Anda di halaman 1dari 7

MKDK4001-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Kode/Nama MK : MKDK4001/Pengantar Pendidikan
Tugas 3

No. Soal
1. Kegiatan yang terus terjadi selama 24 jam di ibukota menjadikan ia dijuluki kota yang tak pernah tidur.
Jumlah penduduk yang terus bertambah baik karena kelahiran maupun karena migrasi warga daerah yang mengadu
nasib menambah padatnya ibukota. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula lahan yang dijadikan
sebagai tempat tinggal hingga tak jarang menggusur hak alam seperti pendangkalan sungai atau penyempitan
bantaran sungai. Banjir kala musim hujan adalah peristiwa tahunan yang dihadapi warga ibukota. Pemerintah
setempat melakukan berbagai program untuk mengatasi banjir, seperti naturalisasi, pembangunan drainase
vertikal, peningkatan dan revitalisasi kanal, pembangunan tanggul dan lain sebagainya. Selain itu, kesadaran
warga untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah disungai perlu terus di lakukan.
Datangnya musim hujan kali ini, bagi warga ibukota merupakan beban tersendiri. Hal tersebut karena saat
ini warga Jakarta sedang bergelut dengan pandemi Covid-19 yang belum mereda. Warga ibukota yang mengalami
banjir terpaksa harus mengungsi dan mesti tetap menjaga protokol kesehatan. pemerintah setempat melakukan
swab antigen kepada para pengungsi dan menempatkan pengungsi yang positif covid di tenda isolasi.

Analisislah penyebab terjadinya perubahan sosial pada wacana tersebut!

2. Undang-Undang no 4 tahun 1950 yang merupakan produk pertama undang-undang pendidikan dan
pengajaran sesudah masa kemerdekaan tidak memberikan definisi tentang konsep pendidikan, konsep pendidikan
nasional mapun konsep sistem pendidikan nasional Namun demikian, dalam kata pembukaannya Mr. Muh. Yamin,
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada waktu itu, menyebutkan bahwa pendidikan nasional
merupakan landasan pembangunan masyarakat nasional, yaitu masyarakat yang berkesusilaan nasional. Oleh
karena itu, sistem pendidikannya harus digantikan dengan sistem pendidikan nasional yang demokratis karena
sistem pendidikan kolonial bersifat diskriminatif dan elitis.
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional didefinisikan
sebagai pendisikan yang berdasarkan pancasila dan UUD tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (pasal 1 ayat 2). Adapun Sistem
Pendidikan Nasional adalah komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional (pasal 1 ayat 3) .

Berdasarkan uraian diatas, analisislah perbedaan konsep Sistem Pendidikan Nasional pada masa awal
kemerdekaan dengan yang sekarang.

1 dari 3
MKDK4001

3. Masa pandemi Covid-19 yang sulit diprediksikan tentang keberakhirannya, tanpa tersadari banyak
menimbulkan perubahan dalam kehidupan. Termasuk dalam kehidupan dunia pendidikan tanah air. Bisa dipastikan
di tengah kebijakan pemerintah terkait jaga jarak sosial, maka proses pembelajaran daring merupakan suatu
langkah maju yang tidak bisa terhindari. Semua itu, tentu demi terus keberlangsungan suatu proses belajar dan
mengajar di negeri ini. Sejak Maret 2020 untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19, aktivitas pembelajaran
daring diberlakukan dan menimbulkan banyak polemik. Di lapangan ditemui berbagai masalah seperti mahalnya
biaya kuota internet, kegiatan belajar mengajar digelar secara terpisah melalui berbagai aplikasi, hingga minimnya
kemampuan orangtua untuk bekerja sama dalam pendampingan pembelajaran.
Di kota besar, proses mengadaptasi sesuatu yang baru tidak memerlukan waktu yang lama karena para
pendidiknya sudah terbiasa juga dengan belajar hal yang baru secara mandiri . Tapi, proses ini tidak bisa terjadi
pada semua sekolah karena pada kenyataannya kapasitas sekolah itu beragam dan tingkat maturity dalam
mengadopsi teknologi pun beragam. Jadi, dalam kondisi pandemi ini sebetulnya fenomena yang kita lihat bukan
hanya soal teknologi, tapi juga soal kesenjangan. Lihatlah, ada anak- anak yang bisa mendapatkan akses dengan
mudah tanpa ada sekolah pun bisa digantikan oleh teknologi atau sumber belajar yang ada di sekolah. Tetapi di
lain tempat ada juga anak-anak yang sama sekali tidak bisa mendapatkan akses itu.
Sebelum negeri ini terkena dampak wabah COVID-19, kondisi peringkat Programme for International
Student Assessment (PISA) Indonesia berdasarkan survei 2018 berada di urutan bawah. PISA sendiri
merupakan metode penilaian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di
tingkat global. Jadi adanya gangguan wabah Corona perlu upaya yang lebih untuk memperluas jangkauan
pemerataan pendidikan di Tanah Air. Termasuk pemerataan kualitas SDM guru, pembiayaan operasional sekolah,
dan mengembangkan local wisdom. Lebih dari itu, kurikulum pendidikan harus bisa menjadi rujukan pedagogik,
yang mudah diimplementasikan oleh para guru baik yang di perkotaan hingga pelosok desa. Sehingga negeri ini
bisa mengejar ketertinggalan peringkat di PISA.

Analisislah permasalahan pada kasus tersebut!

4. Selama ini Indonesia telah berganti kurikulum sebanyak 11 kali, terhitung sejak Indonesia merdeka. Yaitu
pada tahu 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015.
Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947 adalah Kurikulum pertama lahir pada masa kemerdekaan.
Karena masih dalam suasana perjuangan, pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Kurikulum 1952 (Rentjana
Pelajaran Terurai 1952) merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata pelajaran. Silabus
mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.Pada kurikulum 1964
(Rentjana Pendidikan 1964) pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Kurikulum 1968 bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Pada Kurikulum 1984 posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran. Kurikulum
2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian
sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,
aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku dan metode pembelajaran bersifat prosedural menggunakan 5M.
Pada tahun 2015 terbentuklah kurikulum 2013 revisi yang merupakan tahap penyempurnaan dari kurikulum 2013,
seperti pemberian ruang kreatif pada guru untuk mengimplementasikan proses belajar tanpa harus menggunakan 5
M.

Berdasarkan wacana tersebut analisislah alasan terjadinya perubahan kurikulum?

2 dari 3
MKDK4001-3

5. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan materi pembelajaran, serta metode yang digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum menjadi panduan pengelola maupun penyelenggara, khususnya pendidik dan kepala sekolah untuk
menjalankan proses pembelajaran. Kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat, oleh karena itu setiap satuan
pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis yang disusun oleh pemerintah pusat. Kebijakan kurikulum di ambil oleh pemerintah pusat
melalui serangkaian kajian, penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh ahli dibidangnya. Kebijakan
tersebut kemudian di sosialisasikan secara masif dan dilakukan pelatihan bagi pendidik agar dapat
mengimplementasikan kurikulum dalam proses pembelajaran dikelasnya sesuai dengan ketentuan kurikulum yang
berlaku.

Berdasarkan uraian tersebut analisislah sistem yang digunakan dalam proses difusi inovasi kurikulum
tersebut!

JAWAB

1).

Perubahan sosial yang terjadi dalam wacana tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Pertumbuhan populasi: Jumlah penduduk yang terus bertambah, baik melalui kelahiran maupun migrasi,
menyebabkan padatnya penduduk di ibukota. Hal ini berdampak pada perubahan dalam penggunaan lahan,
seperti penggusuran hak alam seperti pendangkalan sungai atau penyempitan bantaran sungai. Perubahan ini
dapat memicu perubahan sosial dalam pola hidup dan interaksi masyarakat.

2. Urbanisasi: Migrasi warga daerah yang mengadu nasib ke ibukota juga berkontribusi pada perubahan
sosial. Kondisi ini dapat mengakibatkan pertumbuhan perkotaan yang cepat, terjadinya transformasi sosial,
perubahan dalam sistem nilai, dan pola interaksi antarindividu.

3. Kegiatan 24 jam: Sifat ibukota yang aktif selama 24 jam dengan berbagai kegiatan seperti bisnis, industri,
dan hiburan juga mempengaruhi perubahan sosial. Hal ini dapat mempengaruhi pola tidur, waktu luang, dan
pola interaksi sosial masyarakat.

4. Perubahan lingkungan: Banjir yang terjadi secara tahunan menjadi perubahan lingkungan yang signifikan
dan berdampak pada perubahan sosial. Pemerintah dan masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan ini,
seperti melalui program-program pengendalian banjir dan kesadaran menjaga lingkungan.

5. Pandemi Covid-19: Masuknya pandemi Covid-19 juga mempengaruhi perubahan sosial dalam wacana
tersebut. Masyarakat harus berhadapan dengan situasi ganda, yakni banjir dan pandemi. Pengungsi banjir
harus menghadapi tantangan baru dalam menjaga protokol kesehatan, seperti dilakukannya tes swab antigen
dan penempatan pengungsi yang positif Covid-19 di tenda isolasi. Pandemi ini memberikan dampak
signifikan pada pola hidup, interaksi sosial, dan kegiatan masyarakat secara keseluruhan.

Perubahan-perubahan ini mempengaruhi dinamika sosial, struktur sosial, nilai-nilai, dan pola interaksi dalam
masyarakat. Masyarakat dan pemerintah setempat harus terus beradaptasi dan mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi perubahan sosial yang terjadi serta mengurangi dampak negatifnya terhadap kesejahteraan

3 dari 3
MKDK4001-3

masyarakat.

2).
Perbedaan konsep Sistem Pendidikan Nasional pada masa awal kemerdekaan dan saat ini dapat dilihat dari
beberapa aspek berikut:

1. Landasan Ideologis: Pada masa awal kemerdekaan, landasan ideologis sistem pendidikan nasional di
Indonesia tidak secara eksplisit didefinisikan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1950. Namun, dalam kata
pembukanya, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada saat itu menyebutkan bahwa
pendidikan nasional merupakan landasan pembangunan masyarakat nasional yang berkesusilaan nasional.
Hal ini menunjukkan adanya pemahaman bahwa pendidikan nasional harus mencerminkan nilai-nilai
nasional. Sedangkan pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, sistem pendidikan nasional didefinisikan
sebagai pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama dan
kebudayaan nasional Indonesia. Perbedaan ini menunjukkan penegasan yang lebih jelas terhadap landasan
ideologis yang mengatur sistem pendidikan nasional saat ini.

2. Orientasi Pendidikan: Pada masa awal kemerdekaan, orientasi pendidikan nasional diarahkan untuk
menggantikan sistem pendidikan kolonial yang dianggap diskriminatif dan elitis. Pemerintah saat itu
berupaya membangun sistem pendidikan nasional yang demokratis. Sedangkan saat ini, orientasi pendidikan
nasional tidak hanya berfokus pada penggantian sistem pendidikan kolonial, tetapi juga mengacu pada
tuntutan perubahan zaman. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menekankan bahwa sistem pendidikan
nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman, yang mencerminkan perubahan sosial, teknologi,
dan tantangan global.

3. Karakteristik dan Tujuan: Pada masa awal kemerdekaan, sistem pendidikan nasional tidak secara eksplisit
mendefinisikan karakteristik dan tujuan pendidikan nasional. Namun, dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003, sistem pendidikan nasional didefinisikan sebagai komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk menyusun
sistem pendidikan nasional yang terintegrasi dengan berbagai komponen, seperti pendidikan formal,
nonformal, dan informal, serta memiliki tujuan yang jelas dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dengan demikian, perbedaan konsep Sistem Pendidikan Nasional antara masa awal kemerdekaan dan saat ini
terletak pada penegasan yang lebih jelas terhadap landasan ideologis, orientasi pendidikan yang
mencerminkan tuntutan perubahan zaman, dan upaya untuk menyusun sistem pendidikan nasional yang
terintegrasi dengan tujuan yang jelas.

3).
Dari kasus tersebut, dapat ditemukan beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan proses
pembelajaran daring selama pandemi COVID-19:

1. Akses dan Kesenjangan Digital: Salah satu permasalahan utama adalah kesenjangan akses terhadap
teknologi dan internet. Banyak siswa yang menghadapi kesulitan dalam mengakses pembelajaran daring
karena keterbatasan akses ke perangkat digital yang diperlukan dan biaya kuota internet yang mahal. Hal ini
mengakibatkan kesenjangan dalam pendidikan antara siswa yang memiliki akses dengan yang tidak memiliki
akses yang memadai.
4 dari 3
MKDK4001-3

2. Keterbatasan Kemampuan Orangtua: Dalam pembelajaran daring, peran orangtua dalam mendampingi dan
memfasilitasi proses belajar anak menjadi sangat penting. Namun, tidak semua orangtua memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk mendukung pembelajaran daring, terutama dalam hal
penggunaan teknologi. Ini dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran dan memperbesar kesenjangan
pendidikan antara siswa.

3. Ketidaksiapan Sekolah dan Guru: Beberapa sekolah dan guru mungkin tidak siap secara teknis dan
kurikuler untuk mengadopsi pembelajaran daring. Tingkat kesiapan dan kapasitas dalam
mengimplementasikan teknologi dan mengembangkan metode pembelajaran online dapat berbeda antara
sekolah satu dengan yang lain. Ketidaksesuaian ini dapat menghambat efektivitas pembelajaran daring.

4. Kesenjangan Sosial dan Regional: Proses pembelajaran daring juga mengungkapkan kesenjangan sosial
dan regional yang ada di Indonesia. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses
pembelajaran daring dengan baik. Beberapa daerah, terutama di pedalaman atau daerah terpencil, mungkin
menghadapi tantangan lebih besar dalam hal akses internet dan infrastruktur pendukung lainnya.

5. Kualitas Pendidikan dan PISA: Sebelum pandemi, Indonesia telah menghadapi tantangan dalam hal
kualitas pendidikan, seperti yang tercermin dalam peringkat PISA yang rendah. Pandemi COVID-19 semakin
memperkuat kebutuhan untuk memperluas jangkauan dan kualitas pendidikan di Indonesia, termasuk
peningkatan kualitas SDM guru, pembiayaan operasional sekolah, dan pengembangan kurikulum yang
relevan dan mudah diimplementasikan.

Dalam keseluruhan, permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran daring selama pandemi COVID-
19 meliputi kesenjangan akses digital, keterbatasan kemampuan orangtua, ketidaksiapan sekolah dan guru,
kesenjangan sosial dan regional, serta tantangan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Untuk mengatasi
permasalahan ini, diperlukan upaya yang lebih luas dalam memperluas akses teknologi, memberikan
dukungan kepada orangtua dan guru, meningkatkan kapasitas sekolah, serta meningkatkan kualitas
pendidikan secara menyeluruh.

4).
Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan Indonesia terjadi karena beberapa alasan berikut:

1. Perubahan Paradigma Pendidikan: Setiap perubahan kurikulum mencerminkan pergeseran paradigma


dalam pendidikan. Misalnya, kurikulum awal yang menekankan pada pembentukan karakter dan
kemerdekaan Indonesia, kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, atau kurikulum 2013 yang menekankan
pada pengembangan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Perubahan ini mencerminkan perubahan
pemahaman dan tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pemerintah pada waktu tersebut.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Perubahan kurikulum juga terkait dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan perlu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mempersiapkan siswa menghadapi tuntutan masa depan. Kurikulum harus diperbarui agar mencakup
pengetahuan dan keterampilan terbaru yang relevan dengan perkembangan zaman.

3. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Perubahan kurikulum juga bisa didorong oleh upaya meningkatkan
5 dari 3
MKDK4001-3

kualitas pendidikan. Kurikulum baru mungkin mengandung peningkatan dalam metode pengajaran,
penilaian, atau pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemerintah dapat
mencoba memperbaiki kurikulum untuk meningkatkan hasil pendidikan dan kompetensi siswa.

4. Penyesuaian dengan Konteks Sosial dan Ekonomi: Perubahan kurikulum juga dapat dipengaruhi oleh
kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat. Kurikulum dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan
yang dihadapi oleh masyarakat, baik dalam hal peningkatan keterampilan kerja, pengembangan
kewirausahaan, atau penyesuaian dengan tuntutan global.

5. Evaluasi dan Peningkatan Kurikulum Sebelumnya: Perubahan kurikulum juga dapat didorong oleh
evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya. Jika terdapat kelemahan atau ketidaksesuaian dalam kurikulum
sebelumnya, perubahan kurikulum dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut dan meningkatkan
efektivitas pendidikan.

Dalam konteks perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia sejak kemerdekaan, alasan perubahan tersebut
mencakup perubahan paradigma pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan
kualitas pendidikan, penyesuaian dengan konteks sosial dan ekonomi, serta evaluasi dan perbaikan dari
kurikulum sebelumnya.

5).
Dalam proses difusi inovasi kurikulum, beberapa sistem yang digunakan dapat meliputi:

1. Sistem Penyusunan Kurikulum: Pemerintah pusat memainkan peran utama dalam menyusun kurikulum
baru. Mereka mengumpulkan ahli pendidikan, peneliti, dan praktisi pendidikan untuk melakukan kajian,
penelitian, dan pengembangan kurikulum. Sistem ini melibatkan proses pengumpulan informasi, analisis
kebutuhan, pemetaan tujuan pendidikan, dan merumuskan strategi pembelajaran yang sesuai.

2. Sistem Pengambilan Keputusan: Setelah penyusunan kurikulum, pemerintah pusat mengambil keputusan
untuk menerapkan kurikulum baru. Keputusan ini didasarkan pada hasil kajian dan rekomendasi dari ahli
pendidikan dan pemangku kepentingan terkait. Sistem pengambilan keputusan melibatkan proses evaluasi,
pemilihan alternatif, dan penetapan keputusan final tentang kurikulum yang akan diadopsi.

3. Sistem Sosialisasi: Setelah keputusan diambil, langkah penting berikutnya adalah menyosialisasikan
kurikulum baru kepada semua pihak terkait. Pemerintah pusat melakukan sosialisasi secara masif melalui
berbagai saluran komunikasi, termasuk seminar, workshop, konferensi, dan media massa. Sistem sosialisasi
ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menjelaskan tujuan, isi, dan metode kurikulum baru kepada
pendidik, kepala sekolah, dan pihak terkait lainnya.

4. Sistem Pelatihan: Untuk memastikan implementasi yang efektif, pemerintah pusat menyelenggarakan
pelatihan bagi pendidik agar dapat mengimplementasikan kurikulum baru dalam pembelajaran di kelas.
Pelatihan ini mencakup pemahaman terhadap tujuan dan prinsip kurikulum, penggunaan bahan ajar, metode
pembelajaran yang sesuai, dan penilaian yang relevan. Sistem pelatihan ini memberikan pendidik dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kurikulum dengan baik.

5. Sistem Pemantauan dan Evaluasi: Setelah kurikulum diimplementasikan, sistem pemantauan dan evaluasi
6 dari 3
MKDK4001-3

diterapkan untuk mengukur efektivitas dan dampak kurikulum baru. Pemerintah pusat dapat melakukan
pengawasan, penilaian, dan evaluasi berkala terhadap implementasi kurikulum, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Hasil pemantauan dan evaluasi ini digunakan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kurikulum jika diperlukan.

Dalam keseluruhan proses difusi inovasi kurikulum, sistem-sistem di atas bekerja secara terintegrasi untuk
memastikan adopsi dan implementasi yang berhasil dari kurikulum baru di seluruh satuan pendidikan.

7 dari 3

Anda mungkin juga menyukai