Anda di halaman 1dari 78

KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

MENURUTHASANLANGULUNG
(TELA' AH ISLAMISASI ILMU )

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1111 - - - - .
Ulll
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Disusun oleh:
Maya Yuningsih
105011000149

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
1431 H/2010 M
NO.Dokum~n-- .FITK-:f-R-::AKD-i589j
----··--------·-----~·-··----
DEPARTEMEN AGAMA
UIN JAl~ART A FORM (FR) Tgl. Terbit : 27 Juli 2009
i'l l?f.".....
FITK No. Revisi: : 00
1rn ____
w .· JI. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 !ndonesin Hal
----·--··-------
1/1
------·-----------~
SURAT PERNYATAAN KARYA
- - - - - - - ··----------------·--- SENDIRI
- -------------··--·-·-·------·--·-'

aya yang berianda langan di bawah ini,


Na 111 a : .. M.~{) kl ... .?.J.Y.r\r.Y\.<Q~.h ........ .
Ternpat/Tgl. Lahir : ... B.<.1<,a,.?. \ .; ..."& .. J!A.0.1.. ....l~.~~.
N~ivl : .. J9..~.q.l.l.D.C?~Y.:19.............. ..
Jurusan I Prodi : ... P11.................................. .
Judul Skripsi : ...~C?.~.~.~.P. ....ke.\'i ~ l~~ .... !Je.'!41c:IJ.~.,t;1.0... ·'·~ \ 0 M .... .
.... ~~!'~.:.~..... :ll~~~......~~'i\:!J~0.9........................ .
................................... ,..........................................................

Doscn Pemhimbing : I. .. 0.f.'t:<.:... t:fJ.: .. D.Jv.0.D.~t!.1... fvlY.00~o._rc._~, ..M.t\ .


2 ....................................................................... .

engan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri clan
aya bertanggungjawab secara akademis alas apa yang saya tulis.
'ernyalaan ini dibuat sebagai salah satu syarat rnencrnpuh Ujian Mu1rnqasah.

:-:::,.,~~\
·M~~o;:.~JM~i:1h. ....... .
NIM .. \0.f9.. ll .<?().C>.1.Lf:~..... .
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


MENURUTHASANLANGGULUNG
(Tela'ah Islamisasi limn)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

Maya Yuningsih
105011000149

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
2010/1431 H
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: "Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut


Hasan Langgulung (Tela'ah Islamisasi Ilmu)" telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah ·
Jakarta pada tanggal 22 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Jakarta, 22 Maret 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Jurusan Tanggal Tanda Tangan

Dr,, H. Abdul Fattah Wibisono, M.Ag ~~-LJ.__~~~-- ~


NIP.: 19580112.198803.1.002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag


NIP.: 19670328.200003.1.001

Penguji I
Prof. Dr. Armai Arief, M.A
NIP.: 19560119.198603.1.003
Penguji II
J.3 6,-
----{: D
2.o{ _
________
Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag
NIP.: 19670328.200003.1.001

Mengetahui
Dekan,
ABSTRAK
MAYA YUNINGSIH
NIM : 105011000149
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Maret2010

Pendidikan Islam sebagai salah satu pembicaraan yang tidak pemah akan
tuntas, selalu membuahkan berbagai macam penafsiran dan pemikiran sesuai
dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam sebagai ha! yang sangat krusial
bagi orang-orang muslim di seluruh dunia, selalu membutuhkan modifikasi dan
inovasi agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi agama, ihnu
pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu, dalam skripsi ini penulis membahas mengenai salah satu
pemikiran dalam dunia pendidikan Islam yang dapat memberikan suatu kontribusi
dan pengembangan bahkan sebagai penyempuma dari pendidikan-pendidikan
Islam yang telah ada. Yaitu Pendidikan Islam yang digagas oleh tokoh dari
Indonesia yang banyak berpengalaman di luar negeri. Beliau adalah Prof. Dr.
Hasan Langgulung, MA. Oleh karena pandangan-pandangan beliau yang sangat
luas dalam bidang pendidikan khususnya mengenai kondisi-kondisi yang terjadi
dalam masalah-masalah pendidikan di negara-negara Islam.
Salah satu perhatian Hasan yang ditujukan pada dunia pendidikan Islam
adalah masalah kurikulum. Menurut Hasan perlunya penyusunan kembali dasar-
dasar kurikulum dalam pendidikan Islam (islamisasi ilmu) melalui format yang
integralistik dengan berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam
pendidikan umum dan sebaliknya. Tidak ada dikotomi dalam pembelajaran,
semua ihnu pengetahuan diajarkan secara seimbang karena semuanya itu berasal
dari satu sumber yaitu Allah.
Skripsi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep-konsep dasar
sebuah filosofi dari pendidikan Islam dan daripadanya memperoleh inti masalah
kurikulum pendidikan Islam. Selain itu, tulisan ini menunjukkan bahwa desain
kurikulum secara fundamental tergantung pada filosofi pendidikan yang bisa
memberi landasan moral bagi perorangan maupun masyarakat.
KATA PENGANTAR

Sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan
bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk
yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad
SAW, Yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat
manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa
yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini dengan
judul "Konsep Kurikulum Peudidikau Islam Menurut Hasan Langgulung
(Tela'ah lslamisasi limn)" dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal,
namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada ;
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta

yang telah mengizinkan serta memberikan restu kepada penulis guna


menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusaan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, penulis haturkan terima kasih yang telah banyak
membantu dalam bidang administrasi dan supportnya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah M.A. selaku pembimbing yang telah
dengan sabar, ikhlas, dan tulus dalam memberikan bimbingan, dan telah
mengorbankan waktunya sehingga skripsi ini dapat terwujud.
4. Kepada kedua orang tua ayahanda (M. Mait) dan Ibunda (Neng Damia)
tercinta yang telah memberikan do'a tanpa lelah dan dorongan semangat baik
moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kakakku (Ahmad Firmansyah) dan adikku tercinta (lka Tasabilah)
terimakasih atas motivasi, saran dan kritik selama ini, you are the best.
6. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Umi Habibah, Lia Nurfauziah, Endah
Nurfauziah, Myra Mursidah, Hanifah, Siti Khoiriah, Tuti Alawiyah, Yasir
Muttaqin, Asep Sugiarto, Ahmad Qasim, Jhonson Harianto (thanks bukunya)
serta seluruh anggota PAI angkatan 2005 (khususnya kelas D, Bilingual Class,
Tafsir Hadits) yang tidak disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi
rasa sayang penulis terhadap kalian, terima kasih atas bantuan kalian selama
ini, canda tawa yang selalu menghiasi hari-hari penulis sehingga rasa lelah dan
penat terasa hilang dengan adanya kehadiran kalian.
7. Kepada keluarga besar yang berada di Mayestik khususnya Nenekku tercinta,
Tante Ime, Nopiyati, yang telah membantu dan mendukung penulis untuk
menyelesaikan studi di kampus tercinta.
Akhimya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis
menyatakan sebagai manusia yang tidak sempuma, maka dengan senang hati
penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempumanya skripsi ini.
Alhamdulillahirrabil 'aalamiiin.

Jakarta,18 Maret 2010

Penulis
DAFTARISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ..


HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR 181................................................................................................... viii

BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... .. ............ ... ..... ...... .. ............ .... .. .. 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 7
D. Perumusan Masalah............................................................... 8
E. Tujuan Penelitian................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI


A. Islamisasi Ilmu ...................................................................... 9
1. Latar Belakang lslamisasi Ilmu ...................................... 9
2. Definisi lslamisasi Ilmu .................................................. 13
3. Langkah-Langkah dalam Upaya Islamisasi Ilmu............ 16
B. Kurikulum Pendidikan Islam ................................................ 18
I. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam........................ 18
2. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan Islam................... 22
3. Landasan Pengembangan Kurikulum <lalam Pendidikan
Islam............................................................................... 24
a. Landasan Agama .... .... ... ....... .... .... .. ........ ........ ...... ...... 24
b. Landasan Falsafah ...................................................... 26
c. Landasan Psikologis................................................... 27
d. Landasan Sosial .......................................................... 29
e. Landasan Organisatoris .............................................. 31
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan
Islam............................................................................... 31
5. Rancangan Ideal Sebuah Kurikulum .............................. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Latar Penelitian (Biografi Tokoh) ......................................... 36
1. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan......................... 36
2. Penghargaan .... ................ .. .............. ........ ........ .. .... .......... 37
3. Karya-Karyanya............................................................... 38
B. Jen is Dan Pendekatan Penelitian ........................................... 38
C. Metode Penelitian.................................................................. 40
D. Sumber Data.......................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 42
F. TeknikPengolahan Data........................................................ 42
G. Metode Penulisan ...... .... .. .............. ........ ............... ....... .. ........ 43

BAB IV ISLAMISASI ILMU DALAM KURIKULUM PENIDIKAN


ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG

A. lslamisasi Ilmu ...................................................................... 44


1. Islam dan Ilmu Pengetahuan ........................................... 44
2. Islamisasi Ilmu Menurut Hasan Langgulung .................. 50
B. Implementasi Islamisasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan
Islam Menurut Hasan Langgulung ........................................ 52
1. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam 53
2. Menyusun Kembali Komponen Kurikulum dalam Pendidikan
Islam................................................................................ 55
a. Tujuan ......................................................................... 56
b. Isi Kurikulum ............................................................. 61
c. Metodologi Pendidikan .............................................. 63
d. Penilaian ..................................................................... 66
3. Menetapkan Prinsip-Prinsip Kurikulum dalam Pendidikan
Islam................................................................................ 68
4. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan
Islam................................................................................ 70
C. Analisis Terhadap Pemikiran Hasan Langgulung ................. 73

BABY PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 76
B. Saran...................................................................................... 77

DAFTARPUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan
menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan
dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Tanpa
pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan
generasi manusia masa lampau.
Bila ditinjau dari perspektif Pendidikan Islam, Pendidikan merupakan
sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan.
Kedewasaan dalam bentuk aka!, mental, maupun moral dalam rangka
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba
dihadapan khalik-Nya dan juga sebagai khalifatul fil ardh pada alam semesta
ini.
Pendidikan Islam berarti menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa
anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan
nasihat, sehingga ald1lak mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap
dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta beke1ja bagi
kemanfaatan tanah air. 1
Menurut M. Arifin pendidikan Islam bertugas mempertahankan,
menanamkan dan mengembangkan kelangsungan fondasi nilai-nilai Islam

1
Abudin Nata, (ed.), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h 59-
60.
3

cerdas, lebih berkemampuan dan lebih kreatif serta inovatif. Kurikulum


mempunyai andil besar dalam melahirkan harapan tersebut.
Di Indonesia dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali
pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984 (CBSA), 1994 ,
2004 (KBK), sampai yang sekarang yaitu KTSP. Pada hakikatnya seluruh
kurikulum tersebut diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang
sedang dihadapi bangsa ini yaitu mencerdaskan generasi penerus dengan
akhlak yang baik.
Seiring bergulirnya waktu, suatu fakta menunjukkan bahwa kurikulum
dalam pendidikan yang semestinya membantu mencerdaskan dan mencapai
tujuan pendidikan, sedikit demi sedikit tekikis oleh perkembangan zaman,
menjadi bersifat sekuler-materialistik. Penekanan tujuan pendidikan
diprioritaskan hanya pada aspek pengetahuan saja dan cenderung
mengabaikan aspek spiritual. 5 Senada dengan ungkapan Prof. Dr. Muktar
Buchori bahwa:
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai.
Pendidikan agama yang berlangsung terjebak hanya pada "pengetahuan
agama" yang lebih menekankan aspek kognitif siswa semata yang hanya
akan menghasilkan siswa yang mengetahui dan menguasai isi dan ajaran
agamanya namun tidak memiliki kemampuan bagaimana
mengimplementasikannya dalam realitas sosial. 6
Maraknya pemblokadean terhadap pengajaran agama, baik itu dari segi
materi ataupun dari moral. Dari segi materi, pengajaran agama selalu
dipojokkan dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempelajari
pelajaran agama, itu hanya urusan akhirat. Sedangkan dari segi moral bahwa
sarana-sarana pengajaran keagamaan selalu disudutkan sehingga guru dan
murid menjauh dari agamanya. 7

5
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan lntegratif dan Optinza/isasi
Negara Dala111 Penyelenggaraan Pendidikan 111enuju Generasi sho/eh Muslih, Maka/ah Dalam
Seminar Nasianal Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I.
6
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan
Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65.
7
Abdullah Bin Hamd Asy Syabanah, Keterpurukan Mora/itas Umat Islam, Terj. dari Al-
Muslimun Wa Dzahiratul Hazimah An-Nafsiyah aleh Muhammad Suhadi, (Jakarta: lqra lnsan
Press, 2004), Cet I, h. 2.
3

cerdas, lebih berkemampuan dan lebih kreatif serta inovatif. Kurikulum


mempunyai andil besar dalam melahirkan harapan tersebut.
Di Indonesia dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali
pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984 (CESA), 1994 ,
2004 (KBK), sampai yang sekarang yaitu KTSP. Pada hakikatnya seluruh
kurikulum tersebut diharapkan dapat menjawab berbagai pennasalahan yang
sedang dihadapi bangsa ini yaitu mencerdaskan generasi penerus dengan
akhlak yang baik.
Seiring bergulirnya waktu, suatu fakta menunjukkan bahwa kurikulum
dalam pendidikan yang semestinya membantu mencerdaskan dan mencapai
tujuan pendidikan, sedikit demi sedikit tekikis oleh perkembangan zaman,
menjadi bersifat sekuler-materialistik. Penekanan tujuan pendidikan
diprioritaskan hanya pada aspek pengetahuan saja dan cenderung
mengabaikan aspek spiritual.5 Senada dengan ungkapan Prof. Dr. Muktar
Buchori bahwa:
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai.
Pendidikan agama yang berlangsung te1jebak hanya pada "pengetahuan
agama" yang lebih menekankan aspek kognitif siswa semata yang hanya
akan menghasilkan siswa yang mengetalrni dan menguasai isi dan ajaran
agamanya namun tidak memiliki kemampuan bagaimana
mengimplementasikannya dalam realitas sosial. 6
Maraknya pemblokadean terhadap pengajaran agama, baik itu dari segi
materi ataupun dari moral. Dari segi materi, pengajaran agama selalu
dipojokkan dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempelajari
pelajaran agama, itu hanya urusan akhirat. Sedangkan dari segi moral bahwa
sarana-sarana pengajaran keagamaan selalu disudutkan sehingga guru dan
murid menjauh dari agamanya. 7

5
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan Integratif dan Optbnalisasi
Negara Dalani Penyelenggaraan Pendidikan nzenuju Generasi sholeh Muslih, Maka/ah Dalam
Seminar Nasional Pendidikan. Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I.
6
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan
Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65.
7
Abdullah Bin Hamd Asy Syabanah, Keterpzm1kan Mora/itas Umat Islam, Terj. dari Al-
Muslimun Wa Dzahiratul Hazimah An-Nafsiyah oleh Muhammad Suhadi, (Jakarta: Iqra Insan
Press, 2004), Cet I, h. 2.
5

pendidikan agama berjalan tanpa dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi,


sebaliknya pendidikan umum hadir tanpa sentuhan agama.
Adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan dengan hasil yang di·
harapkan yakni cenderung hanya sekedar mengetahui konsep, tetapi tidak ada
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak berfungsinya guru dan
lingkungan sekolah sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya serta
kehidupan keluarga dan masyarakat yang tidak mendukung.
Melihat gejala sosial seperti yang telah dipaparkan, Salah satu tokoh
Pendidikan Islam yaitu Prof. Dr. Hasan Langgulung juga menyatakan bahwa
masa-masa kejayaan dan keemasan pendidikan Islam yang ditandai dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan tengah berlalu, dan kini berubah menjadi
masa keruntuhan dan kebekuan umat.
Islam yang menjadi landasan umat mengalami kebekuan dan kejumudan,
sifat-sifat positifnya menjadi negatif dan lebih merupakan slogan daripada ·
sebagai tindakan. Al-Qur'an tidak lagi merupakan jiwa umat tetapi menjadi
kitab yang hanya dibaca, dikubur dan ditulis dengan tinta emas dengan huruf-
huruf di atas kertas yang indah. Dalam bidang pemikiran aktivitas hanya
berkisar pada silat lidah mengenai soal-soal formal dan masalah-masalah
furu' .10
Oleh sebab ilu, Hasan Langgulung memandang perlu menggagas sebuah
ide gerakan yang bersifat pendidikan, pembaharuan dan konservatif. Hasan
konservatif sebab mengajak kembali kepada sumber-sumber pokok Islam,
yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Hasan bersifat pembaharuan sebab mengajak
membaharui pemahaman terhadap Islam dan membenarkan aqidah dan
memumikannya dari segi paham dan kebatilan yang menghalangi pemahaman.
yang benar terhadap Islam.
Dalam konteks pendidikan, jalan yang ditempuh oleh Hasan adalah
mengembangkan konsep islamisasi ilmu dalam pendidikan Islam yaitu pada
aspek kurikulum. Oleh sebab kurikulum yang berjalan saat ini telah

10
I-Iasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Isla111. .. , h. 82.
6

disekulerkan oleh dunia barat, dengan mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai
Islam dan menggantinya dengan budaya dan ajaran Barat.
Pada hakikatnya, ide Islamisasi ilmu pengetahuan muncul dan
dihubungkan dengan tokoh seperti Syed Naquib al-Artas, Ismail Raji al-·
Faruqi, Oesman Bakar dan lain-lain. Akan tetapi secara subtantif ide tersebut
telah muncul pada abad ke-19, yaitu ketika Syah Waliyallah da Sir Sayyid
Akhmad Khan yang mendirikan universitas Aligarth. Kedua tokoh ini
mempelopori kebangkitan pemikiran dan pengetahuan yang berorientasi
kepada Islam dan sekaligus bercorak modern. 11
Pada dasarnya, praktik Islamisasi ilmu pengetahuan telah berlangsung
sejak pennulaan Islam hingga zaman kita sekarang. Ayat pertama yang
diwahyukan kepada Nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu
pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Tuhan menekankan bahwa Dia adalah
sumber dan Asal ilnm pengetahuan manusia. 12
Dalam konteks islamisasi ilmu, Hasan Langgulung menegaskan bahwa ·
dalam proses pelaksanaan sebuah kurikulum hendaknya mampu mendorong
bagi terciptanya kondisi pembinaan kepribadian peserta didik yang tidak
hanya ditekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik, tapi juga pada tataran
afektif. Karena kurikulum dipandang sebagai tahapan-tahapan yang harus
dilalui pendidikan dalam mengembangkan aspek kepribadian peserta didik.
Oleh sebab itu beliau mendefinisikan kurikulum dengan ruang lingkup
yang luas, yakni :
Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di
luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh
dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesuai dengan tujuan-
tujuan pendidikan.13
Selain mampu mengembangkan potensi peserta didik, menurutnya ·
kurikulum hendalmya mampu menciptakan sesuatu proses dalam belajar
11
Mohan1mad Muchlis Solichin, lsla1nisasi Iflnu Pengetahuan dan Aplikasinya ... , h.16.
12
Syed Naquib Al-Attas, Fi/safat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The
Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Atlas oleh Wan Mohd Nor
Wan Daud, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. I, h. 340.
13
Hasan Langgulung, Peralihan Paradign1a Dalam Pendidikan Js!a1n dan Sains Sosial,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 241.
7

mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman. Dalam ha! ini lembaga
pendidikan yang diharapkan adalah lembaga pendidikan yang mampu
membantu terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
judul skripsi yakni KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.
MENURUT HASAN LANGGULUNG (Tela'ah Islamisasi Ilmu)

B. ldentifikasi Masalah
I. Rendahnya kualifikasi dan kompetensi siswa dalam memahami pelajaran
agama karena agama dianggap sebagai simbol dan sekedar ritual
keagamaam.
2. Rendahnya proses pelaksanaan pembelajaran pada taraf implementasi,
sehingga siswa hanya mengetahui konsep tapi tidak dapat
mengamalkannya.
3. Adanya ketimpangan dalam melaksanakan tujuan pendidikan.
4. Terdapat pemikiran yang khas yaitu islamisasi ilmu oleh Hasan·
Langgulung da!am kirikulum Pendidikan Islam.
5. Adanya upaya pengislaman ilmu oleh Hasan Langgulung terhadap
kurikulum yang telah terpengaruh oleh budaya Barat.

C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memperje!as dan memberi arah yang tepat dalam penulisan
skripsi ini maka penulis memberi batasan kajian dalam sk:ripsi ini. Dalam ha!
ini penjelasan difokuskan pada kajian pemikiran pendidikan Islam menurut
Hasan Langgulung tentang islamisasi ilmu dalam kurikulum, yang dibatasi
pada pengertian dan implementasi islamisasi ilmu Hasan Langgulung dalam
kurikulum Pendidikan Islam.
Islamisasi ilmu dalam konteks Hasan Langgulung di sini yakni menyusun
kembali dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih
integral, yang memadukan sistem terbaik dari peradaban pendidikan Islam
8

dengan pendidikan secara umum, serta implementasi adalah langkah-langkah


yang ditempuh dalam upaya pencapaian islamisasi ilmu tersebut.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini ·
yaitu:
• Bagaimana konsep islamisasi ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam
menurut Hasan Langgulung?
• Dimana letak islamisasi ilmu Hasan Langgulung terhadap pemikiran
Islam?
• Langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh Hasan Langgulung
sehingga proses islamisasi ilmu tersebut?

E. Tujuan Penelitian
I. Untuk mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung tentang islamisasi
ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam.
2. Untuk dapat mendeskripsikan komponen-komponen kurikulum
pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung.
3. Untuk dapat menjelaskan konsep kurikulum pendidikan dari segi filosofis.
4. Untuk dapat menjelaskan implementasi islamisasi ilmu menurut Hasan
Langgulung.

F. Manfaat Penelitian
I. Manfaat bagi mahasiswa; menjadi bahan referensi dan menambah kajian
keilmuan dalam meningkatkan wawasan akademis serta menjadi bahan
pijakkan untuk melaksanakan penelitian lanjutan.
2. Manfaat bagi institusi; menjadi bahan referensi dalam menentukan.
kebijakan terhadap kurikulum.
3. Manfaat bagi guru; menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menambah khazanah keilmuan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. lslamisasi llmu
1. La tar Belakang lslamisasi llmu
Perkembangan sains dan teknologi Barat atas masyarakat negara-
negara di seluruh dunia membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
gaya, corak dan pandangan kehidupan masyarakat. Seluruh masyarakat
seperti tak sadarkan diri mengikuti pola-pola pemikiran dari sains Barat,
sehingga cara berpikimya, cara pandangnya, dan persepsinya terhadap
sains dan hal-hal terkait yang menjadi implikasinya menjadi terbaratkan.
Selayaknya, perkembangan dan kemajuan yang tengah dirasakan
membawa kebahagiaan kepada manusia. Akan tetapi suatu kenyataan yang
amat pahit harus ditelan bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh,
hidup semakin sulit dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan
kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat dan perasaan tertekan kian
meningkat sehingga tidak ada kebahagiaan. 1
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya,
namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut

1
Zakiah Daradjat Peranan Agama da/am Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
1979), Cet IV, h. IO.
11

masyarakal pada umumnya unluk mendapalkan pembenaran-pembenaran


secara ilmiah.
Dari penerapan konsep sekulerisasi ini, ada beberapa kelompok
masyarakal yang dirugikan, mereka adalah kelompok masyarakal yang
memilki ikalan moral dengan ajaran agamanya, lerulama masyarakal
Muslim. Kelika mengikuli ams perkembangan sains modern dari Baral,
mereka secara sadar maupun lerpaksa harus mengganlikan nilai-nilai
religius mereka dengan nilai-nilai sekuler yang sangal konlras.
Pada hakikalnya, agama diyakini memilki peranan unluk mewarnai
bangunan ilmu pengelahuan dan unsur-unsur lain yang lerkait. Namun
kenyalaannya, masyarakal muslim seolah dipaksa unluk melaksanakan
ajaran sekuler (sekulerisme) dalam seluk beluk kehidupan lanlaran ·
derasnya arus sekularisasi. Secara riil sekarang ini mereka semakin
menjauhi nilai-nilai religius Islam.
Syed Naquib al-Attas secara legas menyalakan bahwa lanlangan
lerbesar yang secara diam-diam lelah limbul dalam zaman kila adalah
lanlangan pengelahuan yang disebarkan ke seluruh dunia oleh peradaban
Baral. Sifal pengelahaun Baral lersebut lelah menjadi penuh permasalahan
karena lelah kehilangan maksud yang sebenarnya sebagai akibat dari
pemahaman yang lidak adil. 3
Apa yang dirumuskan dan disebarkan oleh Barat adalah ilmu
pengetahuan yang telah dituangi dengan walak dan kepribadian peradaban
barat ilu sendiri. Ilmu pengalahuan yang disebarkan itu hanyalah ·
pengelahuan semu yang dilebur secara halus dengan sejali sehingga orang-
orang yang mengambil dengan tidak sadar seakan-akan menerima
pengelahuan yang sejali.
Berkembangnya ilmu pengetahuan yang lelah salah dalam memahami
ilmu dan keluar dari maksud dan lujuan ilmu itu sendiri meskipun ilmu
pengetahuan yang di kembangkan oleh peradaban Baral telah memberikan
manfaal dan ke makmuran kepada manusia, namun ilmu pengelahuan itu

3
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan .. ., h 195
12

juga telah menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi. Ilmu


pengetahuan modem yang di kembangkan di atas pandangan hidup,
budaya dan paradaban Barat, menurut Al-attas dipengaruhi oleh lima
faktor, yaitu:
a. Mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia,
b. Bersikap dualistik terhadap relaitas dan kebenaran,
c. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan
sekuler,
d. Membela doktrin humanisme,
e. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan
dalam fitrah dan eksistensi manusia.4
Berkaitan dengan keprihatinan itu, para tokoh Islam menggagas
Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk menetralisir pengaruh ·
sains Barat modem sekaligus menjadikan Islam sebagai paradigma ilmu
pengetahuan. Mereka berupaya membersihkan pemikiran-pemikiran
muslim dari pengaruh negatif kaidah-kaidah berpikir ala sains modem,
sehingga pemikiran muslim benar-benar steril dari konsep sekuler.
Munculnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini menunjukkan
adanya kesadaran di kalangan cendekiawan muslim terhadap
ketimpangan-ketimpangan yang merupakan akibat terpisah dan terkotak-
kotaknya sains dengan agama, antara lain berupa perkembangan ilmu dan
teknologi yang semakin lama semakin canggih, tetapi ternyata makin
meninggalkan nilai etis dan agamis.
Dalam bahasa lain, seakan al-Faruqi mengatakan bahwa masalah ·
dikotomi pendidikan Islam berangkat dari kegagalan dalam merumuskan
tauhid dan bertanhid. Kegagalan ini tentunya melahirkan syirik yang
berakibat adanya dikotomi pemikiran Islam, dikotomi pemikiran Islam
5
melahirkan adanya dikotomi keilmuan dan kurikulum.

4
Mohammad Muchlis Solihin, ls!an1isasi J/Jnu Pengetahuan dan Aplikasinya dalan1
Pendidikan Js/a1n, Tadris, Volume 3, Non1or 1, 2008, h. 22.
5
http://zaldym.wordpres.Com/2009/01/11/suatu-analisa-tentang-konsep-pendidikan-
Islam/
13

Dikotomi keilmuan dan kurikulum mengakibatkan terjalinnya


dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikan. Dikotomi keilmuan dan
kurikulum mengakibatkan terjadinya dikotomi proses pencapaian tujuan
pendidikan. Dikotomi proses tujuan pendidikan pada akhirnya
menyebabkan dikotomi alumni pendidikan yang berkepribadian ganda
yang justru melahirkan dan kemudian memperkokoh sistem kehidupan
umat yang rasionalistis, sekularistis, dan matrealistis. Kerangka seperti ini
pada intinya muncul oleh karena gagalnya mendefinisikan tauhid dalam
dunia pendidikan.

2. Definisi lslamisasi Ilmu


lslamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu respon
terhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan
Barat yang be1tumpu pada suatu pandangan dunia yang bersifat ·
materialistis dan relavistis, menganggap bahwa pendidikan bukan untuk
membuat manusia bijak, yakni mengenali dan mengakui posisi masing-
masing dalam tertib realitas, tapi memandang realitas sebagai sesuatu yang
bermakna secara material bagi manusia. 6
Islamisasi ilmu pengetahuan pertama kali dilontarkan oleh Syed
Muhammad Naquib al-Attas. Definisi lslamisasi ilmu dalam konsepsi al-
Attas lahir dari pengetahuan dan pemahamannya terhadap konsep
Islamisasi ilmu secara umum sebagaimana yang terjadi dalam sejarah
Islam. al-Attas mendefinisikan Islamisasi secara umum yaitu: lslamisasi
adalah pembebasan manusia, pertama dari tradisi magis, mitos, animis,
dan faham kebangsaan dan kebudayaan pra-Islam, kemudian dari kendali ·
sekuler atas nalar dan bahasanya. 7
Dari pengertian Islamisasi di atas, terdapat dua lapisan sasaran penting
dalam proyek lslamisasi, yaitu tingkat individu dan pada tingkat bahasa

6
Abudin Nata (ed), Kapita Se/ekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet I, h
126-127.
7
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalatn Js/a1n, Bandung: Mizan,
Cet VII, 1996, h95.
14

(linguistik). Pada tingkat individu dan pribadi, Islamisasi berkenaan


dengan pengakuan terhadap Nabi sebagai pemimpin dan pribadi teladan
bagi umat manusia; pada tingkat kolektif, sosial dan historis, ia berkaitan
dengan perjuangan umat ke arah realisasi kesempurnaan moralitas dan ·
etika yang telah dicapai pada zaman Nabi. 8
Sedangkan pada tingkat bahasa, Islamisasi berarti membersihkan dan
merehabilitasi kata-kata kunci yang penting bagi pembahasan ilmu dari
sisa-sisa efek sekularisasi yang ada. Islamisasi akan mengembalikan
bentuk semantik kata-kata kunci tersebut, kepada bentuk asalnya sehingga
pemahaman yang didapatkan darinya akan sesuai dengan pandangan hidup
serta pengalaman historis dan kultural di mana kata-kata itu terbentuk.
Tokoh lainnya yang menggagas Islamisasi ilmu pengetahuan adalah
Ismail Raji al-Faruqi, seorang ilmuwan kelahiran Palestina yang
bermukim di Amerika. Ia melontarkan ide Islamisasi ilmu pengetahuan
yang diikuti dengan pendirian sebuah lembaga penelitian International·
Institute ofIslamic Thought yang terkenal dengan singkatan III-T.
Ide ini lahir ketika al-Faruqi melihat kekalahan dan keterbelakangan
umat Islam dalam menghadapi dominasi dan kemajuan dunia Barat.
Kekalahan-kekalahan ini mengakibatkan kaum muslim dibantai, dirampas
kekayaannya, dirampas hak-hak dan kehidupannya. Dalam ha! ini umat
Islam disekulerkan, diwesternisasikan, dan dijauhkan dari nilai-nilai
agama, sehingga umat Islam pada saat itu menjadi umat yang mempunyai
citra buruk.
Sementara dalam kehidupan politik umat Islam terjadi perpecahan dan
pertikaian yang sengaja diciptakan oleh negara-negara Barat, sehingga
umat Islam terpecah menjadi lebih dari lima puluh negara yang berdiri.
sendiri. Untuk lebih menciptakan kestabilan di negara-negara Islam
mereka memasukkan orang-orang asing ke negara-negara Islam. 9

8
Syed Naquib Al-Attas, Filsafat dan Praktik ... , h. 336.
9
Ismail Raji Al-Faruqi, Jslamisasi I/mu Pengetahuan, (Bandung: Perpustakaan Salman
!TB, 1984), Cet !, h. 3-4.
16

3. Langkah-Langkah dalam Upaya lslamisasi limn


Menurut Muhaimin, dalam kerangka operasionalnya Islamisasi ilmu
pengetahuan memiliki beberapa model antara lain:
a. Purifikasi, yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempunyai arti
penyucian dan pembersihan. Dalam pirifikasi ini mengandung arti .
bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan harus dapat menyucikan ilmu
pengetahuan agar sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam.
b. Modernisasi. Islamisasi ilmu pengetahuan model modernisasi adalah
membangun semangat umat Islam untuk selalu modern, maju,
progresif, terus menerus mengusahakan perbaikan-perbaikan bagi diri
dan masyarakatnya agar terhindar dari keterbelakangan dan
ketertingalan di bidang ilmu pengetahuan.
c. Neo-Modernisme. Islamisasi ilmu pengetahuan dengan pola
neomodernisme adalah upaya memahami ajaran-ajaran Islam yang
terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits dengan memperhatikan
pemkiran intelektual muslim klasik dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan yang digunakan ilmu pengetahuan kontemporer.
Dalam ha! upaya Islamisasi ilmu, Ismail Raji al-Faruqi menegaskan
bahwa kewajiban pemikir muslim adalah melakukan Islamisasi, untuk
mendefinisikan dan menerapkan relevansi Islam hingga ke item-itemnya
di dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi al-Faruqi menawarkan
konsep operasionalnya berupa langkah-langkah konkrit dalam upaya
Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Penguasaan disiplin ilmu modern.
b. Survey disiplin ilmu.
c. Penguasaan khazanah Islam: sebuah antologi.
d. Penguasaan khazanah ilmiah Islam tahap analisa.
e. Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.
f. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern; tingkat
perkembangannya di masa kini.
17

g. Penilaian kritis terhadap khasanah Islam; tingkat perkembangannya


dewasa ini.
h. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam.
i. Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia.
j. Analisa kreatif dan sintesa.
k. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam: .
buku-buku daras tingkat universitas.
I. Penyebarluasan ilmu yang telah dilslamiskan. 12
Sedangkan al-Atlas menjelaskan secara konkrit bahwa upaya
Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan mengisolir unsur-
unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk peradaban Baral yang
dimiliki oleh pengetahuan modern saat ini terutama ilmu pengetahuan
humaniora. Dengan demikian, ilmu-ilmu alam, fisika dan aplikasinya
harus ditundukan dengan ajaran Islam, khususnya dalam fakta-fakta dan
formulasi teori-teori lainnya. Fakta dianggap tidak benar jika itu
bertentangan dengan pandangan hidup Islam.
Selanjutnya memasukkan unsur-unsur, konsep-konsep Islam dalam
setiap bidang dari ilmu pengetahuan modern yang relevan. Konsep-konsep
Islam yang harus menggantikan konsep-konsep barat tersebut adalah:
manusia, din, ilm dan ma 'rifah, hikmah, al-ad!', amal-adab, dan konsep
kulliyatjam 'iyah (universitas). 13
Jika kedua proses Islamisasi tersebut dilakukan, maka manusia akan
terbebas dari magic dan budaya yang bertentangan dengan Islam.
Islamisasi akan membebaskan manusia dari keraguan, dugaan, dan
argumentasi kosong menuju keyakinan akan kebenaran mengenai realitas
spiritual dan materi. Islamisasi akan membebaskan ilmu pengetahuan dari
ideologi, makna dan pernyataan-pernyataan sekuler.
Secara substansial, Islamisasi ilmu memiliki tujuan yang jelas yaitu
untuk meluruskan pemikiran-pemikiran orang Islam dari penyelewengan-

12
Ismail Raji Al-Faruqi, Is/amisasi I/mu ... , h. 99-115.
13
Mohammad Muchlis Solichin, Islamisasi Ihnu Pengetahuan danAplikasinya ... , h. 24.
19

terdapat pula dalam bahasa Perancis "courir" artinya "to run" artinya
"berlari". Istilah ini digunakan untuk sejumlah "courses" atau mata
pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah. 14 secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah.
Sedangkan secara terminologis, kurikulum memiliki banyak arti,
menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution, berpendapat
bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah ..
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan
di kelas. 15
Secara sederhana kurikulum disebut sebagai program pendidikan untuk
sampai pada tujuan-tujuan pendidikan. Menu rut J .G Sailor pengertian
kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, rumusan basil belajar,
penyediaan kesempatan belajar, kewajiban dan pengalaman peserta
didik. 16
Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik kurikulum adalah program
pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 17
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan
berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk
menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum
terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan
arah proses pembelajaran.

14
Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Jsla1n, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, Cet I, h 29.
15
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakmta: Bumi Aksara, 1995, Cet II, h. 5-6.
16
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Pe11rndang-undangan Pendidikan
Agama Pada Seka/ah, Jakarta: Pena Citasatria, 2008, Cet I, h 36.
17
Oemar Hamalik, Afanajemen Penge111bangan Kurikultnn, Bandung: PT Remaja ·
Rosdakarya, 2006, Cet I, h I 0.
21

memikul tanggung jawab dan peranan yang diharapkan dalam


masyarakat. 19
Dalam kurikulum pendidikan Islam materi pelajaran harus
mencerminkan idealitas Qur'an yang tidak memilah-milah jenis disiplin
ilmu secara taksonomis dikotomik. Senada dengan ini pandangan al-
Farabi, Ibn Sina dan para ahli didik Ikhwanus Shofa menegaskan bahwa
kesempurnaan ajaran agama itu tidak akan tercapai kecuali dengan
menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan. 20
Materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam itu
nilainya diukur berdasarkan keserasian antara iman (agama) dan ilmu.
pengetahuan (umum). Sebab keduanya terdapat hubungan fungsional yang
bersifat saling memperkokoh dan saling mempengaruhi, sehingga orang
yang makin bertambah ilmunya maka semakin kuat imannya, dan semakin
kuat imannya semakin terdorong pula untuk menambah ilmu.
Pandangan al-Ghazali terhadap kurikulum terkait dengan konsepnya
tentang ilmu pengetahuan, menurut beliau dalam menyusun kurikulum
pelajaran lebih memberikan perhatian khusus pada ilmu agama dan etika.
Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa al-Qur'an merupakan dasar pengajaran
bagi seluruh kurikulum sekolah dinegeri Islam sebab al-Qur' an merupakan
syiar agama yang menguatkan aqidah dan meresapkan keimanan. Al-
Qur'an dan Sunnah sebagai sumber inspirasi memberikan gambaran.
tentang materi yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses
kependidikan. 21
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta
didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ini menunjukkan

19
Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan Da/am Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press,
2005, Cet I, h 182.
20
Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 183-184.
21
Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 191.
22

bahwa proses kependidikan Islam harus mengacu pada konseptualisasi


manusia paripuma (baik sebagai khalifah maupun abd).

2. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan Islam


Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup
di masyarakat, tidak hanya menginternalisasi nilai atau hidup sesuai
dengan norma-norma masyarakat akan tetapi pendidikan juga harus berisi
tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Orientasi kurikulum sebagai bahan ajar (subject matter) merupakan.
gambaran dari suatu kurikulum sebagai bahan untuk membentuk kerangka
isi materi (contents) untuk disampaikan dan dilatih kepada siswa. Dalam
konteks ini, kurikulmn berfungsi sebagai acuan untuk menentukkan bahan
ajar yang akan disampaikan dan dilatihkan kepada siswa dalam pencapaian
kompetensi yang telah direncanakan dan ditetapkan. 22
Kurikulum juga sebagai seperangkat pengalaman, merupakan
gambaran bahwa kurikulum yang disusun dapat memberikan peluang
kepada siswa untuk melakukan pembelajaran atas dasar pengalaman
mereka (learning by experiences). Melalui pengalaman-pengalaman, siswa
akan dapat memperoleh banyak bentuk belajar dan dalam ha! ini guru
memposisikan diri sebagai fasilitator untuk mengeksplorasi pengalaman-.
pengalaman siswa tersebut.23
Dalam konteks ini, kurikulum berfungsi sebagai instrumen untuk
memberikan peluang kepada siwa untuk memulai pembelajaran atas dasar
pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya untuk kemudian
didiskusikan dengan teman-temannya dalam proses pembelajaran.
Kurikulum juga dianggap sebagai sebuah alat reproduksi budaya yang
merupakan gambaran bahwa dalam kurikulum hendaknya dapat memuat
22
Zurinal Z, llnzu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pe/aksanaan Pendidikan,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h 87-88.
23
Zurinal Z, I/mu Pendidlkan. .. , h 88.
25

Isi al-Qur' an mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu


menyentuh seluruh potensi manusia, baik itu motivasi untuk
mempergunakan pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi .
kepentingan formulasi lanjut pendidikan manusia, motivasi agar
manusia mempergunakan akalnya, dan motivasi agar manusia
mempergunakan hatinya untuk mampu mentransfer nilai-nilai
pendidikan Ilahiah.
Dasar pendidikan Islam kedua adalah Hadits. Eksistensi Hadits
merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan
keputusan dan penjelasan Nabi dari pesan-pesan Ilahiah yang tidak
terdapat dalam al-Qur' an, maupun yang terdapat dalam al-Qur' an, tapi
masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut secara terperinci. 26
Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW.
merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan .
universal, sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan
(adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di mana proses
pendidikan tersebut berlangsung dengan dibalut oleh pilar-pilar akidah
Islamiah.
Sementara sumber-sumber lainnya yang sering digolongkan oleh
para ahli seperti ijma', qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap
baik (ihtihsan), adalah merupakan penjabaran dari kedua sumber
diatas. Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus diletakkan
pada apa yang telah digariskan oleh sumber-sumber tersebut dalam
rangka menciptakan manusia yang bertaqwa sebagai abd' dan tegar
sebagai khalifah Allah dimuka bumi.
Pendidikan yang berdasar pada agama Islam haruslah berusaha
agar kurikulumnya dapat menolong pelajar-pelajarnya untuk membina
iman yang kuat dan sehat kepada Allah, rasul-rasul, malaikat, kitab-
kitab, qadha dan qadar, hari akhirat dan apa yang terkandung di

26
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pen1ikiran ... , h 98.
26

dalamnya termasuk kebangkitan, penghimpunan, perkiraan dan


pembalasan. 27
Dengan landasan agama in, kurikulum diharapkan dapat menolong
siswa untuk teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan ·
melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat.

b. Landasan Falsafah dalam Pengembangan Kurikulum


Filsafat sebagai Iandasan pengembangan kurikulum dan sebagai
suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam
parses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam
proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan
arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup
atau value system, maka dapat ditentukan hendak dibawa kemana
siswa yang dididik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau
materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin.
dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara
pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan
pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui
filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur
keberhasilan proses pendidikan. 28
Kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan
anggota masyarakat yang dapat mempertahankan, mengembangkan
dan dapat hidup dalam sistem nilai masyarakatnya sendiri, oleh sebab
itu dalam proses pengembangan kurikulum harus mencerminkan
sistem nilai masyarakat.
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang .
sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara
menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan
pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan,
27
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/sq/ah Pendidikan Islam, Alih Bahasa:
DR. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 524.
28
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembe/ajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h 43.
27

serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Di Indonesia,


penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus
memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-
Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.

c. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum


Imam Ghazzali adalah salah seorang di antara pendidik-pendidik
Islam yang sangat memberatkan pengkajian terhadap spikologi pelajar,
ciri-ciri psikologinya, dan perlunya menaruh perhatian pada
perbedaan-perbedaan perseorangan di kalangan murid-murid.29
Pada dasarnya, terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam
psikologi perkembangan mengkaji tentang hakikat perkembangan,
pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas.
perkembangan individu, serta ha! lainnya yang berhubungan dengan
. ct•1v1•ct u. 30
perkem bangan m
Sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar
mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai
aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
31
pengembangan kurikulum.
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni
menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar
mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak.
dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini

29
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan .. ., h. 513.
30
Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jurnal Lektur, Vol. 13, No. 2 Desember
2007, h. 244
31
Latifah, Kurikulum Pendidikan .. ., h. 244.
29

maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan


perkembangannya.
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak
didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Pemahaman
tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting.
Dengan demikian, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi
perkembangan anak dan psikologi belajar anak.

d. Landasan Sosial dalam Pengembangan Kurikulum


Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
te1jun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan
baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan
diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat,
dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan.
dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Oleh sebab itu, di situ ia harus
memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh
tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa
kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya
harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka
dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai
alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Sekolah tidak hanya
berfungsi sebagai dalam mewarisi kebudayaan dan nilai-nilai
30

masyarakat, tapi juga mempersiapkan anak didik dalam kehidupan


masyarakat.33
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang
harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu
dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-
nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang
kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum.
Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek .
merupakan faktor yang benar-benar harus dipe1timbangkan dalam
pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor
penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah
satu asas.
Tugas kurikulum berdasar pada landasan sosial adalah menuntun
anak agar turut serta dalam proses pemasyarakatan (socialization),
membantu mereka beradaptasi di tempat mereka hidup, mendapatkan
kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya dan cara berfikir
dan tingkah laku yang diinginkan, sikap kerjasama dan menghargai
tanggungjawab dan kesediaan berkorban demi membela akidah, tanah
air. 34
Sehubungan dengan landasan sosial dalam pengembangan
kurikulum, maka dalam hal ini para pengembang kurikulum
hendaknya melaksanakan hal-hal berikut: pertama, mempelajari dan
memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang
mengikuti tuntutan zaman. Kedua, menganalisis budaya masyarakat
tempat sekolah berada. Ketiga, menganalisis kekuatan serta potensi-
potensi daerah. Keempat, menganalisis syarat dan tuntutan tenaga
kerja. Kelima, menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka
kepentingan masyarakat. 35

33
Wina Sanjaya, Kurikulun1 dan Penibelajaran .. ., h 55.
34
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan ... , h. 53 l.
35
Wina Sanjaya, Kurik·ulznn dan ... ,h 42-55.
31

e. Landasan Organisatoris
Secara umum tujuan landasan orgnisatoris yakni memberikan
gambaran tentang bagaimana suatu kurikulum disusun dan sejauh
mana cakupannya. 36 Secara akademik, organisasi kurikulum
dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi sebagai berkut:
I) Kurikulum memusat pelajaran (subject centered curriculum) yaitu
kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran terpisah antara satu
dengan yang lain.
2) Kurikulum korelasi/kurikulum meluas (correlated curriculum)·
adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri/karakteristik tiap bidang
studi tersebut.
3) Kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) yaitu kurikulum
yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dalam
bentuk unit atau keselurihan.
4) Kurikulum memusat pada masyarakat (community centered
curriculum) yaitu kurikulum yang mengutamakan antara hubungan
sekolah dengan masyarakat.
5) Kurikulum inti (core curriculum) yaitu bagian dari seluruh.
program penidikan yang dianggap penting, fundamental dan
esensial, dan harus diberikan anak didik agar menjadi warga negara
yang berguna serta efektif. 37

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Islam


Pendidikan Islam dibangun atas dasar pemikiran yang Islami, bertolak
dari pandangan hidup dan pandangan tentang manusia, serta diarahkan
kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam. Pemikiran

36
Malik TvfTT. Inovasi Kurikulzun Berbasis Loka/ di Pondok Pesantren. (Jakarta:
Departemen Agama, 2008), h. 34.
37
Iskandar Wiryokusurno dan Usman Mulyadi, Dasar-Dasar Penge111bangan Kuriku/zun,
Jakarta: PT Bina Aksara, 1988, Cet I, h. 62-63.
32

tersebut pada akhimya akan melahirkan kurikulum yang khas Islami.


Menurut Abdurrahman al-Nahlawi kurikulum pendidikan Islam mengacu
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pertama, kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa
siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat
serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun
keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab
itu, sistem dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan fitrah
manusia, agar tetap berada dalam kesuciannya dan tidak menyimpang.
Kedua, Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti ·
periodesasi perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum
khusus berdasarkan perbedaan jenis kelamin (wanita dan pria) mengingat
adanya perbedaan peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan
sosial. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu diperhatikan
kesinambungan dan sating keterkaitan antara materi pelajaran pada
berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Prinsip ini berfungsi untuk
menjaga agar tidak ada pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan
program pengajaran tidak berjalan efektif dan efisien, dan juga untuk
menunjang keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada
jenjang pendidikan tertentu.
Ketiga, Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata .
masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan pendidikan.
Kurikulum hendaknya pula disesuaikan dengan kondisi dan liungkungan,
seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan adanya perbedaan
pola kehidupan: agraris, industrial, dan komersial.
Keempat, kurikulum hendaknya terstruktur dan terorganisasi secara
integral. Hubungan antar bidang studi, bahasan pokok, dan jenjang
pendidikan dijalin dengan satu "benang merah" yang mengacu kepada
tujuan akhir pendidikan Islam, serta bersumber pada satu dasar pandangan
bahwa seluruh alam adalah milik Allah dan seluruh manusia adalah
33

hamba-hamba-Nya yang hidup sesuai dengan kehendak dan menurut


syariat-Nya.
Ke/ima, metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen
kurikulum itu hendaknya fleksibel. Fleksibel berarti tidak kaku, ada ruang
gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak. Di dalam
kurikulum, fleksibelitas tidak hanya mencakup metode pendidikan, tapi
juga mencakup fleksibelitas murid di dalam memilih program pendidikan
dan fleksibilitas bagi guru dalam pengembangan program pengajaran.
Prinsip fleksibelitas memilki dua sisi, (!) fleksibel bagi guru, kurikulum
harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program
pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. (2) fleksibel bagi siswa, ·
kurikulum harus menyediakan berbagai kumungkinan program pilihan
sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Keenam, Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik, baik fisik, emosioanl, ataupun intelektualnya; serta berbagai
yang dihadapi dalam setiap tingkat perkembangan seperti pertumbuhan
bahasa, kematangan sosial, dan kesiapan religiusitas.
Ketzljuh, Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah
laku amaliah Islami yang mengejawantahkan segala rukun, syi 'ar, dan
etika Islam baik dakehidupan individual maupun dalam hubungan sosial
peserta didik. 38

5. Rancangan Ideal Sebuah Kurikulum


Kurikulum merupakan rancangan pengajaran yang isinya mencakup
sejumlah aspek mata pelajm·an yang diusun secara sistematis dan
diperuntukan bagi suatu proses kegiatan pembelajaran. pada dasarnya
kurikulum merupakan suatu refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum
itu berada, sehingga ketika sebuah kurikulum digelar maka diharapkan
dapat menjawab sebagian besar permasalahan yang dihadapinya.

38
Hery Neer Aly, Jlmu Pendidikan .. ., h 164-165.
34

Sesuai dengan hakikat kurikulum Pendidikan Islam, maka rancangan ·


kurikulum Pendidikan Islam yang ideal itu adalah mencakup seluruh
aspek-aspek yang terdapat dalam kurikulum Pendidikan Islam, yang setiap
aspeknya dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. 39
Di dalam setiap bidang keilmuan dirumuskan upaya pengintegrasian
yang menyatu antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Penyatuan
itu tidak hanya mencakup dengan memasukkan mata pelajaran agama Ice
sekolah-sekolah umum dan mata pelajaran umum ke pesantren dan
madrasah. Akan tetapi, yang tidak kalah pentingnya adalah rancangan dari
keduajenis ilmu itu agar ada saling keterkaitannya. 40
Misalnya dalam pelajaran Sains/IPA membahas tentang pengaruh zat
adiktif dan psikotropika, seorang guru tidak hanya fokus membahas dari ·
satu sudut keilmuan saja, akan tetapi seorang guru dapat
mengintegrasikannya dengan pelajaran agama, bahwa zat tersebut
merupakan makanan dan minuman yang haram untuk dikonsumsi.
Demikian dengan mata pelajaran yang lainnya, dengan
mengintegrasikannya dengan berbagai bidang ilmu siswa akan berfikir
secara holistik atau menyeluruh, sehingga dapat menganalisa masalah dari
berbagai sudut pandang dan dapat dengan mudah mencari solusinya.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu:
a. Merancang keterkaitan ilmu-ilmu agama dan umum. Materi pelajaran
agama tidak hanya berdiri sendiri, dari materi ilmu-ilmu agama dapat
dikaitkan dengan ilmu sosial, humainora, dan ilmu-ilmu kealaman.
b. Merancang nilai-nilai Islami pada setiap mata pelajaran. Adanya
keterkaitan ilmu-ilmu tersebut dengan nilai-nilai Islam. Di dalam
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dengan ajaran Islam, dapat
dilakukan dengan cara :
I) Dengan mengimplikasikan nilai-nilai Islam ke dalam setiap mata
pelajaran.

39
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam ... , h 158.
40
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam... , h 158.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Penelitian (Biografi Tokoh)


Dalam latar penelitian ini penulis mengangkat dan menjelaskan tokoh ·
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hasan Langgulung.
1. Riwayat Hidup Dan Riwayat Pendidikan
Hasan Langgulung di sini adalah putra kelahiran Rappang, Sulawesi
Selatan, Indonesia pada Tanggal 16 Oktober 1934. 1 Prof Hasan
Langgulung meninggal dunia pada usia 73 tahun, di Kuala Lumpur pada
Sabtu Juli 2008 Pukul 19.47 waktu setempat.
Hasan memulai sekolah formal di sekolah dasar di desa kelahirannya
(Rappang). Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah Islam di Ujung Pandang pada
tahun 1942-1952. setelah menyelesaikan pendidikannya di Ujung
Pandang, beliau meneruskan studinya ke sekolah guru Islam Atas, juga di ·
Ujung Pandang pada tahun 1952-1955 dan B.l. di Ujung Pandang tahun
1957-1062.
Kemudian Hasan melanjutkan studi di Ein Syam University, Cairo
tahun 1963-1964 untuk mendapatkan gelar Diploma of Education. Pada
tahun yang sama ia juga memperoleh gelar Diploma dalam Bahasa Arab
modern dari Institut of Higher Arab Studies, Arab League (Cairo). Ia

1
Ramayulis dan Nizar Samsul, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh
Pendidikan Di Dunia Islam Dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), Cet I, h. 157,
37

kemudian melanjutkan studi pada program Pasca Sarjana di Ein Syam


University, Cairo pada tahun 1967 dan memperoleh gelar M.A dalam
bidang Psikologi dan Mental Hygiene. Pada tahun 1971, ia memperoleh
gelar Ph.D dalam bidang Psikologi dari University of Georgia, Amerika
Serikat.
Hasan Langgulung pernah mengajar di Universiti Kebangsaan
Malaysia sebagai profesor senior selama beberapa tahun dan mengajar di
Universiti Islam Antar Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia. Juga sebagai
Profesor senior pada tahun 2002. Beliau mendapatkan penghargaan
profesor agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, oleh
masyarakat akademik dunia. 2
Hasan langgulung telah menghadiri persidangan dan konferensi-
konferensi di dalam dan di luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, ·
Timur Tengah, Jepang, Australia, Fiji, selain dari negara-negara ASEAN
sendiri. 3
2. Penghargaan
Nama Hasan Langgulung tercatat dalam buku-buku penghargaan,
antara lain:
a. Directry ofAmerican Psychological Association.
b. Who Is Waho Jn Malaysia.
c. International Who's Whe OfIntellectuals.
d. Who's Who In The World
e. Directory Of Cross-Cultural Research And Researchers.
f Directory OfInternational Biography.
g. Men OfAchievement.
h. The international register profiles
i. Who's who in the commonwealth.
j. The international book ofhonour.

2
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pera/ihan Paradig111a Da/am Pendidikan
Islam dan Sains Sosial, (Jakmta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 299.
3
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta:
Pustaka Al-Husna, I 985), Cet Ke-III, h.249.
38

k. Directory of american educational research association.


l. Asia's who's who of men and women of achievement and
distinction.
m. Community leaders of the world.
n. Progressive personalities in profile. 4
3. Karya-Karyanya
Selama hidupnya, Hasan telah menulis 32 buku mengenai pendidikan
dalam berbagai bahasa antara lain Inggris, Indonesia, dan Melayu. Bahkan
beberapa di antaranya diterjemahkan kembali ke dalam bahasa lain seperti
Filipina.
Hasan langgulung juga tel ah memberikan buah karya berupa tesis yang
berjudul Al-Murahiq Al-Jndonesi : Jttijahatuh Wa Daljat Tawafuq'
Jndahu. Tesis M.A. Ein Syam University, Cairo, pada tahun 1967.
Disertasinya berjudul A Cross-Cultural Study Of The Child Conception Of
Situational Causality In India, Western Samoa, Mexico And The United
States, Disertasi Ph.D., University Of Georgia, AS, tahun 1971.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
penelitian kualitatif. Penelitian ini menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan yang
diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata dan digambarkan secara
holistik.
Menurut Jane Richi, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan.
dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia dari segi konsep, perilaku,
persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Dari definisi tersebut

4
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 2008), Cet Ke-VI, h. 413.
39

tergambar bahwa peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu
konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. 5
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu untuk
mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung berdasarkan konteks yang·
relevan dengan kondisi sosial dan latar belakang keilmuan secara holistik
sehingga diperoleh pemahaman mendalam dan bermakna.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan filosofis dan pendekatan sosiologis.
I. Pendekatan Filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam diartikan sebagai
studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran
Islam. Konsepsi filosofis bersumberkan kitab suci al-Qur'an dan Sunnah
Nabi Muhammad saw. Pendekatan ini memandang bahwa manusia adalah
makhluk rasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut
pengembangannya didasarkan pada sejauh mana pengembangan berfikir ·
dapat dikembangkan. 6
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran
filsafat tertentu seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, yang
akan mewarnai konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Pendekatan filosofis ini berfungsi memberikan arah agar teori yang
pendidikan yang telah dikembangkan oleh Hasan Langgulung mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata. Pandangan filosofis yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam pratek kependidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam
masyarakat.
Alasan penulis menggunakan pendekatan ini, bahwa pada hakikatnya
tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan

5
Lexy, J. Moleong, Metodo/ogi Penelilian Kua/itatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet 22, h. 6.
6
Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet I, h. I 00.
40

menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-


masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan
filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam
pemecahannya.
Oleh karena analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan ·
dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan
pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan
tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori
pendidikan.
2. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan
masyarakat lengkap dengan struktur lapisan serta gejala sosial lainnya
yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini sesuatu fenomena sosial dapat
dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,
mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.
Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami pendidikan. Dalam proses pendidikan itu sendiri guru
dan murid berada dalam lingkup sosial yang selalu diarahkan pada
pembelajaran yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan
bermanfaat bagi kehidupan individu tersebut.
Dengan pendekatan sosiologi ini, penulis banyak melihat gejala sosial
yang terjadi di lingkungan masyarakat, serta berupaya menemukan
pemecahan melalui pemikiran Hasan Langgulung, karena banyak sekali
konsep pendidikan beliau yang berkaitan dengan masalah sosial.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pencarian data adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan membaca karya-karya Hasan
Langgulung sendiri sebagai data primer, buku-buku, majalah, dokumen,
catatan, serta jurnal sebagai data sekunder.
41

Dalam memaparkan analisa isi, penulis menggunakan metode sinkronik


yaitu metode pemahaman konsep dari tokoh yang diteliti sambil mencari
kesamaan-kesamaan dengan kondisi realitas dan keadaan situasi lingkungan
sosial-kultural yang mempengaruhi pemikiran sang tokoh.
Adapun model analisis yang digunakan dalam Penelitian kualitatif ini,
penulis menggunakan analisis data secara deskriptif, yakni metode yang·
memberikan gambaran dan paparan konsep dengan berfikir rasional dan
reflektif. Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang
menjelaskan latar belakang munculnya konsepsi tersebut dan menjelaskan
pemikiran Hasan Langgulung secara mendalam.

D. Somber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber
data, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer berupa buku inti yaitu
buku-buku karya Hasan Langgulung diantaranya:
I. Asas-asas Pendidikan Islam
2. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,
3. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi,
4. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan dan
5. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21.
6. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Selain itu, penulis juga mengacu pada tulisan-tulisan yang masih relevan
mengenai Hasan Langgulung diantaranya:
I. Skripsi yang ditulis Anwar yang berjudul konsep pendidikan anak menurut
pemikiran Hasan Langgulung (analisa ilmu Pendidikan Islam).
2. Jurnal yang ditulis Departemen Agama Badan Litbang dan Diklat Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama yang berjudul Perkembangan
Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan Modern.
3. Jurnal yang ditulis Latifah yang berjudul Kurikulum Pendidikan Islam.
Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahan-bahan tertulis seperti manuskrip, laporan, dan buku-buku pendidikan
42

yang mendukung dan memperkuat satuan bahasan. Bahan terebut kemudian di


tela' ah, di kategorisasikan, di hubungkan antara satu dengan lainya, di analisis
secara deskriptif kemudian di simpulkan.

E. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini adalah study
literatur (book survey), yakni mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dan.
melakukan pengmatan secara longitudinal terhadap masalah-masalah
pendidikan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam tekhnik
pengumpulan data ini adalah:
I. Mengumpulkan/inventarisasi, mencatat dan mengutip data-data yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dengan mengambil dari
beberapa sumber buku yang saling berkaitan.
2. Menyusun data menjadi satuan bahasan.
3. Menganalisis data-data dari sumber tersebut yakni dengan cara
mengelompokkan data berdasarkan jenisnya.

F. Teknik pengolahan data


Setelah melalui tahap pengumpulan data, selanjutnya dilakukan
pengolahan data, sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk
menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Dalam menganalisis data,
digunakan metode analisis isi (content analyzing) yaitu menarik kesimpulan
dalam usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif
dan sistematis. Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis makna yang
terkandung dalam pemikiran kurikulum Hasan Langgulung dan isi yang
terkandung dalam pemikiran ini, kemudian dikelompokkan melalui tahap
identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi, kemudian dilanjutkan dengan
interpretasi.
Menurut Bogdan & Biklen, analisis data kualitatif adalah suatu upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya,
43.

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. 7
Adapun langkah-langkah pengolahan data yang digunakan penulis yaitu
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
I. Pemeriksaan data
Data yang terkumpul diperiksa kembali apakah masih terdapat kekurangan
atau ada yang tidak cocok dengan masalah penelitian.
2. Klasifikasi data
Klasifikasi data dilalrnkan dengan cara mengelompokkan data sesuai
dengan pokok bahasan agar mempermudah dalam menganalisa.
3. Penyusunan data
Penyusunan data dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data
pada setiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan
menganalisis permasalahan.

G. Metode Pen ulisan


Teknik penulisan yang dugunakan dalam penulisan skripsi ini ialah
dengan mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Ilamu
Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2007.

7
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelition ... , h. 248.
BAB IV
KONSEP ISLAMISASI ILMU DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN
ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG

A. Islamisasi Ilmu
1. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Secara bahasa, istilah ilmu pengetahuan memiliki kesamaan arti
dengan ilmu, pengetahuan, al- 'ilm, dan sains. Keempat istilah itu memiliki
makna dan maksud yang sama, sehingga istilah tersebut bebas digunakan
dalam wacana keilmiahan tanpa dikaitkan dengan konotasi-konotasi
pemahaman yang spesifik dan tertentu. 1
Menurut Imam Al-Nawawi ilmu adalah keyakinan yang kuat, tetap dan
sesuai dengan realita. Bisa juga berarti sifat yang membuat perbedaan
tanpa kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam aka!.2
Hasan Langgulung menegaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu
yang dapat diperoleh manusia baik yang bersumber dari wahyu maupun
yang diperoleh berdasarkan usaha manusia. 3
Konsep ilmu pengetahuan Hasan Langgulung, sejalan dengan
pemyataan dalam Konferensi Intemasional tentang Pendidikan Islam
tahun 1980 membuat rekomendasi bahwa semua pengetahuan datang dari

1
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritk, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 104.
2
Abu Fatiyah Al-Adnani, Agenda Al-Mizan, (Solo: Tim Pustaka Amanah, 2002) Cet Ke-
1, h. 11.
45

Allah. Sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilihnya, sebagian lain


diperoleh manusia dengan menggunakan indera, akal, dan hatinya.
Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang absolut,
sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak mutlak.4
Hasan Langgulung membagi ilmu dalam berbagai kelompok dan jenis,
yaitu:
Pengetahuan agama dan syariah, merupakan ilmu yang akan
memberikan arah kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari.
Ilmu-ilmu bahasa dan sastra, ilmu ini akan mengantarkan peserta
didik untuk mengetahui ilmu-ilmu lainnya.

ILMU llmu-ilmu sejarah dan sosial, ilmu ini merupakan ilmu yang
berhubungan dengan manusia dan kebudayaan.

Ilmu-ilmu falsafah, logika, debat dan diskusi.

ilmu-ilmu murni, seperti matematika, falaq dan musik.

Ilmu-ilmu kealaman dan eksperimental: ilmu-ilmu terapan dan


praktis.5
Meskipun nampak terpisah, menurut Hasan Langgulung pemisahan
tersebut hanya sekedar untuk analisa saja. Karena dalam al-Qur' an tidak
ada dualisme dalam kandungan ilmu pengetahuan yang mengekalkan
dikotomi antara tanda-tanda (ayat) Allah, antara manusia dan alam jagat
raya. Setiap ilmu pengetahuan harus memberikan sumbangan ke arah
pertumbuhan dan perkembangan Muslim yang baik yang menjadi anggota
dari suatu umat yang terbaik.

4
Ahmad Tafsir, I/mu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-VII, h. 8.
5
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-2I, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1988), h. 10-12.
46

Sosiolol!i

Antropolo2i Behaviour

Kemanusiaan Psikolol!i Cot?11it

Ekonomi Lain-Lain
DICARI
Se_iarah

IlmuMurni Matematika

Biolol!i

Fisikal Fisika

lLMU Kimi a

Ashari
Ka lam
Mu'tazilah

Tasawuf
Malild

WAHYU Hanafi
Fiqh
Shafi'i

Falsafah Hambali

Klasifikasi limn Hasan Lauggulung6


Dalam mukaddimah rekomendasi-rekomendasi konferensi dunia
pertama tentang pendidikan Islam, pengetahuan diklasifikasikan kepada
dua kategori sebagai berikut:
a. Ilmu abadi (Parennial Knowledge) yang berdasar pada wahyu Ilahi
yang tertera dalam al-Qur'an dan Hadits dan segala yang dapat diambil
dari keduanya dengan menekankan bahasa Arab sebagai anak suci
untuk memahami keduanya.

6
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan .. ., h. 25.
47

b. Ilmu dicari (Acquired Knowledge) termasuk sains kealaman dan


terapan yang dapat berkembang secara kuantitatif dan penggandaan,
variasi terbatas dan pinjaman antara budaya selama tidak bertentangan
dengan syari'ah sebagai sumber nilai.7
Konsepsi ilmu di atas sesuai dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dan
memberitahukan kepada umat tentang fenomena alam semesta melebihi isi
kitab-kitab yang lain, dan hampir semua diakui kesesuaiannya oleh ilmu
pengetahuan.
Menurut perhitungan Muhammad Ijazul Khatib dari Universitas
Damaskus, 750 ayat Al-Qur'an hampir seperdelapan dari seluruh isinya,
menegur orang-orang mukmin untuk mempelajari alam semesta, untuk
berfikir, dan untuk menjadikan kegiatan ilmiah sebagai sesuatu yang tak
terpisahkan dari kehidupan integral umat.8
Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai satu yang suci, karena
pada akhirnya semua pengetahuan menyangkut semacam aspek dari
manifestasi Tuhan kepada manusia. Konsep pengetahuan dalam Islam
secara tegas disebutkan oleh Qur'an Surat Al-Alaq ayat 1-5:

Baca/ah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Baca/ah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Perkataan pertama ialah "bacalah", sekalipun perintah itu asalnya


untuk Muhammad SAW, tetapi menjadi kewajiban setiap umat
Muhammad SAW untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Setiap umat
diwajibkan, dan hukumnya fardhu 'ain. Ayat ini datang bukan dalam
bentuk pernyataan, tetapi dalam bentuk perintah bagi tiap Muslim untuk
7
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam .. ., h. 384.
8
Mulyanto, Is/amisasi I/mu Pengetahuan, dalam Moeflich Hasbullah, Gagasan dan
Perdebatan Is/amisasi I/mu Pengetahuan, (Jakarta: PT Pusataka Cidesindo, 2000), h. 24.
48

sejalan dengan aka! yang diberikan kepada manusia, dan untuk mencari
ilmu pengetahuan. Kata-kata membaca, mengajar, pena dan mengetahui
berhubungan erat dengan konsep ilmu pengetahuan yang mendalam.
Selain itu, ayat ini mengandung Ilmu tentang asal-usul manusia dan
tentang dasar dari segala dasar, rahasia penciptaan manusia, siapa yang
menciptakan dan dari apa diciptakan.9
Mu'adz Bin Jabbal berkata: pelajarilah ilmu karena mempelajari ilmu
dapat mengharap wajah Allah, itu mencerminkan rasa khasyah,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah jihad, mengajarkan kepada orang lain yang belum mengetahui
merupakan shadaqah dan membelanjakannya untuk keluarga adalah
taqarrnb. 10
Dalam Islam, ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber yaitu:
a. Wahyu. Sebagai sumber asli seluruh pengetahuan memberi
kekuatan yang sangat besar terhadap bangunan pengetahuan,
bersifat absolut dan mutlak benar. Di samping itu, wahyu
memberikan bantuan intelektual yang tidak terjangkau oleh
kekuatan rasional dan empiris, sehingga pengetahuan yang
berdasarkan wahyu memiliki khazanah intelektual yang lebih
lengkap daripada sains. 11
b. Akal. Dalam pemikiran Islam aka! tidak pernah membatalkan
wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu, karena teks wahyu
tetap dianggap mutlak benar. Penggunaan aka! hanya untuk
memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal
hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. 12

9
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI Press, 1986), Cet Ke-II, h.
50.
"Abu Fatiyah Al-Adnani, Agenda Al-Mizan .. ., h. 13.
11
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam .. ., h. 105.
12
Harun Nasution, Akal dan Wahyu ... , 101.
50

Selama enam abad lebih, intelekual Muslim memainkan peranan


dominan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai wujud dari
kepatuhan mereka dalam melaksanakan perintah 750 ayat Qur'an tersebut.
Zaman-zaman setelah itu, obor ilmu pengetahuan dunia Islam melemah
bersama timbulnya pembagian ilmu pengetahuan ke dalam bentuk ilmu
sarat nilai dan bebas nilai.
Dalam masa kesuraman Islam, ilmu-ilmu kealaman (natural sciences)
mendapat tempat lebih rendah dari ilmu-ilmu lainnya, yang akibatnya
kesatuan ilmu pengetahuan dan agama terbelah. Titik terbawah dari itu
semua adalah cerita umat hari ini, di mana umat hanya bisa menatap tak
berdaya perkembangan ilmu pengetahuan dari buaian orang lain dan
budaya lain yang berbeda dengan Islam dan akhirnya umat Islam tanpa
bisa mengelak menerima akibat-akibat negatifyang ditimbulkannya.
Orang-orang Islam menerima serangan ilmu-ilmu Barat yang
mengancam jenjang ilmu dalam Islam dan keseimbangan dalam sistem
pendidikannya, berujung pada kehancuran yang belum pernah terjadi
dalam sejarah Islam pada abad ke-19 masehi/abad ke-13 hijriah. Oleh
sebab itu, perlu adanya upaya jihad intelektual atau islamisasi ilmu dalam
pengembangan pendidikan Islam sehingga sintesis antara prinsip-prinsip
dan ethos Islam dalam ilmu pengetahuan.

2. Islamisasi Ilmu Menurut Hasan Langgulung


Islam sebagai sebuah sistem nilai, berfungsi memberi makna dan etika
dalam ilmu pengetahuan. Dalam upaya islamisasi ilmu pengetahuan tidak
hanya sekedar menerapkan etika Islam dalam pemanfaatannya, tetapi
harus mampu merombak dan masuk pada struktur terdalamnya.
Salah satu gagasan Hasan Langgulung terhadap pemikiran umat Islam
kontemporer adalah uraiannya tentang masalah kurikulum yang secara
instrinsik berhubungan dengan proses islamisasi. Sebab, masalah yang
dihadapi oleh umat Islam hanya dapat diselesaikan dengan memahami
51

kembali unsur-unsur pendidikan yang selama ini telah jauh dari nilai
agama.
Islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung yakni menyusun kembali
dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih
integral, yang memadukan sistem terbaik dari peradaban pendidikan Islam
dengan pendidikan secara umum. 16
Konsep ini berupaya mempertahankan tradisi keilmuan Islam dengan
segala perubahan dan perkembangan, serta berupaya mengambil nilai-nilai
positif dari peradaban yang selalu berkembang. Menurut Hasan,
pengertian pengislaman kurikulum sama halnya dengan penerapan nilai
Islam dalam kurikulum yang menempatkan empat komponen kurikulum
dalam konsepsi Islam. Dapat disimpulkan bahwa proses pengislaman itu
mengandung dua proses sebagai berikut:
a. Proses pembenaran konsep dan konsepsi yang tidak Islam yang
terkandung dalam kurikulum tersebut, dan menerangkan kesalahan
yang ada serta menunjukkan konsep yang benar.
b. Proses meletakkan konsep dan konsepsi yang terkandung dalam
Kurikulum dan tidak bertentangan dengan prinsip Islam dalam
kerangka dan paradigma Islam.
Konsep islamisasi ilmu Hasan Langgulung berbeda dengan konsep
islamisasi menurut al-Attas yang bersifat purifikasi, menyatakan bahwa
Islamisasi sebagai pembebasan manusia dari tradisi magis, mitos, animis,
dan faham kebangsaan dan kebudayaan pra-Islam, kemudian dari kendali
sekuler atas nalar dan bahasanya.
Berdasarkan kerangka operasionalnya, islamisasi ilmu Hasan
Langgulung bercorak modernisasi. Implikasi dari modernisasi ini adalah
membangun semangat umat Islam untuk selalu maju, progressif, selalu
melakukan perbaikan-perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakatnya agar

16
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam ... , h. 295.
52

terhindar dari keterbelakangan dan ketertinggalan di bidang ilrnu


pengetahuan.
Islamisasi ilmu pengetahuan dengan model modernisasi dalam konteks
pendidikan berupa merumuskan kembali konsep kurikulum yang selama
ini lepas dari kendali umat Islam dan beralih ke Barat. Sebab ideologi,
filosofi dan peradaban Barat dalam banyak hal tidak sejalan dan
berseberangan dengan Islam.

B. Implementasi Islamisasi ilmn dalam Kurikulnm Pendidikan Islam


Mennrut Hasan Langgulung
Islamisasi sebagaimana didengungkan oleh dua tokoh sentral yang sangat
terkenal yaitu al-Attas dan al-faruqi, menunjukkan bahwa proses islamisasi
sangat urgen untuk dilakukan dalam pendidikan Islam mengingat konsep ilrnu
pengetahuan saat ini tengah mengalami deislamisasi oleh pengaruh peradaban
Barat.
Demikian pula Hasan Langgulung, menangkap suatu kondisi yang sangat
memprihatinkan dalam dunia pendidikan, Hasan memandang perlu mengubah
paradigma ilmu pengetahuan yang telah kehilangan identitas Islam melalui
proses islamisasi ilmu terhadap salah satu komponen dalam pendidikan Islam
yaitu kurikulum.
Hasan menguraikan proses islamisasi ilmu melalui penyusunan kembali
dasar-dasar kurikulum oleh karena pendidikan Islam selama ini telah
kehilangan makna dan jauh dari tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan.
Menurutnya proses islamisasi ilmu tidak hanya fokus pada segi ilmu
pengetahuan saja, tetapi juga meliputi tiga komponen kurikulum yakni tujuan
pendidikan, metodologi pengajaran dan penilaian. 17
Hasan Langgulung menuangkan konsep islamisasi ilmu dalam sebuah
kurikulum. Hasan memandang bahwa kurikulum pendidikan Islam perlu
diformat lebih integralistik dan bersifat universal dengan menyatukan unsur

17
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam .. ., h. 296.
53

agama dan umum. Menurutnya, kurikulum hendaknya mampu menyentuh


seluruh potensi peserta didik dan seluruh aspek kehidupan manusia.
Perlunya proses islamisasi ilmu dalam pendidikan, sebab dalam proses
pendidikan tersebut tidak hanya menyangkut transfer ilmu, tetapi bagaimana
menjadikan manusia makbluk berakblak dengan akblak yang baik serta dari
hasil pendidikan itu dapat membantu kehidupan diri dan kemasyarakatannya
dengan berlandasan ajaran Islam.
Dalam hubungannya dengan proses islamisasi yang dipaparkan oleh Hasan
Langgulung diatas, nampaknya sejafan dengan apa yang telah diawali oleh Al-
Ghazali. Al-Ghazali menekankan betapa pentingnya masalah moral dalam
pendidikan, seperti yang dikatakannya: "Seorang yang berilmu hendaknya
menggeluti ilmu secara terus menerus dan mengamalkannya". 18
Faktor agama tampaknya memang tak dapat dipisahkan dari hubungannya
dengan perilaku manusia, baik secara individu maupun secara kelompok.
Adapun langkah-langkah islamisasi ilmu Hasan Langgulung antara lain:

1. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam


Hasan Langgulung menguraikan pengertian kurikulum Pendidikan
Islam sebagai berikut:
Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dim di
luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh
dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesuai dengan tujuan-
tujuan pendidikan. 19
Dari definisi kurikulum di atas menunjukkan bahwa konsep kurikulum
Hasan Langgulung adalah konsep kurikulum modern, melalui pengertian
yang luas terhadap kurikulum, kurikulum tidak hanya meliputi
matapelajaran dan pengalaman-pengalaman yang telah tersusun yang
berlaku di dalam kelas, akan tetapi meliputi juga semua kegiatan
kebudayaan, kesenian, olah raga, dan sosial yang dilakukan oleh siswa di
luar kelas dan di bawah kelola sekolah.
18
Jurnal Penamas Vol. XX! No. 2 Th. 2008, h. 258.
19
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h 24 I.
54

Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap konsep yang


luas, tugas sekolah bukan hanya menyediakan pengalaman itu sendiri,
tetapi tugasnya adalah menyediakan suasana dan keadaan yang sesuai
yang membawa kepada interaksi yang berguna itu, dan selanjutnya
memberi peluang memperoleh pengalaman tersebut.
Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas
dalam ruangan kelas, melainkan juga mencakup juga kegiatan-kegiatan di
luar kelas. Pandangan ini menjelaskan bahwa antara kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler tidak ada pemisahan secara
tegas. Semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman
pendidikan kepada siswa tercakup dalam kurikulum.
Konsepsi kurikulum diatas sejalan dengan rumusan kurikulum yang
dikemukakan oleh al-Syaibany yang mengatakan:
Kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan
baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan
kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan ketrampilan
mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik
untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab
terhadap diri, keluarga-masyarakat, bangsanya, dan turut serta secara aktif
20
untuk kemajuan masyarakat dan baugsanya.
Hal-ha! yang perlu diperhatikan dalam menyusun kurikulum
pendidikan Islam yaitu: Pertama, konsep Islam tentang manusia sangat
luas. Kedua, pengetahuan adalah sumber kemajuan dan perkembangan,
Islam tidak membatasi pencapaian pengetahuan. Ketiga, besarnya
penilikan harus komprehensif. Keempat, aspek spiritual, moral, intelektual,
imajinatif dan fisik dan kepribadian seseorang harus diperhatikan ketika
membuat interelasi antara berbagai disiplin. Pertumbuhan kemampuan dan
pikiran seorang anak harus menjadi pertimbangan untuk menyusun subyek
dan rangkaian pelajaran dalam tahap-tahap yang bertingkat. Kelima,
perkembangan kepribadian seharusnya dilihat dalam konteks hubungan
manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam.

20
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/sqfah Pendidikan Islam. Alih Bahasa:
DR. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 476.
55

Dalam melaksanakan sebuah proses kurikulum, Hasan menegaskan


prinsip-prinsip kurikulum yang difungsikan sebagai acuan, antara lain:
a. Setiap acuan hendaknya mencerminkan pengetahuan yang bersifat
universal.
b. Formulasi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik, yaitu dari segi kebutuhan perkembangan dan minat, agar
kurikulum lebih berkesan dan lebih efektif dan efisien.
c. Harus relevan dengan alam sekitar, yaitu sesuai dengan kebudayaan
masyarakat.21
Dapat disimpulkan bahwa dalam konteks islamisasi ilmu, konsep
kurikulum Hasan Langgulung menggambarkan penyatuan terhadap berbagai
disiplin ilmu dengan memperhatikan seluruh aspek perkembangan siswa.
Tidak ada pemisahan atau melakukan kepentingan sepihak atas mata pelajaran
tertentu, semua ilmu diprioritaskan kepada siswa oleh sebab adanya tuntunan
zaman. Konsep ini menggambarkan bahwa semua ilmu perlu diajarkan dan
dikembangkan berdasarkan kerangka Islam yaitu al- Qur' an dan Hadits.

2. Mcnyusun Kcmbali Komponcn-Komponcn Kurikulum dalam


Pcndidikan Islam
Pengajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri
dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Oemar Hamalik menguraikan komponen kurikulum menjadi tujuh
bagian yang sating terkait, yaitu: tujuan pendidikan dan pengajaran,
peserta didik, tenaga kependidikan (guru), perencanaan pengajaran,
22
strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
Sedangkan menurut Hasan Langgulung, mengikuti konsep yang luas
dan menyeluruh, kurikulum itu memiliki empat komponen utama, yaitu:

21
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psiko/ogi ... , h. 195-196.
"Oemar Hamalik, Proses Be/ajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, h. 77.
56

1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu.


2) Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktivitas-
aktivitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum
itu (matapelajaran).
3) Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk
mengajar dan mendorong murid-murid belajar dan membawa mereka
ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.
4) Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan
menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan
dalam kurikulum. 23
Dalam pandangan beliau kurikulum mempunyai empat aspek utama,
yaitu tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum;
pengetahuan-pengetahuan, data-data, kegiatan-kegiatan, dan pengalaman-
pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu; metode dan cara-cara
mengajar dan bimbingan; dan cara menilai yang digunakan dalam
mengukur dan dan menilai kurikulum dan basil proses pendidikan yang
dapat dicapai untuk meraih tujun-tujuan dan maksud yang telah
direncanakan.

a. Tujuan Pendidikan
Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan
dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Dalam
usaha terkandung cita-cita, kehendak, kesengajaan serta
berkonsekwensi penyusunan daya upaya untuk mencapainya. Tujuan
pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal
ini disebabkan oleh fuingsi-fungsi yang dipikulnya.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah,

23
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidilwn ... , h. 295-296.
57

menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah,


manusia dengan alam semesta.24
Menurut Hasan Langgulung berbicara tentang tujuan pendidikan
sama halnya berbicara tentang tujuan hidup manusia. Sebab
pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk
memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun
sebagai masyarakat.
Hasan merumuskan tujuan pendidikan sebagai usaha dalam
mengadakan pengembangan dan penumbuhan seluruh aspek pribadi
individu dan mempersiapkannya untuk kehidupan yang mulia dan
berhasil dalam suatu masyarakat. Pendidikan juga berusaha
memajukan, mengembangkan, dan merubah masyarakat ke arah yang
lebih baik dalam segala bidang kehidupan: sosial, budaya, ekonomi
dan politik. 25
Tujuan Pendidikan Islam yang hendak dicapai oleh Hasan
Langgulung adalah keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia
secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
aka! pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan
indera. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya mencakup
perkembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, yang meliputi aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut
berkembang ke arah kebaikan dan kesempumaan.
Berpijak dari pandangan di atas, pendidikan Islam hendaknya
senantiasa memperhatikan keseimbangan antara ilmu pengetahuan
umum dengan nilai-nilai agama kepada peserta didik. Sehingga peserta
didik mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam
kehidupan. Salah satu cara terbaik adalah dengan membuka diri

24
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Kencana, 2004), h 153.
25
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h. 58.
58

terhadap ilmu pengetahuan umum dengan tanpa mengabaikan nilai-


nilai agama.
Dalam pandangan Hamka, tujuan Pendidikan Islam adalah
mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti
untuk berakhlak mulia serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup
secara layak dan berguna ditengah-tengah komunitas sosialnya. 26
Sehubungan dengan tujuan Pendidikan Islam, menurut Jusuf Amir
Faisal tujuan Pendidikan Islam dapat dipecahkan menjadi tujuan-
tujuan berikut:
a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah
mahdah;
b. Membentuk manusia yang disamping dapat melaksanakan ibadah
mahdah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam
kedudukannya sebagai seorang atau sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungan tertentu;
c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada
masyarakat dan bangsanya dalam rangka bertanggung jawab
kepada Allah sebagai penciptanya;
d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan
terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan
mamasuki tekno-struktur masyarakatnya;
e. mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu agama dan ilmu-ilmu
. Iamt. l amnya.
1s . 21

Titik fokus Pendidikan Islam tidak terbatas pada kemampuan


beribadah, membaca Al-Qur' an, shalat dan sebagainya sebagaimana
asumsi sebagaian orang. Oleh karena itu yang dirnaksud dengan taat
kepada Allah dan menghamba kepada-Nya tidak terbatas pada ibadah
dan mengabdi serta berbakti saja, tetapi mencakup seluruh aspek
kehidupan.
Hasan menegaskan bahwa dalam mengukur keberhasilan tujuan
pendidikan, tidak hanya menggunakan kriteria kuantitatif saja seperti
kemajuan ekonomi dan pembangunan, nilai materi yang diraih dan lain

26
Samsul Nizar, Men1perbincangkan Dinamika lntelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet 1, h 117.
27
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1995),
h.96.
59

sebagainya. Namun, penilaian keberhasilan pendidikan juga perlu


menggunakan kriteria kualitatif seperti kebahagiaan, ketentraman,
kesehatan mental dan lain-lain.
Disini, Hasan Langgulung membagi tujuan Pendidikan Islam
menjadi dua tujuan pokok, yaitu pembentukan insan saleh yang
beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat
saleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.28
a. Pembentukan Insan Saleh
Secara bahasa Insan saleh berarti manusia yang mendekati
kesempumaan. Yang dimaksud dengan pembentukan insan saleh
adalah pengembangan manusia yang menyembah dan bertakwa
kepada Allah, manusia yang penuh keimanan dan takwa,
berhubungan dengan Allah, memelihara dan menghadap kepada-
Nya dalam segala perbuatan yang dikerjakan dan segala tingkah
laku yang dilakukannya, segala pikiran yang tergores dihatinya dan
segala perasaan yang berdetak dijantungnya. Oleh karena ia
mempunyai risalah ketuhanan yang harus dilaksanakan, maka ia
selalu menuju pada kesempumaan akhlak yang mulia.
Akhlak insan saleh dalam Islam ialah harga diri, perikemanusiaan,
kesucian, kasih sayang, kecintaan, kekuatan jasmani dan rohani,
menguasai diri, dinamisme, dan tanggungjawab. Memerintahkan
yang ma'ruf dan melarang yang mungkar. Bersifat benar, jujur,
ikhlas, memiliki rasa keindahan dan memiliki keseimbangan pada
kepribadiannya dan memakmurkan dunia dan mengeluarkan
hasilnya
b. Pembentukan Masyarakat Saleh
Sedangkan masyarakat saleh adalah masyarakat yang percaya
bahwa masyarakat itu mempunyai risalah untuk umat manusia
yaitu keadilan, kebenaran dan kebaikan. Masyarakat Islam selalu

28
Hasan Langgulung, Pera/ihan Paradigma ... , h. 25.
62

bumi. Baik sebagai khalifah fil al-ardh maupum al-abd '. Dalam ha! ini
Pendidikan Islam dituntut untuk menawarkan materi pendidikan
universal. Yaitu pendidikan yang dapat menyentuh seluruh aspek
(potensi) peserta didik.
Sejalan dengan Hasan Langgulung, Nana Sudjana menegaskan
bahwa ada tiga kriteria dalam memilih isi materi kurikulum, antara
lain:
1) Isi kurikulum hams sesuai, tepat, bermakna bagi perkembangan
siswa.
2) Isi kurikulum hams mencerminkan kenyataan sosial yaitu sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3) Isi kurikulum hams mengandung pengatahuan ilmiah yang
komprehensif yaitu mengandung aspek intelektual, moral dan
sosial secara seimbang.
4) Isi kurkulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip
dan konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi
faktual belaka.
5) Isi kurikulum hams menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam ha! komponen isi cakupan mata pelajaran, Hasan
Langgulung menjelaskan rumusan ilmu dalam kurikulum Pendidikan
Islam yaitu:
1) Mata pelajaran dalam kurikulum penidikan Islam adalah
matapelajaran yang berkaitan dengan al-Qur'an dan hadits (ilmu
yang diwahyukan/ reveald knowledge).
2) Ilmu-ilmu tersebut membahas tentang manusia sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat (psikologi, sosiologi, sejarah).
3) Ilmu pengetahuan yang mengkaji alam (al-ulum kauniyahl natural
science) yang meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain.
Formulasi materi pendidikan yang demikian akan menghasilkan
sosok peserta didik sebagai manusia seutuhnya (insan kamil). Dalam
Islam, manusia senantiasa dipandang secara integral dan seimbang.
63

Oleh karenanya wajar jika Pendidikan Islam dituntut untuk


menawarkan materi pendidikan universal yang mengayomi seluruh
aspek (potensi) peserta didik secara utuh, baik sebagai makhluk
individu maupun sosial.
Melihat materi yang termuat dalam kurikulum di atas, terlihat
bahwa Hasan Langgulung tidak membedakan antara ihnu-ilmu
keagarnaan dan ilmu-i!mu umum, meskipun pada konsepnya masih
tergambar pemisahan ilmu. Menurutnya dalam Pendidikan Islam tidak
mengenal adanya dualisme dalam kandungan kurikulum sebagaimana
pendidikan yang berlangsung saat ini.
Pandangan Hasan Langgulung dalarn konteks isi kurikulum,
senada dengan upaya islamisasi ilmu yang beliau dengungkan,
mengintegrasikan antara ilmu agama dengan ilmu umum, tidak ada
dikotomi antara keduanya.

c. Metodologi Pendidikan
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari
dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti
jalan. Jadi metode berarti jalan · yang dilalui. Runes menerangkan
metode sebagai suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu
tujuan dan suatu teknik yang dipakai dalarn proses mencari ihnu
pengetahuan dari suatu materi tertentu.31
Konsep metodologi pendidikan menurut Hasan Langgulung tidak
hanya terbatas pada hal-hal pengajaran saja, tetapi meliputi berbagai
aspek yang akan membawa proses belajar mengajar bisa lebih efektif
seperti pengurusan (managerial) yang meliputi administrasi dan
kepegawaian, pendidikan guru, buku-buku teks, teknologi pendidikan
yang melipti berbagai aspek seperti audio visual material, teaching aids
dan lain-lain.

31
Al-Rasyidin, Fi/safat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet ke-2, h 65-
66.
64

Dalam ha! metodologi, Hasan juga memfokuskan tinjauan pada


kajian psikologi guru dan murid, bahwa dalam penetapan sebuah
kurikulum oleh perancang dan guru-guru hams mengetahui teori
pertumbuhan dan perkembangan, sebab dengan memperhatikan gejala
psikologi, akan terjadi umpan batik yang seimbang dengan adanya
respon yang positif dari anak didik terhadap pendidikan.
Bakat, potensi, dan minatnya tersalurkan jika pendidikan
memperhatikan aspek perkembangan anak didik. Guru dengan mudah
mengajar dan memberikan materi dengan metode tepat. Seluruh
tingkah laku guru baik yang bersifat verbal ataupun non-verbal
terhadap murid menjadi sumber pengajaran yang sangat efektif.32
Pendapat Hasan tersebut didukung oleh Al-Syaibany yang
mengatakan:
Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata
pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didikuya,
suasana a!am sekitamya dan tujuan membimbing peserta didik untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka. 33
Agar proses pendidikan berjalan secara efektif dan efisien, maka
seorang pendidik dituntut untuk menggunakan berbagai macam
metode, karena dengan menggunakan metode tertentu proses interaksi
akan mudah dipahami dan dapat diterima oleh peserta didik. Dalam ha!
metode pendidikan, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan.
I) Pendidik hams aktif dalam membina karakter dalam diri siswa.
Seorang pendidik Islam bertanggung jawab mengasuh seorang
siswa dengan cara-cara tertentu, peranannya bukan hanya
mengusahakan suasana pengajaran menjadi baik saja tapi juga
membina pelajar dalam menentukan pilihan.

32
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidlkan... , h. 308-309.
33
Omar Muhammad AI-Thoumi Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), h 553.
66

digunakan hendaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran


Islam sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis.

d. Penilaian
Penilaian atau evaluasi merupakan proses yang sangat penting
dalam pendidikan, karena dengan adanya penilaian dapat diketahui
tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan, dengan
seluruh komponen yang terlibat didalamnya, dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Menurut Hasan Langgulung, penilaian dalam kurikulum
Pendidikan Islam adalah upaya dalam menentukan keberhasilan
pendidikan yang ditinjau melalui tujuan pendidikan. Oleh karena
tujuan Pendidikan Islam mempunyai keistimewaan yaitu untuk
menyembah dan berbakti kepada Allah sepanjang hayat.
Dengan diadakannya penilaian, dapat dilihat tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, tingkat keberhasilan guru
dalam melaksanakan pembelajaran serta tingkat efektifitas strategi
pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian, hasil kegiatan
penilaian dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
perbaikan dan peningkatan kegiatan pendidikan.
Fungsi dari penilaian adalah untuk memilih orang-orang
berdasarkan kesanggupannya untuk mencapai tujuan-juan pendidikan,
juga sebagai peneguhan (ganjaran) bagi pelajar-pelajar. Landasan ini
mengacu pada teori psikologi, yang mengatakan bahwa segala tingkah
laku yang diteguhkan akan tetap, dan pendidikan pun mencapai
tujuannya. Sedang tingkah laku yang yang tidak diteguhkan akan
hilang.
Menurut Ngalim Purwanto, fungsi evaluasi adalah untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka
67

waktu tertentu dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program


pengajaran. 36
Peneguhan dalam penilaian Pendidikan Islam tidak hanya bersifat
matrealistis seperti pemberian hadiah dan uang, tetapi ada peneguhan
yang bersifat non matrealistis seperti tepuk tangan, senyum, dan lain-
lain yang semua ini harus berjalan seimbang. Kalaupun menggunakan
yang bersifat matrealistis harus diasumsikan bahwa itu sebagai alat
bukan tujuan.
Adapun kriteria penilaian yang baik yaitu dengan dilakukan secara
terus-menerus (kontinuitas). Menurut Hasan, kriteria penilaian harus
berlainan dengan pendidikan dari falasafah-falsafah lain yaitu bukan
sekedar lulus ujian saja, tetapi harus dimasukkan juga kebijaksanaan
dan budi pekerti yang baik sebagai kriteria.
Senada dengan pendapat Hasan, Colin Marsh dan Ken Stafford
menegaskan bahwa perlu adanya penekanan terhadap pembelajaran
nilai-nilai moral di sekolah. Sebab meningkatnya tindak kriminal dan
kenakalan remaja seperti masalah pomografi, obat-obatan terlarang
dan lain sebagainya menjadi alasan perlunya penekanan masalah moral
terhadap peserta didik. 37
Untuk mendapatkan kurikulum yang ideal, Hasan Langgulung
menjalaskan bahwa ada tiga pinsip pokok yang harus diperhatikan
dalam merancang kurikulum, yaitu:
a Setiap rancangan kurikulum harus mencerminkan pengetahuan
(knowledge) yang bersifat universal.
b. Kurikulum harus sesuai dengan kebolehan-kebolehan anak-anak
yang diajar dari segi kebutuhan peringkat perkembangan dan
minat, agar kurikulum lebih berkesan dan efisien dipelajari oleh
murid-murid.

36
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008, Cet Ke-14, h. 5.
37
Colin Marsh dan Ken Stafford, Curriculum Practices and Issues, Australia: McGraw-
Hill Book Company, 1988), ed II, h. 252.
68

Kurikulum harus relevan dengan alam sekitar muricl, ini berarti


bahwa kebudayaan memegang peranan utama dalam menentukan
kandungan kurikulum.38

3. Menetapkan Prinsip-Prinsip Kurikulnm dalam Pendidikan Islam


Untuk mencapai kurikulum sesuai dengan yang diharapkan, menurut
Hasan Langgulung kurikulum Pendidikan Islam hendaknya mengacu pada
dasar-dasar pokok sebagai berikut:
a. Keutuhan, kurikulum Pendidikan Islam harus bersifat utuh. Proses ini
menunjukkan bahwa pendidikan Islam harus memperhatikan seluruh
aspek manusia: badan, jiwa, akal, dan rohnya Sedangkan dari segi
pelaksanaannya, harus meliputi segala aktivitas pendidikan forma~

non-formal dan informal seperti pendidikan di rumah, masj id,


pekerjaan, lembaga sosial dan budaya.
b. Keterpaduan, kurikulum Pendidikan Islam harus memadukan berbagai
macam komponen dari segi jenis dan tahap pendidikan, memadukan
individu dengan masyarakat luas, dan memadukan individu itu sendiri
dengan kepribadiannya: jasad, jiwa, aka! dan rob yang berkaitan secara
organik dan berbaur satu dengan yang lain sehingga apabila terjadi
perubahan pada salah satu komponennya, maka akan berlaku
perubahan pada komponen-komponen yang lain.
Pendidikan Islam harus bertolak dari keterpaduan individu di kalangan
mayarakat Islam dan dari keterpaduan di Negara Islam. Pendidikan
Islam mendidik individu-individu agar memiliki semangat setiakawan
dan kerjasama dengan mendasarkan aktivitasnya atas semangat dan
ajaran Islam. "keljasama/ah kamu atas kebaikan dan takwa". (Qs. 5:3)
c. Kesinambungan, kurikulum yang digunakan hendaknya
berkesinambungan dari segi umur, jenjang persekolahan, dan suasana.
Sistematika pembelajarannya dibangun dari yang mudah sampai pada

38
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan .. ., h 195-196.
69

yang sulit yang diberikan secara terus menerus dan antara materi yang
satu dengan materi yang lainnya saling terkait.
"Tuntutlah i/mu dari buaian sampai ke Jiang lahat ", "Tuntutlah ilmu
sampai ke negeri Cina". Ibnu Qhutaibah berkata: "Seorang tetap
menjadi orang a/im selama ia masih menuntut ilmu, apabila ia
menyangka telah tahu, sebenarnya ia adalah bodoh".
d. Keaslian, knrikulum Pendidikan Islam hendaknya mengambil
komponen, tujuan, kandungan, dan metodologi dari ajaran Islam tanpa
menolak unsur yang datang dari luar selama tidak bertentangan dengan
ruh ajaran Islam. Pendidikan Islam harus memberikan prioritas
terhadap pendidikan kerohanian yang diajarkan oleh Islam,
mengangkat derajat manusia tanpa meninggalkan alam kebendaan.
e. Bersifat ihniah, knrikulum Pendidikan Islam hendaknya memandang
sains dan teknologi sebagai salah satu komponen terpenting dari
peradaban modem, hanya dalam mengaplikasikannya harus sesuai
dengan semangat Islam.
f. Bersifat praktikal, kurikulum Pendidikan Islam tidak hanya mengacu
pada tataran teoritis saja, tetapi harus mengandung nilai-nilai praktikal
yang dapat dimanfaatkan Jangsung dalam kehidupan sehari-hari. Tugas
pendidikan Islam, selain membentuk manusia yang beriman kepada
ajaran Islam juga membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi
dan individu yang aktif dalam masyarakat.
g. Kesetiakawanan, di antara ajaran terpenting dalam Islam ialah
kerjasama, persaudaraan dan keterpaduan di kalangan kaum Muslim.
Kuriknlum Pendidikan Islam harus menanamkan dan menumbuhkan
rasa setia kawan dan persaudaraan dikalangan kaum muslimin, dan
antara pendidik dan peserta didik.
h. Keterbukaan, dalam kurikulum Pendidikan Islam harus ditanamkan
rasa kesamaan hak antar individu dan menghilangkan rasa fanatisme
karena di dalam Islam tiada etnisitas, hanya takwa dan iman yang
dapat membedakan seseorang. Pendidikan Islam adalah pendidikan
70

kemanusiaan yang berdiri di atas persaudaraan seiman dan perutusan


untuk umat manusia seluruhnya.39

4. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan Islam


Dalam rangka merumuskan jenis dan jenjang kurikulum dalam
pendidikan Islam, pembuat-pembuat kurikulum dan guru-guru harus
mengetahui teori-teori pertumbuhan dan perkembangan agar dapat
menyuguhkan berbagai aspek pengetahuan sesuai dengan tahap
perkembangan anak-anak. Hasan Langgulung merumuskan jenis dan
jenjang menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Pendidikan Kanak-Kanak Pra Sekolah dan Taman Kanak-Kanak
Ditinjau dari fase perkembangan manusia, usia anak pendidikan
kanak-kanak pra sekolah dan taman kanak-kanak terletak antara dua
tahun sampai enam tahun. Sedangkan dari segi institusi pendidikan
sebagian negara-negara menganggapnya sebagai institusi non formal
dan ada pula sebagian negara yang menganggapnya sebagai institusi
formal.
Kurikulum pada tahap ini sedapat mungkin bersifat umum, terpadu
dan merata bagi semua yang mengikuti pelajarannya. Proses ini
bertujuan mendidik jiwa dan akhlak pelajar, memperbaiki bahasanya,
mengasah ingatan, menguatkan pribadinya, dan membiasakannya
berfikir menggunakan aka!.
Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan pada fase ini
adalah: Aspek intelektual, emosional, sosial, jasmani, pergerakan,
estetik dan moral. Dari segi materi pendidikan, Hasan Langgulung
mengutip pemyataan Al-Ghazali, bahwa pada fase ini anak harus
dibimbing untuk mempelajari al-Qur'an, hadits, riwayat orang-orang

39
Hasan Langgulung, Pendidilwn Islam ... , h 142-145.
71

baik, syair-syair, dan kehalusan budi pekerti, supaya tertanam dalam


dirinya sebuah kebaikan dan kecintaan tehadap Allah dan Rasul-Nya.40
b. Sekolah Dasar dan Menengah
Pelaksanaan kurikulum dalam sekolah dasar harus sesuai dengan
kebolehan-kebolehan anak-anak yang diajar dari segi kebutuhan
tingkat perkembangan dan minat, agar kurikulum Jebih berkesan dan
efisien bagi siswa. Aspek utama yang perlu dikembangkan pada
sekolah dasar adalah ketrampilan kemahiran dasar (basic skill)
meliputi membaca, menulis dan menghitung.
Hasan mengutip pemyataan dalam Konferensi Dunia Kedua
tentang pendidikan Islam dinyatakan bahwa matapelajaran pada
tingkat dasar adalah sebagai berikut:
l) Al-Qur'an: bacaan dan hapalan
2) Diniyat: Tauhid dan Fiqh
3) Sejarah Islam dan tamadun Islam
4) Ilmu alam
5) Matematika
6) Syair-syair dan kisah
7) Sains dasar
41
8) Bahasa Arab
Sedangkan pada tahap sekolah menengah digunakan
"interdisiplinary approach" seperti misalnya ilmu alam yang
menggabungkan berbagai disiplin ilmu, atau pengajaran berkelompok
(team teaching) yang digunakan untuk mengajarkan berbagai aspek
misalnya mengenai kependudukan yang ditinjau dari berbagai aspek
ilmu pengetahuan.
Yusuf Amir Feisal menegaskan bahwa pada jenjang menengah
program pendidikan diorientasikan pada pembinaan manusia Muslim

40
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psiko/ogi,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), Cet ke-III, h. 69.
41
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan .. ., h. 198.
72

dan rnanusia yang kaya akan informasi teoritis yang lebih rneningkat
atau Iebih intensif dan ekstensif dibandingkan dengan apa yang
dipelajari pada jenjang dasar. Rumpun ilrnu yang diberikan diambil
dari rurnpun ihnu yang sarna seperti pada jenjang dasar dengan
aksentuasi pada kompetensi pemecahan rnasalah.42
c. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi adalah suatu bentuk institusi sosial yang berfimgsi
sebagai pengajaran, penyelidikan dan pengabdian kepada masyarakat.
Instansi ini hams hams sanggup mengolah, rnenggarap,
rnengernbangkan dan rnenciptakan nilai-nilai budaya pada masyarakat,
rnemindahkan dan melanjutkan nilai-nilai budaya kepada generasi-
genarasi rnendatang.
Pewarisan kebudayaan dalam perguruan tinggi tidak hanya
memindahkan atau mengajarkan nilai-nilai sebagairnana adanya, tetapi
mengolah dan rnengembangkan nilai-nilai agar siap rnenghadapi
tantangan zaman yang selalu berkembang, sebab Perguruan tinggi
sebagai "agen pembaharu" atau "pusat pembaharuan". Perguruan
tinggi juga berfungsi sebagai pelayanan umum (public service) atau
disebut dengan pengabdian rnasyarakat, dimana perguruan tinggi turut
aktif mernberi sumbangan terhadap rnasalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.43
Pada perguruan tinggi pelajar-pelajar diberi peluang sebesar-
besamya untuk mengembangkan potensi-potensinya sendiri dalam
bentuk pilihan yang luas dalam kursus-kursus dan aktivitas-aktivitas
baik rnelalui kemudahan-kernudahan pelajaran yang disediakan seperti
perpustakaan, olahraga, komputer, laboratoriurn, atau melalui
pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh universitas terutama
pelayanan pelajar seperti: birnbingan dan penasehat disiplin, kegiatan
agarna, kebudayan dan lain-lain.

42
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam .. ., h. 122.
43
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam .. ., h. 93.
73

Pada tingkat tinggi program pendidikan ditujukan untuk mengisi


tenaga ahli suatu bidang studi yang menjadi pilihan mahasiswa.
Struktur pendidikan terdiri atas strata dan program yang
menggambarkan keahlian (teori) seperti program guru, program akta
dan lain sebagainya.
Dalam konteks islamisasi ilmu, Hasan Langgulung merumuskan
jenis dan jenjang pendidikan dan memberikan penekanan pendidikan
agama mulai tahap Pendidikan Kanak-Kanak Pra Sekolah dan Taman
Kanak-Kanak serta Sekolah Dasar dan Menengah, mengantarkan
pendidikan agama sampai siswa masuk usia baligh. Sedangkan dalam
jenjang perguruan tinggi titik fokus pada pengembangan potensi dan
pengabdian terhadap masyarakat

C. Analisis Terhadap Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung


Berdasarkan kondisi pendidikan saat ini sebagaimana yang telah diuraikan
pada bahasan sebelumnya, maka pemikiran Pendidikan Islam yang ditawarkan
oleh Hasan Langgulung nampaknya memiliki relevansi dan signifikansi yang
tinggi serta layak untuk dipertimbangkan sebagai solusi altematif untuk
diaktualisasikan dalam dunia Pendidikan Islam.
Karena pada dasamya gagasan Hasan tentang islamisasi tersebut
merupakan upaya pemecahan masalah pendidikan yang berusaha untuk
mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan dan menjaga keseirnbangan antara
ilmu agama dan umum. Konsepsi ini sesuai dengan corak pemikiran Al-Attas,
yang menekankan integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama.
Seluruh pengetahuan mengenai individu, kelompok manusia, alam, agama
ataukah sains, harus disusun kembali berdasar prinsip tauhid, yaitu Allah SWT
sebagai Pencipta, Penguasa, Pelindung, Pemberi rizki, Akhir, tujuan dan sebab
metafisis segala sesuatunya. Seluruh pengetahuan objektif mengenai dunia berarti
pengetahuan tentang kehendak, pengaturan dan kebijakan-Nya. Kebahagiaan akan
terlahir jika manusia berpegang kuat pada ilmu Allah.
74

Melalui pemikiran pendidikan yang berlandaskan kepada wahyu Tuhan


menuntut terwujudnya suatu sistem pendidikan yang komprehensi~ yang
nantinya akan mampu melahirkan pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan
dalam mengintemalisasikan nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta
didik ke arah pengamalan nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam
batas-batas konfigurasi realitas wahyu Tuhan.
Apabila ditelaah dengan cermat, bahwa pemikiran Hasan Langgulung
mengarahkan pada pendidikan yang bercorak moral-religius dengan tetap menjaga
keseimbangan dan keterpaduan sistem. Hal tersebut tersirat dalam konsep
kurikulumnya yang menjadikan akhlaq sebagai titik fokus dalam pendidikan.
Hal ini menunjukkan bahwa apa yang telah ditawarkan oleh Hasan
Langgulung mengacu pada aspek moral dan juga tidak mengabaikan aspek ilmu
pengetahuan dan ketrampilan. Ini relevan dengan aspirasi Pendidikan Islam, yakni
44
aspirasi yang bemafaskan moral dan agama.
Dari uraian diatas, format pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh
Hasan Langgulung, tampaknya berusaha untuk menampilkan wajah Pendidikan
Islam sebagai suatu sistem pendidikan terpadu. Hal tersebut secara jelas dapat
dilihat dari tujuan pendidikan yang dirumuskannya yaitu tujuan akhir dari
Pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan manusia yang baik, yaitu manusia
universal (Jnsan Kami[).
Senada dengan Yusuf Amir Feisal yang menyatakan bahwa rumusan
sistem pendidikan Islam hendaknya memadukan pendekatan normatif deduktif
yang bersumber pada sistem nilai yang mutlak, yaitu Al-Qur' an, As-Sunnah, dan
hukum Allah yang terdapat dalam alam semesta. Dengan sistem ini akan
menghasilkan uot put yang berkualitas dari segi intelektualitas dan spiritualitas.45
Konsekwensi dari sistem pendidikan terpadu tersebut perlu didukung oleh
konseptualisasi dan latihan terhadap pendidik, karena pendidik menjadi model
bagi siswa. Untuk itu pendidik hendaknya mengetahui teori tentang pendidikan

44
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h 113.
45
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan ... , h. 116.
75

Islam dan diajarkan untuk menyadari keunggulan system pendidikan Islam


dibanding dengan pendidikan Barat.
Menurut penulis, gagasan beliau menunjukkan perhatian dan kepedulian
yang besar terhadap dunia pendidikan dalam menghadapi tantangan zaman.
Karena tantangan yang dihadapi selalu berbeda mengikuti perkembangan zaman.
Karenanya, pembicaraan masalah kependidikan ini mempunyai peran strategis
bila memang Pendidikan Islam ingin turut bersaing dengan percaturan global.
Pendidikan harus mengarah pada penciptaan anak didik dengan
kemampuan dan perkembangan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai,
tanpa harus mengabaikan nilai-nilai moral dan etika Islam yang telah teruji
kebenarannya. Tampilnya lembaga-lembaga pendidikan Islam diharapkan tidak
hanya menjadi jawaban terhadap keringnya filosofi dan ideologi pendidikan dari
nilai-nilai etika dan moral tapi juga dapat menjadi kendali kemajuan pendidikan di
Indonesia.
Perin adanya metode yang tepat untuk mendidik anak agar berakhlak
mulia. Metode yang dapat diandalkan dan mudah di lakukan. Di samping itu perlu
adanya kesamaan antara pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan
masyarakat, sehingga dimungkinkan pendidikan jalan searah dalam mencapai
tujuan.
Kurikulum Hasan Langgulung memberikan kontribusi besar terhadap
dunia pendidikan. Konsep kurikulum yang tidak kaku dan fleksibel, yakni
mengajarkan suatu fakta berdasar kesanggupan murid-muridnya. Kurikulum yang
dituangkan mencoba menjawab berbagai permasalahan Pendidikan Islam, yang
selama ini selalu dinilai terbelakang. Dengan adanya gagasan yang ideal ini,
semoga saja instansi pendidikan senantiasa berbenah untuk kemajuan pendidikan
di masa datang. Amin.
BABY
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan basil penelitian penulis terhadap konsep Islamisasi ilmu
dalam kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsep islamisasi ilmu dalam kurikulum pendidikan Islam berarti
menyusun kembali konsep-konsep kurikulum dengan format yang
lebih integral antara pengetahuan urnum dengan pngetahuan agama.
2. Konsep islamisasi ilmu Hasan Langgulung berbeda dengan konsep
islamisasi ilmu yang digagas oleh syed Naquib al-Attas, yaitu bersifat
modernisasai.
3. Prioritas tujuan kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan
Langgulung tidak hanya bersifat materi akan tetapi kebahagiaan
dengan akhlak dan perilaku yang baik bersandarkan pad a al-Qur' an
dan Sunnah Rasul.
4. Pelaksanaan islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung yakni dengan
cara:
a. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam
b. Menyusun Kembali Komponen Kurikulum dalam Pendidikan
Islam
c. Menetapkan Prinsip-Prinsip Kurikulum dalam Pendidikan Islam
d. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan
Islam
77

B. Saran
Setelah berbicara jauh tentang islamisasi ilmu yang dilakukan oleh Hasan
Langgulung, penulis mengungkapkan gagasan berupa saran diantaranya:
I. Menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan di bawah frame work
agama.
2. Perancang kurikulum dan pelaksana pendidikan Islam hams berani
mengembangkan kerangka pengetahuan masa kini yang terartiknlasi
sepenuhnya dan kerangka pengetahuan hams dirancang secara aplikatif.
3. Perancang kurikulum pendidikan Islam hendaknya menciptakan teori-teori
sistem pendidikan yang memadukan ciri-ciri terbaik sistem tradisional dan
sistem modem.
4. Sistem pembelajaran harus menggambarkan kerangka teoritis ilmu dan
teknologi yang di dalamnya terdapat gaya-gaya dan metode-metode
aktivitas ilmiah dan teknologi yang sesuai dengan tinjauan dunia dan
mencerminkan nilai dan norma budaya muslim.
5. Dalam hal strategi, pendidik hendaknya menggunakan strategi pendidikan
yang membumi.
6. Perlu adanya perhatian dan dukungan dari pemimpin (pemerintah) atas
proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini.
DAFI'ARPUSTAKA

Al-Adnani, Abu Fatiyah. 2002. Agenda Al-Mizan. Solo: Tim Pustaka Amanah.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1981. Islam dan Sekulerisme. Bandung:
Pustaka.
_ _ , 1996. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan.
_ _ , 1998. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The Educational
Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh Wan
Mohd Nor Wan Daud, Bandung: Mizan.
Al Djamaly, Fadhil. 1988. Menerabos Krisis Pendidikan Dunia Islam. Jakarta:
Golden Terayon Press.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1984. Islamisosi llmu Pengetahuan. Bandung:
Perpustakaan Salman ITB.
Al Rasyidin dan Nizar Samsul. 2005. Filsafat Pendidikan Islmn. Ciputat: PT
Ciputat Press.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam.
Alih Bahasa: DR. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang.
Aly, Hery Noer. 1999. I/mu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Arief, Armai. 2002. Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Daradjat, Zakiah. 1979. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta:
Gunung Agung.
Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.

-'
2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,
Bandung: Al-Ma'arif
__,1985. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi.
Jakarta: Pustaka Al-Husna.
_ _, 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
_ _ , 1995. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikalogi dan Pendidikan.
Jakarta: PT Al-Husna Zik:ra.
_ _ , 2002. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
___, 2008. Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru.
Malik MTT. 2008. lnovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren.
Jakarta: Departemen Agama.
Marsh, Colin dan Stafford, Ken. 1988. Curriculum Practices and Issues,
Australia: McGraw-Hill Book Company.s
Muhaimin. 2006. Nuansa Boru Pendidikan Islam, Mengurai Benamg Kusut Dunia
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyanto. 2000. lslamisasi I/mu Pengetahuan. Dalam Moeflich Hasbullah,
Gagasan dan Perdebatan lslamisasi flmu Pengetahuan, Jakarta: PT
Pusataka Cidesindo.
Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press.
Nasution, S. 1995. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abudin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
Nata, Abudin dan Fauzan. 2005. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta:
UJNPress.
Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
_ _, 2008. Memperbincangkan Dinamika lntelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
~ Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
'J) Putrafaulay, Haidar. 2004. Pendidikan ls/am Dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritk, Jakarta: Erlangga.
Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,
Mengenal Tokoh Pendidikan Di Dunia Islam Dan Indonesia. Ciputat:
Quantum Teaching.
Sanjaya, Wina. 2008a. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana.
_ _ , 2008b. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasti. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Shofan, Mohammad. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya
Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Ircisod.
Sudja'ie, Ahmad. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer. Semarang: Pustaka Pelajar.
Tafsir, Ahmad. 2007. I/mu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wiryokusumo, lskandar dan Mulyadi, Usman. 1988. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Bina Aksara.
Yusuf, Choirul Fuad (Ed). 2008. Kajian Peraturan dan Perundang-undangan
PendidikanAgama Pada Sekolah. Jakarta: Pena Citasatria.
Zurinal. 2006. flmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press.
Makalah dan Jurnal
Ismail Yusanto, Muhammad. Menggagas Pendidikan Integratif dan Optima/isasi
Negara Dalam Penyelenggaraan Pendidikan menuju Generasi sholeh
Muslih, dalam Seminar Nasional Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta
2008.
Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jumal Lektur, Vol. 13, ·No. 2
Desember 2007.
Solichin, Mohammad Muchlis. Islamisasi I/mu Pengetahuan dan Ap/ikasinya
Dalam Pendidikan Islam, dalam Jumal Tadris, No 1, Volume 3, 2008.
-~-~·--·------,--~------------~~-.,..,.,~~~
· --DEPARTEMEN AGAMA. NQ, Dokumen FITK,FR-AKD-081
(..~,. UIN JAKARTA FORM (FR) lgl. Terbit 5 Januari 2009
[ ~ ~=.·· :f"~-'. FITK No. Revisi: 00
'-~-' Jf. fr. H. Juanda No 95 Cipulat 15412 Indonesia Hal 1/1

SURAT'BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F.l/PP.0~91 .. ?§'8..12009 Jakarta, 28 April 2009


Lamp.
Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.
Dra. Djunaedatul M., M.Ag:
Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan .
Ul]\j SyarifHidayatullah
J akarti

Assa/amu ·a/aikum llr. wb.


Dengan ini diharapk&r; kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing l/ll (materi/teknis)
penu\isan skripsi mahasis\Va:·

Nama : Maya Yuningsih


NIM 105011000149 .
Sein ester .: VUI (Delapan)
Jurusan :. Pendidikan Agama Islam
Judul Skipsi : '.'Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung (Analisa
Perbandingan Dengan Kurikulum Nasional".

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 27 April 2009,
abstraksi/ow/i11e terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksio;ial pada judul
tersebut. Aµabi\a pernbahan ~ubstansial dianggap perk mnhon pembimbing m<•nghuh1ngi
JL:rusan terlebih da\w.lu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan se\esai dalam waktu 6 (enam) bulan. dan dapat
c\iperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tan pa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan keija sama Saudara, kami ·ucapkan terima kasih.

Wassala11111 'a/aik1111111·r. ll'b.

Tembusan:
I . Dek&ri FITK

Anda mungkin juga menyukai