Anda di halaman 1dari 37

Nomor Dokumen : PED/UKP/UGD/001/2023

Tanggal Terbit : 17/Maret/2023


Revisi : 00

PEDOMAN LAYANAN UGD


DAN TINDAKAN

DISAHKAN OLEH :

Kepala Puskesmas Gedung Surian Koodinator pelayanan tindakan UGD

ASMINUDIN,S.Kep.,Ners
NIP.198001302000122001 BAMBANG HERYANTO,S.Kep
NIP.197804152010011006
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN
KEGIATAN/PROGRAM BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah melimpahkan
Berkat dan Rahmat Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan “Pedoman
Pelayanan UGD dan Ruang Tindakan”.
Terima kasih banyak kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu
dan berkontribusi sampai Pedoman ini selesai dibuat.
Mohon kritik dan saran dari semua pihak, agar kami bisa menyempurnakan

Pedoman ini.

Harapan kami mudah-mudahan “Pedoman Pelayanan UGD dan Ruang


Tindakan” ini dapat memberi manfaat dan bagi Puskesmas, sehingga mutu pelayanan
bisa ditingkatkan secara berkesinambungan. Amin.
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unit Gawat Darurat (UGD) pada sebuah Puskesmas merupakan salah satu
pintu masuk utama pasien yang membutuhkan pertolongan segera di Puskesmas.
Sebagian besar pasien yang masuk ke UGD adalah pasien gawat darurat
berdasarkan kondisi sesungguhnya atau berdasarkan persepsi pasien dan
keluarganya. UGD harus mampu memilah dan memberikan pelayanan dengan
respon yang cepat dan penangan yang tepat pada pasien yang benar benar
dalam kondisi gawat darurat medik. Oleh sebab itu, Ugd memerlukan sebuah
pedoman pelayanan yang standar dalam penanganan pasien gawat darurat
sehingga tepat dan cepat dalam upaya penyelamatan jiwa dan menghindarkan
resiko kecacatan yang mungkin terjadi.
Pedoman pelayanan Unit Gawat Darurat Puskesmas Gedung Surianini
disususn berdasarkan berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
untuk menjadi acuan bagi pelayanan UGD dalam berbagai aspek.
Pelayanan UGD merupakan pelayanan yang multidisiplin, multiprofesi dan
terintegrasi yang bertanggung jawab dalam pelayanan pasien gawat darurat
di UGD, sehingga mutlak diperlukan sebuah pedoman untuk memberikan
pelayanan yang standar dan seragam untuk semua pasien yang datang ke UGD.
Setiap UGD wajib memiliki kemampuan penanganan live saving pada anak
dan dewasa, membuka pelayanan selama 24 jam, mempunyai Sumber
Daya Manusia (SDM) yang terlatih dan terampil yang dibuktikan dengan sertifikat
yang masih berlaku.
Berbagai perencanaan dan pemenuhan menuju tercapainya standar yang
diterapkan melalui program kerja UGD Puskesmas Gedung Surian setiap
tahunnya. pemenuhan standar dari segi SDM, Fasilitas dan mutu pelayanan
selalu merupakan tujuan utama untuk dicapai dalam pelaksanaan pelayanan UGD
Puskesmas Gedung Surian.
2

Adapun petunjuk teknis untuk tiap pelayanan akan di atur khusus pada
panduan
pelayanan unit unit lainnya di Puskesmas Gedung Surian, serta di tuangkan dalam
bentuk standar Opersional prosedur yang sesuai untuk Puskesmas Gedung Surian
sehingga pelayanan UGD akan berfokus pada pelayanan penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjutpelayanan yang sesuai dan terintegra.
Tujuan Pedoman

1. Tujuan
umum

Menjadi acuan pelayanan Unit Gawat Darurat dalam fungsinya untuk usaha
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut bagi pasien
gawat darurat serta meningkatkan mutu pelayanan kegawatdaruratan yang
cepat tepat, terstandar dan bermutu di Puskesmas Gedung Surian.

2. Tujuan
khusus

Menjadi acuan pelayanan triase, Skrining, assesmen dan pelayanan, stabilisasi


dan rujukan, pelayanan ambulans, administrasi pelayanan, penangan bencana,
discaharge planning bagi pasien gawat darurat baik pasien trauma maupun
non trauma.

C. Sasaran Pedoman

Yang menjadi sasaran pedoman ini adalah dokter, paramedis maupun petugas
lainnya yang diberikan kewenangan melakukan pelayanan di Ruang Tindakan
UGD Puskesmas Gedung Surian.
3

D. Ruang Lingkup Pedoman

1. Ruang lingkup pelayanan tindakan


Meliputi :

a. Perawatan
Luka

Tindakan Perawatan luka dengan upaya untuk mencegah infeksi,


membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan
jaringan tubuh lainnya si

b. Pemberian anastesi lokal

Pemberian anastesi Lokal di Puskesmas adalah Tindakan untuk


menghilangkan atau mengurangi sensasi Nyeri di bagian tubuh tertentu
dengan cara injeksi lidocain atau spray ethil
c. Insisi abses

Proses insisi pada abses guna mengeluarkan nanah dari dalam


abses. d. Pencabutan kuku / Ekstraksi Kuku
Ekstraksi kuku adalah proses pencabutan kuku pengunjung yang
mengalami gangguan.
e. Irigasi telinga

Irigasi telinga adalah salah satu prosedur yang dapat dilakukan untuk
membersihkan liang telinga dari impaksi serumen atau mengeluarkan
benda asing telinga yang berukuran kecil
f. Heacting

Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis
g. Pemberian nebulizer
4

Nebuliser adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengencerkan


dahak dan melonggarkan jalan nafas.
h. Penatalaksanaan tertusuk benda tajam

Luka tusuk adalah jenis luka terbuka yang disebabkan oleh tusukan benda
tajam seperti paku, kayu gerigi, atau potongan logam.
i. Tatalaksana benda asing di hidung

Benda asing adalah benda dari luar tubuh baik hidup atau benda mati yang
berada di hidung. Contoh benda asing organik yaitu lalat, larva, lintah
sedangkan benda asing anorganik yaitu manik-manik, kertas, logam dan
lain-lain.
j. Tatalaksana irigasi mata

secara menyeluruh deng Irigasi mata adalah suatu


tindakan pencucian kantung ko. Ruang lingkup
pelayanan Gawat Darurat meliputi:

1. Pasien dengan kasus True Emergency

Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya.
a. Henti nafas dan henti jantung

Henti Napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan


aliran udara pernapasan dari korban / pasien. Henti Jantung
adalah pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadi henti jantung.
b. Kejang demam
njungtiva Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium atau terjadi di luar sistem saraf pusat atau otak.
c. Syok anafilatik
5

Anaphylaxis atau anafilaksis adalah reaksi alergi berat dan dapat


berujung pada syok yang dikenal sebagai syok anafilaksis.
Syok akibat anafilaksis dapat menyebabkan tekanan darah
menurun secara drastis serta penyempitan saluran pernapasan,
sehingga perlu mendapatkan penanganan dengan cepat.
d. Sinkop

Sinkop adalah istilah medis untuk pingsan. Biasanya, pingsan


dihubungkan dengan kurangnya aliran darah ke otak. Keadaan ini
bisa terjadi pada orang yang sehat, namun bisa juga terjadi karena
adanya suatu penyakit. Gejala yang umumnya muncul ketika sinkop
akan terjadi meliputi:

1. Pusing dan sakit


kepala

2) Mual dan jantung berdebar-debar

3) Perasaan melayang

4) Perubahan penglihatan atau penglihatan kabur

5) Merasa lemas
seluruh badan

6) Denyut nadi lemah

7) Perubahan suhu tubuh yang membuat tiba-tiba merasa panas


atau justru kedinginan
8) Terlihat pucat

9) Vertigo atau merasa pusing yang berputar

Sinkop akan segera sadar dan membaik bila beristirahat.


Sinkop seperti ini biasanya disebabkan oleh kondisi yang tidak
berbahaya. Namun, sinkop juga bisa disebabkan oleh kondisi yang
serius dan perlu diperiksakan ke dokter. Berikut adalah gejalanya:
6

1) Kesadaran tidak kembali lebih dari 2


menit

2) Disertai dengan nyeri dada

3) Terjadi setiap sedang olahraga

4) Disertai dengan jantung berdebar atau detak jantung


tidak beraturan
5) Disertai dengan mengompol

6) Terdapat keluarga dengan riwayat kesehatan yang serupa


atau kematian mendadak
7) Terjadi lebih dari 1 kali

e. Diare dehidrasi

Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan


defisiensi cairan dan elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya kekurangan cairan dan kelebihan asupan
zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium). Kelebihan
asupan zat terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran
urine secara berlebih serta pengeluaran keringat yang banyak dan
dalam waktu yang lama.
Komplikasi yang dapat terjadi jika pasien dehidrasi karena diare
adalah renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipotoni otot, kelemahan,
bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia,
kejang, malnutrisi energi protein
7

Penyakit diare dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak


diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare
karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan
zat-zat yang terlarut didalamnya keluar bersama feses sampai
akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi.
f. Cedera kepala

Cedera kepala (trauma kepala) adalah masalah pada struktur kepala akibat
mengalami benturan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak.
Masalah ini dapat berupa luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan,
patah tulang tengkorak, atau gegar otak. Gejala yang dialami penderita cedera
kepala berbeda-beda, tergantung pada keparahan kondisi dan lokasi benturan. Tidak
semua gejala akan langsung dirasakan sesaat setelah cedera terjadi. Terkadang gejala
baru muncul beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian.

Cedera kepala ringan Cedera kepala sedang dan


berat
 Benjolan atau bengkak di  Kehilangan kesadaran

kepala selama beberapa menit


 Luka kulit kepala yang hingga jam
tidak dalam  Terdapat luka pada
 Linglung atau memiliki kepala yang dalam
pandangan kosong  Terdapat benda asing
 Pusing berputar atau sakit yang menancap di kepala
kepala  Sakit kepala parah yang
 Mual berkepanjangan
 Mudah merasa lelah  Mual atau muntah secara
 Mudah mengantuk dan berkelanjutan
tidur lebih lama dari  Kehilangan koordinasi
biasanya tubuh
 Sulit tidur  Kejang
 Kehilangan keseimbangan  Pelebaran pupil mata
8

 Sensitif terhadap cahaya  Terdapat cairan yang


atau suara keluar melalui hidung atau
Penglihatan kabur telinga
 Telinga berdenging  Kesulitan mengenali

Kemampuan mencium wajah keluarga, teman


atau merasakan berubah dekat, bahkan wajahnya

Kesulitan mengingat atau sendiri (prosopagnosia)


berkonsentrasi  Jari-jari tangan dan kaki

Depresi melemah atau kaku


 Perubahan suasana hati  Sulit dibangunkan saat

tidur
 Merasa sangat bingung

Perubahan perilaku yang


drastis

Berbicara cadel
 Koma

g. Reaksi alergi

Alergi merupakan suatu reaksi dari sistem imun tubuh yang terjadi
karena suatu zat atau substansi yang disebut allergen. Gejala alergi
umumnya muncul beberapa saat hingga jam setelah tubuh terpapar
alergen. Gejala alergi yang umum dirasakan tapi jika gejala semakin
berat maka pasien harus segera di tangani, antara lain:
1) Ruam kemerahan pada
kulit

2) Gatal pada kulit yang mengalami


ruam

3) Bersin dan
batuk
9

4) Sesak
napas
5) Hidung
berair
6) Bengkak pada bagian tubuh yang terpapar alergen,
misalnya wajah, mulut, lidah, dan tenggorokan.
8) Mual, muntah, sakit perut, atau diare.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan yang darurat contohnya kanker stadium
lanjut.
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak
mengancam nyawa atau anggota badannya contohnya fraktur tulang
tertutup
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat adalah pasien yang tidak
memerlukan penanganan sesegera mungkin. Contohnya pasien
poliklinik yang datang ke UGD

E. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat


Adalah unit pelayanan di puskesmas yang memberikan pelayanan pertama
2. pada
Triasepasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.
a. Pengertian
Triase Adalah proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya
cedera atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi
kegawatdaruratan.

Prinsip Triase adalah pemberlakuan sistem prioritas dengan


penentuan/penyeleksian Pasien yang harus didahulukan untuk mendapatkan
penanganan, yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan:
10

1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.


2) Dapat mati dalam hitungan jam.
3) Trauma ringan.
4) Sudah meninggal
Bagi Puskesmas yang melayani Pasien saat terjadi bencana alam
ataupun kejadian bencana lainnya yang menyebabkan Pasien dalam jumlah
banyak, penggunaan Tag Triase (pemberian label pada Pasien) perlu
dilakukan. Status Triase ini harus dinilai ulang terus menerus karena kondisi
Pasien dapat berubah sewaktu-waktu. Apabila kondisi Pasien berubah maka
dilakukan retriase.

b. Tata laksana
Pasien datang diterima tenaga kesehatan di ruang Gawat Darurat atau
ruang tindakan. Bila jumlah Pasien lebih dari kapasitas ruangan, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang Gawat Darurat atau ruang tindakan.
Penilaian dilakukan secara singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan
kategori kegawatdaruratan Pasien oleh tenaga kesehatan dengan cara:
1) Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
2) Menilai kebutuhan medis
3) Menilai kemungkinan bertahan hidup
4) Menilai bantuan yang memungkinkan
5) Memprioritaskan penanganan definitif
Mengkategorikan status Pasien menurut kegawatdaruratannya, apakah
masuk ke dalam kategori merah, kuning, hijau atau hitam berdasarkan
prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas
ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Environment).

1) Kategori warna merah (Segera – Immediate) : Pasien mengalami


cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup
bila ditolong segera.
2) Kategori warna kuning (Tunda – Delayed) : Pasien memerlukan
7)tindakan
Mata merah, berair,
definitive dantidak
tetapi gatal.
ada ancaman jiwa segera.
11

3) Kategori warna hijau (minimal) : Pasien mendapat cedera


minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau
mencari pertolongan.
4) Kategori warna hitam (Expectant) Pasien meninggal atau cedera
fatal yang jelas tidak mungkin di resusitasi.

TRIASE Kriteria klinis Tanda-tanda vital


 Henti nafas, henti jantung Dewasa
 Gangguan Airway, Breathing,  Nadi >150x/menit atau
Circulation <50x/menit
Respon time  Sesak nafas berat  Tekanan darah sistolik
0 menit  Sianosis <80 mmHg
 Nyeri dada  Frekuensi nafas
 Penurunan kesadaran akut <10x/menit

 Kejang  SpO2 <90%


 Muntah/diare dengan  Skor nyeri >8 (sesuai
dehidrasi berat klinis)
 Kelemahan pada  GCS <13
ekstremitas, bicara pelo
 Sakit kepala berat disertai Anak
gangguan penglihatan  SpO2 <92%
 Trauma multiple /berat  Nadi

 Demam tinggi atau disertai <3 bulan : >180

letargi x/menit, 3 bulan -3

 Luka bakat >10% dengan tahun: >140x /menit,

ganggan ABC 3-8 tahun : >140x/

 Keracunan dengan menit,

gangguan ABC >8 tahun : >


100x/menit
 Frekuensi nafas
<3 bulan : >50 x/menit,
3 bulan -3 tahun: >40x
12

/menit,
3-8 tahun : >30x/
menit,
>8 tahun : > 20x/menit

 Nyeri perut  Tanpa adanya


 Cedera kepala ringan gangguan tanda-tanda
dengan atau tanpa riwayat vital seperti triase
Respon Time kehilangan kesadaran. merah
<5 menit  Hipertensi emergency  Skor nyeri 4-7 ( sesuai
 Perdarahan tanpa gangguan klinis)
ABC  Suhu >39○C
 Muntah, diare dengan
dehidrasi sedang
 Demam tidak disertai kejang
 Semua kasus trauma tanpa
gangguan ABC
 Benda asing pada orifisium
dan mata
 Trauma kimia pad mata
 Pasien dengan gangguan
psikiatri
 Pusing atau berkeringat
 Cedera ringan  Tanda-tanda vital tanpa
 Muntah diare tanpa / dengan ada gangguan
dehidrasi ringan  Skor nyeri 0-3 (sesuai
Respon Time  Kriteria diluar triase merah klinis)
<15 menit dan kuning
Pasien berada dalam  Penurunan tanda tanda
kondisi yang sangat kritis, tetapi vital
sulit untuk diselamatkan
12

nyawanya. Sekalipun segera


ditangani, pasien tetap akan
meninggal.

3. Kecelakaan (Accident)

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya


mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial. Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
a. Tempat kejadian
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya:
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing,
tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau
radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
4. Cidera

Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

5. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan


atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan
13

masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan


pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan
atau kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu:
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan (poisoning)
d. Degerenerasi (failure)
e. Asfiksia
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive
loss of water and electrolit)
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan
dan hipoglikemia. dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat (4 – 6), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain
dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan
oleh:
1) Kecepatan menemukan penderita gawat
darurat
2) Kecepatan meminta pertolongan
3) Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ;
a) Ditempat kejadian
b) Dalam perjalanan ke rumah sakit
c) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
14

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Profesi Yang Diperlukan (Dokter, paramedis)


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada layanan tindakan UGD
yang ada di Puskesmas Gedung Surian:
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
1 Penanggung Jawab Dokter Umum Bersertifikat
layanan Tindakan UGD
ACLS/BTCLS
2 Koordinator layanan S.Kep ns Bersertifikat
Tindakan UGD BTCLS
3 Dokter UGD Dokter Umum Bersertifikat
ACLS
5 Perawat Pelaksana S.Kep,Ns /DIII Bersertifikat
UGD Keperawatan BTCLS
6 Bidan S.Tr..Keb/ DIII kebidanan APN, Asfiksia, MAK
III

Tabel 2. Jenis, Kualifikasi dan Jumlah tenaga Dokter dan Pramedis di


layanan tindakan UGD Puskesmas Gedung Surian
No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah
1 Penanggung Jawab Dokter Umum 1
2 Dokter Dokter Umum 2
Perawat 14
3 Paramedic
Bidan 7
15

D. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan layanan Tindakan UGD Puskesmas yaitu:
1. Untuk jaga pagi

Yang bertugas sejumlah 4 (orang)


orang dengan standar minimal
bersertifikat a. 1 dokter umum b. 2
orang perawat c. 1 orang bidan
3. Untuk jaga malam
Yang bertugas sejumlah 3 (orang) orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS dengan katagori
a. 1 orang dokter (On call)
b. 2 orang perawat
c. 1 orang bidan
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter setiap hari bertugas di layanan Tindakan UGD sesuai jadwal. Bila
ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas
keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya, maka
akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga pelayanan
dilayani oleh dokter lainnya.
2. Paramedis setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang
dibuat oleh masing-masing Koordinator. Setiap paramedis mempunyai
tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN dll. Sehingga
jika ada undangan yang menyangkut ketugasannya, paramedis yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk
kegiatan di layanan tindakan UGD, P3K, maka jadwal perawat
disesuaikan dengan angggota tim lainnya

3. Jadwal Kegiatan
Layanan Tindakan UGD melayani pasien 24 jam setiap harinya.
BTCLS d
16

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang BARAT

5 B. 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4
5
4

1
keterangan :
8 8
2 2
2
1. pintu timur
UTARA

6
3
9

4 4
4 9

7 7
6
6
15

12 11 10

14
13
17

Keterangan:
1. Pintu utama UGD
2. Bed Tindakan
3. Meja petugas
4. Kursi
5. Pentilasi kaca
6. Troli alat
7. Tensi Meter
8. Oksigen
9. Safety box
10. Pintu ke ruang cuci alat
11. Pintu ke ruang perlengkapan UGD
12. Pintu keruang rawat inap
13. Ruang cuci alat
14. Ruang Alkes UGD
15. Wastafel

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang tindakan UGD Puskesmas Gedung Surian berlokasi di lantai 1
gedung utama yang terdiri dari ruang ruang triase/ruang resusistsi/ruang
tindakan bedah/ ruangan tindakan non bedah sekaligus ruangan
observasi. Ruang tersebut terdiri dari 1 (satu) tempat tidur.
2. Peralatan

Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada buku pedoman


pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus
kegawatan jantung seperti:

Alat – alat dalam resusitasi set :


1) sarung tangan steril 2 buah
2) beging dewasa 1 buah
3) begging anak 1 buah
4) konektor beging 1 buah
5) neck color1 buah
6) orofaringeal tub disposable 4 buah
7) anafilatik syok
18

a) Dexamethasone InJ 5 mg 1 buah b)


Dipenhidramin InJ 10 mg 1 buah c)
Epineprin 1 mg 1 buah
d) alcohol swab 5 buah e)
Spuite 1 cc 2 buah
f) Spuite 5 cc 1 buah g)
plester 1 gulung
b. Alat – alat dalam emergancy

a. set
1) Stetoscop anak 1 buah
2) stetoscopdewasa 1 buah
3) tensimeter 1 buah
4) thermometer 1 buah
5) oksimetri anak 1 buah
6) oksimetri dewasa 1 buah
7) nasal kanul dewasa 1 buah
8) nasal kanul anak 1 buah
9) sungkup anak 1 buah
10) sugkup dewasa 1 buah
11) infusion anak 1 buah
12) infusion dewasa 1 buah
13) blood set 1 buah
14) alcohol swab 10 buah
15) abbocat 22 1 buah
16) abbocat 20 1 buah
19

17) abbocat 18 1 buah


18) alcohol 70% 1 botol
19) Nacl 0,9% 1 flas
20) RL 1 flas
21) handscoond 5 pasang
22) spalek 1 set
23) betadine 1 botol
24) kasa steril 20 buah
25) kasa gulung 5 buah
26) plester 1 gulung
27) gunting 1buah
c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
1) Mesin suction ( 1 set )
2) mesin nebulizer 1 set
3) oksigen lengkap dengan flometer ( 4 set)
4) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
5) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada
gantungan infus & penghalang ( 1 buah )
7) Gunting besar (1 buah )
8) Monitor EKG ( 1 buah )
9) Ambu bag ( 1 buah )
10) Stetoskop ( 1 buah )
11) Tensi meter ( 1 buah )
12) Thermometer ( 1 buah )
13) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung
(1 set )
14) Verban segala ukuran :
- 4 x 5 em ( 5 buah )
- 4 x10 em ( 5 buah )
15) Extraksi kuku set ( 2 set )
16) Hecting set ( 5 set )
19
20

20
21

17) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:


- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
18) Lampu sorot ( 1 buah )
19) Kassa ( 1 tromel )
20) Ganti verban set ( 3 set )
21) Stomach tube / NGT
- Nomer 12 ( 3 buah )
- Nomer 16 ( 3 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
22) Spekulum hidung ( 2 buah )
23) Infus set ( 3 buah )
24) Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
25) Emergency lamp ( 1 buah )
3. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien saat ini memiliki 4 ( dua )
unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan
bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
A. Perlengkapan Ambulance
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel
9. Tabung Oksigen ( 2 buah )
22

10. Tas Emergency yang berisi :


a. Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
b. Senter ( 2 buah )
c. Stetoskop ( 3 buah )
d. Tensimeter ( 1 buah )
e. Piala ginjal ( 5 buah )
f. Oropharingeal air way
g. Gunting verban ( 2 buah )
h. Tongue Spatel ( 1 buah )
i. Reflex hummer ( 2 buah )
j. Infus set ( 1 buah )
k. IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
l. Spuit semua ukuran ( masing- masing 2
buah )
23

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

1. Kegiatan di Dalam Gedung


2. Dokumentasi

B. Metode

Metode pemeriksaan layanan tindakan UGD di Puskesmas Gedung


Surianmenggunakan metode pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik jika
diperlukan.
C. Langkah Kegiatan

1. Kegiatan di Dalam Gedung

a. Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien / keluarga


dibagian pendaftaran.
b. Bila keluarga tidak ada petugas UGD bekerja sama dengan petugas
pendaftaran untuk mencari identitas pasien
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian pendaftaran, petugas
pendaftaran. akan memberikan resep untuk diisi oleh dokter UGD yang
bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian pendaftaran.
24

3. Dokumentasi

a. Kegiatan di dalam gedung

Setelah selesai pelayanan, data – data pasien:

1) Ditulis dalam Buku Register

2) Di-input melalui Komputer


25

BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu di


Layanan Tindakan UGD Puskesmas Gedung Surian, maka perlu didukung oleh
penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang baik
dan berdasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas UGD atas dasar
kebutuhan pasien dan demi kelancaran dari pelayanan di layanan rawat
darurat. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan
yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam
pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
26

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu :


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
3. Tidak terjadinya prosedur tindakan medis dan keperawatan
4. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
5. Tidak terjadinya pasien jatuh

Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien


tersebut adalah
1. Identifikasi pasien secara benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan minimal dua identitas pasien, seperti
nama pasien dan tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat, sebelum
memberikan perawatan atau prosedur lainnya, sebelum mengambil darah,
dan specimen lain untuk keperluan pemeriksaan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
1) Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir
sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh
:
”Nama bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
2) Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada pengantar pasien.
3. Meningkakan keamanan penggunaan obat yang perlu diwaspadai
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah : NORUM (Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat
mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
a. Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi
penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High
Alert”.
b. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori
LASA.
c. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat
pasien tanpa pengawasan.
d. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima
/
27

memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada di
Puskesmas:

1) Diazepam
2) Obat Psikotropika
a. Chlorpromazine
b. Alprazolam
c. Amphetamine
3) Antiaritmia
a. Digoxin
4) Obat antagonis adrenergik
a. Efinefrin
b. Norefineprin5) Sound Alike Look Alike Drugs

4. Penerapan 7 benar dalam pemberian obat

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:

a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui


umum. b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang
efektif.
Semua petugas di puskesmas termasuk dokter melakukan
kebersihan tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
1) Sebelum kontak dengan pasien

2) Sesudah kontak dengan pasien

3) Sebelum tindakan asepsis

4) Sesudah terkena cairan tubuh pasien

5) Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :

1) Handwash : dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60


detik
28

2) Handrub : dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30


detik c. Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. Pengurangan resiko cedera akibat pasien jatuh

Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :

a. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
29

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan


untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan dan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaanya dapat dilakukan melalui kegiatan pengenalan potensi bahaya
dan pengendalian resiko K3 di Puskesmas, penerapan kewaspadaan standar,
penerapan prinsip ergonomic, pemeriksaan kesehatan berkala, pemberian
imunisasi, pembudayaan hidup bersih dan sehat, pengelolaan sarana dan
prasarana dari aspek K3, pengelolaan peralatan medis, kesiapsiagaan
menghadapi kondisi darurat/ bencana, pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun, pengelolaan limbah domestik.
A. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian resiko K3 dilaksanakan
melalui identifikasi potensi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian
resiko.
B. Penerapan kewaspadaan standar dilakukan dengan melakukan cuci
tangan sesuai dengan standar, menggunakan alat pelindung diri,
pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
C. Penerapan prinsip ergonomi dapat berupa menghindari posisi kerja yang
janggal, memperbaikai cara kerja dan posisi kerja, mengatur waktu kerja,
melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik,
menggunkan alat bantu.
D. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setiap 1 tahun sekali yang
diikuti oleh seluruh pegawai, pemeriksaan kesehatan berkala
meliputi pemeriksaan GDS, kolesterol dan asam urat.
E. Pembudayaan hidup bersih dan sehat yaitu Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yang dilakukan di Puskesmas sebagai upaya
untuk
30

membudayakan pegawai agar mempraktikkan PHBS serta berperan aktif


dalam mewujudkan Puskesmas yang sehat. PHBS di Puskesmas antara
lain: menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai pekerjaannya, tidak
merokok di tempat kerja, melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara
teratur, mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, membuang sampah pada tempatnya.

F. Pengelolaan sarana dan prasarana meliputi melakukan pengawasan


dan pemeliharaan gedung, melakukan perbaikan gedung yang
rusak, melakukan pengawasan pada prasarana meliputi instalasi listrik,
sistem pencahayaan dan ventilasi, sistem komunikasi (wifi).
G. Pengelolaan peralatan medis yang dimaksud yaitu memastikan
tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis, memastikan
penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan,m emastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan,
memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala, memastikan
dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis, memastikan
penyimpanan peralatan medis dan penggunanya sesuai standar
prosedur operasional.
H. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat/ bencana/ kebakaran
dilengkapi dengan adanya tanda titik aman berkumpul, jalur eavakuasi
saat terjadinya bencana, tersedianya APAR.
I. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. Aspek keselamatan
dan kesehatan kerja yang harus di lakukan dalam pengelolaan
bahan dan limbah B3: Indentifikas dan inventarisasi bahan dan limbah
B3, memastikan adanya penyimpanan bahan sesuai dengan
karekteristik, sifat, dan jumlah, tersediannya sistem kedaruratan
tumpahan/bocor bahan dan limbah B3, tersedianya sarana keselamatan
bahan dan limbah B3 seperti spill kit, rambu dan simbol B3, dan lain lain,
tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin keamanan
kerja pada proses kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3.
31

Pengelolaan limbah domestik. Limbah domestik merupakan limbah yang


berasal dari kegiatan non medis seperti kegiatan dapur, sampah
dari pengunjung, sampah pepohonan dan lain-lain yang tidak
mengandung kuman infeksius. Pengelolaan limbah domestik harus
memperhatikan hal hal sebagai berikut: penyediaan tempat sampah dan
dilengkapi oleh tutup, tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam,
penyediaan masker, sarung tangan bagi petugas kebersihan, cuci
tangan memakai sabun setelah mengelola sampah, apabila terkena
benda tajam atau cidera akibat buangan sampah, diharuskan untuk
melapor kepada petugas kesehatan untuk dilakukan investigasi
kemungkinan terjadinya infeksi dan melakukan tindakan pencegahan
seperti pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT) kepada petugas
kebersihan
32

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat
tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian
mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Pada unit Layanan tindakan UGD UPTD Puskesmas Kuta II selalu dilakukan
survey kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di
Puskesmas Kuta II. Hasil dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat
merumuskan follow up dari permasalahan yang ada. .
Jika ada KTD, KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan Anggota Tim
Mutu dan keselamatan pasien Puskesmas Kuta II
Memberi pelayanan sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu SK no 62 Tahun

2023 tentang Layanan Klinis, SOP Epitaksis, SOP Tindakan Resusitasi, SOP
Pemberian Oksigen, SOP Pemberian Anastesi Lokal, SOP fraktur, SOP Persiapan
Pasien Rujukan, SOP Diare Dehidrasi, SOP Cedera Kepala, Sop Reaksi Alergi, SOP
Tatalaksana Kejang Demam, SOP penanganan Pasien Gawat dan SOP Triase.
33

BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di Layanan Tindakan UGD


Puskesmas Gedung Surian adalah Kepala Puskesmas Gedung Surian. Sedangkan
penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten Badung adalah dinas kesehatan kabupaten Lampung Barat.
Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh Dinas kesehatan kabupaten Lampung Barat sesuai dengan
kemampuannya.

Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi pegawai puskesmas dalam


melaksanakan pelayanan di layanan Tindakan UGD Puskesmas Gedung Surian.
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan
terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan sehingga terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai