Proposal Dimas (UIN Raden Fattah) New
Proposal Dimas (UIN Raden Fattah) New
1
Apriadi Tamburaka. Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.
Jakarta: PT Rajagrafindo, 2018
2
Bimo Mahendra, Eksistensi Sosial Remaja Dalam Instagram (Sebuah Perspektif
Komunikasi), Jurnal Visi Komunikasi, Vol 16, No.16, 2019.
2
melalui video atau foto yang dibagikan di Instagram, berdasarkan data yang
didapati bahwa ada 116,16 juta pengguna Instagram di Indonesia hingga
Agustus 2023. Jumlah tersebut meningkat 6,54% dibandingkan pada bulan
sebelumnya yang sebanyak 109,03 juta pengguna. Jika dibandingkan setahun
sebelumnya, jumlah pengguna Instagram di Indonesia meningkat 11,8%.3
Media dakwah adalah alat yang objektif yang dapat digunakan untuk
menghubungkan gagasan dengan individu tertentu. Komponen penting dari
dakwah adalah yang menentukan arahnya dan berfungsi sebagai urat nadi dari
seluruh usaha.4 Media berfungsi sebagai instrumen perantara untuk
mengkomunikasikan pesan kepada audiens yang dituju. Singkatnya, media
atau wadah untuk berdakwah adalah suatu media sarana yang dipakai oleh da’i
dalam menyampaikan dan memberikan pesan dakwah kepada mad’u, supaya
tercapai tujuan dari dakwah.
Lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Selat Penuguan
adalah salah satu organisasi dibawah Lembaga Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kabupaten Banyuasin beralamat di Jl. Perkantoran Pemkab Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan, berjalan dalam bidang dakwah dan
pemberdayaanya dalam masyarakat khususnya Kecamatan Penuguan. Tujuan
dari dakwah Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Penuguan adalah
menyampaikan dakwah dengan mad’u para pimpinan kepengurusan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan dan masyarakat sekitar.
Dakwahnya di media sosial mencakup ke dalam penggunaan media sosial
Instagram. Dakwah yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kecamatan Penuguan merupakan dakwah fiqh dasar, selain berdakwah dengan
memberikan pesan secara tulisan di media sosial, terdapat juga audio dan
video. Pesan dakwah tersebut mengangkat isu yang terjadi dan memaknai serta
menjawab dengan pandangan Islam.
Dilihat dari 172 unggahan di dalam akun Instagram @mui_penuguan,
dakwah Lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan
3
Berdasarkan data Napoleon Cat diakses pada tanggal 08 Oktober 2023
4
Adi Wibowo. Penggunaan Media Sosial Sebagai Trend Media Dakwah Pendidikan Islam
Di Era Digital. Jurnal: Islam Nusantara, tahun 2019, Vol. 03 No. 02, p. 339-356.
3
Sumatera Selatan tidak hanya saja berpusat dalam kegiatan luring tetapi
daring. Hal itu dengan maksud bahwa dakwah Lembaga Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan Sumatera Selatan tidak hanya berfokus
pada masyarakat Kecamatan Penuguan dan masyarakat sekitar, tetapi
pengguna media sosial juga. Penggunaan media sosial dalam hal itu bertujuan
untuk membangun citra wajah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan
Penuguan Sumatera Selatan dengan melakukan dakwah memanfaatkan digital
(algoritma).
Rata-rata yang menyukai unggahan dan penonton dalam akun
@mui_penuguan per tahun 2022 adalah sebanyak 100 sampai 300. Dalam
komentar yang diberikan terhadap konten dapat dilihat manfaat yang diberikan
atas mad’u, salah satunya oleh akun @anzalla pada 20 Maret 2023 “Masya
Allah reminder banget nih”. Fenomena tersebut menandakan bahwa dakwah
yang disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan
dapat menarik perhatian dan digandrungi oleh masyarakat luas.
Dakwah sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni da’a yad’u, da’watan
yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru. Dakwah adalah praktik
mendorong atau menasihati individu untuk mengatur kehidupan mereka
dengan bijak di jalan Tuhan dengan hikmah, mawidhah hasanah, dan ahsan
al-mujadalah. Terdapat juga cara yang dilaksanakan yakni panggilan menuju
jalan Allah dengan cara al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu al-munkar. Dengan
usaha tersebut diyakini bahwa tujuan dakwah itu sendiri yaitu untuk
memajukan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat akan tercapai.5
Dakwah mempunyai metode yang beragam, metode tersebut adalah: (1)
Tabligh, komunikasi dalam menyampaikan dakwah dengan media massa atau
media mimbar, (2) Irshad, penyampaian Islam melalui penyuluhan atau
bimbingan, (3) Tadbir, dengan manajemen kegiatan dakwah, dan (4) Tamkin
atau tahwir, yakni pengembangan aktivitas dakwah implementatif.6
5
Chatib Saefullah. Kompilasi Hadis Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018)
6
Sukayat, Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah, (Bandung: Sembiosa
Rekatama Media, 2015)
4
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah bin
Sa'id] dan [Ibnu Hujr], mereka berkata; telah menceritakan kepada kami
[Isma'il] yaitu Ibnu Ja'far dari [Al 'Ala] dari [bapaknya] dari [Abu Hurairah]
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
َال، َك ان َله ِم َن اَألجر ِم ثل ُأُج ور َم ن َتِبَعه، «َم ن َدَعا إىل ُه دى:عن أيب هريرة رضي اهلل عنه مرفوًعا
ِم ِم ِم ِه ِم
َال َينُق ُص، كان َعَليه ن اِإل مْث ثل آَثا َم ن َتِبَعه، وَمْن َدَعا إىل َض َالَلة،َينُق ُص ذلك ن ُأُج وِر م َش يًئا
»ذلك ِم ن آَثاِم ِه م َش ْيًئا.
َو ْل َتُك ن ِّمنُك ْم ُأ َّمٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْل َخْي ِر َو َيْأ ُمُروَن ِباْل َمْعُروِف َو َيْن َهْو َن َع ِن اْل ُمنَك ِر َو ُأ وَلِئَك ُهُم اْل ُمْف ِلُحوَن
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Tujuan menyebarkan dakwah adalah untuk mendorong kebajikan dan
kebijaksanaan, bukan untuk mengutuk mereka yang berbuat salah. Pendekatan
dakwah yang sesuai dengan tujuan dakwah dapat dipilih dari sekian banyak
yang ditawarkan. Sasaran dakwah menuju ke arah kualitas yang bagus, oleh
7
Hadits Muslim Nomor 4831
8
Munzien Suparta, Harjani Aefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2019),h.5.
5
11
dalam skripsi Charismanto 2022, “Strategi Dakwah Digital Di Era Milenial Studi
Kasus Aktivitas Dakwah Habib Husein Ja‘Far Al Hadar”.
9
14
dalam skripsi Muhammad Rizal Tsani 2022, “Dakwah Melalui Media Sosial
Instagram Pondok Pesantren As-Sujuudiyyah Demak”.
15
dalam skripsi Lia Marsela 2022, “Strategi Dakwah Melalui Media Sosial Instagram
(Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Akun @Ahilmanfauzi)”.
11
16
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawi
17
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 2018), 1
18
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2019),
19
Akib Suminto, Problematika Dakwah (Jakarta : Bulan Bintang, 2018),
12
kegiatan dakwah. Sebab, kesemua unsur ini akan saling berkaitan antar satu
dengan lainnya.20 Unsur-unsur dakwah yang dimaksud adalah :
1. Subjek Dakwah (Da’i)
Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail
(kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang
melakukan dakwah. Secara terminologi, da’i yaitu setiap orang muslim
yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi,
da’i merupakan orang yang melakukan dakwah, atau dapat diartikan
sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain
(mad’u).21 Dakwah yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan
ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk
organisasi atau suatu lembaga. Maka, yang dikenal sebagai da’i atau
komunikator dakwah itu dapat dikelompokkan menjadi :
a. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf
(dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan satu
yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut
Islam.
b. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus
(mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan
panggilan ulama.
Media dakwah (wasilah) berasal dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media
sama dengan wasilah atau dalam bentuk jama’ yaitu wasail yang berarti alat
atau perantara. Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih
luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apa pun yang halal bisa
digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media
dakwah bila ditujukan untuk berdakwah. Semua alat itu tergantung dari
tujuanya. Jadi, yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang
digunakan dalam menyampaikan materi dakwah. Pada zaman modern seperti
20
Sa’id Al-Qathani, Menjadi Da’i yang Sukses (Jakarta: Qisthi Press, 2018), 102
21
9Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, 261.
13
sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman dan surat kabar merupakan
beberapa alat yang menjadi media dalam berdakwah. Media dakwah dapat
dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu:22
a. Lisan, merupakan media sederhana yang menggunakan lidah dan suara.
Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan,
penyuluhan dan sebagainya.
b. Tulisan, yaitu media berupa tulisan seperti: buku, majalah, surat
menyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.
c. Lukisan, dapat berupa gambar, karikatur dan sebagainya.
d. Audio Visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi,
slide, ohp, internet dan sebgainya.
e. Akhlak, yaitu suatu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan
ajaran Islam, yang dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.
Digital atau digitus dalam bahasa yunani bermakna jari jemari. Digital
merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka
0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer
menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut pula istilah
Bit (Binary Digit). Sedangkan teknologi digital adalah alat berbasis sinyal
elektrik komputer, sinyalnya bersifat terputus-putus dan menggunakan sistem
bilangan biner. Bilangan biner tersebut akan membentuk kode-kode yang
mepresentasikan suatu informasi tertentu.
Maka proses digitalisasi informasi yang masuk dan berubah menjadi
serangkaian bilangan biner yang membentuk informasi dalam wujud kode
digital. Kode digital tersebut nantinya akan mampu dimanipulasi komputer.
Misalnya gambar kamera video yang telah diubah menjadi bentuk digital.
Bentuk digital tersebut mewakili elemen gambar (pixel). Elemen gambar
tersebut dapat dimanipulasi oleh komputer, Sehingga kita dapat menciptakan
efek tertentu pada gambar yang dianggap kurang baik. Bentuk manipulasinya
bisa berupa penambahan intensitas cahaya pada gambar, sehingga gambar
22
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 403.
14
yang ada menjadi lebih terang atau gelap, meningkatkan ketajaman gambar
yang kurang fokus, serta memperbaiki warna pada bagian tertentu dari
gambar.
Pada perkembangan teknis dan pemanfataannya digital dapat dijadikan
alat untuk mempermudah melakukan aktifitas. Berbagai kegiatan manusia
dapat dibantu kecanggihan teknlogi berbasis digital. Semula segala kegiataan
manusia seyogyanya untuk senantiasa saling berinteraksi langsung, atas
kehadiran teknologi beragam tindakan manusia dapat dibantu teknologi
informasi. Dengan memanfaatkan media komunikasi untuk aplikasi interaksi
telah memudahkan komunikator dan komunikan berinteraksi dalam satu
waktuk meskipun sejatinya tempatnya berbeda.
Mekanisme interaksi komunikasi dan informasi telah memberikan
berbagai kemudahan. Termasuk kegiatan komunikasi dakwah yang semula
lebih bernuansa tradisional. Nampaknya di era digital komunikasi dakwah
telah banyak dikembangkan di berbagai organisasi masyarakat (Ormas).
Penyebaran risalah dakwah keagamaan tidak lagi terbatas di lingkungan
internal organisasi masyarakat (Ormas), melainkan telah banyak merambah ke
luar dari lingkungan organisasi masyarakat (Ormas).
Komunikasi dakwah dapat dijadikan landasan sinergis organisasi
masyarakat (Ormas), manakala menggunakan media digital. Khususnya
Organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan secara
mudah dapat membuat situs website atau social media dengan berbagai
informasi menarik, sehingga menjadi digital marketing komunikasi dakwah.
Melalui konten penulisan yang bagus, menarik, menyentuh, dan dialogis dapat
dinilai efektif bagi komunikasi dakwah di era digital organisasi masyarakat
atau Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan.
Selanjutnya penelitian ini juga akan menganalisis konten dakwah yang
disampaikan dalam dakwah berbasis social media. Materi dakwah (maddah
ad- da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus
disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam
yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah SAW. Setelah itu
15
akan dikaji pula tentang metode dakwah yang digunakan dalam melakukan
kegiatan dakwah berbasis social network ini. Kemudian akan dilakukan
analisis berkenaan dengan pengelolaan feedback atas gerakan dakwah yang
dilakukan di social media khususnya Instagam MUI Kecamatan Penuguan.
Dalam merancang strategi dakwah baik kegiatan dakwah dalam bentuk apapun
harus memperhatikan lima azas yaitu azas filosofi, azas psikologi, azas
sosiologi, azas kemampuan dan keahlian serta azas efektifitas dan efisiensi.23
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu pendekatan
penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan
kenyataan secara benar, Dibentuk oleh kata-kata bedasarkan teknik
pengumpulan. Berangkat dari teori mengenai unsur-unsur dakwah di atas,
maka kerangka berpikir yang digunakan untuk mengetahui dakwah berbasis
social media yang dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan
Penuguan melalui akun instagram dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
berikut:
a. Juru dakwah (da’i) di social media.
Indikator yang digunakan untuk melihat siapa juru dakwah (da’i)
yang bertindak sebagai penyampai pesan dakwah dalam kegiatan
dakwah berbasis social media.
b. Pemetaan kondisi umat (mad’u) di social media.
Indikator yang digunakan untuk melihat bagaimana memetakan
umat (mad’u) di social media.
c. Perumusan materi dakwah (maddah) berbasis social media.
Indikator yang digunakan untuk mengkaji bagaimana Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Penuguan merumuskan materi
(maddah) yang akan disampaikan dalam dakwah berbasis social media.
d. Pemilihan situs jejaring sosial (wasilah) yang digunakan.
23
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, 18
16
pihak yang terlibat. Jabatan struktural yang terdiri dari Pimpinan MUI
Kecamatan Penuguan dan staff lainnya juga para da’i.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpul dari sumber-
sumber yang telah ada yang peneliti butuhkan. Sumber data ini bersifat
membantu atau menunjang untuk memperkuat serta memberikan
penjelasan mengenai sumber data primer. 24 Data sekunder dalam hal
ini adalah beberapa buku-buku yang dapat diperoleh dari perpustakaan,
maupun dari pihak lainnya yang mempunyai relevansi dengan
permasalahan yang hendak diteliti.
3. Lokasi penelitian dan obyek penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kecamatan Penuguan, Kabupaten Banyuasin beralamat Jl.
Perkantoran Pemkab Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
a. Subjek penelitian menurut Amirin merupakan seseorang atau sesuatu
yang mengenainya ingin diperoleh keterangan25. Dalam penelitian ini,
yang menjadi subjek penelitian ialah pimpinan MUI Kecamatan
Penuguan dan staff lainnya juga para da’i.
b. Memungkinkan penulis mendapatkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data penelitian ini maka digunakan tiga teknik
pengumpulan data yaiu observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Pada hakikatnya, observasi/pengamatan dilaksanakan oleh peneliti
aga rpeneliti memperoleh data mengenai perilaku informan
penelitian yang tentu harus sesuai dengan kenyataannya. Observasi
bertujuan menjelaskan secara gamblang hal yang akan dibahas
dalam penelitian, kegiatan yang sedang terjadi, serta siapa saja yang
24
Sugiono, 2018. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Bandung:
Alfabeta)
25
Muhammad Idrus (2019). Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Yogyakarta:
Penerbit Erlangga)
18
Unsur Pertanyaan
What (apa) 1. Apa tujuan utama penggunaan akun Instagram
MUI dalam dakwah digital?
2. Apa jenis konten yang biasanya diunggah di akun
Instagram MUI untuk menyebarkan pesan
dakwah?
Why (mengapa) 1. Apa tujuan utama penggunaan akun Instagram
MUI dalam dakwah digital?
2. Apa jenis konten yang biasanya diunggah di akun
Instagram MUI untuk menyebarkan pesan
dakwah?
When (kapan) 1. Kapan akun Instagram MUI pertama kali
digunakan untuk menyebarkan dakwah?
2. Kapan saat-saat paling efektif untuk
mempublikasikan konten dakwah di platform
tersebut?
Where (dimana) 1. Dimana MUI berfokus dalam menyebarkan pesan
26
Sarosa, Samiaji. 2017. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar. Jakarta: Penebit
Indeks
19
27
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014),81.
28
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
20
Reduksi data yaitu meringkas, memilih area utama, fokus pada apa
yang penting, mencari topik dan tema. Oleh karena itu, data yang
diturunkan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.29
Proses reduksi data diawali dengan penelaahan terhadap seluruh
data yang telah terkumpul dari berbagai sumber, antara lain wawancara
dan observasi yang dirangkum dalam catatan lapangan, data tersebut
kemudian dibaca, diperiksa dan dianalisis. Pada tahap ini, semua
informasi yang menarik, penting dan berguna dipilih, kemudian informasi
yang dianggap tidak terpakai dibiarkan begitu saja.
b. Penyajian data
Penyajian informasi merupakan kumpulan informasi terstruktur
yang memungkinkan adanya peringkasan dan tindakan. Penyajian
informasi dilakukan setelah mereduksi informasi yang akan digunakan
sebagai bahan laporan, setelah data tersusun maka langkah selanjutnya
adalah menampilkannya. Metode penyajian data yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif. 30
Dalam penulisan ini, peneliti menampilkan data dalam bentuk
deskripsi atau cerita rinci dari para narasumber menurut ekspresi atau
pandangannya. Penyajian data disajikan dalam bentuk transkrip
wawancara.
c. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan adalah kegiatan penggalian esensi dan penyajian
informasi sebagai hasil analisis yang dilakukan selama penelitian. Hasil
penelitian kualitatif dapat memberikan jawaban atas suatu masalah sejak
awal. Namun bisa juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian lapangan.
29
Indrawan, R. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Campuran. Bandung
30
Sirajudin, Saleh. 2018. Analisis Data Kualitatif. Bandung: Penerbit Pustaka
Ramadhan
21
DAFTAR PUSTAKA