7.1. Pendahuluan
Dalam ilmu – ilmu teknik sipil pengaplikasian mengenai pintu sorong pada
bangunan air seperti saluran irigasi, pintu air, waduk, bendung, dsb.
Fungsinya yaitu untuk mencegah sedimen laying masuk ke dalam
pengambilan intake dan membilas sedimen yang menghalangi aliran. Untuk
menyalurkan air ke berbagai tempat guna keperluan irigasi, drainase, dan air
bersih sering dibuat saluran terbuka. Aliran setelah pintu sorong mengalami
perubahan kondisi dari subkritis ke superkritis. Air loncat memiliki sifat
aliran yang menggerus. Adanya pintu sorong mengakibatkan kemungkinan
terjadi gerusan pada saluran di hilir pintu sorong. Oleh karena itu, diperlukan
perhitungan untuk merancang saluran pada hilir saluran agar tahan terhadap
gerusan air akibat adanya pintu sorong.
Adapun bahan dan peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Model saluran terbuka dari kaca
4. Pintu sorong
Diketahui :
y0 = Tinggi permukaan air di bawah pintu sorong (m)
yg = Tinggi bukaaan pintu sorong terhadap dasar saluran (m)
y1 = Tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong (m)
y2 = Tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong (m)
ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat (m)
yb = Tinggi muka air tepat setelah air loncat (m)
g = Gravitasi (9,8 m/s²)
Debit yang terjadi secara teori dapat ditulis sebagai berikut :
by √2gy
Qr =
√( + 1)
Cc =
Menghitung gaya dorong dan gaya hidrostatis pada pintu dorong yang
terjadi pada pintu secara teori dapat ditulis sebagai berikut :
1
Fh = ρg(yo − yg)²
2
Keterangan :
ρ = Massa jenis (1000 Kg/m³)
g = Gravitasi (9,8 m/s²)
yo = tinggi permukaan air di bawah pintu sorong (m)
yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran (m)
Aliran pada pintu sorong adalah aliran tak tunak yang berubah tiba-tiba
sehingga muncul perubahan tinggi muka air dari subkritis menjadi
superkritis. Peristiwa ini disebut air loncat dan sering terjadi pada saluran di
hilir kolam pembilas atau di kaki pelimpah.
Asumsikan dalam penurunan rumus :
1. Distribusi kecepatan di hulu maupun di hilir seragam.
2. Dasar saluran horizontal.
3. Gesekandindingdandasarsalurandiabaikan (hf = 0).
4. Tegangan permukaan diabaikan.
yo p. Q ya
Fg = (0,15 . p . g . ya −1 −( 1− )
ya b . yo yo
Keterangan :
ρ = Massa jenis (1000 Kg/m³)
g = Gravitasi (9,8m/s²)
ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat (m)
yo = Tinggi permukaan air di bawah pintu sorong (m)
Q = Debit (m³/s)
b = Lebar penampang saluran terbuka multiguna (m)
( − )²
∆ = ∆ℎ =
4. .
Keterangan :
ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat (m)
yb = Tinggi muka air tepat setelah muka air loncat (m)
Q²
Yc =
g . b²
Keterangan :
Q = Debit (m³/s)
g = Gravitasi (9,8m/s²)
b = Lebar penampang saluran terbuka multiguna (m)
3
Emin = . Yc
2
Keterangan :
yc = Kehilangan kritis (m/s)
7.6.1. Tabel Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Tetap
No yo (m) Yg Ya (m) Yb (m) Xa Xb Q (m3/s)
7.6.2. Tabel Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Berubah
No yo (m) Yg Ya (m) Yb (m) Xa Xb Q (m3/s)
7.7. Perhitungan
Cc vs Yg/Yo
40
0,0026; 37,54
35
30
25 0,0042; 24,02
Cc (m)
20
15
10
0,0187; 5,34
5
0
0,0026 0,0042 0,0187
Yg /Yo(m)
Cv vs Yg/Yo
0,06
0,0042; 0,0511
0,05
0,0026; 0,0486
0,04
0,03
Cv
0,0187; 0,0279
0,02
0,01
0
0,0026 0,0042 0,0187
Yg/Yo
Cv vs Fh
0,06
0,03
Cv
20,787; 0,0279
0,02
0,01
0
167,329 127,458 20,787
Fh
Fg/Fh vs Yg/Yo
1,2
0,0026; 1,022 0,0042; 1,036
1
0,8
0,0187; 0,793
Fg/Fh
0,6
0,4
0,2
0
0,0026 0,0042 0,0187
Yg/Yo
Cc vs Yg/Yo
14
0,0192; 12,6
12
10
8
Cc
6
0,0163; 6,15
0,0187; 5,34
4
0
0,0187 0,0163 0,0192
Yg/Yo
Cv vs Yg/Yo
0,12
0,0163; 0,1069
0,1
0,08
0,06
Cv
0,02
0
0,0187 0,0163 0,0192
Yg/Yo
Grafik 7.7.1.2.2. Grafik Hubungan Cv dan Yg/Yo
Cv vs Fh
0,12
Fg/F0,1069
29,308; h:Yg /Yo
1,20,1
0,0192; 1,119
0,08
1 0,0163; 0,999
0,06
Cv
0,04
Fg/Fh
0,6
20,787; 0,0348 148,674; 0,038
0,02
0,4
0
0,2
20,787 29,308 148,674
0 Fh
0,0187 0,0163 0,0192
Grafik 7.7.1.2.3. Grafik YHubungan
g/Yo
Cv dan Fh
Fg/Fh vs Yg/Yo
1,2
0,0192; 1,119
1
0,0163; 0,999
0,8
0,0187; 0,793
Fg/Fh
0,6
0,4
0,2
0
0,0187 0,0163 0,0192
Yg/Yo
Grafik 7.7.1.2.4. Grafik Hubungan Fg/Fh dan Yg/Yo
7.8. Analisis
Pada grafik dapat dilihat hubungan antara Cv dan Yg/Yo. Pada keadaan
yang ideal seharusnya nilai Cv adalah 1, yang berarti Q percobaan sama
dengan Q teoritis. Namun pada hasil perhitungan percobaan ini didapat
bahwa Q teoritis = 2,3543 x 10-3 dan Q percobaan = 9,307 x 10-5 yang
menghasilkan Cv sebesar = 0,0425. Hal ini disebabkan karena kekurangan
ketelitian pada saat pengambilan data. Ketidaksesuaian penekanan
stopwatch saat pengisian volume air untuk mencari debit. Pada Cv :Yg
grafiknya selalu naik (linear) karena debit airnya tetap.
Pada grafik dapat dilihat hubungan antara Cv dengan Yg. Pada keadaan
yang ideal seharusnya Cv adalah 1, yang berarti Q percobaan sama dengan
Q teoritis. Namun pada hasil perhitungan percobaan ini pada debit tetap di
dapat Q teoritis = 2,3543 x 10-3 m3/s dan Q percobaan = 9,307 x 10-5 m3/s
yang menghasilkan Cv = 0,0425. Sedangkan pada debit berubah di dapat Q
teoritis = 1,163 x 10 -4 m3/s dan Cv = 0,0599. Nilai Q percobaan yang lebih
kecil dari pada nilai Q teoritis disebabkan karena Q teoritis tidak
memperhitungkan adanya kontraksi. Nilai Cv yang lebih besar dari 1
menyebabkan Q percobaan lebih kecil dari Q teoritis.
Pada grafik dapat dilihat nilai Cc pada bukaan pintu sorong tertentu pada
keadaan debit tetap. Ketika nilai Cc diketahui maka nilai Cc optimum dapat
ditentukan. Untuk mendapatkan Cc minimum dibutuhkan biaya yang besar,
sehingga mendapatkan range nilai Cc minimum dan nilai yang akurat.
Semakin besar debit, maka jarak loncatan air dari pintu sorong (Xa dan Xb)
akan semakin jauh. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil debit, maka jarak
locatan air dari pintu sorong akan semakin dekat. Semakin besar bukaan
pintu sorong dengan debit tetap, maka jarak antar loncatan air dengan pintu
sorong (Xa dan Xb) semakin dekat, begitu sebaliknya.
7.9. Kesimpulan
7.10. Saran
7.11. Referensi
Team Laboratorium Hidro Teknik. 2018. Pedoman Pelaksanaan Praktikum
Mekanika Fluida. Bandar Lampung : Laboratorium Hidroteknik
Kelompok 1 B. 2017. Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika.
Itera: Lampung Selatan
Triatmojo, Bambang. 1995. Hidrolika 1. Yogyakarta: Beta Offset
4.12. Lampiran