Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pendidikan di era penjajahan di Indonesia memiliki latar belakang
yang sangat kompleks.Pendidikan pada zaman penjajahan sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah penjajah yang berusaha mengendalikan sistem pendidikan untuk
mencapai tujuan mereka.Pendidikan pada masa penjajahan seringkali digunakan sebagai
alat kontrol sosial dan ekonomi oleh penjajah. Negara Penjajahan yang berperan paling
besar dengan berbagai kebijakan didunia pendidikan adalah adalah Belanda dan
Jepang.Penjajahan Belanda adalah yang paling berpengaruh dan berkepanjangan di
Indonesia, dimulai sejak abad ke-17 hingga Indonesia merdeka pada tahun 1945. Jepang
juga menjajah Indonesia selama Perang Dunia II sebelum kemudian menyerah kepada
Sekutu. Inggris memiliki pengaruh di wilayah Indonesia selama sekitar lima tahun
setelah Perang Dunia II sebelum menyerahkannya kepada Belanda.
Pendidikan di era penjajahan di Indonesia terus berkembang seiring waktu dan
menjadi bagian integral dari perjuangan menuju kemerdekaan. Setelah kemerdekaan
pada tahun 1945, Indonesia terus mengembangkan sistem pendidikan nasional yang
mencerminkan nilai-nilai dan kepentingan bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem dan kebijakan pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan
Belanda?
2. Bagaimana sistem dan kebijakan pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan
Jepang?
3. Apa dampak bagi Indonesia dari Sistwm kebijakan pendidikan masa penjajahan?
C. Tujuan
1. Unntuk mengetahui bagaimana sistem dan kebijakan pendidikan di Indonesia pada
masa penjajahan Belanda?
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem dan kebijakan pendidikan di Indonesia pada
masa penjajahan Jepang?
3. Untuk mengetahui dampak bagi Indonesia dari Sistwm kebijakan pendidikan masa
penjajahan?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem dan Kebijakn Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda
1. Sistem Pendidikan Masa Penjajahan Belanda
Sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda terbagi
menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah pendidikan untuk Belanda, yang
diutamakan dan mendapatkan dana terbesar. Tingkat kedua adalah pendidikan untuk
Indo (keturunan campuran Belanda dan pribumi). Tingkat ketiga adalah pendidikan
untuk penduduk pribumi.
Sistem pendidikan pada zaman penjajahan Belanda adalah :
a. Stelselonderwijs (Sistem Pendidikan Tertutup): Pada abad ke-19, Belanda
menerapkan sistem pendidikan tertutup yang membatasi akses pendidikan tinggi
hanya bagi orang Belanda atau keturunan campuran (orang Indo). Orang pribumi
memiliki akses terbatas ke pendidikan tinggi.
b. Pendidikan Terbatas: Selama masa penjajahan Belanda, pendidikan terbatas hanya
diberikan kepada kaum pribumi yang dianggap memadai oleh pemerintah kolonial.
Orang-orang Belanda dan Indo-Eropa memiliki akses yang lebih besar terhadap
pendidikan.
c. Pendidikan untuk Pelayanan Kolonial: Pendidikan yang disediakan oleh Belanda di
Indonesia lebih ditujukan untuk melatih tenaga kerja yang akan melayani
kepentingan kolonial Belanda. Ini termasuk pelatihan untuk bekerja di
pemerintahan, militer, dan sektor-sektor lain yang mendukung penguasaan
Belanda.
d. Peran Agama: Agama juga memiliki peran penting dalam sistem pendidikan zaman
penjajahan. Sekolah-sekolah agama, terutama yang berbasis Islam dan Kristen,
diizinkan beroperasi dan memberikan pendidikan agama kepada masyarakat.
e. Kurikulum Kolonial: Kurikulum pendidikan yang diterapkan selama penjajahan
Belanda biasanya mencerminkan nilai-nilai dan pandangan dunia Belanda. Bahasa
Belanda digunakan sebagai bahasa pengantar, dan sejarah serta budaya Belanda
lebih dipromosikan daripada budaya lokal.
Contoh kurikulum:
1) Onderwijs Ordonnantie 1907 : Pada tahun 1907, Belanda mengeluarkan
Onderwijs Ordonnantie, yang mengatur pendidikan di Indonesia. Kurikulumnya
didasarkan pada model pendidikan Belanda, dengan bahasa pengantar utama
adalah Bahasa Belanda. Kurikulum ini lebih menekankan aspek pengetahuan
dan keterampilan yang relevan dengan administrasi kolonial.
2) Kurikulum Kolonial : Selain kurikulum formal, pendidikan juga mencakup
aspek kolonialisme yang ditanamkan melalui buku-buku teks, propaganda, dan
pendekatan lainnya untuk memperkuat dominasi Belanda di koloni.
3) Ketidaksetaraan: Sistem pendidikan zaman penjajahan Belanda menciptakan
ketidaksetaraan dalam pendidikan. Orang pribumi seringkali memiliki akses
terbatas ke pendidikan tinggi, sementara orang Belanda dan Indo-Eropa

2
memiliki akses lebih besar.
2. Kebijakan pendidikan pada masa penjajahan Belanda
Kebijakan pendidikan pada masa penjajahan Belanda yaitu :
a. Kebijakan Pendidikan Terbatas: Pemerintah kolonial Belanda memberikan akses
pendidikan yang terbatas kepada penduduk pribumi. Pendidikan lebih sering
tersedia untuk orang-orang Belanda dan keturunan campuran atau Tionghoa.
b. Pendidikan Ganda : Pendidikan dijalankan secara terpisah antara penduduk
Belanda dan penduduk pribumi. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam tingkat
pendidikan dan fasilitas pendidikan antara kedua kelompok ini.
c. Bahasa Belanda sebagai Bahasa Utama: Bahasa Belanda dipromosikan sebagai
bahasa utama dalam pendidikan, sehingga menciptakan kesenjangan bahasa. Hal
ini menghambat akses penduduk pribumi ke pendidikan yang lebih tinggi karena
harus memahami dan berkomunikasi dalam bahasa Belanda.
d. Pendidikan Tinggi untuk Elit Kolonial : Pendidikan tinggi, seperti sekolah
menengah dan perguruan tinggi, lebih sering diberikan kepada orang-orang
Belanda atau keturunan Belanda yang akan menduduki posisi penting dalam
administrasi kolonial.
e. Kontrol Pemerintah Kolonial : Pendidikan diawasi dengan ketat oleh pemerintah
kolonial Belanda untuk memastikan bahwa kurikulum dan pengajaran sesuai
dengan tujuan kolonial mereka.
f. Pendanaan Terbatas : Sekolah-sekolah untuk penduduk pribumi sering kali
mendapatkan pendanaan yang terbatas, sehingga fasilitas dan kualitas pendidikan
cenderung rendah.
g. Kebijakan Etis : Pada awal abad ke-20, Belanda mengadopsi Kebijakan Etis yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pribumi, termasuk melalui
pendidikan. Namun, implementasinya masih terbatas dan terkendala oleh kendala
kolonial.
h. Sekolah Agama : Belanda mendirikan sekolah-sekolah agama Katolik dan
Protestan sebagai bagian dari upaya mereka dalam penyebaran agama-agama
tersebut.
i. Pendidikan Agrikultur : Pendidikan yang berfokus pada pertanian dan keahlian
kerja diperkenalkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja kolonial.

B. Sistem dan Kebijakan Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang


1. Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang
Di masa pendudukan Jepang, pendidikan tingkat dasar hanya ada satu macam
yakni Sekolah Dasar selama 6 tahun. Jepang menyeragamkan sekolah-sekolah dasar
di Indonesia agar mudah untuk diawasi, sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa
Belanda di tutup. Begitu juga materi pengetahuan soal belanda dan Eropa di tutup
yang diterapkan pada masa pendudukan Jepang difokuskan pada kebutuhan perang
Jepang. Menurut Murni Ramli dalam tulisannya yang berjudul Primary School
System in Java Before and Under Japanese Occupation (1940-1944), sekolah dasar di

3
Indonesia pada masa pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak
seperti sistem Belanda yang hanya membina dan memelihara sisi akademis.
Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia (1942-1945) , sistem pendidikan
mengalami perubahan signifikan.
a. Penekanan pada Patriotisme : Pemerintah Jepang berusaha untuk mengubah
pendidikan di Indonesia agar lebih mendukung tujuan militer mereka.
b. Penyederhanaan Kurikulum : Kurikulum pendidikan diubah secara drastis. Materi
pelajaran Indonesia yang sebelumnya diajarkan dihapus atau dikurangi, dan
pelajaran tentang budaya Jepang diperkenalkan. Mereka memperkenalkan
Kurikulum 1942 yang dikenal sebagai "Tokubetsu Kyoiku" atau Pendidikan
Khusus.
c. Pendidikan Militer : Pemerintah Jepang juga memasukkan unsur pendidikan militer
ke dalam kurikulum. Para siswa diberi pelatihan militer, seperti latihan fisik dan
disiplin militer.
d. Penghapusan Pendidikan Belanda : Bahasa Belanda dihapuskan dari sistem
pendidikan, dan sekolah-sekolah Belanda ditutup. Ini merupakan bagian dari upaya
Jepang untuk menghilangkan pengaruh Belanda di Indonesia.
e. Sekolah Rakyat : Jepang memperkenalkan sekolah-sekolah rakyat yang lebih
terjangkau, meskipun kurikulumnya lebih ditujukan untuk mengajarkan nilai-nilai
Jepang.
f. Propaganda : Pemerintah Jepang menggunakan pendidikan sebagai alat
propaganda untuk mendukung agenda penjajahan mereka. Mereka mencoba
mengubah pandangan masyarakat Indonesia terhadap Jepang.
2. Kebijakan Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang
Kebijakan pendidikan pada masa penjajahan Jepang yaitu :
a. Penghapusan pendidikan yang berkaitan dengan budaya Belanda : Jepang
menghapus bahasa Belanda dan pengaruh budaya Belanda dari sistem pendidikan.
Mereka menggantinya dengan pendidikan yang lebih berfokus pada budaya dan
bahasa Jepang.
b. Pendidikan wajib : Jepang mewajibkan pendidikan dasar untuk semua anak di
Indonesia. Ini adalah langkah penting dalam upaya mereka untuk mencetak
generasi yang lebih tunduk pada pemerintahan Jepang.
c. Pemusnahan identitas budaya : Jepang berusaha menghapuskan bahasa dan budaya
lokal. Bahasa Jepang diperkenalkan sebagai bahasa pengantar dalam sistem
pendidikan, dan bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa kelas dua.
d. Penanaman semangat nasionalisme Jepang : Kurikulum ini dirancang untuk
menciptakan rasa nasionalisme yang kuat terhadap Jepang. Anak-anak diharuskan
menghormati bendera Jepang dan belajar tentang sejarah dan budaya Jepang.
e. Pendidikan militer: Pendidikan fisik dan militer menjadi bagian penting dari
kurikulum. Siswa diajarkan keterampilan militer dan disiapkan untuk mendukung
pemerintah Jepang.

4
C. Dampak Bagi Indonesia Drai Siten dan Kebijakan Pendidikan Pada Zaman
Penjajahan
1. Dampak Positif
Ada beberapa dampak positif dari sistem kebijakan pendidikan pada masa
tersebut:
a. Pendekatan Pendidikan Formal : Penjajah Belanda memperkenalkan sistem
pendidikan formal di Indonesia, yang pada akhirnya menjadi landasan bagi
pendidikan modern di negara ini.
b. Pendidikan Tinggi : Belanda mendirikan beberapa perguruan tinggi seperti
Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), yang menjadi
titik awal bagi perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia.
c. Pendidikan Bahasa : Penjajah Belanda mendorong penggunaan bahasa Belanda
dalam pendidikan, yang memberikan akses kepada beberapa orang Indonesia untuk
memperoleh pendidikan dalam bahasa yang lebih maju pada waktu itu.
d. Pendidikan Teknis : Masa penjajahan juga membawa perkembangan dalam
pendidikan teknis dan kejuruan, yang membantu menciptakan tenaga kerja
terampil.
e. Sistem Sekolah Formal : Penjajah Belanda memperkenalkan sistem sekolah formal
yang memungkinkan lebih banyak anak muda untuk menerima pendidikan
terstruktur.
2. Dampak negatif
Banyak dampak negatif pada sistem kebijakan pendidikan, di antaranya:
a. Penekanan pada Bahasa Belanda : Sistem pendidikan pada masa penjajahan
mendorong penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa resmi pendidikan. Hal ini
menyulitkan banyak orang Indonesia untuk mengakses pendidikan formal karena
bahasa Belanda bukan bahasa ibu mereka.
b. Diskriminasi Etnis : Penjajah Belanda memberlakukan diskriminasi etnis dalam
pendidikan. Orang Indonesia seringkali diberi pendidikan yang lebih rendah
daripada orang Belanda atau orang Eurasia.
c. Konten Kurikulum Kolonial : Kurikulum pendidikan pada masa itu didesain untuk
mempromosikan budaya dan nilai-nilai Belanda serta merendahkan budaya lokal
Indonesia. Hal ini menghasilkan distorsi dalam pemahaman sejarah dan budaya
Indonesia.
d. Akses Terbatas : Hanya segelintir orang yang memiliki akses ke pendidikan tinggi
atau lanjutan pada masa penjajahan. Mayoritas masyarakat Indonesia dibiarkan
tanpa pendidikan yang memadai.
e. Eksploitasi Sumber Daya : Sumber daya alam Indonesia dieksploitasi oleh penjajah
untuk mendanai sistem pendidikan mereka, sementara masyarakat lokal sering
menghadapi kemiskinan dan keterbatasan akses pendidikan yang layak.
f. Penghambatan Perkembangan Budaya : Penjajahan juga menghambat
perkembangan bahasa, budaya, dan identitas nasional Indonesia karena penindasan
terhadap aspek-aspek ini dalam pendidikan.
g. Kurangnya Kesetaraan Gender : Perempuan seringkali mendapat akses yang lebih

5
terbatas ke pendidikan formal selama masa penjajahan
h. Kolonialisme Mental : Masa penjajahan juga meninggalkan bekas kolonialisme
mental yang mempengaruhi pandangan masyarakat Indonesia terhadap diri mereka
sendiri dan negara mereka.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan selama masa penjajahan di Indonesia memiliki ciri khas yang
berbeda pada setiap periode penjajahan, terutama pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang.
1. Masa Penjajahan Belanda (1602-1942) :
a. Penjajahan Belanda didominasi oleh pembangunan sekolah-sekolah Belanda yang
memiliki tujuan utama menghasilkan pegawai pribumi yang setia pada pemerintah
kolonial.
b. Akses pendidikan sangat terbatas bagi masyarakat pribumi, dengan pendidikan
formal hampir eksklusif untuk kaum elite pribumi yang dapat memenuhi syarat.
c. Bahasa Belanda dan nilai-nilai Eropa ditekankan, sementara budaya dan bahasa
pribumi diabaikan.
2. Masa Penjajahan Jepang (1942-1945) :
a. Jepang menggantikan sistem pendidikan Belanda dan mendirikan sistem
pendidikan nasionalisasi dengan tujuan memobilisasi masyarakat untuk
mendukung perang.
b. Pendidikan nasionalisasi menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang
budaya dan bahasa Indonesia.
c. Periode pendudukan Jepang juga melibatkan banyak perubahan dalam pendidikan,
termasuk pembukaan sekolah dasar dan pelatihan teknis untuk memenuhi
kebutuhan perang.
Masa penjajahan memiliki dampak yang kompleks pada sistem pendidikan
Indonesia. Meskipun ada beberapa dampak positif seperti pengenalan pendidikan formal
dan tinggi, serta pendidikan teknis, dampak negatifnya jauh lebih mendalam. Pada masa
penjajahan, pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh penekanan pada bahasa dan
budaya Belanda, diskriminasi etnis, dan kurikulum kolonial yang merendahkan budaya
lokal. Banyak masyarakat Indonesia mengalami keterbatasan akses pendidikan dan
eksploitasi sumber daya alam untuk mendanai sistem pendidikan kolonial.

B. Saran
Pendidikan tetap menjadi alat paling kuat dalam membentuk masa depan
Indonesia. Oleh karena itu, sambil merenungkan sejarah pendidikan kita yang penuh
tantangan, kita juga harus melihat masa depan dengan harapan dan tekad untuk
memajukan pendidikan bangsa ini, memastikan bahwa akses pendidikan yang layak dan
berkualitas tersedia untuk semua warga Indonesia, dan mengukuhkan pondasi bagi
generasi mendatang untuk meraih prestasi yang lebih besar. Sejarah pendidikan zaman
penjajahan mengajarkan kita tentang kekuatan dan ketahanan manusia dalam
menghadapi rintangan yang sulit. Kita sekarang berdiri di pundak para pendahulu yang

7
telah berjuang untuk hak pendidikan dan kemerdekaan. Dengan semangat ini, mari kita
lanjutkan perjalanan kita menuju masa depan yang lebih baik melalui pendidikan yang
berkualitas dan inklusif.
Terima kasih telah membaca makalah ini dan semoga dapat memberikan
wawasan tambahan tentang peran penting pendidikan dalam sejarah Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Benedict R. O'G. (2006). "Imagined Communities: Reflections on the Origin and
Spread of Nationalism." Verso.

Kahin, George McTurnan. (1995). "Nationalism and Revolution in Indonesia." Cornell


University Press.

Ricklefs, M.C. (2008). "A History of Modern Indonesia since c. 1200." Palgrave Macmillan.

Reid, Anthony. (1988). "Imperial Alchemy: Nationalism and Political Identity in Southeast
Asia." Southeast Asian Studies, Vol. 26(4), pp. 442-449.

Anda mungkin juga menyukai