Anda di halaman 1dari 20

Drama Pendek

Durasi 3 menit

Judul
Kenangan Sekolah
Penulis Pak Ima

Sinopsis

Nando seorang pengusaha muda yang teringat Kembali kenangan - kenangan masa
sekolahnya, yang dimana dia memiliki dua orang teman, yang selalu menemaninya
dimanapun, kapanpun, dan apapun yang terjadi di SMK

1
TREATMENT
Drama Pendek
Durasi : 25 menit

Judul : BANGUN
Penulis : Pak Woto

SCENE DISKRIPSI DURASI


Kantor Tempat Nando Bekerja – Pagi
Nando sedang mencari sebuah berkas di dalam laptopnya
I 20 Detik
dan tidak sengaja menemukan sebuah foto Bersama dengan
sahabatnya waktu SMK
Depan Gerbang Sekolah – Pagi
II Nando dan kedua sahabatnya sedang berjalan kaki Bersama 30 Detik
menuju sekolah dengan bercanda ria ( Footage lipsing)
Dalam Ruang kelas – Pagi
III Nando dan sahabatnya sedang bercanda di dalam ruang 25 Detik
kelas dan sedang bermain kartu
Halaman Sekolah – Siang
Nando sedang bejalan – jalan Bersama sahabatnya di
IV 20 Detik
halaman sekolah sembari mengobrol dan tertawa Bersama
( Footage lipsing)
Taman Sekolah – Siang
V Mereka bertiga berfoto Bersama di taman sekolah (Footage 25 Detik
lipsing)
Halaman Sekolah – Sore
VI Nando dan sahabatnya sedang melihat pengumuman 2
kelulusan
VII 1 Menit
VIII 2 Menit
IX 4 Menit

2
Karakteristik Tokoh

1. Pak Bangun : Buruh bangunan , duda beranak satu, umur 35 tahun


tindak tanduknya kasar, tidak lancar membaca, SD tidak
lulus, pemikirannya kolot

2. Surti : Duduk di bangku SMU kelas III, pandai, rajin, hobinya


membaca dan menulis sastra, pikirannya masih labil.

3. Pak RT : Umur 50 an tahun, sabar dan bijaksana

4. Nina : Kawan sekolah Surti, Tomboy sikapnya tegas, dan


pemberani, setia kawan. Ekonomi lebih cukup dari pada
Surti

Drama Pendek
Durasi : 25 menit

Judul : BANGUN
Penulis : Pak Woto

Scene 1
Int- Rumah Pak Bangun – malam

Sederhana. Ruangan tersebut selain sebagai ruang tamu dipergunakan juga


sebagai ruang keluarga, yang hanya diterangi lampu 25 Watt. Kab lampu terbuat
dari kertas yang di kerodongkan pada bolamnya.
Pak Bangun duduk di kursi, sambil merokok, tetapi tampak pikirannya sedang
kacau. Sekali meremas-remas rambutnya dengan kedua tangannya. Meski
rokoknya masih tampak separo, tetapi diceceknya di asbak dengan emosi kesal.
Kemudian ia beranjak dari kursi dan masuk ke kamar. Di pintu berpapasan
dengan Surti yang keluar sambil melepas rukuhnya. Setelah menyampirkan
rukuhnya di bentangan tali di dinding,
Surti mendekati meja belajarnya, kemudian duduk dan mengambil salah satu buku
yang ada di meja. Kemudian satu demi satu halaman buku tersebut dibolak
balik.Sejenak dibaca buku tersebut, kemudian dia meraih bollpoint dan buku tulis
urti dengan penuh konsentrasi menulis, meski sesekali berhenti dan berfikirdan
menulis lagi. Beberapa saat kemudian Surti beranjak dari kursinya,

3
pandangannya masih tertuju pada tulisannya. Diangkatnya buku itu dan kemudian
dibacanya. Puisi yang baru saja ditulis

1. Surti

Matahari, matahari,
Mengapa engkau harus pergi
Matahari, matahari
Mengapa engkau sembunyi

Malam selalu sepi, meski nanti akan menepi

Matahari-matahari
Cepatlah engkau kemari
Matahari,matahari
Segeralah kau temani

Agar hidupku penuh arti

2. Pak Bangun ( os )

dari dalam kamar , ayah Surti meneriaki


Surti kaget dan pandangannya ke arah suara bapaknya

Ti… Surti
Kamu itu bisa diam tidak ? Bikin kaget orang mau tidur
Malam-malam kok teriak teriak, ngganggu orang….. tahu nggak.
Di lapangan sana kalau mau bengak - bengok

3. Surti

Pak … ini baru jam setengah tujuh

4. Pak Bangun

tiba-tiba sudah berdiri di dekat Surti

Yang ngantuk itu aku apa kamu ?


Anak kok malah nambah-nambahin pusing
Sudah makan belum ?

5. Surti
Surti sedikit terperanjat

Kan belum beli.

4
Padahal mbah Marto nggak jualan angkringan hari ini , wong tadi siang katanya
masuk angin

6. Pak Bangun

Ya.. sekali-kali puasa… biar ngirit

Pak Bangun terus duduk di kursi sambil menyalakan rokok

7. Surti

dengan agak ragu-ragu

Pak…….eeee anu pak

8. Pak Bangun

hanya diam saja sambil mengepulkan asap rokoknya

9. Surti

Dalam minggu ini…… uang ujian harus sudah…. Harus sudah dibayar pak

10. Pak Bangun

Ujian kok bayar… Ujian itu katanya susah,


kok masih ditambah susah suruh bayar segala……… berapa harus bayar ?

11. Surti

Seratus lima belas ribu


12. Pak Bangun

Duit dari mana sebanyak itu. Kamu itu kan masih melek kan Ti ?
Bapakmu itu cuma kuli bangunan. Hari ini begini, besuk nggak tahu nasibnya

13. Surti

Tapi Pak…..

14. Pak Bangun

ini tidak pakai tapi


kalau tidak punya uang ya tidak usah ikut ujian

aku kan sudah berkali-kali bilang, sekolah itu mahal. Lihat itu Pak Jaya, hartanya
habis hanya untuk nyekolahkan Mas Bambang, setelah lulus sarjana,

5
ya nganggur…… sampai sekarang.
Kalau kita … apa yang mau dijual ?

15. Surti

Jadi Surti harus …..

16. Pak Bangun

Yang lulusan sarjana seperti Mas Bambang saja nganggur kok kamu masih ingin
sekolah.
Mbok ya cari kerja saja…
Seperti Parinem itu, SMP saja katanya tidak lulus, tapi dia bisa beli pakaian
bagus-bagus
Dandannanya menor. Bisa ngasih uang mboknya

17. Surti

Surti mulai mengisak nangis

Pak …. Surti ini biar anaknya wong mlarat, masih punya harga diri,
masih punya rasa malu
Bapak tahu tidak ? Parinem itu kerjanya apa…. Apa ? Kerjanya tiap malam
hanya nongkrong di perempatan jalan sana… nunggu orang yang mau ngajak…..

18. Pak Bangun


dengan nada membentak
Ti … mulutmu jangan ngawur, ngomong seenaknya.
Saya nggak peduli dengan pekerjaannya. Yang kita perlukan itu uang,
bisa makan ajek wis seneng
Di kandani wong tuwa kok ngeyel

19. Surti

bapak tidak senang to anaknya pinter ?

20. Pak Bangun

Pinter untuk apa ?


Kamu itu perempuan, kalau sudah punya suami kerjamu hanya di dapur dan
momong anak.

6
21. Surti

Jaman sekarang tidak seperti itu


Presidennnya saja perempuan . mentrinya juga banyak yang perempuan
Tidak bisa hanya njagagke laki-laki saja

22. Pak Bangun


mulai tidak senang dengan jawaban-jawaban Surti

Prek….
Kamu anak kecil kok malah mulang wong tuwo
Kamu itu ikut siapa…. Yang ngasih makan siapa ?

23. Surti.

Pak … aku ini punya cita-cita untuk jadi orang….


Bukan orang bodo, tidak tahu apa-apa
Siapa tahu besok dapat merobah nasib kita
Tidak selamanya mlarat seperti ini

24. Pak Bangun


marahnya semakin memuncak mendengar jawaban Surti

Setan kamu
Anak tidak tahu di untung…. Malah ncenyek
Tak akoni aku itu bodo , SD saja tidak tamat

25. Surti

Pak… bukan maksud Surti…..

26. Pak Bangun

Kamu itu sudah bejo bisa sekolah sampai kelas telu SMA

26. Surti

Saya ini hanya ingin kit besok bisa hidup lebih baik .
Tidak susah, mlarat seperti ini terus….

27. Pak Bangun

Oohh.. jadi kamu itu tidak trimo to hidup seperti ini

7
Kamu tidak menghargai jerih payahku jadi kuli. Hanya untuk makani kamu

Pak Bangun berdiri dan meraih asbak di meja yang terbuat dari tanah liat
( cobek kecil ) kemudian dilemparkan ke dinding samping Surti duduk

Minggat kamu, anak tidak tahu diri. Sak kecap pada sak kecap.
Minggaaat

28. Surti

kaget dan ketakutan melihat perangai bapaknya yang marah, dia berteriak dan
lari keluar rumah

Paaaak……

Scene 2

Ext – Jalan Kampung Dekat Rumah Surti – Malam

Nina sambil memegangi sepeda motornya yang masih hidup, melihat kekiri dan
kekanan sambil bergumam sendiri

29. Nina

Dimana ya ….. katanya … setelah pertigaan ke dua … belok …


Tapi yang ke kiri atau ke kanan ya….

Sesaat kemudian lewat Surti sambil berlari nangis dan ketakutan , sehingga tidak
menghiraukan bahwa ketemu Nina. Nina kaget, tahu bahwa yang lari itu Surti,
lalu dipanggil-panggil.

8
30. Nina

Lho. ? itu kan Surti..


Ti… Surti, Tunggu…
Aku Nina… Tunggu Ti

Nina kemudian membalikkan arah sepeda motornya dan mengejar Surti

Scene 3
Int- Rumah Pak Bangun – malam
( Cont. Scene I )

Pak Bangun masih diruangan, dia duduk, kakinya diangkat diatas meja sambil
merokok. Wajahnya masih menunjukkan marah.
Ngomong sendiri menghujad-hujad Surti

31. Pak Bangun

Anak satu saja kok tidak ngajeni wong tuwo


Dikasih tahu kok wangsulan terus. Malah ngenyek
Apa hasilnya sekolah itu hanya untuk ngeyel, berani sama orang tua
Biar untuk pelajaran….. Biar kapok
Kalau merasa dirinya pinter kan bisa cari makan sendiri.

Tiba – tiba terdengar suara pintu diketuk


32. Pak Bangun
masih dengan nada marah, mengira Surti pulang

tidak usah pulang….. buat apa pulang, kalau hanya mau merepotkan dan menghina
Tidak tahu diri. Biar anak satu kalau kurang ajar ya tidak ada artinya.

Kemudian terdengar suara seorang laki-laki ( Pak RT )

33. Pak RT

Kulo nuwun, Permisi

Pak Bangun kaget, lalu berdiri dan berjalan menuju pintu dan membukanya

9
Pak Bangun yang tidak tahu maksud kedatangan Pak RT, bicaranya langsung
nerocos, sehingga Pak RT jadi kebingungan .

34. Pak Bangun

Oh .. Pak RT…Maaf Pak ….Silahkan duduk


Saya tahu kok maksud kedatangan Pak RT kemari..

35. Pak RT

Oo. jadi Pak Bangun sudah tahu to…

36. Pak Bangun

Ya jelas tahu to. Pokoknya Pak RT tidak usah ikut campur urusan saya dengan
Surti
Mau minggat…. mau apa Pak RT tidak usah ngurusi
Biar untuk pelajaran dia

37. Pak RT
Pak RT tampak kebingungan diwajahnya

Ini Bagaimana to Pak Bangun, Surti bagaimana ?


Saya kok jadi malah ……

38. Pak Bangun


Pak Bangun langsung memotong pembicaraan Pak RT

Surti itu ya cah gemblung….. kurang ajar , tidak tahu diri


Jangan percaya omongannya anak itu ….

39. Pak RT
semakin bingung

Bagaimana to ini….?

40. Pak Bangun

Ya monggo saja
Tapi kalau Pak RT percaya dengan ocehan dia… silahkan saja. Pak RT yang mau
mbayari uang ujiannya Surti.?
Sampeyan pasti sudah tahu banyak to dari laporannya Surti.
Masalah sendiri kok dibawa-bawa laporan Pak RT
Bocah wedok keminter…….

41.Pak RT
dengan nada tinggi

10
Pak Bangun ….!!!
Saya itu baru saja pulang dari Solo dan sampai detik tik ini tidak pernah ketemu
Surti. Sudah tiga hari tidak pernah melihat Surti. Apalagi ketemu.
Wah jan …Malah ciloko saya ini….. saya tidak dilapori apa-apa dari Surti.
Kalau ngomong dipikir dulu…

42. Pak Bangun

terbengong-bengong setelah mendegar omongannya Pak RT dan berubah jadi


kelicutan malu

jadi…. Kedatangan Pak RT ada keperluan apa ?

Beranjak dari tempat duduknya mendekati pak RT, mengulurkan tangannya mohon
maaf sambil mau jongkok, tapi di cegah Pak RT dan disuruh duduk lagi

Saya mohon maaf pak, saya lancang bicara..

43. Pak RT

sudah-sudah ….tidak apa-apa….


Duduk saja

44. Pak Bangun

kembali duduk di kursi

Nyuwun pangapunten lho Pak…

45. Pak RT

Ini lho pak ….

Merogoh saku baju mengambil surat

Kedatangan saya hanya mau ngantar ini untuk Pak Bangun. Mungkin tukang Pos
nya bingung, terus dititipkan di rumah saya.

46. Pak Bangun

menerima surat dari Pak RT, kemudian dilihat dibolak-balik, agak bingung

Kalau begitu saya malah minta tolong sekalian ya Pak


Eeee. Dibacakan …. Maklum to Pak …
Saya ini kan tidak fasih membaca, takut keliru lagi.

11
Surat disodorkan ke Pak RT

47. Pak RT

Lho.. kan ada Surti . Biar nanti dibacakan Surti, siapa tahu surat rahasia.

48. Pak Bangun

Kebingunan lagi…

Tidak… tidak apa-apa


Bapak saja yang membacakan. Biar lebih marem

Pak RT mengambil surat dan membuka amplopnya, sementara pandangan Pak


Bangun tertuju ke surat yang sedang dibuka dengan wajah sedikit cemas.

Scene 4

Int.- Kamar Nina – malam

Nina duduk di kursi belajar sedang Surti duduk di pinggiran dipan sambil ngekep
bangtal, pandangannya menerawang kosong

49. Nina

Sudah…. Pikiranmu nggak usah bingung. Tenang saja


Mungkin pikiran bapakmu lagi nggak sreg
Malam ini kamu tidur saja disini.

50. Surti

12
Tapi nanti bagaimana dengan….

51. Nina

Apa ? Bayar ujian ? jangan kuatir … uang tabunganku masih ada.


bisa dipakai dulu kok. Kalau hanya dipakai bayar ujian masih cukup.

52. Surti

Bagaimana saya harus mengembalikan Nin ?

53. Nina

Itu urusan nanti.. nggak usah jadi beban


Kamu masih nganggap aku sobat kan ?
Yang penting kita bisa ikut ujian

Oh iya Ti … tadi waktu pulang sekolah Bu Mira Kepala Sekolah nyari kamu

54. Surti

Ada urusan apa ya Nin ?

55. Nina

Ya nggak tahu wong hanya tanya. Aku bilang “ sudah pulang duluan bu ,
sepertinya keburu-buru mau mampir di perpustakaan negara , takut ketutupan.”

Berarti besok pagi sebaiknya kamu masuk sekolah

56. Surti

Tapi bagaimana aku harus mengambil buku dirumah ?


Karena ada juga buku yang harus aku kembalikan ke Perpus besok.
Kalau lewat hari aku didenda Nin.

57. Nina…

Nina sejenak berfikir…….

13
Scene 5

Int- Rumah Pak Bangun – malam


( Cont. Scene III )

Pak Bangun masih tertegun mendengarkan omongan Pak RT, perangai sudah
berubah menjadi penyesalan.

58. Pak RT

Jelas to …..anak sampeyan itu bukannya keminter,


tapi memang benar benar pinter.
Buktinya Surti bisa meraih juara I lomba menulis. puisi
Juara sak Indonesia tingkat SMU

Hadiahnya juga lumayan .. Tiga Setengah Juta

59. Pak Bangun

Jadi anak saya Surti dapat hadiah…tiga setengah juta ?

60. Pak RT
Lho.. tidak hanya itu
Tadi itu tidak mendengar to waktu saya baca ?
Bea siswa ya dapat.
Uang jaminan Sekolah nanti di Perguruan Tinggi …itu lo beaya kuliah
Pak Bangun besok sudah tidak nanggung lagi, tidak perlu rekoso

Bea siswanya ini sampai lulus..tamat sarjana

61. Pak Bangun

Alhamdulilah…Ti Surti, aku tidak mengira kalau kamu…..


Aku memang salah sangka, omonganmu memang benar
Aku yang goblok

62. Pak RT

Nah…. Disyukuri..
Anak cuma satu …..pinter.. bisa bawa nama baik bapaknya
Seharusnya sampeyan bangga

Surti kemana to….

14
64. Pak Bangun

kebingungan ….menjawab

65. Pak RT

Ya…. Sudah saya pamit dulu ya


Tapi jangan lupa … Nanti Surti dikasih tahu….

66. Pak Bangun

Njih.. njih pak , matur nuwun.

Pak Bangun mengikuti pak RT sampai di depan pintu

Sepeninggal Pak RT, pak Bangun masih berdiri di depan pintu memandang keluar
sambil masih memegangi surat. Wajahnya masih tampak kebingungan dan
kemudian ngomong sendiri.

67. Pak Bangun

Aku harus nyari kemana..? Ti … mbok ya pulang.


Aku tidak marah kok Ti…

Pak Bangun menutup pintu lalu berjalan mondar-mandir di ruangan sambil bicara
sendiri

68. Pak Bangun

Rumah kawannya juga tidak tahu…


Kalau tidak pulang terus bagaimana ? jangan-jangan hadiahnya batal
Aku kok ya kebangetan, emosi, bener
Tapi ya…sudah… sudah terlanjur

Pak Bangun terus duduk di kursi, suratnya masih tetap digenggam. Bicaranya
masih nerocos menyesali sikapnya yang kasar dan mengusir Surti

69. Pak Bangun

Ti …. Aku minta maaf ya Ti… Surti


Aku menyesal. Aku tadi sedang kalut, bingung.
Karena besok tidak lagi kerja di proyek

15
Karena ada pengurangan kuli, termasuk aku.
Maafkan aku ya Ti Surti
Aku menyesal

Lama kelamaan suara Pak Bangun makin pelan dan tertidur

Scene 6

Ext – Jalan Kampung Dekat Rumah Surti – Pagi


( Cont Scene 4 )

Nina dan Surti berboncengan naik sepeda motor. Didekat rumah Surti, Nina
menghentikan motornya

70. Surti

Ada apa Nin.. kok berhenti ?


Macet ya ?

71. Nina

Kita atur strategi dulu.. Nanti aku yang ketuk pintu.


Kamu ngumpet disamping rumah

72. Surti

Kalau nanti Bapakku marah sama kamu bagaimana ?


Bapakku galak lho Nin

73. Nina

Ada alasan apa bapakmu marahin aku ?


Akan saya lawan kalau nanti bapakmu marahin aku. Enak aja
Pokoknya kamu nurut aja sama aku

74. Surti

Aku takut lho Nin…

75. Nina

16
Sudahlah …pokoknya kamu nanti ngumpet dulu..
Sudah .. ayo keburu siang.

Nina menghidupkan lagi motornya.

Scene 7

Int- Rumah Pak Bangun – Pagi


( Cont. Scene 5 )

Pak Bangun masih tertidur pulas di kursi. Pak Bangun mengigau mengumpat -
umpat Surti
Sambil kakinya menendang nendang meja

76. Pak Bangun ( mengigau )

Minggat kamu… anak tidak tahu diri..


Kalau sudah merasa pinter terus berani dengan orang tua
Pergi sana…. Pergiiiiiiiiiiiiii

Bicaranya makin-lama makin tidak jelas


( Improvisasi )

Scene 8

Eks. – Depan Pintu Rumah Pak Bangun – Pagi

Nina sudah berdiri didepan pintu. Wajahnya tampak sedikit tegang mendengar
igauan Pak bangun
Sehingga dia ragu ragu akan mengetuk pintu.
Dan sesekali memberi kode-kode dengan tangannya kepada Surti.
Sementara Surti juga tampak ketakutan

17
Scene 9

Int- Rumah Pak Bangun – malam


( Cont. Scene 7)

Pak Bangun masih tertidur dan mengigau tidak jelas


Sesaat kemudian terdengan suara ketukan pintu…

Namun Pak Bangun hanya menggeliat saja

Terdengar suara ketukan lagi namun kali ini dengan suara Nina

77. Nina ( OS )

sambil mengetuk pintu

Pak…Pak…

Mendengar ketukan pintu dan suara perempuan tersebut, Pak Bangun terperanjat,
meski belum sadar benar, sambil tangannya mengusap usap matanya dia beranjak
dari kursinya menuju pintu sambil memanggil-manggil Surti.

77. Pak Bangun

Ti….. Surti…. Kamu pulang ya nduk …


Maafkan bapakmu ya nduk….

Pak Bangun membuka pintu dan langsung membekap Nina yang dikira Surti ,
Nina dibopong kedalam rumah

78. Pak Bangun

Maafkan bapakmu ya nduk… bapakmu yang tidak tahu diri,


bapakmu memang goblok
Ternyata kamu memang anak yang pinter, membawa rejeki

Nina meronta – ronta ketakutan sambil berteriak- teriak

79. Nina

Pak.. Pak…saya bukan Surti, saya temannya.. Pak …

18
Pak Bangun tersadar, meski masih membekap Nina, Pak Bangun memandangi
wajah Nina, dan segera melepaskannya, sambil tangannya mengusap-usap
matanya dan meminta maaf

80. Pak Bangun

Pak Bangun tampak malu, tidak berani lagi memandangi Nina

Maaf nak…. Maaf …. Saya kira….

81. Nina

Nina tampak juga tersipu-sipu

Tidak apa-apa Pak


Saya Nina…... kawan Surti

82. Pak Bangun

Tapi.. tapi…. Surti pergi sejak tadi malam nak, tidak pulang
Padahal dia dapat, dapat…..

83. Nina

Bapak marah sama Surti ?

84. Pak Bangun

Tidak tidak nak… sekarang tidak


Soalnya tadi malam saya bingung dan emosi, karena…. di PHK dari proyek….

85. Nina

Ooooo begitu, tapi …..


Benar … bapak tidak marah lagi dengan Surti…?

86. Pak Bangun

Sungguh nak, saya tidak akan marah sama dia

87. Nina

Nina berteriak memanggil Surti yang masih berada di luar rumah

19
Sur… Surti..!!!

88. Pak Bangun

Jadi Surti….???

Pandangan pak Bangun ke arah pintu

Surti muncul di depan pintu masih tampak ragu dan takut, berjalan mendekati
Nina,
Sementara Pak Bangun tampak tersenyum gembira hingga tidak terasa pak
bangun meneteskan air matanya
Dapat ditambah improvisasi

STOP MOTION
ENDING

TITLE KERABAT KERJA


( Penulis Mas Woto )
42004

20

Anda mungkin juga menyukai