Anda di halaman 1dari 19

Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

7.1. Pendahuluan

Dalam ilmu – ilmu teknik sipil pengaplikasian mengenai pintu sorong pada
bangunan air seperti saluran irigasi, pintu air, waduk, bendung, dsb.
Fungsinya yaitu untuk mencegah sedimen laying masuk ke dalam
pengambilan intake dan membilas sedimen yang menghalangi aliran. Untuk
menyalurkan air ke berbagai tempat guna keperluan irigasi, drainase, dan air
bersih sering dibuat saluran terbuka. Aliran setelah pintu sorong mengalami
perubahan kondisi dari subkritis ke superkritis. Air loncat memiliki sifat
aliran yang menggerus. Adanya pintu sorong mengakibatkan kemungkinan
terjadi gerusan pada saluran di hilir pintu sorong. Oleh karena itu, diperlukan
perhitungan untuk merancang saluran pada hilir saluran agar tahan terhadap
gerusan air akibat adanya pintu sorong.

7.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :


a. Mempelajari sifat-sifat aliran yang melalui pintu sorong.
b. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi.
c. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong.
d. Mengamati profil air loncat.
e. Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat.
f. Menghitung kedalaman kritis dan energi maksimum

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.3. Alat– Alat Percobaan

Adapun bahan dan peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Model saluran terbuka dari kaca

Gambar 7.3.1. Model Saluran Terbuka dari Kaca


2. Generator dan pompa air

Gambar 7.3.2. Generator dan Pompa


3. Meja hidraulika

Gambar 7.3.3. Meja Hidraulika

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

4. Pintu sorong

Gambar 7.3.4. Pintu Sorong


5. Meteran taraf

Gambar 7.3.5. Meteran Taraf


6. Mistar

Gambar 7.3.6. Mistar

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.4. Dasar Teori

7.4.1. Debit Aliran yang Mengalir di bawah Pintu Sorong

Diketahui :
y0 = Tinggi permukaan air di bawah pintu sorong (m)
yg = Tinggi bukaaan pintu sorong terhadap dasar saluran (m)
y1 = Tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong (m)
y2 = Tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong (m)
ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat (m)
yb = Tinggi muka air tepat setelah air loncat (m)
g = Gravitasi (9,8 m/s²)
Debit yang terjadi secara teori dapat ditulis sebagai berikut :
by √2gy
Qr =
√( + 1)

Dalam percobaan ini, debit dipengaruhi oleh koefisien reduksi akibat


kontraksi (Cc) yang harganya merupakan perbandingan Y1 dan Y0 atau karena
pada :

Cc =

Pada kenyataannya, ada kehilangan energi di sepanjang lintasan 0 – 1 ada


geseran, maka diberikan koefisien reduksi akibat ketahanan viskositas (Cv) :
Q
Cv =
Qt
Cv . Cc . b . Yg√2gyo
QΑ =
√Cc
Keterangan :
b = Lebar saluran (m)
Cc = Koefisien kontraksi
Cv = Koefisien kecepatan
Q = Debit aliran (m3/s)
QA = Debit aktual (m3/s)

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.4.2. Gaya yang bekerja pada Pintu Sorong

Menghitung gaya dorong dan gaya hidrostatis pada pintu dorong yang
terjadi pada pintu secara teori dapat ditulis sebagai berikut :
1
Fh = ρg(yo − yg)²
2
Keterangan :
ρ = Massa jenis (1000 Kg/m³)
g = Gravitasi (9,8 m/s²)
yo = tinggi permukaan air di bawah pintu sorong (m)
yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran (m)

7.4.3. Air Loncat

Aliran pada pintu sorong adalah aliran tak tunak yang berubah tiba-tiba
sehingga muncul perubahan tinggi muka air dari subkritis menjadi
superkritis. Peristiwa ini disebut air loncat dan sering terjadi pada saluran di
hilir kolam pembilas atau di kaki pelimpah.
Asumsikan dalam penurunan rumus :
1. Distribusi kecepatan di hulu maupun di hilir seragam.
2. Dasar saluran horizontal.
3. Gesekandindingdandasarsalurandiabaikan (hf = 0).
4. Tegangan permukaan diabaikan.

7.4.4. Menghitung Gaya Dorong pada Pintu Sorong (Fg)

yo p. Q ya
Fg = (0,15 . p . g . ya −1 −( 1− )
ya b . yo yo
Keterangan :
ρ = Massa jenis (1000 Kg/m³)
g = Gravitasi (9,8m/s²)
ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat (m)
yo = Tinggi permukaan air di bawah pintu sorong (m)
Q = Debit (m³/s)
b = Lebar penampang saluran terbuka multiguna (m)

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.4.5. Bilangan Froude

Bilangan Froude adalah bilangan tak berdimensi yang merupakan


perbandingan antara inersia terhadap gaya akibat gravitasi :
V
Fr =
Gya
Keterangan :
V = Volume air (m³)
g = Gravitasi (9,8 m/s²)
ya = Tinggi muka air tepat setelah air loncat (m)

7.4.6. Energi Hilang Akibat Air Loncat

( − )²
∆ = ∆ℎ =
4. .
Keterangan :
ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat (m)
yb = Tinggi muka air tepat setelah muka air loncat (m)

7.4.7. Kehilangan Kritis (Yc)


Yc =
g . b²

Keterangan :
Q = Debit (m³/s)
g = Gravitasi (9,8m/s²)
b = Lebar penampang saluran terbuka multiguna (m)

7.4.8. Energi Minimum

3
Emin = . Yc
2
Keterangan :
yc = Kehilangan kritis (m/s)

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.5. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah


sebagai berikut:

7.5.1. Percobaan dengan Debit Tetap

1. Alat dikalibrasikan dahulu pada titik nol terhadap dasar saluran.

Gambar 7.5.1.1. Mengkalibrasi Pintu Sorong


2. Alirkan air dengan debit tertentu yang memungkinkan terjadinya jenis
aliran yang diinginkan.

Gambar 7.5.1.2. Memutar Keran Air

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

Gambar 7.5.1.3. Mengalirkan Air


3. Atur kedudukan pintu sorong. Tentukan kira-kira pada interval berapa
profil air loncat masih cukup baik.

Gambar 7.5.1.4. Mengatur Pintu Sorong


4. Setelah aliran stabil, ukur dan catat yo, yg, ya, yb, xa dan xb

Gambar 7.5.1.5. Mengatur yo, yg, ya, yb, xa dan xb


5. Percobaan dilakukan minamal 5 (lima) kali dengan mengubah kedudukan
pintu sorong.

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.6. Data Hasil Percobaan

7.6.1. Tabel Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Tetap
No yo (m) Yg Ya (m) Yb (m) Xa Xb Q (m3/s)

(m) (m) (m)

1. 0,1897 0,005 0,0163 0,0315 1,725 0,123 9,587 x 10-5

2. 0,1682 0,007 0,0164 0,0323 1,530 0,095 9,460 x 10-5

3. 0,0801 0,015 0,055 0,0388 0,010 0,015 8,873 x 10-5

7.6.2. Tabel Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Berubah
No yo (m) Yg Ya (m) Yb (m) Xa Xb Q (m3/s)

(m) (m) (m)

1. 0,0801 0,015 0,055 0,0388 0,01 0,015 8,873 x 10-5

2. 0,0623 0,015 0,0122 0,0435 0,18 0,06 1,0 x 10-5

3. 0,1891 0,015 0,0273 0,0415 2,46 0,03 1,604 x 10-5

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.7. Perhitungan

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.7.1. Grafik Hasil Percobaan

7.7.1.1. Debit Tetap Pintu Sorong Berubah

Cc vs Yg/Yo
40
0,0026; 37,54
35

30

25 0,0042; 24,02
Cc (m)

20

15

10
0,0187; 5,34
5

0
0,0026 0,0042 0,0187
Yg /Yo(m)

Grafik 7.7.1.1.1. Grafik Hubungan CC dan Yg/Yo

Cv vs Yg/Yo
0,06
0,0042; 0,0511
0,05
0,0026; 0,0486
0,04

0,03
Cv

0,0187; 0,0279
0,02

0,01

0
0,0026 0,0042 0,0187
Yg/Yo

Grafik 7.7.1.1.2. Grafik Hubungan Cv dan Yg/Yo

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

Cv vs Fh
0,06

0,05 127,458; 0,0511


167,329; 0,0486
0,04

0,03
Cv

20,787; 0,0279
0,02

0,01

0
167,329 127,458 20,787
Fh

Grafik 7.7.1.1.3. Grafik Hubungan Cv dan Fh

Fg/Fh vs Yg/Yo
1,2
0,0026; 1,022 0,0042; 1,036
1

0,8
0,0187; 0,793
Fg/Fh

0,6

0,4

0,2

0
0,0026 0,0042 0,0187
Yg/Yo

Grafik 7.7.1.1.4. Grafik Hubungan Fg/Fh dan Yg/Yo

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.7.1.2. Debit Berubah Pintu Sorong Tetap

Cc vs Yg/Yo
14
0,0192; 12,6
12

10

8
Cc

6
0,0163; 6,15
0,0187; 5,34
4

0
0,0187 0,0163 0,0192
Yg/Yo

Grafik 7.7.1.2.1. Grafik Hubungan Cc dan Yg/Yo

Cv vs Yg/Yo
0,12

0,0163; 0,1069
0,1

0,08

0,06
Cv

0,04 0,0192; 0,038


0,0187; 0,0348

0,02

0
0,0187 0,0163 0,0192
Yg/Yo
Grafik 7.7.1.2.2. Grafik Hubungan Cv dan Yg/Yo

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

Cv vs Fh
0,12
Fg/F0,1069
29,308; h:Yg /Yo
1,20,1
0,0192; 1,119
0,08
1 0,0163; 0,999

0,06
Cv

0,8 0,0187; 0,793

0,04
Fg/Fh

0,6
20,787; 0,0348 148,674; 0,038
0,02
0,4
0
0,2
20,787 29,308 148,674

0 Fh
0,0187 0,0163 0,0192
Grafik 7.7.1.2.3. Grafik YHubungan
g/Yo
Cv dan Fh

Fg/Fh vs Yg/Yo
1,2

0,0192; 1,119
1
0,0163; 0,999
0,8
0,0187; 0,793
Fg/Fh

0,6

0,4

0,2

0
0,0187 0,0163 0,0192
Yg/Yo
Grafik 7.7.1.2.4. Grafik Hubungan Fg/Fh dan Yg/Yo

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.8. Analisis

Pada grafik dapat dilihat hubungan antara Cv dan Yg/Yo. Pada keadaan
yang ideal seharusnya nilai Cv adalah 1, yang berarti Q percobaan sama
dengan Q teoritis. Namun pada hasil perhitungan percobaan ini didapat
bahwa Q teoritis = 2,3543 x 10-3 dan Q percobaan = 9,307 x 10-5 yang
menghasilkan Cv sebesar = 0,0425. Hal ini disebabkan karena kekurangan
ketelitian pada saat pengambilan data. Ketidaksesuaian penekanan
stopwatch saat pengisian volume air untuk mencari debit. Pada Cv :Yg
grafiknya selalu naik (linear) karena debit airnya tetap.

Pada grafik dapat dilihat hubungan antara Cv dengan Yg. Pada keadaan
yang ideal seharusnya Cv adalah 1, yang berarti Q percobaan sama dengan
Q teoritis. Namun pada hasil perhitungan percobaan ini pada debit tetap di
dapat Q teoritis = 2,3543 x 10-3 m3/s dan Q percobaan = 9,307 x 10-5 m3/s
yang menghasilkan Cv = 0,0425. Sedangkan pada debit berubah di dapat Q
teoritis = 1,163 x 10 -4 m3/s dan Cv = 0,0599. Nilai Q percobaan yang lebih
kecil dari pada nilai Q teoritis disebabkan karena Q teoritis tidak
memperhitungkan adanya kontraksi. Nilai Cv yang lebih besar dari 1
menyebabkan Q percobaan lebih kecil dari Q teoritis.

Pada grafik dapat dilihat nilai Cc pada bukaan pintu sorong tertentu pada
keadaan debit tetap. Ketika nilai Cc diketahui maka nilai Cc optimum dapat
ditentukan. Untuk mendapatkan Cc minimum dibutuhkan biaya yang besar,
sehingga mendapatkan range nilai Cc minimum dan nilai yang akurat.

Semakin besar debit, maka jarak loncatan air dari pintu sorong (Xa dan Xb)
akan semakin jauh. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil debit, maka jarak
locatan air dari pintu sorong akan semakin dekat. Semakin besar bukaan
pintu sorong dengan debit tetap, maka jarak antar loncatan air dengan pintu
sorong (Xa dan Xb) semakin dekat, begitu sebaliknya.

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.9. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:
1. Grafik hubungan Yb/Ya teori dan percobaan
a. Debit tetap
Yb/Ya percobaan tidak stabil dan semakin meningkat.
b. Debit berubah
Semakin besar Yb/Ya percobaan maka nilai Yb/Ya semakin
meningkat.
2. Grafik hubungan Yb/Ya teori dan Fr
a. Debit tetap
Yb/Ya teori dan nilai F berbanding lurus, yaitu Yb/Ya meningkat
seiring dengan meningkat nilai Fr.
b. Debit berubah
Nilai Fr dan Yb/Ya teori berbanding lurus, yaitu semakin besar nilai
Fr, maka nilai Yb/Ya teori semakin besar.
3. Semakin tinggi debit aliran, maka bilangan Froude akan semakin besar
dan sebaliknya.
4. Semakin tinggi nilai Yg, maka bilangan Froude akan semakin kecil dan
sebaliknya.
5. Jika nilai Fr > 1, maka aliran super kritis (meluncur).
Jika nilai Fr = 1, maka aliran kritis.
Jika nilai Fr < 1, maka aliran subkritis (mengalir).

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.10. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk praktikum adalah sebagai berikut:


1. Praktikan diharapkan dapat mengetahui pengaplikasian dari percobaan
yang telah dilakukan.
2. Pengamatan harus lebih teliti dalam pengambilan data.
3. Sebaiknya asisten memberikan arahan dalam pembuatan laporan.
4. Sebaiknya praktikan dapat memahami materi lebih dalam.
5. Seharusnya praktikan lebih siap saat menekan stopwatch pada
pengisian volume air untuk mencari debit sehingga diperoleh data yang
lebih akurat.

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16

7.11. Referensi
Team Laboratorium Hidro Teknik. 2018. Pedoman Pelaksanaan Praktikum
Mekanika Fluida. Bandar Lampung : Laboratorium Hidroteknik
Kelompok 1 B. 2017. Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika.
Itera: Lampung Selatan
Triatmojo, Bambang. 1995. Hidrolika 1. Yogyakarta: Beta Offset

Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika


InstitutTeknologi Sumatera Kelompok 16

4.12. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai