. Nuansa Boru Pendidikan Islam, Mengurai Benamg Kusut Dunia
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyanto. 2000. lslamisasi I/mu Pengetahuan. Dalam Moeflich Hasbullah,
Gagasan dan Perdebatan lslamisasi flmu Pengetahuan, Jakarta: PT
Pusataka Cidesindo.
Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press.
Nasution, S. 1995. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abudin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
Nata, Abudin dan Fauzan. 2005. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta:
UJNPress.
Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
_ _, 2008. Memperbincangkan Dinamika lntelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
~ Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
'J) Putrafaulay, Haidar. 2004. Pendidikan ls/am Dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritk, Jakarta: Erlangga.
Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,
Mengenal Tokoh Pendidikan Di Dunia Islam Dan Indonesia. Ciputat:
Quantum Teaching.
Sanjaya, Wina. 2008a. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana.
_ _ , 2008b. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasti. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Shofan, Mohammad. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya
Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Ircisod.
Sudja'ie, Ahmad. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer. Semarang: Pustaka Pelajar.
Tafsir, Ahmad. 2007. I/mu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wiryokusumo, lskandar dan Mulyadi, Usman. 1988. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Bina Aksara.
Yusuf, Choirul Fuad (Ed). 2008. Kajian Peraturan dan Perundang-undangan
PendidikanAgama Pada Sekolah. Jakarta: Pena Citasatria.
Zurinal. 2006. flmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press.
Makalah dan Jurnal
Ismail Yusanto, Muhammad. Menggagas Pendidikan Integratif dan Optima/isasi
Negara Dalam Penyelenggaraan Pendidikan menuju Generasi sholeh
Muslih, dalam Seminar Nasional Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta
2008.
Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jumal Lektur, Vol. 13, ·No. 2
Desember 2007.
Solichin, Mohammad Muchlis. Islamisasi I/mu Pengetahuan dan Ap/ikasinya
Dalam Pendidikan Islam, dalam Jumal Tadris, No 1, Volume 3, 2008.
-~-~·--·------,--~------------~~-.,..,.,~~~
· --DEPARTEMEN AGAMA. NQ, Dokumen FITK,FR-AKD-081
(..~,. UIN JAKARTA FORM (FR) lgl. Terbit 5 Januari 2009
[ ~ ~=.·· :f"~-'. FITK No. Revisi: 00
'-~-' Jf. fr. H. Juanda No 95 Cipulat 15412 Indonesia Hal 1/1
SURAT'BIMBINGAN SKRIPSI
Kepada Yth.
Dra. Djunaedatul M., M.Ag:
Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan .
Ul]\j SyarifHidayatullah
J akarti
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 27 April 2009,
abstraksi/ow/i11e terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksio;ial pada judul
tersebut. Aµabi\a pernbahan ~ubstansial dianggap perk mnhon pembimbing m<•nghuh1ngi
JL:rusan terlebih da\w.lu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan se\esai dalam waktu 6 (enam) bulan. dan dapat
c\iperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tan pa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan keija sama Saudara, kami ·ucapkan terima kasih.
Tembusan:
I . Dek&ri FITK