Anda di halaman 1dari 12

Kurikulum Baru

Paradigma Baru

Pengantar:

Mulai 2022 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)


memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk bebas memilih salah satu kurikulum pendidikan
nasional yang jumlahnya ada tiga, yakni Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat dan
Kurikulum Prototipe. Yang disebut terakhir digadang-gadang menjadi kurikulum yang
bersifat opsional. Harapannya. kurikulum ini dapat diterapkan sebagai alat transformasi
pembelajaran

KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)


menawarkan kurikulum baru yang memiliki fleksibilitas. Kurikulum ini dirancang untuk
mengintegrasikan antara pendidikan dasar, menengah hingga ke pendidikan tinggi agar terus
berkelanjutan. Dan, kurikulum baru tersebut rencananya akan diterapkan pada 2022 mendatang.

Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito


Aditomo, mengatakan, kurikulum ini nantinya akan lebih menitikberatkan kepada materi
esensial. Intinya, lebih disempurnakan.

“Mulai tahun depan Kemendikbudristek akan menawarkan kurikulum yang lebih fleksibel.
Kurikulum tersebut akan lebih berfokus pada materi yang esensial, tidak terlalu padat materi. Ini
penting agar guru punya waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi. Bukan sekadar
kejar tayang materi yang ada di buku teks,” ungkap Anindito, seperti dikutip dari akun
Instagram-nya @ninoaditomo, Kamis (2/12).

Sebagai persiapan dan tanda keseriusan, kurikulum prototipe ini sedang diterapkan secara
terbatas di sekitar 2.500 sekolah di seluruh Indonesia melalui Program Sekolah Penggerak.
Untuk diketahui, salah satu program Merdeka Belajar ini diisi sekolah-sekolah yang
mencerminkan keragaman yang ada di sistem pendidikan Indonesia.

“Sebagian besar adalah sekolah yang biasa saja. Bukan sekolah yang biasa dianggap favorit atau
unggul. Bukan sekolah yang punya fasilitas berlebih. Banyak yang justru kekurangan secara
sarana-prasarana. Sebagian juga berada di daerah tertinggal,” jelasnya.

Penerapan secara terbatas ini, menurut Anindito, adalah tahap penting dalam pengembangan
kurikulum. Uji coba di sekolah yang beragam memastikan bahwa kurikulum yang dikembangkan
memang bisa diterapkan di beragam kondisi.

“Uji coba tersebut juga memberi insight tentang bagaimana guru memaknai dan menerapkan
sebuah kurikulum. Artinya, kurikulum dievaluasi oleh aktor paling penting, para guru!,” tegas
pria yang akrab disapa Nino ini.

Ia menjelaskan, evaluasi ini dilakukan dalam konteks nyata. Kurikulum baru ini pun dinilai akan
melengkapi model uji publik yang biasanya didominasi oleh akademisi dan pengamat yang
hanya melihat dokumen kurikulum saja.

Untuk perbaiki kurikulum 2013

Apa yang dilakukan Kemendikbud dengan menyodorkan kurikulum baru itu, tidak berarti
membuang begitu saja Kurikulum 2013 yang selama ini sudah menjadi rujukan. Kurikulum
terbaru itu, tetap akan merujuk pada kurikulum 2013 yang berlaku saat ini.

Kepala Balitbang Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, pihaknya tidak mengubah


kurikulum 2013. Pihaknya hanya akan memperbaiki kelemahan pada kurikulum yang ada saat
ini.

"Bukan revisi, tapi me-review. Terutama memberikan pengayaan untuk implementasi kurikulum.
Bahasanya bukan revisi, tapi review. Kan sekarang ini ditemui kelemahan di dalam
implementasi," kata Totok.

Dari kajian yang dilakukan, salah satu kelemahan Kurikulum 2013 adalah fakta bahwa guru sulit
menerapkan konsep dalam mengajar. Misalnya saja dalam pelajaran matematika. Padahal,
menurutnya, guru bisa memanfaatkan alat penunjang untuk mengajar.

"Ternyata guru kesulitan mengajarkan konsep pecahan. Ini dilengkapi dengan alat bantu apa
yang bisa digunakan guru, untuk membantu menjelaskan konsep-konsep itu. Jadi lebih
memperkaya tool kit, untuk memudahkan guru mengajar," jelas Totok.

Menurutnya, kurikulum memiliki aspek yang sangat luas. Mulai dari standar isi, konten,
kompetensi, sampai pada tool kit atau alat bantu mengajar.

"Sekarang kita memperjelas tujuan belajar. Kata-kata yang ambigu diperjelas. Matematika
tujuannya itu apa sih. Supaya guru paham betul ketika mengajarkan pelajaran. Pandangannya
ingin membangun siswa seperti apa," tegas Totok.

Bebas pilih kurikulum


Apa yang disampaikan Totok, diperjelas oleh Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan
Kemendikbudristek, Supriyatno. Menurutnya, Kemendikbudristek akan
membebaskan sekolah untuk memilih salah satu dari tiga pilihan kurikulum pendidikan nasional,
mulai 2022 mendatang.

Adapun ketiganya yakni, Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang
disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe.

Kurikulum Prototipe sendiri merupakan bagian dari kurikulum nasional untuk mendorong
pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Supriyatno menambahkan, Kurikulum Prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan
pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.

Ia menambahkan, dalam pengembangan Kurikulum Prototipe, Kemendikbudristek melakukan


penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum, capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran,
hingga asesmen.

“Tetapi untuk Kurikulum Prototipe ini satuan pendidikan diberikan otoritas, dalam hal ini guru,
sehingga sekolah memiliki keleluasaan. Karena yang dituntut adalah capaian pembelajaran di
tiap fase," ujar Supriyatno, pada kegiatan Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran, di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), di
Kabupaten Aceh Besar, Selasa (21/12/2021).

"Dalam Kurikulum Prototipe, ada fase A, B, C, D, dan E. Fase-fase ini memberikan keleluasaan
pada guru bagaimana mencapai capaian pembelajaran di masing-masing fase,” sambungnya.

Dengan begitu, lanjut Supriyatno, operasional pada Kurikulum Prototipe bisa dikembangkan di
satuan pendidikan. Sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih atau memodifikasi perangkat
ajar dan contoh kurikulum operasional yang sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan
dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri perangkat ajar sesuai dengan
karakteristik peserta didik.

“Namun pusat (Kemendikbudristek) tetap menyediakan perangkat ajar seperti buku teks
pelajaran, contoh modul ajar mata pelajaran, atau contoh panduan proyek Profil Pelajar
Pancasila,” katanya.

Dampak pandemi

Kebijakan itu dipilih dalam rangka pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Hal itu
penting dilakukan untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran (learning loss) pada
peserta didik. Salah satu indikasi (learning loss) yang tampak adalah berkurangnya kemajuan
belajar dari kelas 1 ke kelas 2 SD setelah satu tahun pandemi.
Hasil riset Kemendikbudristek menunjukkan, sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu
tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah
pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan (learning loss).

Untuk literasi, (learning loss) ini setara dengan 6 bulan belajar, sedangkan untuk numerasi,
(learning loss) tersebut setara dengan 5 bulan belajar. Data tersebut merupakan hasil riset
Kemendikbudristek yang diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 kabupaten/kota di 4
provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021.

Sejak tahun 2020, sebagai bagian dari mitigasi (learning loss), sekolah diberikan dua opsi, yaitu
menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh, atau menggunakan Kurikulum Darurat, yakni
Kurikulum 2013 yang disederhanakan.

Kurikulum Darurat diberlakukan agar pembelajaran di masa pandemi dapat berfokus pada
penguatan karakter dan kompetensi mendasar. Ternyata selama kurun waktu 2020—2021, siswa
pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna
Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.

Kemudian pada tahun 2021, Kemendikbudristek memperkenalkan Kurikulum Prototipe sebagai


opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran. Kurikulum
Prototipe ini mulai diterapkan di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK).

Ke depannya, untuk mendorong pemulihan pembelajaran, mulai tahun 2022 hingga 2024 semua
satuan pendidikan diberikan tiga opsi dalam kurikulum nasional, yaitu Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototipe.

DPR protes
Rencana yang dilakukan Kemendikbudristek menerapkan kurikulum baru pada 2022 ternyata
tidak langsung mulus. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sempat
menuai kritik karena dinilai tak terbuka membahas kurikulum baru yang salah satunya, kabarnya
mempertimbangkan penghapusan sejarah sebagai mata pelajaran wajib.
Salah satu kritik datang dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih. Dia
menyayangkan isu pelajaran sejarah menguat di publik sebelum pihaknya menerima informasi
terkait hal itu.

"Kami di Komisi X belum pernah diajak membahas kurikulum baru, tiba-tiba muncul isu penghapusan
mapel sejarah, ada apa?" katanya melalui keterangan tertulis pada Senin (21/9/2021) lalu.

Fikri Faqih menyatakan, Nadiem seharusnya memastikan seluruh pemangku kepentingan di dunia
pendidikan terlibat dalam pembahasan kurikulum baru. Dalam hal ini, pihak Kemendikbud seharusnya
memaparkan dengan rinci wacana perubahan kurikulum kepada DPR.

"Jangan menunggu ada kehebohan dulu, baru kita terbuka. Semua mekanisme pembuatan kebijakan harus
dipenuhi. Tidak hanya pendekatan atas-bawah atau top-down, namun juga mekanisme politik,
teknokratik, partisipatif, dan pendekatan bawah-atas (bottom-up)," ujarnya.

FSGI Nilai Janggal


Protes juga sempat dilontarkan Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia
(FSGI), Satriwan Salim. Ia mempertanyakan sikap Kemendikbud yang dinilai tertutup dalam
menyampaikan draf struktur kurikulum baru.

Menurutnya upaya Kemendikbud tidak membahas perubahan kurikulum kepada publik janggal. Pasalnya
hal ini tidak seperti yang terjadi ketika Kurikulum 2006 diubah menjadi Kurikulum 2013.

"Waktu perubahan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013, proses dialog dengan publik itu berjalan
dua tahun sebelumnya sudah mulai. Ada pro-kontra, sejak 2011 itu," lanjutnya.

Satriwan menyatakan perubahan kurikulum butuh pembahasan bersama banyak pihak, termasuk
perwakilan organisasi guru, ahli pendidikan, pakar kurikulum, hingga orang tua.

Mudah diterapkan
Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut, penerapan kurikulum baru itu akan membantu
sekolah dalam memulihkan learning loss. Situasi tersebut sangat mengkhawatirkan bagi dunia
pendidikan.

"Mengenai kurikulum prototipe, tentunya sangat lega kita akan melakukan bagian daripada
learning recovery, kembali pulih daripada learning loss yang cukup gawat darurat sampai
sekarang," kata Nadiem, awal Dsember lalu.

Lebih jauh, Nadiem mengungkapkan, kurikulum pendidikan baru itu juga dapat membantu
sekolah dalam beradaptasi dengan masa depan. Sebab, kurikulum tersebut sangat mudah
diterapkan, bagi sekolah yang tertinggal sekalipun.

"Jadi sebenarnya kurikulum baru ini malah lebih bermanfaat lagi bagi sekolah-sekolah yang
paling ketinggalan. Karena perampingan dan penyederhanaannya paling besar," jelasnya.

Kemendikbudristek juga bakal memberikan bantuan berupa platform teknologi bagi sekolah
yang akan mengadopsi kurikulum tersebut. Nadiem berkomitmen untuk mendukung sekolah
dalam proses transisi menuju kurikulum baru tersebut.

"Lebih organik saja, dalam dua tahun ini kita akan memonitor dan mengawasi," tukasnya.
Dukungan anggota DPR
Di sisi lain, beberapa anggorta DPR RI justru terang-terangan memberi dukungan pada rencana
penerapan kurikulum prototipr itu. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng
Pramestuti menuturkan, dengan kurikulum prototipe yang dapat dipilih sekolah, mampu
menyesuaikan ketertinggalan belajar atau learning loss di masing-masing daerah.

“Itulah yang kemudian diharapkan menurunkan angka learning loss,” katanya.

Sebagai mitra strategis, pihaknya mendukung terobosan-terobosan yang dilakukan


Kemendikbudristek, khususnya dalam penanganan dampak pandemi. Meskipun begitu, ia
meminta agar Kemendikbudristek RI membuat payung hukum atas penerapan kurikulum
tersebut.

“Kebijakan tersebut harus diikuti oleh pemangku kepentingan pendidikan lainnya,” tambah
Agustina.

Menurutnya hal ini menjadi tugas Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
(BSKAP) Kemendikbudristek untuk menyerap masukan dari publik melalui diskusi dan
lokakarya.

“Nanti kita (Komisi X dan Kemendikbudristek) akan dapatkan formulanya yang paling tepat,”
tandasnya.

Memang, lanjut Agutina, pihaknya memberikan apresiasi terhadap kebijakan kurikulum darurat
yang disiapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
(Kemendikbudristek) sebagai salah satu upaya mengatasi dampak pandemi pada pendidikan.

Bahkan, Komisi X juga mendorong penerapan kurikulum prototipe sebagai salah satu opsi
pilihan yang ditawarkan kepada sekolah untuk dapat diterapkan secara sukarela agar mengatasi
dampak kehilangan pembelajaran atau learning loss.

“Opsi itu menurut saya bagus. Yang paling tahu apa yang baik untuk siswa, itu sekolah dan guru.
Biar guru-guru di sekolah yang berembug,” tuturnya.

Dukung penghapusan jurusan

Dukungan juga datang dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, terhadap rencana
penerapan kurikulum prototipe, terutama bagi siswa SMA oleh Kemendikbudristek itu. Apalagi
juga ada rencana penghapusan jurusan.
"Sementara kita mendukung rencana membuka jurusan," kata dia, Kamis (23/12/2021).

Menurut politikus Demokrat ini, pada kenyataannya banyak anak yang pindah jurusan ketika
kuliah. Sehingga siswa itu harus belajar dari awal lagi. "Karena pada kenyataannya juga banyak
anak yang pindah jurusan dari IPS ke IPS misalnya, ketika masuk kuliah dan dia harus
mengulang lagi dari awal," kata Dede.

Namun, dia mengingatkan Kemendikbudristek untuk melakukan perencanaan dan kajian yang
matang. Apalagi perubahan kurikulum tidak hanya akan selesai dalam waktu satu atau dua tahun.

"Hanya perlu perencanaan dan kajian akademik yang matang soal ini. Karena untuk merubah
tidak bisa dilakukan dalam setahun dua tahun saja," ujar Dede.

Ya, suka atau tidak suka, kurikulum baru yang bakal diterapkan ini dinilai akan melengkapi
model uji publik yang biasanya didominasi kalangan tertentu. Tentng bagaimana hasil
evaluasinya, kita berharap secara keseluruhan akan sangar positif.**(udins).
Caption:

Anindito Aditomo

Nadiem Makarim
Satriwan Salim
Dede Yusuf

Ilustrasi Kurikulum

Anda mungkin juga menyukai