Water Resources Engineering Research Group, Study Program of Civil Engineering, Faculty of Civil and
Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology, Jalan Ganesha 10 Bandung, Indonesia
Aliran jet vertikal ataupun miring pada beberapa tipe pelimpah disajikan
pada Gambar 1.
Pendahuluan (2)
Perilaku aliran jet di udara juga penting. Lokasi gerusan yang akibat
oleh aliran jet bebas dapat diprediksi jika lintasan jet dapat
ditetapkan. Ulasan mengenai perilaku aliran jet di udara diberikan
oleh Martins, serta Whittakerdan Schleiss.
Gerusan Akibat Aliran JetHorizontal
Pada Apron Horizontal
Pada kajian ini diasumsikan bahwa aliran superkritis terjadi pada apron dan air
loncat (baik pada kondisi tenggelam ataupun tidak) terbentuk pada dasar
mudah tererosi pada hilir apron. Aliran superkritis dapat terjadi akibat arus
yang memalui bagian bawah pelimpah atau pintu sorong, dari struktur
dengan muka air sedang ke rendah. Bentuk gerusan setelah apron horizontal
tergantung beberapa faktor, seperti perendaman, tingkat peredaman energi,
ketinggian dasar relatif terhadap apron.
Gerusan pada apron dapat dimodelkan dengan gerusan yang dihasilkan dari
aliran di bawah pintu sorong. Pengaruh kondisi tenggelam pada aliran jet
disajikanpadaGambar2.
Pada kondisi air loncat yang tidak tenggelam, batas statis akhir gerusan
disajikanpadaGambar3.
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (2)
Pada Apron Horizontal
(3)
dengan: qo = debit di ataspelimpah
qu = debit di bawahpelimpah
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (5)
Pada Apron Horizontal
Muller
Setelah Eggenberger, pada tahun 1944 Muller melakukan tes untuk kondisi
asli aliran di bawah ambang. Muller menyatakan bahwa untuk nilai qo/qu yang
kecil, hasilnyaakan menyimpang dari persamaan 3 yang seharusnya:
dengan:
ℓ : panjangapron
ℓmin : 1,5 h
d90 : dalammm
Beberapa peneliti telah mengajukan beberapa formula yang dapat digunakan untuk
mengetahui kedalaman gerusan pada kolam olak, sebagaiberikut:
Novak
Novak menyatakan bahwa kolam olak mengurangi gerusan hingga 50% dari rata-rata
hasil tes (skala model), berdasarkan Veronese, Jaeger, Smoljaninov, dan Schoklitsch, dan
12% dari hasil menurut Eggenberger. (Persamaan tersebut digunakan untuk gerusan
akibat aliran jet bebas)
dengan:
b : lebar pelimpah
B2 : lebar saluran hilir
α : faktor bentuk kolam olak
dan struktur hidraulik
(0,12<α<0,36)
β : faktor debit untuk
jumlah pintu lebih dari Gambar 6 Gerusan Pada Kolam Olak
satu (1,0<β<1,07)
t : waktu dalam jam untuk
debit tertentu
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (4)
Pada Kolam Olak
Perlu dicatat bahwa persamaan tersebut kurang tepat secara
dimensional, dan hanya berlaku untuk skala model. Selain itu,
ukuran sedimen memiliki korelasi yang sangat lemah dan tidak turut
diperhitungkan dalam persamaan. Dapat dilihat pada persamaan
tersebut bahwa gerusan diminimalisasi sebagai a’ 0.
Tabel 1 Nilai α
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (6)
Pada Kolam Olak
Tabel 2 Nilai β
Gerusan Akibat Aliran Jet
Beberapa persamaan empirik dan semi empirik telah
dikembangkan untuk memperkirakan gerusan akibat aliran jet.
Beberapa persamaan ini pada umumnya dapat dipakai. Persamaan
tersebut dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel3.
Tabel 3 Klasifikasi Persamaan Gerusan Akibat AliranJet
Gerusan Akibat Aliran Jet
Persamaan Empirik
Kotoulas
Δh0,35 q0,7
Ys + Yo = 0,78 (d90 dalam m)
d 90 0,4
atau
Ys + Yo = 2,756q 0,5 Δh0,25 - 7,125 d90
dimana:
k = 0,1 untuk B2> 2,5 B0
= 0,2 untuk B2= B0
dengan:
hc : kedalaman kritis jet
n : faktor udara dan jet (n > 0,7 dan n=1untuk jet padat)
ζ : q/q0
q0 : debit aliran jet
dengan:
Cv : koefisien aerasi aliran jet
Gerusan Akibat Aliran Jet
Persamaan Semi Empirik
Mirtskhulava
Dengan menggunakan pendekatan empirik untuk perubahan
kecepatan arah y dan z (Gambar 8), Mirtskhulava mengajukan
persamaan kedalaman gerusan untuk material non kohesif sebagai
berikut:
dengan:
η : nilai kecepatan maksimum sesaat relatif terhadap
kecepatan rata-rata (η = 2,0 untuk prototipe danη=1,5
untuk model)
ω
: kece2pga(tρasn−jρa)tdu9h0 partikel
ω=
1,75 ρ
Gerusan Akibat Aliran Jet(2)
Persamaan Semi Empirik
dengan:
dn : diameter bola dengan volume yang sama dengan blok
ɛ : ɛ1ɛ2ɛ3 (Tabel 4)
λ : λ1 λ2 λ3 (Tabel 4)
Sebuah saluran persegi panjang memiliki lebar, B=4,0 meter yang mengalirkan
debit q=6,YZ m3/s. Kedalaman normal ditentukan sebesar hn= 0,8Z meter dan
koefisien Strickler, Ks= 45 m1/3 /s. Pada saluran ini digunakan pintu sorong
dengan bukaan pintu, hv=0,5 meter. Tinggi muka air di hulu pintu sorong,
H1=2,XYZ meter. Dasar saluran sebelum pintu sorong merupakan material
kaku, sedangkan di bagian hilirnya merupakan material bergerak.
i. Ketika air dialirkan melalui bagian bawah pintu sorong dengan kecepatan
tinggi, maka dasar saluran di hilir akan tergerus. Perkirakan lubang gerusan
yangakanterjadi.
ii. Dengan kedalaman aliran di hulu yang sama, tentukan kedalaman gerusan
yang terjadi jika pintu sorong dioperasikan dengan skenario berikut:
a) Aliran di atas pintu sorong q= 6,YZm3/s
b) Aliran di atas dan di bawah pintusorong
q =qo + qu = ( 3,((YZ)/2) )m3/s
+ 3 m3/s
Contoh Kasus (2)
Gambar 11 Kasus 1
Contoh Kasus (3)
i. Aliran di bawah struktur
Kedalaman gerusan dapat dihitung menggunakan dua persamaan berbeda:
a) Eggenberger atauMuler
Δh0,5 q0,6
Ys + Yo = w
d 90 0,4
dengan:
∆h = 2,34 – 0,82 = 2.52 meter
qu = q = 6/4 = 1,5 m2/s
d90 = 37,2 mm
W = 10,35 s0,6/m0,3 jet tengelam, hv<Y2
Sehingga,
1,52 0,5 * 1,5 0,6
Ys = 10,35 − 0,82 = 3,01 meter
37,2 0,4
Panjang gerusan:
Ls≈ 6(Ys+Yo) ≈ 23meter
Contoh Kasus (4)
b) Beusers
2
Ys U
= 0,008 u
hv U*cr
Uu = q/hv = 3,0 meter
U*cr =?
ρs = 2.650kg/m3,
ρ = 1.000 kg/m3
υ = 1,0 x106 m2/s
Dari Gambar 12 didapatkan τ*cr=0,055,
sehingga
τ cr
τ *cr = → τ * cr = 9,44 N m 2
(γs − γ )d50
1
τ 2
1
9,44 2 Gambar 12 Shields-Yalin
U* cr = cr = = 0,097 m s
ρ 1.000
Contoh Kasus (5)
Sehingga,
2
Y = 0,05 * 0,008 3,0 = 3,8 meter
s
0,097
Yangberlaku untuk Uu/U*cr = 3,0/0,097 = 30,88 < 100
Panjang gerusan:
Ls≈ (5 sampai 7)Ys = 19 sampai 27meter
Contoh Kasus (6)
ii. Aliran di bawah dan di atas struktur
a) Aliran di atas atas strukutur
Gambar 13 Kasus 2
Contoh Kasus (7)
a) Aliran di atas strukutur
Kedalaman gerusan dapat dihitung menggunakan tiga persamaan
berbeda:
a. Eggenberger dan Muler
Δh0,5 q0,6
Ys + Yo = w
dengan: d 90 0,4
∆h = 1.52 meter
qu = q = 1,5 m2/s
d90 = 37,2 mm
w = 22,88 s0,6/m0,3
Sehingga,
1,52 0,5 * 1,5 0,6
Ys = 22,88 − 0,82 = 7,65 meter
37,2 0,4
Contoh Kasus (8)
b. Kotoulas
1 Δh0,5 q0,7
Ys + Yo = 1,9
g 0,35 d 0,4
90
1 1,520,51,5 0,7
Ys = 1,9 − 0,82 = 4,08 meter
9,810,35 0,0372 0,4
c. Mason
1 Δh y q x 0,16
Ys + Yo = K m h
g 0,35 0,1
d 50
dengan:
∆h = 1.52 meter
dm = d50 = 0,0106meter
Km = 6,42 – 3,10 ∆h0,1 = 3,19
y = 0,15 + ∆h/300 = 0,16
x = 0,6 -∆h/300 = 0,59
Sehingga,
Gambar 14 Kasus 3
Contoh Kasus (10)
Contoh Kasus (11)
Aliran di atas - qo = 6 m3/s qo = 3 m3/s
Persamaan
Aliran di bawah qu = 6 m3/s - qu = 3 m3/s
ds = 3,0 meter
Eggenberger – Muler ds = 7,6 meter ds = 3,6 meter
Ls= 23meter
ds = 3,8 meter
Breusers - -
Ls = 24meter
Kotoulas - ds = 4,1 meter -
Mason - ds = 2,5 meter -
Referensi
Breusers. H. N. C., Raudkivi. A.J., Whittaker. J.G. (1986): Scouring,
IAHR, A8,Delft-Netherland.
Fookes. P. G, Lee. M. A., Griffiths. J.S. (2007): Engineering
Geomorphology Theory and Practice,Whittles Publishing, Scotland-UK.
Graf. Walter. H. (1998): Fluvial Hydraulic Flow and Transport Processes
in Channel of Simple Geometry, John Wiley&Son,Enfland.
Jansen. P. Ph, etc. (1979): Principles of River Engineering, Pitman,
London-San Francisco-Melbourne.
Riddell. John. (1991): Bridge Scour Course, University of Strathclyde
Department of Civil Engineering,Glasgow.
Robenson. John. A, Cassidy.John. J, Chaudhry. M. Hanif (1997):
Hydraulic Engineering, John Wiley &Sons, Inc, United ofAmerica.
. (1953): RiverTraining and Bank Protection, , Bankok.