Anda di halaman 1dari 31

Gerusan Lokal (Local Scouring)

Definisi Scouring:
 Gerusan Lokal adalah degradasi pada dasar
atau tebing sungai yang terjadi pada suatu
tempat tertentu sebagai akibat adanya
perubahan tiba-2 /mendadak dari parameter
sungai (misalnya; geometri sungai, kemiringan
dasar sungai, kecepatan aliran atau adanya
struktur di badan sungai)
Tipe Scouring:
 Scouring pada Jembatan (Bridge Scouring)
 Penyempitan sungai (Contraction Scour)
• erosi
 Pilar jembatan (Pier Scour)
 Pangkal jembatan (Abutment Scour)
• erosi dan (kemungkinan) endapan
 Scouring pada Bangunan Air (Jet Scouring)
 Bangunan air
• erosi dan (kemungkinan) endapan
 Degradational scour
 adalah berpindahnya sedimen dari dasar sungai akibat
aliran sungai. Berpindahnya sedimen dan mengakibatkan
turunnya dasar sungai.
Scouring pada Jembatan

Scouring pada bangunan air


Kapan terjadi?
Apabila kapasitas aliran sungai untuk mengerosi
(menggerus) dan mengangkut sedimen melebihi kapasitas
untuk memasok sedimen.

Ditinjau dari mekanisme transpor sedimennya


 Clear-water scour
apabila sedimen terangkut dari gerusan dan tidak ada
pasokan kedalamnya.

 Sediment-transport (live-bed) scour


apabila gerusan mendapat pasokan sedimen terus-
menerus dari proses transpor sedimen di sungai.
 Diawali di satu atau dua titik, kemudian
membesar, gerusan makin dalam

 Dalam aliran seragam dan permanen (uniform


and steady flow):
• Perkembangan kedalaman gerusan sangat cepat di
awal proses dan melambat setelahnya.
Scouring pada Jembatan
a. Contraction Scour
b. Pier Scour
c. Abutment Scour
(selain Long term degradation)
• Contraction Scour terjadi ketika luas penampang aliran
pada saat muka air naik menjadi berkurang (lebih
sempit) yg diakibatkan oleh kondisi alami atau karena
adanya jembatan.
• Berkurangnya luas penampang aliran mengakibatkan
bertambah besarnya kecepatan aliran rata2 dan
tegangan geser dasar aliran.
• Sehingga gaya erosiv bertambah besar mengakibatkan
material dasar tergerus dan terangkut kearah hilir.
• Dengan tergerusnya material dasar luas penampang
makin lebar dan mengakibatkan kecepatan aliran dan
tegangan geser aliran berkurang sampai keseimbangan
relatif tercapai.
Untuk menentukan transpor material dasar perlu diketahui
Kecepatan kritis (ucr) dan bandingkan dengan Kecepatan
aliran rata2 (u).
Jika ucr > u --> maka terjadi clear-water contraction scour,
jika ucr < u --> maka terjadi live-bed contraction scour
Untuk menghitung besarnya ucr maka dapat digunakan
rumus dari Neill dan Laursen (dengan S=2,65)

1 1 Dimana:
Neill : ucr  11,52 y1 6 .d 50
3 ucr = kecepatan kritis di upstream (ft/sec)
y1 = kedalaman air diupstream (ft)
S = Berat sepesifik relatif = 2,65

Laursen
1 1
ucr  10,95 y1 .d 6
50
3
 Live-Bed contraction Scour
Berdasarkan rumus Laursen
6 k1 k2
y1  Q2  7
 W1   n1 
      
y2  Q1   W2   n2 
ys  y2  y1  kedalaman scouring rata - 2
Dimana
y1 = kedalaman air di upstream (ft)
y2 = kedalaman air di daerah kontraksi (ft)
W1 = lebar dasar sungai di upstream (ft)
W2 = lebar dasar sungai di daerah kontraksi (ft)
Q1 = debit di upstream (ft3/sec)
Q2 = debit di daerah konbtraksi (ft3/sec)
dm = diameter sedimen efektif rata2 = 1,25 d50
k1 = faktor seperti dibawah
u* = kecepaytan geser = (gy1I1)1/2
ω = kecepatan jatuh butir sedimen
Nilai k1 dan k2

u*/ω k1 k2 Mekanisme transpor sedimen

<50 0,59 0,066 Dominan Bed load


0,50 s/d 0,64 0,64 0,21 Beberapa Suspended load
>2,0 0,69 0,37 Dominan Suspended load

Dimana:
u* = (g.y1.S1)1/2 , kecepatan geser di upstream (ft/s)
ω = Fall velocity materian berdasarkan d50 (ft/s)
S1 = kemiringan garis energi di saluran (ft/ft)
 Clear Water contraction Scour
Didasarkan pada persamaa Laursen.
3
3
 u 2
  2
Q  7
y2   2
23
  y2   2
23 2
120.d 50  120.d
50 .
W 2 
1
1
ucr  10,95. y .d 503
6

6
ys  Q  7
 0,13 2 3 7 6   1
y1  d m . y1 .W1 

3
6
y2  W1    7
7u12
    
y1  W2  120. y 3 .d 3 
1 2
 1 50 

ys  y2  y1  kedalaman scouring rata - 2


Persamaan Neill untuk menentukan kecepatan aliran yang
berkaitan dg. Permulaan gerak, dimana hal tsb dapat
digunakan sbg indikator untuk “clear water” atau “live-bed
scour”

ucr  1,58S  1.g.d 50   y 


1 6
2
 d 50 
Jika S = 2,65 maka pers Neill diatas menjadi
1 1
ucr  11,52 y .d6 3
50
B1.Scour pada Pier Jembatan
Persamaan CSU (Colorado State University) dapat digunakan
untuk clear water dan Live-bed scour
0 , 65
ys a
 2,0 K1 K 2 K 3   Fr10, 43
y1  y1 
0 , 35
ys  y1 
 2,0.K1 K 2 K 3   Fr10, 43
a a
Dimana:
ys = kedalaman scouring, ft
y1 = kedalaman aliran upstream (ft)
K1 = Faktor Koreksi untuk bentuk ujung/hidung Pier (Gambar dibawah dan Tabel 2)
K2 = Faktor Koreksi untuk sudut datang aliran, Tabel 3
K3 = Faktor Koreksi untuk kondisi dasar saluran/sungai, Tabel 1
a = lebar pier, ft
L = panjang pier ft
Fr1 = Angka Froude = u1/(gy1)1/2
u1 = Kecepatan aliran rata2 di upstream, ft/s
Tabel 1: Faktor Koreksi K3
Kondisi Dasar Tinggi K3
Dune
Clear water scour N/A 1,1
Plane bed dan Antidune N/A 1,1
Small Dune 10>H>2 1,1
Medium Dune 30>H>10 1,1 s/d 1,2
Large Dune H>30 1,3

Tabel 2: Faktor Koreksi K1

Bentuk Ujung/Hidung Pier K1


(a). Persegi 1,1
(b). Bulat (round) nose 1,0
(c). Circular cylinder 1,0
(d) Sharp nose 0,9
(e) Group of cylinders 1,0
Tabel 3: Faktor Koreksi K2
Sudut L/a=4 L/a=8 L/a=12
0 1,0 1,0 1,0
15 1,5 2,0 2,5
30 2,0 2,75 3,5
45 2,3 3,3 4,3
90 2,5 3,9 5,0
Sudut thd arah aliran, L = panjang Pier
B2.Scour pada Abutment Jembatan
a. Live-Bed Scour pada Abutments.
0 , 43
ys  a' 
 2,27.K1 K 2   1
0 , 61
Fr
ya  ya 
K1 = koefisien untuk bentuk abutment (lihat Tabel 4)
K2 = koefisien untuk sudut abutmen thd. Arah aliran
K2 = (θ/90)0.13 (lihat gambar untuk definisi θ )

θ < 90o jika abutmen kearah hilir


θ >90 o jika abutmen kearah hulu
a' = panjang abutmen diproyeksikan thd. Aliran , ft
Ae = area aliran yg bergerak seluas penampang abutmen yg menghadangaliran, ft2
Fr =Ve/(gya)½ = Bilangan Froude dari aliran di upstream abutmen.
Ve = Qe/Ae , ft/s
Qe = aliran yg terhalang oleh abutmen bergerak kearah abutmen, ft3/s
ya = kedalaman rata2 aliran pada daerah hulu abutmen, ft
ys = kedalaman scouring, ft
Tabel 4: Faktor Koreksi K1
Deskripsi K1
Vertical-wall abutment 1,00
Vertical-wall abutment with wing walls 0,82
Spill-through abutment 0,55
Local live-bed scour pada abutment miring dengan kondisi aliran
subkritis

0, 4 Dimana
ys  La  ys = scour pada abutment
 1,1  .Fr10,33 y1 = kedalaman air di upstream
y1  y1  La = panjang abutment dan embankment
Fr = bilangan Froude
Jika La/h > 25 , formula:

ys ys = kedalaman scouring, ft
 4 Fr10,33 y1 = kedalaman aliran pada abutmen , ft
Fr1 = Bilangan Froude didasarkan pada kecepatan dan
y1 kedalaman yg berhadapan dan pd upstream abutmen
Local live-bed scour pada abutment vertikal.

0, 4 Dimana
ys  La  ys = scour pada abutment
 2,15  .Fr10,33 y1 = kedalaman air di upstream
y1  y1  La = panjang abutment dan embankment
Fr = bilangan Froude
Untuk kedalaman Scouring disekeliling Pier dan abutmen Jembatan
Dimana:
1 ds = Kedalaman Scouring
ds  Q  3 h = kedalaman aliran
 0,47k  3   1 Q = Debit
f  1,76 d 50
h  fh  f = Silt Factor
k = amplification factor
d50 = diameter sedimen

Persamaan diatas untuk kondisi hidrolik sbb:


0,70  Q  1,73 Dimana:
0,50  h  3,0 Fr = Bilangan Froude
I = kemiringan garis Energi
0,14  Fr  0,21
0,00013  I  0,00050
Jenis Struktur Nilai k
Kepala tiang miring tajam 1,5:1 3,80
Kepala tiang miring memanjang 1:20 2,25
Scour pada ujung tebing dengan radius yg besar 2,75
Scour maksimum pada pier jembatan bulat 2,00
Scour pada spurs sepanjang tebing sungai 1,70

Dimana:
Q = Bhu
1
B = lebar saluran/sungai
ds  B.u  3

 0,47k   1
0,5 2 
u = kecepatan aliran
u* = kecepatan geser
h  1,76d 50 h  h = tinggi muka air
1
u  u*
ds  B  133

 0,47  ku*  1
0,5 2  h
h  1,76d 50 h    8,5  5,75 log  
 ks 
k s  2,50d 50
Formula diatas kecepatan geser u* diganti dengan kecepatan
geser amplifikasi (u*m) dan diasumsikan k = (u*m/u*)1/3 maka
menjadi:
1
ds  B  13
3
 0,47  u*m  1
0,5 2 
h  1,76d 50 h 

Kemudian setelah melalui uraian matematis diperoleh


kedalaman scouring maksimum untyuk Pier dan abutmen
jembatan dimana dasar sungai berupa “flat bed”

Untuk Abutmen:
1
ds  1 b  3
 0,47M 3 1   a a   1
h  h
Untuk Pier:
Dimana:
ba = lebar abutmen
d s    h
1
1  bp p  3 bp = diameter Pier
 0,47 M 1   p
3   1    bs = fungsi kedalaman aliran
h   h    b p  h = αp.bs
 
Bu *c
M 0,5 2
1,76d 50 h

Dari eksperimen didapat αa = 1,5 dan αp = 4,5


Maka persamaan menjadi:

1
ds 1  ba  3
Untuk Abutmen:  0,47M 1  1,5   1
3
h  h

 
1
  h
p 
3
ds  bp
  1   
1
3
Untuk Pier:  0,47 M 1  4,5
h   h    b p 
 
Dimana
y1 = kedalaman air di upstream n1 = koefisien Manning di upstream
y2 = kedalaman air di daerah kontraksi n2 = koef. Manning di daerah kontraksi
W1 = lebar dasar di upstream k1 dan k2 = eksponen yang tergantung pd. mekanisme
W2 = lebar dsar di daerah kontraksi transport sedimen
Q1 = debit di upstream
Q2 = debit di daerah konbtraksi
dm = diameter sedimen efektif rata2 = 1,25 d50 (ft)

Nilai k1 dan k2

u*/ω k1 k2 Mekanisme transpor sedimen

<50 0,59 0,066 Dominan Bed load

0,50 s/d 0,64 0,64 0,21 Beberapa Suspended load

>2,0 0,69 0,37 Dominan Suspended load

Dimana:
u* = (g.y1.S1)1/2 , kecepatan geser di upstream (ft/s)
ω = Fall velocity materian berdasarkan d50 (ft/s)
S1 = kemiringan garis energi di saluran (ft/ft)
Hubungan diameter sedimen dan Fall Velocity

Anda mungkin juga menyukai