Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR MANAJEMEN


PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh:

Lisa Padli (2238120094)

Semester III/ PAI-C

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH LABUHANBATU
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya serta sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan Islam tanpa mengenal lelah.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
orang yang membacanya terutama bagi penulis sendiri. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang ada pada makalah ini. Oleh karena itu, sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman khusunya
pada dosen bidang studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah pada
waktu mendatang. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.

Rantauprapat, 20 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam................................. 3
B. Fungsi Manajemen Pendidikan Islam............................................. 4
C. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam............................................ 8
BAB III PENUTUP ................................................................................ 10
A. Kesimpulan .................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar lebih efektif dan
efisien. (Sulistyorini, 2001:62-70).
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. Dalam arti ia merupakan seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Berbicara masalah manajemen
tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada yaitu (POAC)
planning, organizing, actuating dan controlling. Pandangan para ahli
menyimpulkan bahwa konsep manajemen pendidikan Islam menurut
perspektif (pandangan) al-Qur’an adalah sebagai berikut yaitu fleksibel,
efektif, effisien, terbuka, cooperative dan partisipatif.
Tujuan manajemen pendidikan Islam adalah agar segenap sumber,
peralatan ataupun sarana yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat
digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampai
tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan waktu, tenaga, materil,
dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.
Keberhasilan pendidikan Islam dalam mencapai tujuan sangat
ditentukan oleh kemampuan pimpinan dan manager dalam mengelola
lembaga pendidikan Islam. Sehubungan dengan hal tersebut seorang
manajer sudah mampu menguasai konsep dasar manajamen dalam Islam
dan usaha apa saja yang semestinya dilakukan manajer dalam mengatasi
persoalan- persoalan manajemen pendidikan dalam Islam. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, manajemen pendidikan Islam mencakup berbagai
aspek yang mencerminkan prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai agama

1
dalam pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan. Konsep dasar dalam
manajemen pendidikan Islam dapat membantu menciptakan lingkungan
pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan tujuan pendidikan
yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manajemen pendidikan Islam?
2. Apa fungsi manajemen pendidikan Islam?
3. Bagaimana tujuan manajemen pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar manajemen pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui fungsi manajemen pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui tujuan manajemen pendidikan Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam


Manajemen di dalam Al-Quran disebut al-tadbir (pengaturan) atau
al-nizhâm. Dua kata tersebut merupakan derivasi dari kata dabbara, dan
nazzhama yang bermakna susunan, tatanan, sistem dan juga terdapat
ungkapan tersebut di dalam al-Quran sepeti firman Allah swt di surah al-
Sajadah ayat 5 yang artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi,
kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya
(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”
Sedangkan di dalam bahasa Inggris penyebutan kata manajemen
berarti to manage yang artinya mengatur, mengurus, mengelola atau tata
laksana. Menurut tokoh manajemen nasional, Marwan (2019, 301)
menyebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan SDM secara efektif yang didukung oleh sumber-sumber
lainnya dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
manajemen juga terdapat dua sistem; yaitu sistem organisasi dan sistem
administrasi.
Secara terminologi (istilah) manajemen dikemukakan oleh Robert
Kritiner, manajemen sebagai suatu proses kerja melalui orang lain untuk
mencapai mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.
Proses ini berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap
penggunaan sumber daya manusia. Sedangkan dalam bahasa
sederhananya, pengertian manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan
bekerja dengan orang lain dalam suatu kelompok yang terorganisir guna
mencapai sasaran yang ditentukan dalam organiasasi ataupun lembaga.
(M. Munir, Wahyu Ilaihi, 2009:9-10).

3
Dari beberapa penjabaran diatas dapat penulis simpulkan bahwa,
konsep dasar manajemen dapat dipahami sebagai bentuk strategi dan
mekanisme yang dibangun oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
rangka mencapai tujuan tertentu yang dirumuskan sebelumnya. Konsep
dasar manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
evaluasi, pengawasan dan lain-lain.

B. Fungsi Manajemen Pendidikan Islam


Fungsi manajemen pendidikan Islam yaitu planning, organizing,
actuating dan controlling yang biasa disingkat menjadi POAC. Hubungan
di antara fungsi-fungsi manajerial ini merupakan satu kesatuan sebagai
proses yang berkesinambungan sebagaimana digambarkan dalam bagan
berikut ini:

Perencanaan, menentukan
tujuan serta cara-cara untuk
mencapainya

Pengawasan, mengukur hasil


Proses Perngorganisasian, mengatur
kerja serta tindakan supaya
manajemen SDM untuk mencapai tujuan
sesuai dengan hasil yang dimiliki

Penggerakan, mendorong
karyawan agar bekerja keras
untuk mencapai kinerja terbaik

1. Planning (perencanaan) pendidikan Islam


Merupakan kegiatan sistematis merancang sumber daya yang ada,
meliputi apa yang akan dicapai (diidealkan), merumuskan metode dan tata
cara untuk merealisasikannya dengan seoptimal mungkin serta kegiatan
yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dan memilih pelaksana
kegiatan yang tepat bagi usaha pencapaian tujuan pendidikan Islam.

4
Dasar dari fungsi manajemen pendidikan ini sangat sesuai dengan
nilai normatif yang dimunculkan dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai
sekarang adalah peristiwa khalwatdari Rasulullah di gua Hira. Tujuan
Rasulullah SAW., ber-khalwat dan bertafakkur dalam gua Hira tersebut
adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat
Makkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya
serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan
memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai makrifat
serta mengetahui rahasia alam semesta.
Contoh lain dari perencanaan yang dilakukan Rasulullah dapat
ditemukan ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul Hudaibiyyah).
Dari perjanjian tersebut terkesan Rasulullah kalah dalam berdiplomasi dan
terpaksa menyetujui beberapa hal yang berpihak kepada kafir Quraisy.
Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya setelah perjanjian tersebut
disepakati. Di sinilah terlihat kelihaian Rasulullah dan pandangan beliau
yang jauh ke depan. Rasulullah adalah insan yang selalu mengutamakan
kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang hanya bersifat
sementara. Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah
menerimanya karena memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam
berhasil membuka kota Makah (fath al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah
(dua tahun setelah perjanjian Hudaibiyah).
Dalam perencanaan ada lima kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu:
(1) menetapkan tentang apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana
melakukannya; (2) membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-
pelaksanaan kerja untuk mencapai efektivitas maksimum melalui proses
penentuan target; (3) mengumpulkan dan menganalisa informasi; (4)

5
mengembangkan alternatif-alternatif; dan (5) mempersiapkan dan
mengomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.
2. Organizing (pengorganisasian) Pendidikan Islam

Menurut Burhanudin dan Moh, Makin sebagaimana dikutip


Mukhamad Ilyasin, pengorganisasian sebagai keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat tuas, tanggung jawab atau
wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala, pengorganisasian dapat
diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang-orang yang
terlibat dalam kerja sama pendidikan. Karena tugas-tugas ini demikian
banyak dan tidak dapat diselesaikan seorang diri, maka tugas-tugas ini
dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi. (Nurhayati,
Rosadi, 2022:451).
Di sisi lain, menurut tata urutannya proses pengorganisasian
pendidikan Islam meliputi beberapa kegiatan, yaitu: (1) perumusan tujuan;
(2) penetapan tugas pokok; (3) perincian kegiatan; (4) pengelompokan
kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi; (5) departementasi; (6) pelimpahan
otoritas (authority); (7) staffing, penempatan orang pada satuan organisasi
yang telah tercipta dalam proses depatementasi: (8) facilitating, pemberian
kelengkapan berupa peralatan.
3. Actuating (penggerakan) pendidikan Islam
George R. Terry mendefinisikan actuating sebagai tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk
mencapai sasaran-sasaran, agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha-usaha organisasi. Oleh karena itu, actuating adalah bagian yang
sangat penting dalam proses manajemen pendidikan Islam.
Berbeda dengan ketiga fungsi sebelumnya, fungsi actuating
dianggap sebagai intisari manajemen pendidikan Islam, karena secara
khusus berhubungan dengan orang-orang yang akan mengaktualisasikan
kegiatan-kegiatan pendidikan Islam. Pada kerangka ini, Wibowo

6
menyatakan bahwa actuating merupakan implementasi dari apa yang telah
direncanakan dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan
yang sudah dilakukan dalam fungsi organizing.
Fungsi actuating akan sukses dalam pendidikan Islam jika
sebagian besar faktor-faktor berikut terpenuhi, di antaranya: (1)
mendapatkan orang cakap; (2) menjelaskan secara detail tujuan pendidikan
Islam yang hendak dicapai kepada seluruh komponen yang terlibat dalam
pendidikan Islam; (3) memberikan ruang yang luas terutama otoritas
penuh kepada seluruh komponen tersebut, dan (4) memberikan inspirasi
yang kuat serta keyakinan kepada seluruh komponen tersebut untuk
meraih sukses dalam mencapai sasaran dan tujuan pendidikan Islam.
Dari paparan di atas, pokok-pokok masalah dalam fungsi actuating
ini adalah: tingkah laku manusia (human behavior), hubungan manusiawi
(human relationship), komunikasi, dan kepemimpinan.
4. Controlling (pengawasan) pendidikan Islam
Pengawasan ialah proses pengamatan dari pada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai rencana yang ditetapkan. Dengan
demikian pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematis untuk
menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan merancang
sistem umpan balik informasi membandingkan prestasi aktual dengan
standar yang telah ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat
penyimpangan dan mengukur signifikan tersebut dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien
dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.
Manullang (1977:136) mendefinisikan fungsi ini sebagai proses
untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan menilai nya dan
mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.
Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) menetapkan
standar pelaksanaan: (2) mengukur pelaksanaan pekerjaan dibandingkan

7
dengan standar; dan (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara
pelaksanaan dengan standar dan rencana. Dengan demikian pengawasan
pendidikan Islam adalah proses penentuan apa yang dicapai yaitu standar
apa yang sedang dipakai wujud apa yang dihasilkan berupa pelaksanaan
yang sesuai dengan standar menilai pelaksanaan performance idan
bilamana perlu mengambil tindakan kolektif sehingga pelaksanaan dapat
berjalan sesuai rencana yakni sesuai dengan standar untuk mencapai tujuan
pendidikan islam.
Dari deskripsi definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya
sesuai dengan aktivitas yang direncanakan proses pengawasan dapat
melibatkan beberapa elemen yaitu: (1) menetapkan standar kinerja; (2)
mengukur kinerja; (3) membandingkan unjuk kerja dengan standar yang
telah ditetapkan; dan (4) mengambil tindakan korektif saat terdeteksi
penyimpangan.
C. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
Dalam menjalankan setiap kegiatan tentunya dibutuhkan suatu
usaha yang efisien dan ekonomis karena alasan tersebut begitu dipegang
teguh dalam setiap sistem organisasi. Dengan kata lain tingkat pemborosan
atau penyalahgunaan sangatlah bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
organisasi. Dengan mengetahui identitasnya dan juga kebutuhan tentang
manajemen tentu akan dapat menentukan apa tujuan manajemen itu
sendiri.
Mengingat manajemen sebenarnya adalah alat dari suatu
organisasi, maka adanya alat tersebut tentunya memiliki tujuan. Lembaga
pendidikan Islam bisa dikategorikan sebagai lembaga industri mulia
(nobel industri) karena mengembang misi ganda yaitu profit sekaligus
sosial. Misi profit yaitu, untuk mencapai keuntungan, ini dapat dicapai
ketika efisiensi dan efektifitas dana bisa tercapai, sehingga pemasukan
(income) lebih besar daripada biaya operasional.
Misi sosial bertujuan untuk mewariskan dan menginternalisasikan
nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga

8
pendidikan Islam tersebut memiliki modal human capital dan social
capital yang memadai dan juga memiliki tingkat keefektifan dan efisiensi
yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola Lembaga pendidikan Islam
tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang tinggi, tetapi juga misi niat
suci dan mental berlimpah, sama halnya dengan mengelola noble industry
yang lain, sepertirumah sakit, panti asuhan, yayasan sosial, lembaga riset
atau kajian dan lembaga swadaya masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen pendidikan Islam
adalah agar segenap sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam
suatu organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat
menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan
waktu, tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. (Muhaimin, 2010:3).
Sumber daya yang dimobilisasi dan dipadukan untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut tentunya meliputi apa yang disebut 3 M (man, money, dan material), dan
semua itu tidak hanya terbatas yang ada di sekolah/madrasah atau pimpinan
perguruan tinggi Islam. Berkomunikasi, bekerja sama dengan berbagai pihak yan
terkait baik kedala maupun keluar sangat membantu dan menentukan kemajuan
lembaga pendidikan yang dipimpinnya, itulah proses dari manajemen.
Untuk merealisasikan semua aspek yang terungkap dalam paparan
di atas, ternyata tak lepas dari permasalahan manajemen. Dan manajemen
sendiri sesungguhnya sudah di jelaskan dalam al-Qur’an. Jika kita mau
memahami dan menganalisis beberapa macam aspek yang ada bahwa
manajemen adalah untuk mengetahui kemana arah yang akan dituju,
kesukaran apa yang harus dihadapai, kekuatan apa yang harus dijalankan
dan bagaimana anda mengemudikan kendaraan anda dengan membuat
penumpang anda nyama berada di kendaraan anda yang anda
kemudikan, bukan malah sebaliknya.
Yang harus disadari adalah bahwa pemahaman manusia terhadap
al-Qur’an, bagaimanapun sepenuhnya bersandar pada kapasitas akal, dan
apapun yang bersandar pada akal tersebut tidak pernah menjadi hal yang
mutlak, jadi sepenuhnya persoalan akal dan kualitasnya dalam memahami

9
al-Qur’an dan seberapa jauh kemampuan akal untuk kajian dan
interprestasi secara tepat dalam konteks tertentu.
Dengan kata lain tujuan manajemen pendidikan Islam adalah
menciptakan dan menjalankan sistem pendidikan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam, memberikan pendidikan yang berkualitas, dan
mempersiapkan individu Muslim untuk menjadi insan yang berakhlak
mulia, berpengetahuan luas, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep dasar manajemen pendidikan Islam memiliki peran yang
sangat penting dalam mengelola lembaga-lembaga pendidikan Islam
dengan efektif dan efisien. Konsep ini mencakup prinsip-prinsip dasar
yang mencerminkan nilai-nilai Islam dan tujuan pendidikan yang
diinginkan. Dengan menerapkan konsep dasar manajemen pendidikan
Islam, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan
ajaran agama Islam, memberikan pendidikan yang berkualitas, dan
mempersiapkan individu Muslim untuk menjadi insan yang berakhlak
mulia, berpengetahuan luas, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Fungsi manajemen pendidikan Islam adalah bahwa manajemen
yang baik dalam konteks pendidikan Islam sangat penting untuk mencapai
tujuan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip Islam. Dengan menerapkan fungsi-fungsi ini secara efektif,
lembaga pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi positif terhadap
perkembangan pribadi, sosial, dan intelektual siswa serta masyarakat
umumnya.

10
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat apabila ada kesalahan baik dalam
penjelasan maupun dalam penulisan kami mohon maaf. Kami mengharap kritik
dan saran yang membangun agar dapat menjadi sumber rujukan sehingga apa
yang kami buat ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyorini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan


Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan. 2001.
Nurhayati, and Kemas Imron Rosadi. ‘Determinasi Manajemen Pendidikan
Islam: Sistem Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, Dan Tenaga Pendidikan
(Literatur Manajemen Pendidikan Islam)’. Jurnal Manajemen Pendidikan
Dan Ilmu Sosial. 3.1. 2022.
Rahmah, Syarifah, and Zulkhairi Zulkhairi. ‘Analisis Konsep-Konsep Dasar
Manajemen Berbasis Al-Qur’an Dan Relevansinya Dengan Manajemen
Pendidikan Islam’. PIONIR: JURNAL PENDIDIKAN. 8.1. 2019.
Syaban, Marwan. ‘Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam’. Al-Wardah:
Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan Agama. 12.2. 2019.
Wahyu Ilaihi, Muhammad Munir. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2009.

11

Anda mungkin juga menyukai