Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan semenjak pandemi COVID – 19
menyebar secara global awal Januari 2020 , berdasarkan laporan dari Bank Dunia sekitar 1,6
Milyar anak usia sekolah (7 – 18 tahun) berstatus tidak sekolah (ATS : Anak Tidak Sekolah) di
161 negara. Kondisi ATS dalam jangka pendek menyebabkan peningkatan kehilangan semangat
belajar dan putus sekolah. Sistem Pendidikan wajib segera bertindak menjawab situasi krisis
Pendidikan ini, dimana Pendidikan Formal dapat dikatakan lumpuh. Hampir semua negara di
dunia kemudian menyelenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di Indonesia pembelajaran
daring/jarak jauh diatur melalui Surat Edaran Kemdikbud Nomor 4 Tahun 2020 mengenai
Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Ada tiga poin
kebijakan terkait pembelajaran daring, pertama, pembelajaran daring/jarak jauh untuk memberi
pengalaman belajar yang bermakna. Kedua, dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup,
antara lain mengenai pandemi Covid-19. Ketiga, aktivitas dan tugas pembelajaran dapat
bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing – masing, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. Luthra & Mackenzi (2020) menyebut ada empat
cara COVID-19 mengubah cara kita mendidik generasi masa depan. Pertama, bahwa proses
pendidikan di seluruh dunia semakin saling terhubung. Kedua, pendefinisian ulang peran
pendidik. Ketiga, mengajarkan pentingnya keterampilan hidup di masa yang akan datang. Dan,
keempat, membuka lebih luas peran teknologi dalam menunjang pendidikan.
Selain itu, Tam dan El Azar (2020) menyatakan pandemi virus corona menyebabkan tiga
perubahan mendasar di dalam pendidikan global. Pertama, mengubah cara jutaan orang didik.
Kedua, solusi baru untuk pendidikan yang dapat membawa inovasi yang sangat dibutuhkan.
Ketiga, adanya kesenjangan digital menyebabkan pergeseran baru dalam pendekatan dan dapat
memperluas kesenjangan.
Apa yang disampaikan Luthra & Mackenzi (2020) maupun Tam dan El Azar (2020)
menunjukkan betapa Covid-19 telah membuat percepatan transformasi pendidikan. Mengapa
transportasi terpaksa ? karena sesungguhnya perubahan tersebut merupakan suatu keniscayaan.
Tetapi lajunya sangat lambat, sementara akibat Covid-19 transformasi tersebut mau tidak mau
harus dilakukan. Dalam waktu yang sangat singkat misalnya, seluruh dunia mengubah pola
pembelajaran konvensional berbasis tatap muka di sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh
(PJJ) yang sangat mengandalkan teknologi.
Pada masa pandemi Covid-19, krisis pembelajaran yang ada menjadikan pendidikan
semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya
kesenjangan pembelajaran antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi. Untuk memulihkan
pembelajaran pascapandemi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemdikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas : Kurikulum Merdeka
dan Platform Merdeka Mengajar.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Nadiem
Anwar Makarim menekankan pentingnya penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum
dalam kondisi khusus (kurikulum darurat). “Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif
memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19,” terangnya saat
peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima Belas secara daring pada Jum’at (11/2).
Efektifitas kurikulum dalam kondisi khusus, kata Mendikbudristek semakin menguatkan
pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih
komprehensif. Arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar Episode 15 ini
adalah struktur kurikulum yang lebih fleksibel , fokus pada materi yang esensial, memberikan
keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat perangkat ajar sesuai kebutuhan dan
karakteristik peserta didik, serta aplikasiyang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk
terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.
Dalam pemulihan pembelajaran saat ini, lanjut Menteri Nadiem, satuan pendidikan
diberikan kebebasan menentukan tiga kurikulum yang akan dipilih atau tidak dipaksakan. Pilihan
pertama, Kurikulum 2013 secara penuh, pilihan kedua Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum
2013 yang disederhanakan, dan pilihan ketiga adalah Kurikulum Merdeka.
Khusus SD Islam Terpadu Nurul Anshar pada Tahun Pelajaran 2022/2023 kurikulum
yang diberlakukan yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan dan Kurikulum Merdeka. Untuk
Implementasi Kurikulum Merdeka, diawali dari mengikuti rekrutmen calon Kepala Sekolah
Pelaksana Program Sekolah Penggerak Tahap Kedua berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan nomor 4018/B2/GT.03.15/2021, yang proses pendaftarannya
dimulai sejak tenggal 27 Agustus 2021. Setelah mengikuti seleksi Tahap I dan dinyatakan lolos,
maka selanjutnya mengikuti seleksi Tahap II Simulasi Mengajar dan wawancara juga dinyatakan
lolos, dan maka berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah Nomor : 0301/C/HK.00/2022 Tentang Penetapan
Satuan Pendidikan Pelaksana Program Sekolah Penggerak Angkatan II, SD Islam Terpadu Nurul
Anshar sebagai Sekolah Penggerak. Sebagai Sekolah Penggerak berkewajiban untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan didahului mengikuti Bimbingan Teknis
(BIMTEK) secara daring yang dimulai sejak tanggal 12 Mei sampai dengan 13 Juni 2022.
Kemudia kegiatan ini dilanjutkan dengan In House Training ( IHT) Pelatihan Implementasi
Kurikulum Merdeka bagi semua dewan guru baik guru kelas, guru PAI, dan guru PJOK yang
dilaksanaka pada tanggal 30 Juni hingga 12 Juli 2022.
Sejatinya semua kurikulum dibangun, berdasarkan tujuan pedidikan nasional yang sama.
Sesuai amanat UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik, menjadi manusia beriman, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Baik Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, maupun Kurikulum
Merdeka, esensinya memiliki tujuan yang sama, sesuai tujuan pendidikan. Kurikulum Merdeka,
merupakan keberlanjutan dari kurikulum – kurikulum sebelumnya. Hanya yang membedakan,
Kurikulum Merdekaitu lebih jelas, profil siswa yang ingin dibangun, disebut Profil Pelajar
Pancasila. Profil Pelajar Pancasila bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil
Pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan – kebijakan
pendidikan yang termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta
kompetensi para peserta didik. Profil Pelajar Pancasila harus dipahami oleh seluruh pemangku
kepentingan karena perannya yang penting.
Kurikulum SD Islam Terpadu Nurul Anshar adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh SD Islam Terpadu Nurul Anshar sesuai dengan amanat Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2022 bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar mengacu Standar Nasional Pendidikan meliputi: a).
Standar Isi / Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulm SD, b). Standar Proses, c). Standar
Kompetensi Lulusan, d). Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, e). Standar Sarana dan
Prasarana, f). Standar Pengelolaan, g). Standar Pembiayaan, dan h). Standar Penilaian
Pendidikan.
Kurikulum yang telah disusun mengacu pada Kurikulum 2013 Darurat/Kondisi Khusus
dan Kurikulum Merdeka oleh Tim Penyusun Kurikulum ( TPK ) SD Islam Terpadu Nurul
Anshar tersebut dinamakan ”KURIKULUM OPERASIONAL SEKOLAH DASAR ISLAM
TERPADU NURUL ANSHAR TAHUN PELAJARAN 2022/2023”.
D

Anda mungkin juga menyukai