Anda di halaman 1dari 42

Gerusan Lokal Pada

Bangunan Air
Oleh:

Dr. Ana Nurganah Ch, ST., MT

TPSDA dan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB
Gerusan Lokal (Local Scour)
Mekanisme
Prediksi kedalaman gerusan
Pengendalian
Erosi Lokal (Local Scour)
• Pilar jembatan (gerusan)
• Pangkal jembatan (gerusan dan (kemungkinan)
endapan
• Penyempitan sungai (gerusan)
• Struktur hidraulik gerusan dan (kemungkinan)
endapan
Clear-water scour
apabila sedimen terangkut dari gerusan
dan tidak ada pasokan kedalamnya

Live-bed scour
apabila gerusan mendapatkan pasokan
sedimen terus-menerus dari proses transpor
sedimen di sungai
Gerusan lokan terjadi apabila kapasitas
aliran sungai untuk mengerosi (menggerus)
dan mengangkut sedimen melebihi
kapasitas untuk memasok sedimen
Proses Gerusan Lokal (Local Scour)

• Diawali di satu atau dua titik,


kemudian membesar, gerusan makin
dalam
• Dalam aliran seragam dan permanen
(uniform and steady flow):
- Perkembangan kedalaman gerusan
sangat cepat di awal proses dan
melambat setelahnya
Prediksi Kedalaman Gerusan Lokal
(Local Scour)
Gerusan Lokal Bangunan Air Secara
Umum
Ketika kelebihan air tumpah dari tubuh bendung, maka air ini akan
dialirkan melalui beberapa jenis pelimpah pada struktur peredam
energi. Struktur peredam energi ini dibangun secara khusus pada
daerah lembah atau pada hilir sungai itu sendiri. Sehingga gerusan yan
berhubungan dengan peredam energi tersebut dapat disebabkan oleh:
Aliran jet vertikal ataupun miring yang terjadi pada dasar yang
mudah tergerus (erodibel),
Aliran horizontal yang dengan cepat mengikis material dasar di hilir
struktur, seperti pada kolam olak.
Material yang tergerus dapat berupa batuan, material kohesif ataupun
material non kohesif.
Aliran jet vertikal ataupun miring pada beberapa tipe pelimpah
disajikan
pada Gambar dibawah ini.
Gambar Jenis-jenis Pelimpah
Proses erosi pada batuan sungai akibat aliran jet merupakan hal yang sangat
kompleks. Hasil gerusannya tergantung pada interaksi dari faktor hidraulika,
faktor hidrologi, dan faktor morfologi (mengingat pola struktur yang agak
rumit dari batuan). Perlu diingat bahwa gerusan merupakan proses dinamik,
sehingga besar, frekuensi, dan durasi debit perlu untuk dipertimbangkan.

Proses gerusan dapat menyebabkan dua pengaruh utama:


1. Stabilitas sebagian atau keseluruhan struktur mungkin terancam.
Namun hal ini belum tentu disebabkan oleh kegagalan struktur secara
langsung. Pada beberapa kasus lubang gerusan di hilir meningkatkan
gradien aliran permukaan bawah tanah di bawah struktur yang
menyebabkan ketidakstabilan.
2. Stabilitas hilir saluran dan kemiringan tebing mungkin terancam.
Kegagalan atau keruntuhan perangkat peredam energi dapat sangat
memperburuk kondisi ini.
Perilaku air loncat pada kolam olak merupakan hal yang penting.
Kolam olak harus didesain sedemikian mungkin, sehingga air
loncat terbentuk untuk seluruh nilai debit. Beberapa bangunan
dapat mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat tinggi,
sehingga dapat mengikis dasar hilir sungai. Distribusi kecepatan
yang terjadi dapat berupa distribusi normal dan secara teoritis
tidak terkikis, namun gerusan akan tetap terjadi. Gerusan ini
terjadi akibat kecepatan puncak acak yang terkait dengan
turbulen makro.

Perilaku aliran jet di udara juga penting. Lokasi gerusan yang


akibat oleh aliran jet bebas dapat diprediksi jika lintasan jet
dapat ditetapkan. Ulasan mengenai perilaku aliran jet di udara
diberikan oleh Martins, serta Whittakerdan Schleiss.
Gerusan Akibat Aliran JetHorizontal
Pada Apron Horizontal
Pada kajian ini diasumsikan bahwa aliran superkritis terjadi pada apron dan air
loncat (baik pada kondisi tenggelam ataupun tidak) terbentuk pada dasar
mudah tererosi pada hilir apron. Aliran superkritis dapat terjadi akibat arus
yang memalui bagian bawah pelimpah atau pintu sorong, dari struktur
dengan muka air sedang ke rendah. Bentuk gerusan setelah apron horizontal
tergantung beberapa faktor, seperti perendaman, tingkat peredaman energi,
ketinggian dasar relatif terhadap apron.

Gerusan pada apron dapat dimodelkan dengan gerusan yang dihasilkan dari
aliran di bawah pintu sorong. Pengaruh kondisi tenggelam pada aliran jet
disajikan pada Gambar2.

Pada kondisi air loncat yang tidak tenggelam, batas statis akhir gerusan
disajikan pada Gambar3.
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (2)
Pada Apron Horizontal

Gambar 2 Akibat Kondisi Tenggelam Pada Bentuk Aliran Jet


Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (3)
Pada Apron Horizontal

 t  Fr1  2 d 
log    0,55 log  90 
 Y1  4,7  1Y

Gambar 3 Prediksi Gerusan oleh Valentin (1967)


Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (4)
Pada Apron Horizontal
Beberapa peneliti telah menyelidiki gerusan yangdisebabkan oleh aliran jet
tenggelam pada dasar yangtererosi.
Eggenberger
Eggenberger melakukan tes dengan menggabungkan aliran di atas ambang
dan aliran di bawah ambang seperti pada pintu sorong. Formula yang
diusulkan adalah:
h0,5 q0,6 (2)
Y Y w
s o d dalam mm
90
d 90 0,4
dimana
 1 
 
 0,11q q 10,15 
3
q oq 1q q
2
o 0,9 
w  22,88 e o 1
(3)
dengan: qo = debit di ataspelimpah
qu = debit di bawahpelimpah
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (5)
Pada Apron Horizontal
Muller
Setelah Eggenberger, pada tahun 1944 Muller melakukan tes untuk kondisi
asli aliran di bawah ambang. Muller menyatakan bahwa untuk nilai qo/qu yang
kecil, hasilnya akanmenyimpang dari persamaan 3 yang seharusnya:

h0,5 q0,6
Ys  Yo  10,35 0,4
d90 in mm
d9
Muller menyataka n0total kedalaman gerusan untuk dua bentuk gelombang
pada Gambar 2 sebagai berikut:

h0,5 q0,6
Ys  Yo w d50 in mm
d 50 0,4
dengan w = 8,80  tipe 4
w = 13,10  tipe 3
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (6)
Pada Apron Horizontal
Posisi gerusan menurut hasil penelitian Muller disajikan sebagai
berikut: x1
Gerusan terdalam: Ys  Yo  3,0
Titik akhir gerusan: x2  6,0
Ys Yo
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (7)
Pada Apron Horizontal
Shalash
Shalash mendapatkan hasil
kedalaman gerusan untuk aliran
pada pintu sorong dan apron
dengan ambang akhir (Gambar 4)
sebagai berikut:
0,6
Δh0,5 q0,6  
Ys  Yo 9,65  min

d90 0,4  
dengan:
ℓ : panjangapron
ℓmin : 1,5 h
d90 : dalammm

Gambar 4 Gerusan PadaApron


Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (8)
Pada Apron Horizontal
Untuk kondisi pada Gambar 5,
Shalash mengajukan persamaan
berikut: 0,6
Δh0,5 q0,6  min 0,6  s 
Ys  Yo  9,65    
d90 0,4    smin 

dengan smin = 0,2 ℓmin = 0,3h,


didapatkan
Δh0,5 q0,6  s 0,6
Ys  Yo 25,3  
d 90 0,4  

Gambar 5 Gerusan Pada Apron Rendah


Gerusan Akibat Aliran JetHorizontal
Pada Kolam Olak
Kajian ini terfokus pada gerusan akibat air loncat di kolam olak, terlepas darialiran
berasal dari pelimpah atau pintu sorong.

Beberapa peneliti telah mengajukan beberapa formula yang dapat digunakan untuk
mengetahui kedalaman gerusan pada kolam olak, sebagaiberikut:
Novak
Novak menyatakan bahwa kolam olak mengurangi gerusan hingga 50% dari rata-rata
hasil tes (skala model), berdasarkan Veronese, Jaeger, Smoljaninov, dan Schoklitsch, dan
12% dari hasil menurut Eggenberger. (Persamaan tersebut digunakan untuk gerusan
akibat aliran jet bebas)
 1 
 H  3

Ys  Yo  k 6 H 0,25 q0,5  
  50 
d 
 
dengan k = 0,45 u tuk tingkat perendaman σ = 1,6 k
= 0,65 u tuk tingkat perendaman σ = 1,0 σ
=Y2/Yc
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (2)
Pada Kolam Olak
Catakli dkk
Catakli menemukan bahwa balok pengatur pada kolam olak tidak
mengurangi dampak gerusan, karena ketika energi aliran diredam,
makan kecepatan dasar akan menigkat. Catakli mengajukan
persamaan sebagai berikut:
q0,6 Δh  Y0 0,2
Ys  Yo  k
d 90 0,1

Dengan k = 1,62  tanpa ambang


k = 1,42 –1,52  denganambang
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (3)
Pada Kolam Olak
Schoklitsch
0,25
b 
Ys  4,5α,   t 0,16 H 0,5 q0,33  2,15 a'
 2
B
dengan:
b : lebar pelimpah
B2 : lebar saluran hilir
α : faktor bentuk kolam olak
dan struktur hidraulik
(0,12<α<0,36)
β : faktor debit untuk
jumlah pintu lebih dari Gambar 6 Gerusan Pada Kolam Olak
satu (1,0<β<1,07)
t : waktu dalam jam untuk
debit tertentu
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (4)
Pada Kolam Olak
Perlu dicatat bahwa persamaan tersebut kurang tepat secara
dimensional, dan hanya berlaku untuk skala model. Selain itu,
ukuran sedimen memiliki korelasi yang sangat lemah dan tidak turut
diperhitungkan dalam persamaan. Dapat dilihat pada persamaan
tersebut bahwa gerusan diminimalisasi sebagai a’ 0.

Faktor waktu dalam persamaan tersebut juga terlalu besar untuk


jangkawaktu yang sangat lama.
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (5)
Pada Kolam Olak

Tabel 1 Nilai α
Gerusan Akibat Aliran Jet Horizontal (6)
Pada Kolam Olak

Tabel 2 Nilai β
Gerusan Akibat Aliran Jet
Beberapa persamaan empirik dan semi empirik telah
dikembangkan untuk memperkirakan gerusan akibat aliran jet.
Beberapa persamaan ini pada umumnya dapat dipakai. Persamaan
tersebut dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel3.
Tabel 3 Klasifikasi Persamaan Gerusan Akibat AliranJet
Gerusan Akibat Aliran Jet
Persamaan Empirik
Kotoulas
Δh0,35 q0,7
Ys  Yo  0,78 d90 dalam m
d 90 0,4

atau
Ys  Yo  2,756q 0,5 Δh0,25 - 7,125 d90

Dengan panjang gerusan sebagai


berikut:
 2,7 Δh
0,45 0,9
q
sc 0,45
g d 95 0,8

Dan jarak antara kedalaman


gerusan maksimum dan bangunan
terjun:
x1  3,9 Δh
0,27 0,54
q
0,27 0,08
d95  1,40d 95 
g d 95 Gambar 7 Gerusan Pada BangunanTerjun
Gerusan Akibat Aliran Jet(2)
Persamaan Empirik
Studenichikov
 h 2 n  0,9 ζ q 0,8
Ys  Yo  1,5  k c 2  0,4 0 0,2

 h0  g g 50
dimana:
k = 0,1 untuk B2> 2,5 B0
= 0,2 untuk B2= B0
dengan:
hc : kedalaman kritis jet
n : faktor udara dan jet (n > 0,7 dan n=1untuk jet padat)
ζ : q/q0
q0 : debit aliranjet

Persamaan tersebut berlaku untuk :


Ys+Y0 < 104 d50
(hc/h0) > 5
Gerusan Akibat Aliran Jet(3)
Persamaan Empirik
Martins
Dengan asumsi kohesi akan cepat menghilang dan tidak terjadi abrasi pada
batuan, Martin mengajukan persamaan untuk gerusan pada dasar dengan
batuan kubus. Persamaan yangdiajukan adalah sebagaiberikut:
0,73Y0 2
Ys  0,14N  0,7 Y0 
N
dimana:
3
Q 3 Δh 2
N7
a2
dengan a: dimensi salau satu kubus

Dari Persamaan 1 didapatkan bahwa gerusan maksimum akan terjadi paday0


= 0,48N.
Gerusan Akibat Aliran Jet(4)
Persamaan Empirik
Machado
Cv q0,5 Δh0,3145
Ys  Yo  1,35 d90 dalam m
d 90 0,0645
atau

Ys  Yo  2,98 Cv 0,5 q 0,5 Δh0,3145 

dengan:
Cv : koefisien aerasi aliran jet
Gerusan Akibat Aliran Jet
Persamaan Semi Empirik
Mirtskhulava
Dengan menggunakan pendekatan empirik untuk perubahan
kecepatan arah y dan z (Gambar 8), Mirtskhulava mengajukan
persamaan kedalaman gerusan untuk material non kohesif sebagai
berikut:
 3ηv u 2Bu   7,5 2B sin θ'  0,25Y
Ys Y 0  u  o
 ω  1  0,175 cot θ'
dengan:
η : nilai kecepatan maksimum sesaat relatif terhadap
kecepatan rata-rata (η = 2,0 untuk prototipe danη=1,5
untuk model)
ω : kece2pgatρasnjρatdu9h0 partikel
ω
1,75 ρ
Gerusan Akibat Aliran Jet(2)
Persamaan Semi Empirik

Gambar 8 Diagram Parameter Gerusan oleh Mirtskhulava


Gerusan Akibat Aliran Jet(3)
Persamaan Semi Empirik
Persamaan tersebut berakun
untuk 5 < vu < 25 m/s dan
d90>2 mm. Untuk diamter yang
lebih kecil, makan harus
dikalikan dengan faktor η1 yang
disajikan pada Gambar 9.
Dengan distribusi ukuran
sedimen seperti pada Gambar
9, η1 dapat disajikan dalam
persamaan berikut:
η1  0,42 d 90

Gambar 9 Faktor Koreksi, η1


Gerusan Akibat Aliran Jet(4)
Persamaan Semi Empirik
Rubinstein
Untuk kondisi aliran 2 dimensi, Rubinstein mengajukan persamaan berikut:
3 4
 T o  4 1  2 Z2 
 
Ys 3
 3,7ε φ  φ  1 φ 2 
Yo  d  2,4
Fr 
 n  Yo 
Panjang gerusan, ℓsc:
1  
1
sc 
Fr 
T 6
3,0  3,6λ φ 2 o   φ 2
Δh

 1  φ2 
Yo  D   Yo 

dengan:
dn : diameter bola dengan volume yang sama dengan blok
ɛ : ɛ1ɛ2ɛ3 (Tabel4)
λ : λ1 λ2 λ3 (Tabel4)

Persamaan tersebut berlaku untuk:


0,25 – 0,30 ≤ N’ ≤ 1,0 – 1,1

 
1
 T 4  φ 2 h  1 φ 2 9 
1 4
N'   φ 2 o 
 d n  Fr 0,8  Yc 
Gerusan Akibat Aliran Jet(5)
Persamaan Semi Empirik

Gambar 10 Gerusan Pada Ski-Jump Spillway


Gerusan Akibat Aliran Jet(6)
Persamaan Semi Empirik

Tabel 4 Koefisien Persamaan Rubinstein


Daftar Simbol

Anda mungkin juga menyukai