Anda di halaman 1dari 44

SI-4321 Bangunan Air

Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T.


Dr. Eng. Eka Oktariyanto Nugroho, S.T., M.T.
Kuliah 08 C

Water Resources Engineering Research Group, Study Program of Civil Engineering, Faculty of Civil and
Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology, Jalan Ganesha 10 Bandung, Indonesia

Kuliah 08, Bandung 16 Maret 2023


Gerusan Lokal Pada
Bangunan Air
Oleh:
Prof. Ir. Indratmo
Soekarno, M.Sc.,Ph.D
Dr. Eng. Eka O. Nugroho

Professor of Water Resources


Engineering, Faculty of Civil and
Environmental Engineering, Bandung
Institute of Engineering
Daftar Simbol
Pendahuluan
Ketika kelebihan air tumpah dari tubuh bendung, maka air ini akan dialirkan
melalui beberapa jenis pelimpah pada struktur peredam energi. Struktur
peredam energi ini dibangun secara khusus pada daerah lembah atau pada
hilir sungai itu sendiri. Sehingga gerusan yan berhubungan dengan peredam
energi tersebut dapat disebabkan oleh:
 Aliran jet vertikal ataupun miring yang terjadi pada dasar yang mudah
tergerus (erodibel),
 Aliran horizontal yang dengan cepat mengikis material dasar di hilir
struktur, seperti pada kolam olak.

Material yang tergerus dapat berupa batuan, material kohesif ataupun


material non kohesif.

Aliran jet vertikal ataupun miring pada beberapa tipe pelimpah disajikan
pada Gambar 1.
Pendahuluan (2)

Gambar 1 Jenis-jenis Pelimpah


Pendahuluan (3)
Proses erosi pada batuan sungai akibat aliran jet merupakan hal yang sangat
kompleks. Hasil gerusannya tergantung pada interaksi dari faktor hidraulika,
faktor hidrologi, dan faktor morfologi (mengingat pola struktur yang agak
rumit dari batuan). Perlu diingat bahwa gerusan merupakan proses dinamik,
sehingga besar, frekuensi, dan durasi debit perlu untuk dipertimbangkan.

Proses gerusan dapat menyebabkan dua pengaruh utama:


1. Stabilitas sebagian atau keseluruhan struktur mungkin terancam.
Namun hal ini belum tentu disebabkan oleh kegagalan struktur secara
langsung. Pada beberapa kasus lubang gerusan di hilir meningkatkan
gradien aliran permukaan bawah tanah di bawah struktur yang
menyebabkan ketidakstabilan.
2. Stabilitas hilir saluran dan kemiringan tebing mungkin terancam.
Kegagalan atau keruntuhan perangkat peredam energi dapat sangat
memperburuk kondisi ini.
Pendahuluan (4)
Perilaku air loncat pada kolam olak merupakan hal yang penting.
Kolam olak harus didesain sedemikian mungkin, sehingga air loncat
terbentuk untuk seluruh nilai debit. Beberapa bangunan dapat
mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat tinggi, sehingga dapat
mengikis dasar hilir sungai. Distribusi kecepatan yang terjadi dapat
berupa distribusi normal dan secara teoritis tidak terkikis, namun
gerusan akan tetap terjadi. Gerusan ini terjadi akibat kecepatan
puncak acak yang terkait dengan turbulen makro.

Perilaku aliran jet di udara juga penting. Lokasi gerusan yang akibat
oleh aliran jet bebas dapat diprediksi jika lintasan jet dapat
ditetapkan. Ulasan mengenai perilaku aliran jet di udara diberikan
oleh Martins, serta Whittakerdan Schleiss.
Gerusan Akibat Aliran JetHorizontal
Pada Apron Horizontal
Pada kajian ini diasumsikan bahwa aliran superkritis terjadi pada apron dan air
loncat (baik pada kondisi tenggelam ataupun tidak) terbentuk pada dasar
mudah tererosi pada hilir apron. Aliran superkritis dapat terjadi akibat arus
yang memalui bagian bawah pelimpah atau pintu sorong, dari struktur
dengan muka air sedang ke rendah. Bentuk gerusan setelah apron horizontal
tergantung beberapa faktor, seperti perendaman, tingkat peredaman energi,
ketinggian dasar relatif terhadap apron.

Gerusan pada apron dapat dimodelkan dengan gerusan yang dihasilkan dari
aliran di bawah pintu sorong. Pengaruh kondisi tenggelam pada aliran jet
disajikanpadaGambar2.

Pada kondisi air loncat yang tidak tenggelam, batas statis akhir gerusan
disajikanpadaGambar3.
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (2)
Pada Apron Horizontal

Gambar 2 Akibat Kondisi Tenggelam Pada Bentuk Aliran Jet


Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (3)
Pada Apron Horizontal

Gambar 3 Prediksi Gerusan oleh Valentin (1967)


Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (4)
Pada Apron Horizontal
Beberapapeneliti telah menyelidiki gerusan yang disebabkan oleh aliran jet
tenggelam padadasar yangtererosi.
Eggenberger
Eggenberger melakukan tes dengan menggabungkan aliran di atas ambang
dan aliran di bawah ambang seperti pada pintu sorong. Formula yang
diusulkan adalah:
Y +Y =w
h0,5 q0,6
(d dalam mm) (2)
s o 90
d 90 0,4
dimana

(3)
dengan: qo = debit di ataspelimpah
qu = debit di bawahpelimpah
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (5)
Pada Apron Horizontal
 Muller
Setelah Eggenberger, pada tahun 1944 Muller melakukan tes untuk kondisi
asli aliran di bawah ambang. Muller menyatakan bahwa untuk nilai qo/qu yang
kecil, hasilnyaakan menyimpang dari persamaan 3 yang seharusnya:

Muller menyatakantotal kedalaman gerusan untuk dua bentuk gelombang


pada Gambar 2 sebagai berikut:
h0,5 q0,6
Ys + Yo =w (d50 in mm)
d 50 0,4
dengan
w = 8,80  tipe 4
w = 13,10  tipe 3
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (6)
Pada Apron Horizontal
Posisi gerusan menurut hasil penelitian Muller disajikan sebagai
berikut: x1
Gerusan terdalam: Ys + Yo ≈ 3,0
Titik akhir gerusan: x2 ≈ 6,0
Ys +Yo
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (7)
Pada Apron Horizontal
Shalash
Shalash mendapatkan hasil
kedalaman gerusan untuk aliran
pada pintu sorong dan apron
dengan ambang akhir (Gambar 4)
sebagai berikut:

dengan:
ℓ : panjangapron
ℓmin : 1,5 h
d90 : dalammm

Gambar 4 Gerusan PadaApron


Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (8)
Pada Apron Horizontal
Untuk kondisi pada Gambar 5,
Shalash mengajukan persamaan
berikut:

dengan smin = 0,2 ℓmin = 0,3h,


didapatkan

Gambar 5 Gerusan Pada Apron Rendah


Gerusan Akibat Aliran JetHorizontal
Pada Kolam Olak
Kajian ini terfokus pada gerusan akibat air loncat di kolam olak, terlepas dari aliran
berasal dari pelimpah atau pintu sorong.

Beberapa peneliti telah mengajukan beberapa formula yang dapat digunakan untuk
mengetahui kedalaman gerusan pada kolam olak, sebagaiberikut:
 Novak
Novak menyatakan bahwa kolam olak mengurangi gerusan hingga 50% dari rata-rata
hasil tes (skala model), berdasarkan Veronese, Jaeger, Smoljaninov, dan Schoklitsch, dan
12% dari hasil menurut Eggenberger. (Persamaan tersebut digunakan untuk gerusan
akibat aliran jet bebas)

dengan k = 0,45 u tuk tingkat perendaman σ = 1,6 k


= 0,65 u tuk tingkat perendaman σ = 1,0 σ
=Y2/Yc
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (2)
Pada Kolam Olak
 Catakli dkk
Catakli menemukan bahwa balok pengatur pada kolam olak tidak
mengurangi dampak gerusan, karena ketika energi aliran diredam,
makan kecepatan dasar akan menigkat. Catakli mengajukan
persamaan sebagai berikut:
q0,6 (Δh + Y0 )0,2
Ys + Yo = k
d 90 0,1

Dengan k = 1,62  tanpa ambang


k = 1,42 –1,52  denganambang
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (3)
Pada Kolam Olak
 Schoklitsch

dengan:
b : lebar pelimpah
B2 : lebar saluran hilir
α : faktor bentuk kolam olak
dan struktur hidraulik
(0,12<α<0,36)
β : faktor debit untuk
jumlah pintu lebih dari Gambar 6 Gerusan Pada Kolam Olak
satu (1,0<β<1,07)
t : waktu dalam jam untuk
debit tertentu
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (4)
Pada Kolam Olak
Perlu dicatat bahwa persamaan tersebut kurang tepat secara
dimensional, dan hanya berlaku untuk skala model. Selain itu,
ukuran sedimen memiliki korelasi yang sangat lemah dan tidak turut
diperhitungkan dalam persamaan. Dapat dilihat pada persamaan
tersebut bahwa gerusan diminimalisasi sebagai a’ 0.

Faktor waktu dalam persamaan tersebut juga terlalu besar untuk


jangkawaktu yang sangat lama.
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (5)
Pada Kolam Olak

Tabel 1 Nilai α
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (6)
Pada Kolam Olak

Tabel 2 Nilai β
Gerusan Akibat Aliran Jet
Beberapa persamaan empirik dan semi empirik telah
dikembangkan untuk memperkirakan gerusan akibat aliran jet.
Beberapa persamaan ini pada umumnya dapat dipakai. Persamaan
tersebut dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel3.
Tabel 3 Klasifikasi Persamaan Gerusan Akibat AliranJet
Gerusan Akibat Aliran Jet
Persamaan Empirik
Kotoulas
Δh0,35 q0,7
Ys + Yo = 0,78 (d90 dalam m)
d 90 0,4

atau
Ys + Yo = 2,756q 0,5 Δh0,25 - 7,125 d90

Dengan panjang gerusan sebagai


berikut:

Dan jarak antara kedalaman


gerusan maksimum dan bangunan
terjun:
0,27 0,54
x1 = 3,9 Δh q
(d95 ≈ 1,40d 95 )
g 0,27 d 95 0,08 Gambar 7 Gerusan Pada Bangunan Terjun
Gerusan Akibat Aliran Jet(2)
Persamaan Empirik
 Studenichikov

dimana:
k = 0,1 untuk B2> 2,5 B0
= 0,2 untuk B2= B0
dengan:
hc : kedalaman kritis jet
n : faktor udara dan jet (n > 0,7 dan n=1untuk jet padat)
ζ : q/q0
q0 : debit aliran jet

Persamaan tersebut berlaku untuk :


Ys+Y0 < 104 d50
(hc/h0) > 5
Gerusan Akibat Aliran Jet(3)
Persamaan Empirik
Martins
Dengan asumsi kohesi akan cepat menghilang dan tidak terjadi abrasi pada
batuan, Martin mengajukan persamaan untuk gerusan pada dasar dengan
batuan kubus. Persamaan yangdiajukan adalah sebagaiberikut:
0,73Y0 2
Ys = 0,14N + 0,7 Y0 −
N
dimana:
3
Q 3 Δh 2
N=7
a2
dengan a: dimensi salau satu kubus

Dari Persamaan 1 didapatkan bahwa gerusan maksimum akan terjadi paday0


= 0,48N.
Gerusan Akibat Aliran Jet(4)
Persamaan Empirik
Machado
Cv q0,5 Δh0,3145
Ys + Yo = 1,35 (d90 dalam m)
d 90 0,0645
atau
(
Ys + Yo = 2,98 Cv 0,5 q 0,5 Δh0,3145 )

dengan:
Cv : koefisien aerasi aliran jet
Gerusan Akibat Aliran Jet
Persamaan Semi Empirik
Mirtskhulava
Dengan menggunakan pendekatan empirik untuk perubahan
kecepatan arah y dan z (Gambar 8), Mirtskhulava mengajukan
persamaan kedalaman gerusan untuk material non kohesif sebagai
berikut:

dengan:
η : nilai kecepatan maksimum sesaat relatif terhadap
kecepatan rata-rata (η = 2,0 untuk prototipe danη=1,5
untuk model)
ω
: kece2pga(tρasn−jρa)tdu9h0 partikel
ω=
1,75 ρ
Gerusan Akibat Aliran Jet(2)
Persamaan Semi Empirik

Gambar 8 Diagram Parameter Gerusan oleh Mirtskhulava


Gerusan Akibat Aliran Jet(3)
Persamaan Semi Empirik
Persamaan tersebut berakun
untuk 5 < vu < 25 m/s dan
d90>2 mm. Untuk diamter yang
lebih kecil, makan harus
dikalikan dengan faktor η1 yang
disajikan pada Gambar 9.
Dengan distribusi ukuran
sedimen seperti pada Gambar
9, η1 dapat disajikan dalam
persamaan berikut:
η1 = 0,42 d 90

Gambar 9 Faktor Koreksi, η1


Gerusan Akibat Aliran Jet(4)
Persamaan Semi Empirik
 Rubinstein
Untuk kondisi aliran 2 dimensi, Rubinstein mengajukan persamaan berikut:

dengan:
dn : diameter bola dengan volume yang sama dengan blok
ɛ : ɛ1ɛ2ɛ3 (Tabel 4)
λ : λ1 λ2 λ3 (Tabel 4)

Persamaan tersebut berlaku untuk:


0,25 – 0,30 ≤ N’ ≤ 1,0 – 1,1
Gerusan Akibat Aliran Jet(5)
Persamaan Semi Empirik

Gambar 10 Gerusan Pada Ski-Jump Spillway


Gerusan Akibat Aliran Jet(6)
Persamaan Semi Empirik

Tabel 4 Koefisien Persamaan Rubinstein


3 angka terakhir NIM

Contoh Kasus 23 Februari – 150…..

Sebuah saluran persegi panjang memiliki lebar, B=4,0 meter yang mengalirkan
debit q=6,YZ m3/s. Kedalaman normal ditentukan sebesar hn= 0,8Z meter dan
koefisien Strickler, Ks= 45 m1/3 /s. Pada saluran ini digunakan pintu sorong
dengan bukaan pintu, hv=0,5 meter. Tinggi muka air di hulu pintu sorong,
H1=2,XYZ meter. Dasar saluran sebelum pintu sorong merupakan material
kaku, sedangkan di bagian hilirnya merupakan material bergerak.

i. Ketika air dialirkan melalui bagian bawah pintu sorong dengan kecepatan
tinggi, maka dasar saluran di hilir akan tergerus. Perkirakan lubang gerusan
yangakanterjadi.
ii. Dengan kedalaman aliran di hulu yang sama, tentukan kedalaman gerusan
yang terjadi jika pintu sorong dioperasikan dengan skenario berikut:
a) Aliran di atas pintu sorong q= 6,YZm3/s
b) Aliran di atas dan di bawah pintusorong
q =qo + qu = ( 3,((YZ)/2) )m3/s
+ 3 m3/s
Contoh Kasus (2)

Gambar 11 Kasus 1
Contoh Kasus (3)
i. Aliran di bawah struktur
Kedalaman gerusan dapat dihitung menggunakan dua persamaan berbeda:
a) Eggenberger atauMuler
Δh0,5 q0,6
Ys + Yo = w
d 90 0,4
dengan:
∆h = 2,34 – 0,82 = 2.52 meter
qu = q = 6/4 = 1,5 m2/s
d90 = 37,2 mm
W = 10,35 s0,6/m0,3  jet tengelam, hv<Y2
Sehingga,
1,52 0,5 * 1,5 0,6 
Ys = 10,35   − 0,82 = 3,01 meter
 37,2 0,4 
 

Panjang gerusan:
Ls≈ 6(Ys+Yo) ≈ 23meter
Contoh Kasus (4)
b) Beusers
2
Ys U 
= 0,008 u 
hv  U*cr 
Uu = q/hv = 3,0 meter
U*cr =?

ρs = 2.650kg/m3,
ρ = 1.000 kg/m3
υ = 1,0 x106 m2/s
Dari Gambar 12 didapatkan τ*cr=0,055,
sehingga
τ cr
τ *cr = → τ * cr = 9,44 N m 2
(γs − γ )d50
1
τ  2
1
 9,44  2 Gambar 12 Shields-Yalin
U* cr =  cr  =  = 0,097 m s
ρ   1.000 
Contoh Kasus (5)
Sehingga,
2

Y = 0,05 * 0,008 3,0  = 3,8 meter
s
 0,097 
Yangberlaku untuk Uu/U*cr = 3,0/0,097 = 30,88 < 100

Panjang gerusan:
Ls≈ (5 sampai 7)Ys = 19 sampai 27meter
Contoh Kasus (6)
ii. Aliran di bawah dan di atas struktur
a) Aliran di atas atas strukutur

Gambar 13 Kasus 2
Contoh Kasus (7)
a) Aliran di atas strukutur
Kedalaman gerusan dapat dihitung menggunakan tiga persamaan
berbeda:
a. Eggenberger dan Muler
Δh0,5 q0,6
Ys + Yo = w
dengan: d 90 0,4
∆h = 1.52 meter
qu = q = 1,5 m2/s
d90 = 37,2 mm
w = 22,88 s0,6/m0,3
Sehingga,
1,52 0,5 * 1,5 0,6 
Ys = 22,88   − 0,82 = 7,65 meter
 37,2 0,4 
 
Contoh Kasus (8)
b. Kotoulas
1  Δh0,5 q0,7 
Ys + Yo = 1,9  
g 0,35  d 0,4 
 90 
1 1,520,51,5 0,7 
Ys = 1,9   − 0,82 = 4,08 meter
9,810,35  0,0372 0,4 
c. Mason  

1  Δh y q x  0,16
Ys + Yo = K m h
g 0,35  0,1 
 d 50 
dengan:
∆h = 1.52 meter
dm = d50 = 0,0106meter
Km = 6,42 – 3,10 ∆h0,1 = 3,19
y = 0,15 + ∆h/300 = 0,16
x = 0,6 -∆h/300 = 0,59
Sehingga,

1 1,52 0,16 * 1,5 0,59 


Ys = 3,10  0,82 0,16 − 0,82 = 2,52 meter
9,81 0,35  0,0106 0,1 
 
Contoh Kasus (9)
b) Aliran di atas dan di bawah struktur

Gambar 14 Kasus 3
Contoh Kasus (10)
Contoh Kasus (11)
Aliran di atas - qo = 6 m3/s qo = 3 m3/s
Persamaan
Aliran di bawah qu = 6 m3/s - qu = 3 m3/s
ds = 3,0 meter
Eggenberger – Muler ds = 7,6 meter ds = 3,6 meter
Ls= 23meter
ds = 3,8 meter
Breusers - -
Ls = 24meter
Kotoulas - ds = 4,1 meter -
Mason - ds = 2,5 meter -
Referensi
 Breusers. H. N. C., Raudkivi. A.J., Whittaker. J.G. (1986): Scouring,
IAHR, A8,Delft-Netherland.
 Fookes. P. G, Lee. M. A., Griffiths. J.S. (2007): Engineering
Geomorphology Theory and Practice,Whittles Publishing, Scotland-UK.
 Graf. Walter. H. (1998): Fluvial Hydraulic Flow and Transport Processes
in Channel of Simple Geometry, John Wiley&Son,Enfland.
 Jansen. P. Ph, etc. (1979): Principles of River Engineering, Pitman,
London-San Francisco-Melbourne.
 Riddell. John. (1991): Bridge Scour Course, University of Strathclyde
Department of Civil Engineering,Glasgow.
 Robenson. John. A, Cassidy.John. J, Chaudhry. M. Hanif (1997):
Hydraulic Engineering, John Wiley &Sons, Inc, United ofAmerica.
 . (1953): RiverTraining and Bank Protection, , Bankok.

Anda mungkin juga menyukai