Anda di halaman 1dari 6

Laporan hasil Webinar

TEKNIK ANALISIS BRIX POL


DAN PURITY
Diselengarakan tanggal 11 September 2020

Di buat oleh

Muhamad Yusuf

Dari

PG ASSEMBAGOES
SERI ANALISIS GULA
I. PENDAHULUAN
Dalam industri pengolahan gula sering kita dengar istilah-istilah POL dan BRIX. Istilah-istilah ini
terdapat dalam analisa gula, baik dari nira sampai menjadi gula kristal. Tebu yang bersih mengandung
air (73 – 76 %), zat padat terlarut (10 – 16 %) dan sabut (11 – 16 %). Setelah tebu dicacah dan diperah
pada mesin penggilingan, maka akan menghasilkan nira dan ampas. Nira tebu pada dasarnya terdiri
dari dua zat, yaitu zat padat terlarut dan air. Zat padat yang terlarut ini terdiri dari dua zat lagi yaitu
gula dan bukan gula.

II. TUJUAN
Diadakannya kegiatan webinar seri analisis gula tentang teknik analisis brix, pol dan purity
adalah untuk merefress ulang tata cara kita melakukan analisa brix, pol dan purity. Dalam hal
ini ada beberapa cara untuk analisa brix yang ada di laboratorium pabrik gula

III. PEMBAHASAN
A. KOMPOSISI PENYUSUN TEBU GILING
- BAGAN ISTILAH DALAM DUNIA TEBU
Tebu
 Air
 Bahan kering
- Air
 Air bebas brix
 Air mengandung brix
- Bahan kering
 Brix ( larut )
- Gula/Pol (Sucrose/gula Kristal, invert/gula reduksi)
- Bukan Gula (Anorganik/Abu, Organik)
 Bahan sabut (Anorganik/Abu, Organik)

B. TEKNIK ANALISIS BRIX


Zat kering :
 Zat kering sejati : sisa zat kering tertinggal setelah proses pengeringan.
 Zat kering semu : berat zat kering terlarut setiap 100 bagian berat larutan yang
penentuannya berdasarkan berat jenis, alat yang digunakan adalah alat penimbang brix
(APB), refraktometer atau piknometer
- BRIX adalah berat ZAT KERING terlarut total pada setiap 100 bagian berat larutan. Oleh
sebab itu, ada korelasi antara brix dengan kekentalan larutan atau b.j. (berat jenis) larutan.
- Brix sering disebut juga dengan istilah Refractometric Dry Solids (RDS). Untuk larutan yang
hanya mengandung gula dan air, brix adalah persen massa gula dalam larutan tersebut.

ANALISIS ZAT KERING SEJATI


- Dilakukan terhadap bahan yang kandungan airnya sedikit.
- Proses pengeringan dilakukan sampai didapat bobot konstan menurut cara yang telah
ditentukan.
- Contoh : penetapan zat kering dari gula, ampas dan blotong

ANALISIS BRIX
- Teknik Piknometris
- Teknik Refraktometris
- Teknik Hidrometris
 Teknik Piknometris
Piknometer adalah suatu alat untuk menentukan berat jenis benda. Alat ini terbuat dari
gelas berbentuk seperti botol kecil, dilengkapi dengan tutup dengan lubang kapiler. Alat
ini mempunyai volume tertentu dan dibuat sedemikian sehingga pada t 0 yang sama selalu
terukur volume yang sama.
Dengan menggunakan piknometer yang berisi air kemudian setelah itu piknometer diisi
larutan gula, dan setelah dikoreksi dengan temperatur maka dapat dihitung berat jenis
larutan tersebut. Dari tabel berat jenis brix didapat brix yang belum dikoreksi. Kemudian
dengan melihat tabel koreksi temperatur dapat dihitung brix terkoreksi.
 Teknik Refraktometris
Indeks bias suatu larutan gula atau nira mempunyai hubungan yang erat dengan brix.
Artinya bahwa jika indeks bias nira bisa diukur, maka brix nira dapat dihitung
berdasarkan indeks bias tersebut.
Alat untuk mengukur brix dengan indeks bias dinamakan Refraktometer. Dengan
menggunakan alat ini contoh nira yang digunakan sedikit dan alatnya juga tidak mudah
rusak.
 Teknik Hidrometris
Analisis brix menggunakan hydrometer yang dikenal dengan Alat Penimbang Brix
(APB). Alat ini paling umum pemakaiannya di pabrik, karena pemakaiannya mudah dan
cepat. Terbuat dari bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian bawahnya berbentuk
bola. Pada bagian atas meruncing dan pada bagian ini terdapat skala yang menunjukkan
derajat brix.
Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya keatas yang dialami oleh suatu benda yang
dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat jenis cairan. Jadi semakin kecil berat jenis
maka Alat Penimbang Brix semakin tenggelam. Kemudian brix akan ditunjukkan pada
skala yang persis berada di permukaan cairan tersebut.
Skala alat penimbang brix ditetapkan pada suhu (27,5 oC), maka alat tersebut hanya akan
menunjukkan harga yang benar, apabila penentuannya dilakukan pada suhu 27,5 0C. Oleh
karena itu, pada waktu analisis harus dilakukan koreksi suhu (Tabel III Buletin XI)
Untuk nilai brix yang benar, perlu diadakan koreksi suhu dengan tanda ( + ) demikian
pula sebaliknya. Besar kecilnya koreksi suhu tergantung dengan kadar zat kering yang
terlarut.
Selain koreksi suhu ada juga koreksi alat
Untuk industri gula di Indonesia APB dibuat dalam 5 skala :
Skala : 2 - 13,5
Skala : 13 - 21,0
Skala : 19 - 27,0
Skala : 26 - 48,0
Skala : 46 - 68,0

C. TEKNIK ANALISIS POL


Gula (sakarosa) mempunyai sifat optis aktif yaitu memutar bidang polarisasi kekanan
Larutan-larutan gula yang dikerjakan di PG adalah campuran dari sakarosa dan zat-zat optis yang
lain, terutama glukosa & fruktosa
Sehingga perputaran bidang polarisasi yang terjadi merupakan resultan (jumlah) perputaran-
perputaran berbagai komponen
Perputaran ini dinyatakan “Pol”
Sukrosa memutar bidang polarisasi ke kanan, dan jenis perputaran ini disebut dextrorotatory.
Glukosa, amilum dan dektran juga memutar bidang polarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa
memutar bidang polarisasi ke kiri. Perputaran bidang polarisasi ke kiri disebut levorotatory.
Sifat inilah yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan besarnya pol suatu sampel larutan
Kekuatan Rotasi Spesifik Beberapa Jenis Gula :
Glukosa = +52,7
Fruktosa = -92,4
Sukrosa = +66,5
Pati = +200
Dektran = +199
Pengertian Pol juga dapat diartikan sebagai kadar gula yang terlarut tiap 100 gram larutan yang
penentuannya dilakukan pada polarisasi tunggal menurut cara yang telah ditentukan.
Derajat pol atau pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100 gram larutan
yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan polarimeter secara langsung. Jadi menurut
pengertian ini jika pol nira = 15, berarti dalam 100 gram larutan nira terdapat gula 15 gram.
Selebihnya 85 gram adalah air dan zat terlarut bukan gula.
Pengukuran pol dengan polarimeter didasarkan pada putaran optik larutan sukrosa di mana
penunjukkan angka 100 pada polarimeter didapat dari mengukur larutan sukrosa murni yang
mengandung 26,00 g sukrosa setiap 100 ml larutan. Pengukuran ini dilakukan pada panjang
gelombang 589,44 nm pada suhu pengukuran 200 C panjang tabung 2 dm.
Penetapan atau penentuan kadar gula (polarisasi) pada bahan-bahan hasil pabrik dilakukan
dengan jalan : 1. Pengenceran ( Takaran ) 2. Menimbang bobot normal

1. Analisis Pol – Pengenceran (Takaran)


Hasil dari pengamatan dari alat polarimeter yang kita peroleh adalah merupakan pengamatan
perputaran polarisasi dari larutan yang kita peroleh/periksa.
Rumus :
Bobot normal 110
Polarisasi ( % pol )=Penga matan x x
BJ 100
2. Analisis Pol – Menimbang Bobot Normal
Hasil pengamatan perputaran polarisasi pada polarimeter langsung menunjukkan polarisasi
( % pol ) dari larutan yang diperiksa.
Contoh :
• Contoh yang dianalisis adalah kristal gula SHS dan ditimbang 26,0000 gram (berat normal),
dilarutkan sampai volume 100 ml dan diamati perputaran polarisasinya pada pembuluh 2 dm
• Hasil pengamatan menunjukkan 99,50 maka polarisasinya 99,50.

ALTERNATIF ANALISIS POL

Syarat utama pengukuran pol dengan polarimeter adalah larutan filtrat yang diukur harus jernih
dan tidak berwarna gelap

Bahan penjernih yang lazim dipakai adalah Timbal Asetat karena kualitas penjernih lebih unggul
daripada bahan penjernih dari garam-garam lainnya (Browne & Zerban, 1941). TETAPI bersifat
Neurotoxic dan Carcinogen.

Sejak 1987, Chou telah berhasil meneliti dan melaporkan metode alternatif analisis pol dan
sakarosa tanpa menggunakan senyawa kimia yang berbahaya. Perkembangan selanjutnya,
terdapat 2 metode analisis alternatif ramah lingkungan dan kesehatan yang digunakan secara luas
di Industri Gula dunia, yaitu :

1. Menggunakan senyawa kimia yang lebih aman terhadap lingkungan dak kesehatan

2. Menggunakan instrumen analisis polarisasi berbasis near infrared (NIR)

 Polarisasi dengan Senyawa Kimia Tak Berbahaya


Salah satu kriteria agensia penjernih, selain bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan
senyawa lain, adalah kemampuannya untuk membentuk inti endapan dalam larutan gula yang
diikuti dengan pertumbuhan inti endapan tersebut sampai pada ukuran yang dapat disaring.
Selama proses presipitasi, terjadi proses adsorbsi kelompok ion/molekul yang ada, yang otomatis
juga memisahkan warna dan turbiditas larutan
Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai alternatif penjernih dalam Analisa polarisasi
adalah dari kelompok garam aluminium.
Dari hasil screening yang dilakukan oleh Chou, didapatkan bahwa senyawa kimia alternatif yang
dapat digunakan untuk Analisa polarisasi adalah kombinasi dari senyawa kimia Ca(OH)2 dan
AlCl3 .
 Instrumen Analisis Polarisasi tanpa Menggunakan Bahan Kimia Berbahaya
Prinsip kerja instrument adalah menggunakan near infrared (NIR)
Chou melaporkan penggunaan pertama kali instrumen dengan NIR untuk Analisa polarisasi di
tahun 1991.
Beberapa peralatan yang sekarang umum digunakan antara lain : rapid liquid analyzer dan
infracana
D. CARA MENGHITUNG PURITY (HK)
Purity atau Harkat Kemurnian (HK) adalah perbandingan antara kadar gula (% pol) dengan kadar
zat kering (% brix)
HK = (% pol / % brix) x 100

IV. KESIMPULAN
Dari hasil webinar yang di selenggarakan pada tanggal 11 september 2020 kemarin adalah di
Pabrik Gula di lingkungan PTPN IX analisa gula yang bayak dilakukan dengan Teknik
Refraktometris dan Teknik Hidrometris. Sedangkan untuk analisa pol mangguakan Teknik
Pengenceran (Takaran). Dan masih umum menggunakan senyawa kimia berbahaya sebagai
penjernihnya

Anda mungkin juga menyukai