Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat Daerah-
Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan merupakan salah satu dari
9 visi-misi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika mencalonkan
diri menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (dalam Wiratala,
2020). Hal tersebut tertuang dalam agenda prioritasnya yang diberi nama
dengan Nawa-Cita. Nawa-Cita sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang
memiliki arti Nawa (sembilan) dan Cita (harapan, keinginan dan mimpi)
(dalam Dewinda, 2016).
Membangun Daerah yang dimaksud bukan hanya terkait wilayah yang
berdekatan dengan perbatasan negara tetangga, tetapi juga soal manusia yang
terpinggirkan dan kurang mampu secara ekonomi, pinggiran juga menunjukkan
kondisi masih minimnya pembangunan di wilayah tersebut, oleh karena itu,
pemerintah melalui UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa meningkatkan
anggaran untuk pembangunan Daerah dan Desa berupa Dana Desa dari tahun
ke tahun (dalam Humas, 2019). Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat
2 yang menjelaskan bahwa; Dana Desa adalah dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang
ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota
dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun prioritas penggunaan Dana Desa saat ini diatur dalam Peraturan
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permendes
PDTT) Nomor 8 Tahun 2022 BAB II Pasal 5 Ayat 2 yaitu diarahkan untuk
pencapaian tujuan SDGs Desa meliputi; Pemulihan ekonomi nasional sesuai
kewenangan desa; Program prioritas nasional sesuai kewenangan desa; dan
Mitigasi dan penanganan bencana alam dan non-alam sesuai kewenangan desa.
SDGs Desa atau yang disebut dengan Sustainable Development Goals
Desa merupakan suatu pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan
ekonomi masyarakat desa secara berkesinambungan; menjaga keberlanjutan
kehidupan sosial masyarakat desa; menjaga kualitas lingkungan hidup serta
pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola untuk
menjaga kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya (dalam
Boekoesoe & Maksum, 2022). Berdasarkan pada pengertian tersebut, dapat
diartikan bahwa SDGs Desa merupakan suatu pembangunan yang mencakup
segala bidang meliputi; sosial, ekonomi, lingkungan hidup, hukum dan tata
kelola masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan.
Ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang pembangunan berkelanjutan terdapat
dalam QS.Al-Baqarah ayat 60 yang berbunyi:

‫َو ِإِذ اْسَتْس َق ٰى ُموَس ٰى ِلَق ْو ِمِه َفُقْلَنا اْض ِر ْب ِبَعَص اَك اْلَحَج َر ۖ َفاْنَف َج َر ْت ِم ْنُه اْثَنَتا َعْش َر َة َعْيًن ا‬

‫ۖ َق ْد َعِلَم ُك ُّل ُأَن اٍس َم ْش َر َبُه ْم ۖ ُك ُل وا َو اْش َر ُبوا ِم ْن ِر ْز ِق الَّل ِه َو اَل َتْع َثْو ا ِفي‬

‫ِض ِس ِد‬
‫اَأْلْر ُم ْف يَن‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu
Kami berfirman : “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu
memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap
suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan
dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.
Tafsir dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan
segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia (berupa kekayaan alam) untuk
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi memenuhi kebutuhan hidup,
dalam memanfaatkan kekayaan alam tersebut manusia diperintahkan untuk
tetap melestarikannya dengan tidak membuat kerusakan dimuka bumi.
Pada hakikatnya SDGs Desa adalah bentuk kristalisasi pembangunan total atas
desa. Terdapat 18 role pembangunan melalui SDGs Desa (dalam Satmoko,
2022), antara lain;
1. Desa tanpa kemiskinan;
2. Desa tanpa kelaparan;
3. Desa sehat dan sejahtera;
4. Pendidikan desa berkualitas;
5. Desa berkesetaraan gender;
6. Desa layak air bersih dan sanitasi;
7. Desa yang berenergi bersih dan terbarukan;
8. Pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi desa;
9. Inovasi dan infrastruktur desa;
10. Desa tanpa kesenjangan;
11. Kawasan pemukiman desa berkelanjutan;
12. Konsumsi dan produksi desa yang sadar lingkungan;
13. Pengendalian dan perubahan iklim oleh desa;
14. Ekosistem laut desa;
15. Ekosistem daratan desa;
16. Desa damai dan berkeadilan;
17. Kemitraan untuk pembangunan desa; dan
18. Kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif.
Secara umum tujuan SDGs Desa merupakan upaya terpadu untuk mewujudkan
desa ekonomi tumbuh merata. Hal ini sebagaimana relevan dengan tujuan
dibentuknya salah satu program pembangunan desa yang dikenal dengan
sebutan BUMDes.
BUMDes atau yang disebut dengan Badan Usaha Milik Desa merupakan
salah satu strategi kebijakan pemerintah untuk membangun Indonesia dari desa
melalui pengembangan usaha ekonomi di desa (dalam Natipulu, 2021).
BUMDes bergerak dalam bidang pengelolaan aset-aset dan sumberdaya
ekonomi desa dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa. Pendirian
BUMDes telah diamanatkan semenjak dikeluarkannya UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, terdapat pada Pasal 213 Ayat 1 yang
berbunyi; “Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa”, selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negri
Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa serta yang terakhir
diperkuat dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (dalam Dewi, 2014).
Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa BUMDes adalah badan
usaha milik desa yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa
Semenjak diberlakukannya UU Desa tersebut jumlah BUMDes di
Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, dimana berdasarkan
RPJMN Tahun 2014-2019 target pembentukan BUMDes yaitu sebanyak 5000
BUMDes yang diharapkan terbentuk di Indonesia (dikutip dari
https://kemendesa.go.id/berita/view/detil/2487/jumlah-bumdes-6-kali diakses
pada tanggal 21 Maret 2023) , namun kenyataannya pada Tahun 2019 jumlah
BUMDes yang terbentuk yaitu sebanyak 50.199 BUMDes (dikutip dari
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/jumlah-bumdes-di-indonesia-2015-
2019-15928899207 diakses pada tanggal 21 Maret 2023) dan jumlah tersebut
terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2022 mencapai 60.417 BUMDes
yang ada di Indonesia (dikutip dari data kemendes dalam
https://newssetup.kontan.co.id/news/jumlah-bumdes-bertambah-57288-
sepanjang-tahun-lalu diakes pada tanggal 21 Maret 2023).
Dengan hadirnya BUMDes diharapkan mampu mendorong
perekonomian masyarakat desa serta mampu mengurangi tingkat
pengangguran, selain itu BUMDes juga diharapkan dapat memberikan
konstribusi ke desa dalam bentuk peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes)
(dalam Tilome dkk, 2020). Namun kenyataannya banyaknya BUMDes yang
hadir tidak semuanya dapat memberikan dampak / pengaruh yang positif,
faktanya masih banyak BUMDes yang didirikan tidak dapat memberikan
manfaat terhadap masyarakat sehingga banyak BUMDes yang terbengkalai dan
tidak dapat memberikan konstribusi positif terhadap pembangunan desa
(dalam Harkat dkk, 2022).
Salah satu contohnya yaitu seperti yang terjadi pada BUMDes yang ada
di Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar Provinsi Sumatera
Barat. BUMDes di Sumatera Barat dikenal dengan sebutan BUMNag (Badan
Usaha Milik Nagari). BUMNag ini didirikan pada akhir tahun 2017 dengan
nama BUMNag Batang Simonce. Selama masa pendiriannya, BUMNag
Batang Simonce selalu didukung dengan penyertaan modal yang diberikan
oleh pemerintah Nagari Kumango yang berasal dari Dana Nagari yang
dipisahkan untuk mengelola BUMNag, dengan rincian modal adalah sebagai
berikut;
TAHUN MODAL
2018 Rp. 100.000.000,-
2019 Rp. 98.000.000,-
2020 -
2021 Rp. 295.409.800,-
2022 Rp. 88.811.150,-

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi perubahan secara


fluktuatif terhadap modal yang diberikan oleh pemerintah Nagari Kumango
setiap tahunnya untuk mengelola BUMNag, bahkan BUMNag ini pernah tidak
mendapatkan modal samasekali di Tahun 2020.
Disisi lain, BUMNag Batang Simonce selama pendiriannya juga belum
ada mengalami perkembangan. Hal ini sebagaimana berdasarkan observasi
awal yang dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai Wali Nagari
Kumango (Bapak Zamora) selaku pemerintah Nagari yang memeberikan
modal terhadap pengelolaan BUMNag beliau menyebutkan bahwa;
“Kalau kita berangkat dari Tahun 2017, 2018 dan seterusnya yang
dikatakan surplus belum ada, keuntungan belum ada, kalau rugi
ada, tetapi kita tetap bertahan untuk melakukan pengembangan”

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam operasionalisasi


BUMNag Batang Simonce juga belum ada menghasilkan keuntungan, justru
sejauh ini BUMNag Batang Simonce selalu mengalami kerugian atas setiap
unit usaha yang dijalankannya. Belum adanya keuntungan yang didapatkan
menunjukkan bahwa BUMNag ini belum mampu memberikan konstribusi
terhadap pembangunan nagari dalam bentuk peningkatan Pendapatan Asli
Nagari (PAN).
Jika dilihat dari segi peran pemerintah dalam melakukan upaya
pengembangan pengelolaan BUMNag, telah dilakukan melalui sosialisasi yang
diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab.Tanah Datar,
namun upaya tersebut juga belum mampu memberikan perubahan terhadap
perkembangan pengelolaan BUMNag Batang Simonce yang ada di Nagari
Kumango.
Berdasarkan permasalahan tersebut, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian ini dengan judul “ANALISIS PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK NAGARI (BUMNAG) DALAM
MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus pada
BUMNag Batang Simonce di Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab
Kab.Tanah Datar)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah Analisis terhadap Pengelolaan Badan Usaha Milik Nagari
(BUMNag) dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apa saja faktor penyebab turunnya modal yang diberikan oleh pemerintah
nagari dalam mengelola BUMNag Batang Simonce yang ada di Nagari
Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar?
2. Bagaimana bentuk tata kelola BUMNag Batang Simonce dalam
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab
Kab.Tanah Datar?
3. Apa saja kendala dalam pengelolaan BUMNag Batang Simonce yang ada di
Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab turunnya modal yang diberikan
oleh pemerintah nagari dalam mengelola BUMNag Batang Simonce yang
ada di Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk tata kelola BUMNag Batang Simonce
dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Nagari Kumango Kec.Sungai
Tarab Kab.Tanah Datar
3. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pengelolaan BUMNag Batang
Simonce yang ada di Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar.
E. Manfaat dan Luaran Peneitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan faedah kepada
berbagai pihak, baik bagi penulis, pembaca pada umumnya, ataupun mereka
yang membutuhkan pengetahuan tentang ini, adapun manfaat dari penelitian ini
yaitu:
1. Manfaat bagi penulis
Yaitu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam di Universitas
Islam Negri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar.
2. Manfaat bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan oleh peneliti yang melakukan penelitian
sejenisnya yang berkaitan dengan Analisis Pengelolaan BUMNag dalam
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat.

F. Definisi Istilah
1. Analisis
Menurut KBBI Daring analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Pengertian analisis adalah
aktivitas yang terdiri dari kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah
sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan
kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya (dalam Putra, 2020).
2. Pengelolaan
Dalam KBBI pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola,
dan/atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga
orang lain, dan/atau proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan
tujuan organisasi, dan/atau proses yang memberikan pengawas pada semua
hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan
(dikutip dari http://kbbi.web.id/kelola Diakses Pada 27 Maret 2023).

3. Badan Usaha Milik Desa


Badan Usaha Milikn Desa (BUMDes) menurut KBBI berasal dari beberapa
kata, yaitu Badan Usaha yang diartikan kesatuan sebagai kesatuan yudiris
(hukum), teknis dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan, sedangkan Milik dapat diartikan sebagai kepemilikan atau
kepunyaan, sementara Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh
sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintah sendiri, maka
BUMDes merupakan serangkaian unit usaha yang diselenggarakan oleh
sistem masyarakat desa demi mencapai perekonomian yang lebih layak
(dalam Sholihati, 2020).
4. Ekonomi
Menurut KBBI ekonomi adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan
penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-bbarang dan kekayaan
(keuangan). Ekonomi berkenaan dengan setiap tindakan atau proses yang
dilaksanakan untuk menciptakan barang-barang dan jasa yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia (dalam Safri, 2018).
BAB II
KAJIAN TEORI

1. ANALISIS
Analisis berasal dari kata yunani kuno analusis yang artinya melepaskan.
Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti “kembali”, dan
luein yang berarti “melepaskan”, sehingga jika digabungkan maka artinya
adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata analisis diserap kedalam
bahasa Inggris menjadi analysis yang kemudian diserap juga ke dalam bahasa
Indonesia menjadi “analisis” (dalam Gemilang, 2018).
Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2014:200) analisis adalah
suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-
bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuai yang diurai itu
tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap
maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (dalam Ratnasari,
2018).
Menurut Efrey Liker (dalam Puspitasari, 2020) analisis diartikan sebagai
aktivitas dalam mengumpulkan bukti untuk menemukan sumber suatu masalah
yaitu akarnya. Istilah analisis biasanya digunakan saat akan melakukan
penyelidikan ataupun menelaah suatu karangan, penelitian, penjelasan ataupun
suatu peristiwa yang terjadi (dalam Abdi, 2021). Pengertian tersebut selaras
dengan pengertian analisis dalam KBBI yang meng-artikan bahwa analisis
merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-mushabab,
duduk perkaranya dan sebagainya).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis
merupakan suatu proses penyelidikan terhadap suatu peristiwa dengan cara
menguraikan, membedakan dan menggolongkannya untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya.

B. PENGELOLAAN
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan berasal dari kata “kelola”, dalam KBBI berarti
memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan agar lebih baik,
lebih maju serta bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu. Pengelolaan
adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan, dan
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
dan pencapaian tujuan (dalam Nadzifah, 2020)
Suprianto dan Muhsin (dalam Pranowo, 2021) menjelaskan bahwa
pengelolaan adalah keterampilan untuk meramu komponen dan unsur-unsur
yang terlibat dalam suatu sistem untuk mencapai hasil/tujuan yang
direncanakan. Dalam organisasi, pengelolaan merupakan suatu proses
perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan
pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi
sumberdaya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif.
Kata pengelolaan sama artinya dengan manajemen. Manajemen
merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu dengan
mendayagunakan segala sumber daya baik manusia maupun non-manusia
dalam suatu organisasi (dalam Rohmah, 2019). Hal tersebut berarti bahwa
manajemen membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan, dan
keterampilan agar aktivitas dalam suatu organisasi menjadi lebih efektif atau
dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan (dalam Fitrianita,
2021). Proses manajemen dalam organisasi dilakukan oleh para manajer di
suatu organisasi, dengan cara-cara atau aktivitas tertentu yang
mempengaruhi para personil atau anggota organisasi, pegawai, karyawan
atau buruh agar mereka bekerja sesuai prosedur, pembagian kerja, dan
tanggung jawab yang diawasi untuk mencapai tujuan bersama (dalam
Wijaya & Rifa’i, 2016).

Berbagai bentuk organisasi dengan tujuan yang berbeda-beda dengan


visi dan misi yang dimilikinya dapat dengan mudah ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kata organisasi berasal dari istilah
Yunani “organon” dan istilah Latin organum yang berarti; alat, bagian,
anggota, atau badan (dalam Uker, 2021). Menurut James D. Mooney (dalam
Uker, 2021) “Organisasi merupakan suatu bentuk perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama”, sedangkan menurut Chester I. Barnard
organisasi adalah suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih. Adapun ciri-ciri dari suatu organisasi yaitu:
a. Terdapat komponen atau kelompok (batasan atasan dan bawahan), yaitu
adanya orang yang dapat dikenal dan saling mengenal;
b. Adanya kerjasama (cooperative) yang terstruktur dari sekelompok orang;
c. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling
berkaitan (independent part) yang merupakan kesatuan kegiatan;
d. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa
tenaga, pemikiran dan lain-lain;
e. Ada tujuan yang ingin dicapai;
f. Ada sasaran;
g. Ada keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati; dan,
h. Ada pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
Dari ciri-ciri organisasi di atas dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan
sistem kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama yang terstruktur baik dari pembagian kerja maupun dari segi tata
pemegang posisi nya.
2. Unsur-Unsur Pengelolaan (Manajemen)
Menurut Harrington Emerson (dalam Pamungkas, 2021) unsur-unsur
pengelolaan adalah sebagai berikut:
a. Men
Manusia merupakan unsur mutlak dan yang terpenting dalam manajemen.
Sebagai sumber tenaga utama, manajemen tidak akan berjalan tanpa ada
manusia pengelolanya. Dalam manajemen, manusia dibedakan menjadi
dua golongan yaitu yang dipimpin dan yang memimpin.
b. Money
Disamping manusia dibutuhkan sebagai pengelola, dalam kegiatan
manajemen juga membutuhkan uang.
c. Materials
Bahan-bahan juga dibutuhkan dalam kegiatan manajemen, bahan-bahan
yang dimaksud berupa bahan-bahan mentah, bahan jadi dan bahan
setengah jadi.
d. Machines
Adanya penggunaan mesin biasanya diperlukan untuk mencapai efisiensi
kerja, dimana dengan penggunaan tersebut dapat mempermudah,
memperlancar proses kerja sehingga dapat membawa banyak keuntungan
maksimal.
e. Methods
Methods atau metode adalah cara pelaksanaan kerja yang dilakukan
secara sederana, mudah dan dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan.
3. Prinsip-Prinsip Manajemen
Setiap manajer harus memiliki komitmen terhadap prinsip-prinsip
manajemen ketika mengimplementasikan tugas dan tanggungjawabnya.
Karena dengan prinsip manajemen akan mendukung kesuksesan manajer
dalam meningkatkan kinerjanya. Dengan menggunakan prinsip-prinsip
manajemen, manajer dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam
menjalankan pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan
semakin besar, paling tidak dengan prinsip tersebut manajer dapat
mengurangi ketidakbenaran dalam pekerjaannya.
Adapun prinsip-prinsip manajemen, menurut Henry Fayo (dalam Wijaya &
Rifa’i, 2016) adalah:
a. Pembagian Kerja
Prinsip ini sangat penting karena adanya keterbatasan-keterbatasan
manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan yang mengharuskan
adanya pembagian pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi
organisasi dan pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat
diperlukan, baik pada bidang teknis maupun pada bidang kepemimpinan.
Asas pembagian kerja ini mutlak harus diadakan pada setiap organisasi
karena tanpa pembagian kerja berarti tidak ada organisasi dan kerjasama
di antara anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya guna dan hasil
guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Kekuasaan dan Tanggung Jawab
Menurut asas ini, perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung
jawab antara atasan dan bawahan; wewenang harus seimbang dengan
tanggung jawab. Misalnya wewenang sebesar X maka tanggung jawab
pun sebesar X. Wewenang (authority) menimbulkan “hak”, sedangkan
tanggung jawab menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban
menyebabkan adanya interaksi atau komunikasi antara atasan dan
bawahan.

c. Disiplin
Menurut asal ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta
dilaksanakan sepenuhnya.
d. Kesatuan Perintah
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah
dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan
pula. Tetapi seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa
orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu, karena jika seorang
bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia akan bingung.
e. Kesatuan Arah
Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu
tujuan, satu perintah, dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah,
kesatuan gerak, dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama. Unity
of command berhubungan dengan karyawan, sedangkan Unity of
direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.
f. Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama
(organisasi), di atas kepentingan pribadinya. Misalnya pekerjaan kantor
sehari-hari harus diutamakan daripada pekerjaan sendiri.
g. Remuneration of Personnel
Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil,
wajar, dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan
yang maksimal baik bagi karyawan maupun atasannya.
h. Hirarkis
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir harus dari atas ke bawah,
maksudnya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan
terendah dengan cara yang berurutan.

i. Social Order
artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau bidang
spesialisasinya.
j. Keadilan
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian
gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang adil
akan mendorong bawahan mematuhi perintah-perintah atasan dan gairah
kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas dan cenderang menyepelekan
tugas-tugas dan perintah-perintah atasannya.
k. Asas Kesatuan
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina
melalui sistem komunikasi yung baik, sehingga terwujud kekompakan
kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik.
Pimpinan perusahaan harus membina para bawahannya sedemikian rupa,
supaya karyawan merasa ikut memiliki perusahaan itu.

4. Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi dasar manajemen saling berkaitan. Perencanaan
mempengaruhi pengorganisasian dan pengorganisasian mempengaruhi
pengawasan. Satu fungsi tidak berhenti sebelum yang lain dimulai. Fungsi-
fungsi tersebut saling terjalin tanpa terpisahkan dan biasanaya dijalankan
dalam suatu urutan tertentu (dalam Hasanah, 2017).
Adapun fungsi-fungsi manajemen Menurut Prof Dr Sondang P Siagian MA
dalam bukunya “Fungsi-fungsi managerial” dan “Filsafat Administrasi”
(dalam Duraisy, 2015) adalah:
a. Perencanaan (Planning)
Planning didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Pengertian tersebut menunjukan bahwa perencanaan merupakan fungsi
administrasi dan manajemen yang pertama. Alasannya ialah bahwa tanpa
adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan
kegiatankegiatan tertentu dalam rangka usaha pencapain tujuan.
Perencanaan menjadi fungsi pertama karena ia merupakan dasar
dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Salah satu cara
yang paling mudah dikemukakan dalarn penyusunan rencana adalah
dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan
jawaban terhadap 6 pertanyaan, antara lain:
1) What (Apa)
2) Where (Dimana)
3) When (Kapan)
4) How (Bagaimana)
5) Who (Siapa)
Adapun contoh bentuk pertanyaannya yaitu:
a) Apa kegiatan-kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya ?
b) Dimana kegiatan-kegiatan tertentu dijalankan?
c) Kapan kegiatan-kegiatan tertentu hendak dilaksanakan? Hal ini berarti
bahwa dalam rencana hams tergambar sistem prioritas yang
dipergunakan, penjadwalan waktu dan hal-hal yang berhubungan
dengan faktor waktu.
d) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan-kegiatan ke arah tercapainya
tujuan ? Yang dicakup oleh pertanyaan ini menyangkut soal sistem
dan tata kerja, standar yang hams dipenuhi, cara pembuatan dan
penyampaian laporan, cara menyimpan dokumen dan lain-lain.
e) Pertanyaan “siapa” berarti diketemukannya jawaban dalam rencana
tentang gambaran pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab.
f) Secara filosofis, pertanyaan yang terpenting di antara rangkaian
pertanyaan ini ialah pertanyaan “mengapa”. Terpenting karena
pertanyaan ini ditunjukan kepada kelima pertanyaan yang
mendahuluinya. Jika kelompok pimpinan dapat memuaskan dirinya
atas jawaban-jawaban yang diperoleh terhadap keenam pertanyaan itu,
akan terciptalah suatu rencana yang baik.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c. Pemberian Motivasi (Motivating)
Penggerakan ialah keseluruhan proses pemberian motifasi bekerja kepada
para bawahan sedemikan rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
d. Pengawasan (Controling)
Pengawasan ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
e. Penilaian (Evaluating)
Penilaian adalah proses pengukuran dan pembandingan hasil-hasil
pekerjaan yang telah dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakekat dari penilaian adalah:
1) Penilaian ditujukan kepada satu fase tertentu dalam satu proses
setelah fase itu seluruhnya selesai dikerjakan.
2) Penilaian bersifat korektif terhadap fase yang telah selesai dikerjakan.
Korektifitas yang menjadi sifat penilaian itu sangat berguna bukan
untuk fase yang telah selesai, akan tetapi untuk fase berikutnya.
Artinya, melalui penilaian harus diketemukan kelemahan-kelemahan
sistem yang dipergunakan dalam fase yang baru saja selesai. Juga
harus diketemukan penyimpangan-penyimpangan dan/atau
penyelewengan-penyelewengan yang telah terjadi, tetapi lebih penting
lagi, harus diketemukan sebab-sebab mengapa kelemahan-kelemahan
itu timbul, juga harus diketemukan sebab-sebab mengapa
penyimpangan-penyimpangan itu terjadi.
Kesemua fungsi-fungsi tersebut harus dijalankan oleh administrasi dan
manajemen. Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut
akan mengakibatkan lambat laun matinya organisasi.

5. Langkah Pengelolaan
Langkah-langkah pelaksanaan pengelolaan (dalam Sugiri, 2018) adalah:
a. Menentukan strategi
b. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab
c. Menentukan target yang mencakup kriteris hasil, kualitas dan batasan
waktu
d. Menentukan pengukuran, pengoperasian tugas dan rencana
e. Menentukan standar kerja yang mencakup efekticitas dan efisiensi
f. Menentukan ukuran untuk menilai
g. Mengadakan pertemuan
h. Pelaksanaan
i. Mengadakan penilaian
j. Mengadakan review secara berkala
k. Pelaksanaan tahap berikutnya berlangsung secara berulang-ulang.
6. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumberdaya yang ada seperti
sumberdaya manusia, peralatan atau sarana yang ada dalam suatu organisasi
dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan dari
segenap pemborosan waktu, tenaga dan materi guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi, karena tanpa
adanya pengelolaan atau manajemen semua usaha sia-sia dan pencapaian
tujuan akan lebih sulit. Berikut adalah beberapa tujuan dari pengelolaan
(dalam Wendri, 2018) yaitu:

a. Untuk mencapai tujuan organisasi berdasarkan visi-misi organisasi


b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling
bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam suatu organisasi.
c. Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum
yaitu efisien dan efektivitas

7. Keberlangsungan Bisnis (Triple Bottom Line)


Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk tidak hanya
memperhatikan laba semata, namun juga kondisi sekitar dimana di
dalamnya termasuk aspek masyarakat dan lingkungan hidup. Ketiga aspek
ini disebut sebagai Triple Bottom Line (TBL) (dalam Felisia & Limijaya,
2014).
Triple Bottom Line merupakan suatu konsep yang digagas oleh
Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul Cannibal with fork, The
triple Bottom Line of Twentieth Century Business, ia memberi pandangan
bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya,
maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P” yaitu Profit, Planet dan
People. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people)
dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)
(dalam Amelia, 2019).
Adapun penjabaran dari 3P dimuat dalam Widuri, 2020) antara lain;

1. People
Menandakan bahwa perusahaan harus memperhatikan hak tenaga kerja
dengan menentang adanya eksploitasi pekerja dibawah umur, membayar
upah sesuai regulasi serta peduli pada kesehatan dan pendidikan tenaga
kerja.
2. Planet
Menandakan perusahaan harus mengelola natural resources perusahaan
dengan baik serta peduli pada dampak lingkungan akibat aktivitas
perusahaan.
3. Profit
Menandakan bahwa perusahaan tidak hanya mengutamakan keuntungan
tetapi juga harus melakukan perdagangan yang adil dan beretika.
Dalam Triple Bottom Line hubungan antara people, planet dan profit
tersebut harus seimbang, dimana salah satu elemen tidak bisa mendominasi
elemen lainnya atau hanya salah satu elemen saja yang dipentingkan,
konsep Triple Bottom Line diyakini dapat menjamin keberlangsungan bisnis
suatu perusahaan (dalam Felisia & Limijaya, 2014).
Menurut Avicenia (dalam Ariastini & Semara, 2019) salah satu
implementasi konsep TBL diwujudkan dalam bentuk program Corporate
Social Responsibility (CSR). Program CSR merupakan tanggungjawab
sosial perusahaan yang diharapkan dapat memberikan manfaat positif
terhadap komunitas sekitar perusahaan maupun masyarakat secara luas.
Selain itu, pelaksanaan CSR juga diatur dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa Perseroan
memiliki kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
pelaksanaannya yang dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.

C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)


1. Definisi BUMDes
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
metode penelitian Studi Kasus. Studi Kasus adalah suatu rangkaian kegiatan
ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu
program, peristiwa dan aktivitas, baik pada tinngakt perorangan, sekelompok
orang, lembaga atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam
tentang peristiwa tersebut (dalam Rahardjo, 2017). Dalam Penelitian ini studi
kasus digunakan dengan maksud menganalisis Pengelolaan Badan Usaha
Milik Nagari (BUMNag) dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat.

B. Latar dan Waktu Penelitian


Latar dalam penelitian ini dilakukan di BUMNag Batang Simonce yang
berada di Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar, dengan
waktu penelitian dimulai pada bulan Januari 2023.

C. Informan Penelitian
Informan merupakan pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan
penelitian. Informan dalam penelitian ini dipilih karena paling banyak
mengetahui atau terlibat langsung. Pemilihan informan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara Purposive Sampling. Purposive Samping yaitu teknik
penarikan sampel secara subjektif dengan maksud atau tujuan tertentu, yang
menganggap bahwa informan yang dipilih memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun yang menjadi
informan pada penelitian ini adalah:
1. Wali Nagari Kumango
2. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN)
3. Pendamping Lokal Desa (PLD)
4. Pengelola BUMNag Batang Simonce yang terdiri dari;
a. Penasehat
b. Pengurus
c. Pengawas
5. 2 Orang Masyarakat Nagari Kumango (petani di Jorong Selatan dan
petani di Jorong Utara)

D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data penelitian. Sumber data terbagi atas dua yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Husein Umar (dalam Dina, 2018) data primer adalah data yang
didapatkan langsung dari sumber pertama, baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang
biasa dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini sumber data primer
diperoleh melalui wawancara yang dilakukan dengan Pengelola BUMNag
Batang Simonce, pihak Wali Nagari, Pendamping Lokal Desa, Badan
Permusyawaratan Rakyat Nagari dan Masyarakat Nagari
Kumango.Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar.
2. Data Sekunder
Menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo (dalam Lestari dkk, 2022)
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung atau melalui media perentara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari sumber
bacaan berupa jurnal dan buku serta dokumen tambahan terkait BUMNag
Batang Simonce yang ada di Nagari Kumango.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, terdiri dari
observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung
terhadap objek penelitian untuk memperoleh informasi atau data
sebagaimana tujuan penelitian. Adapun observasi yang peneliti lakukan
yaitu dengan cara datang langsung ke BUMNag Batang Simonce untuk
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian.
2. Wawancara
Menurut Rahardjo (dalam Naufal, 2022 wawancara adalah proses interaksi
atau komunikasi dengan tujuan mengumpulkan data melalui sesi tanya
jawab antara subjek penelitian dan peneliti. Adapun jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur.
Menurut Sugiyono (dalam Lestari, 2018) Wawancara tidak terstruktur
merupakan jenis wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat dan
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh
orang lain tentang subjek. Menurut Heridansyah (dalam Mufida, 2015)
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh
subjek yang bersangkutan. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar,
catatan harian, sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan atau karya-karya
monumental seseorang.

F. Teknik Analisis Data


Menurut Qomari (dalam Handayani, 2021) teknik analisis data adalah tahapan
yang mengharuskan data yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai
teknik pengumpulan data, kemudian diolah dan disajikan untuk membantu
menjawab permasalahan penelitian yang diteliti. Analisis data penelitian
kualitatif dimulai pada saat pengumpulan data pertama berlangsung sampai
dengan data selesai diolah. Menurut Miles dan Huberman teknik analisis data
terdiri dari; Reduksi data, Penyadian data dan Penarikan Kesimpulan.
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok dan merangkumnya.
reduksi data merupakan usaha penyederhanaan data dengan cara mengambil
inti (substansi) data hingga ditemukan kesimpulan dan fokus permasalahan.
Reduksi data juga merupakan proses pemilihan, pemusatan dan
pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini dilakukan selama
penelitian dari awal hingga akhir penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah datra selesai direduksi. Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat, flowchart, hubungan
antar kategori dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data
yang sering digunakan adalah dalam bentuk teks yang bersifat naratif saja.
Karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus,
maka penyajian data yang dituangkan dalam penelitian ini akan lebih
banyak dituangkan dalam bentuk uraian atau deskripsi.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam teknik analisis data
kualitatif, tahap ini dilakukan dengan melihat hasil reduksi data tetap
mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,
persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalahan yang ada.

G. Teknik Keabsahan Data


Penjamin keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji
kredibilitas berupa triangulasi. Menurut Sugiyono (dalam Santy, 2021)
triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu (triangulasi sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu). Dalam penelitian ini, triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber merupakan uji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber, apabila data tersebut sudah menghasilkan suatu kesimpulan
kemudian dimintakan kesepakatan (member check) dari kesemua sumber data
tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdi.,H (2021). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli , Kenali Fungsi, Tujuan
dan jenisnya. https://www.liputan6.com/hot/read/4569178/pengertian-
analisis-menurut-para-ahli-kenali-fungsi-tujuan-dan-jenisnya Diakses pada 20
Maret 2023 pukul 08.00 WIB.
Amelia.,A. (2019). Implementasi Corporate Social Responsibility dalam
Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Kegiatan CSR Renovasi Balai
Banjar PT Bussan Auto Finance)
Ariastini.,N.,N & Semara.,I.,M.,T. (2019). Implementasi Konsep Triple Bottom
Line Dalam Program Corporate Social Responsibility di Hotel Alila
Seminyak. 9(2).
Boekoesoe.,L & Maksum.,T.,S. (2022). Optimalisasi Pembangunan Desa dalam
Mewujudkan SDGs Desa. Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan
Masyarakat).
Dewi.,A.,S.,K. (2014). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai
Upaya dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) serta
Menumbuhkan Perekonomian Desa. Journal Of Rural And Development.
V(1).
Dewinda.,& Vitri.,S. (2016). Nawacita dan Tema-Tema Sosial Cerpen Kompas
Satu Tahun Kabinet Kerja (Tinjauan Sosiologi Sastra).
Dina.,C. (2018). Tinjauan Atas Prosedur Pembelian Peralatan Kantor pada
PT.Deltra Wijaya Konsultan.
Duraisy.,B.,R. (2015) Manajemen Organisasi. Hal 7-10.
Felisia & Limijaya.,F.,A. (2014). TRIPLE BOTTOM LINE DAN
SUSTAINABILITY. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar.
18(1).
Fitrianita., N. (2021). Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa
Maccini Baju Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Gemilang.,F. (2018). Analisis Sistem Berlabuh Jangkar Guna Mencegah
Hilangnya Jangkar Saat Drop Anchor Kapal MV.DK01.
Handayani.,F.,D. (2021). Self Disclosure dalam Komunikasi Interpersonal
Pengguna Fitur Close Friend Instagram.
Harkat.,A, dkk. (2022). Analisis Pengelolaan dan Kinerja Badan Usaha Milik
Desa. Indonesian Journal Of Business and Management. 2(3).
http://kbbi.web.id/kelola Diakses Pada 27 Maret 2023 di Batusangkar
https://kemendesa.go.id/berita/view/detil/2487/jumlah-bumdes-6-kali diakses
pada tanggal 21 Maret 2023 pukul 13.10 WIB di Padang.
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/jumlah-bumdes-di-indonesia-2015-
2019-15928899207 diakses pada tanggal 21 Maret 2023 pukul 13.35 WIB di
Padang.
https://newssetup.kontan.co.id/news/jumlah-bumdes-bertambah-57288-sepanjang-
tahun-lalu diakes pada tanggal 21 Maret 2023 pukul 13.50 WIB di Padang.
Humas. (2019). “Membangun Indonesia dari Pinggiran Desa”.
https://setkab.go.id/membangun-indonesia-dari-pinggiran-desa/. Diakses pada
12 Februari 2023 di Padang.
Lestari.,D. (2018). Peranan Sistem Full Day School dalam Menumbuhkan
Semangat Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran PPKN.
Lestari.,dkk. (2022). Pengaruh Penerapan Dimensi Enterprise Risk Management
dalam Meningkatkan Nilai Perusahaan (Studi Perusahaan Munafaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Mufida.,S. (2015). Kebermaknaan Hidup Pemain Sepak Bola Arema.
Nadzifah.,Z. (2020). Pengelolaan Usaha Konveksi dalam Perspektif Manajemen
Syariah (Studi Kasus UMKM Konveksi Start Nine di Dusun Beton Desa
Tritunggal Kec. Babat Kab. Lamongan).
Natipulu & Dahlia.,M. (2021). Analisis Implementasi Suitainable Development
Goals(SDGs) Desa melalui Pengembangan Badan Usaha Milik Desa.
Naufal.,D.,F. (2022). Analisis Hambatan dan Strategi Pemecahan Masalah pada
Siswa dalam Pembelajaran Daring PJOK di SMP Negeri 29 Bandung.
Pamungkas.,A.,A (2021). Analisis Pengelolaan Sistem Reservasi Online melalui
Aplikasi Online Travel Agent pada Hotel Minang Permai 3.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 2.
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Permendes PDTT) Nomor 8 Tahun 2022 BAB II Pasal 5 Ayat 2.
Pranowo.,G. (2021). Monograf Pengelolaan Pembelajaran Mata Pelajaran
Produktif Kelas Nautika. Penerbit Lakeisa:Jawa Tengah. Hal 7.
Putra. (2020). Pengertian Analisis: Fungsi, Tujuan dan Jenis-Jenis Analisa.
https://salamadian.com/pengertian-analisis/ Diakses pada 17 Maret 2023
pukul 13.30 WIB.
Ratnasari.,D. (2018). Analisis Pengaruh Perawatan Kapal Terhadap Kinerja
Operasional Kapal Pada PT.Cipta Samudera Shipping Line Surabaya.
Rahardjo.,M. (2017). Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya.
Rohmah.,A.,N. (2019). Analisis Manajemen Organisasi pada Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al-Chumaidiyyah Kota Semarang.
Safri.,H. (2018). Pengantar Ilmu Ekonomi. Palopo:Lembaga Penerbit Kampus
IAIN Palopo. Hal 3.
Santy.,N.,W.,D. (2019). Citra Perusahaan Garuda Indonesia: Persepsi Para
Loyalis Garuda Indonesia.
Satmoko.,R.,S. (2022). Panduan Unes Giat Penguatan Generasi Milenial
Mendukung SDGs Desa. Semarang: LPPM UNES. Hal 11-12.
Sholihati.,N. (2020). Peran dan Efektifitas Badan Usaha Milik Desa dalam
Peningkatan Ksejahteraan Masyarakat Desa Blang Krueng Aceh Besar.
Sugiri. (2018). Pengelolaan Database MySQL dengan PhPMyAdmin.
Tilome.,A.,A, dkk. (2020). Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Desa Satria Kec.Mootilango
Kab.Gorontalo. Jurnal Perencanaan Pengembangan Ekonomi. 3(2).
Uker.,D. (2021). Dasar-Dasar Manajemen untuk Industri Pangan. Penerbit
Universitas Terbuka: Tanggerang Selatan. Hal 1.11-1.12.
UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 6 tentang Desa.
Wendri.,S. (2018). Analisis Pengelolaan Perpustakaan Daerah di Kabupaten
Kuantan Sangingi.
Wijaya.,C. & Rifa’i.,M. (2016). Dasar-Dasar Manajemen Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien.
Wiratala.,D. (2020). Pengaruh Pengelolaan dan Peran BUMDes Terhadap
Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Gondang
Kec.Gondang Kab.Tulungagung).

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan


(PKDSP). 2007. Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes). Surabaya: Universitas Brawijaya. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai