Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN GEOMETRIK SISI UDARA (RUNWAY, TAXIWAY,

DAN APRON) BANDARA SUPADIO DENGAN ADANYA JALUR


RUNWAY BARU
Calvin Kwee 1), Slamet Widodo 2) dan Heri Azwansyah 3)
1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2,3)
Dosen Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: calvinkwee@student.untan.ac.id

ABSTRAK
Bandara Internasional Supadio adalah salah satu bandara internasional terbesar di Kalimantan yang setiap
tahunnya mengalami peningkatan lalu lintas udara, sehingga diperlukan adanya pengembangan sisi udara
bandara. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi jumlah penumpang, menentukan pesawat rencana, dan
merencanakan dimensi, marking, dan layout sisi udara agar dapat mendukung arus lalu lintas udara dalam 20
tahun mendatang. Adapun penelitian yang dilakukan dengan memperoleh data sekunder dari instansi terkait
seperti PT. Angkasa Pura II, Badan Pusat Statistik, dan juga situs-situs web yang terpercaya tentang kebenaran
datanya. Model metode prediksi jumlah penumpang pada tahun 2042 menggunakan metode Trend Analysis
dengan menggunakan regresi fungsi polinomial, dan juga untuk menghitung dimensi runway, taxiway, dan
apron berdasarkan metode dari ICAO. Untuk jumlah penumpang pada tahun 2042 didapatkan sebanyak
28.305.677 penumpang/tahun, jumlah pergerakan pesawat pada saat jam sibuk sebanyak 25 dengan pesawat
rencana Boeing 777-200ER. Dimensi runway didapatkan sebesar 3.500 x 60 m, taxiway selebar 44 m, lokasi
high-speed exit taxiway berada pada 2.905 m dari ujung runway, dan juga apron seluas 284.596 m2 dengan
apron gate sebanyak 15 buah.
Kata Kunci: Apron, Bandara, Runway, Supadio, Taxiway

ABSTRACT
Supadio International Airport is one of the biggest airports that is located in Borneo Island, which in fact, has
noticeably increasing amount of air traffic over the previous years. In this case, the airport needs development
in terms of the air side. This research was made to forecast the growth of passengers, to determine the type of
aircraft used, to determine the dimensions, markings, and layout of the air side, so that it can facilitate the air
traffic flow in the next 20 years operating. This research also uses data from related instances such as PT.
Angkasa Pura II, Badan Pusat Statistik, and also websites that provide such valid data. This research uses Trend
Analysis Method, in which uses polynomial type of regression to forecast the growth of passengers in 2042 and
also uses ICAO analysis method to determine the dimensions of runway, taxiway, and apron. It is resulted as
much as 28,305,677 passengers in 2042, as well as the aircraft busy hour movement of 25 movements, with the
Boeing 777-200ER that is used in this research. Lastly, it is resulted in 3,500 x 60 m of runway, width of 44 m of
taxiway, distance of high-speed taxiway from the end of the runway is 2,905 m, and 284,596 m2 as the area of
apron with 15 apron gates in it.
Key Words: Airport, Apron, Runway, Supadio, Taxiway

I. PENDAHULUAN mencapai 81%, yang dimana hal ini masih di atas


Indonesia merupakan negara kepulauan nilai dari rata-rata dunia yaitu 62%. Maka dari itu,
terbesar dengan lebih dari 17.000 pulau, serta luas transportasi udara akan selalu dipilih oleh mayoritas
wilayah sekitar 1.904.569 km2. Untuk konsumen yang ingin melakukan perjalanan jauh
menghubungkan seluruh daerah kepulauan ini untuk bekerja maupun berlibur.
dibutuhkan moda transportasi yang efektif, efisien dan Adapun data kunjungan pesawat pada
mutakhir. Maka dari itu, transportasi udara sering Bandara Supadio dapat dilihat pada Grafik 1.
dijadikan pilihan bagi masyarakat di Indonesia yang
mengutamakan efektifitas dalam beraktifitas. Hal ini
dapat dilihat dengan perkembangan dunia
penerbangan yang sangat pesat. Adapun alasan dalam
memilih angkutan udara adalah karena ketepatan
waktu dan faktor keselamatan. Adanya nilai
implementasi dari keamanan dan keselamatan
transportasi udara di Indonesia pada tahun 2017

1
Total Jumlah Pesawat
45000 II. METODOLOGI DAN PUSTAKA
40000 Metode penelitian merupakan suatu cara
35000 ataupun langkah yang dilakukan oleh peneliti dengan
30000 tujuan untuk mengumpulkan informasi maupun data
25000
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Maka
20000
15000 dari itu, diperlukan proses atau tahapan untuk dapat
10000 menghasilkan suatu penelitian yang valid, akurat, dan
5000 objektif.
0
Diagram Alir

2019
2020
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018

2021
Tahun

Data Kunjungan Pesawat

Grafik 1. Data kunjungan pesawat pada Bandara


Supadio (sumber: BPS)

Jumlah pergerakan penumpang pesawat


dalam lingkup Kota Pontianak dalam setiap tahun
selalu meningkat. Pada kali ini, PT Angkasa Pura II
(Persero) merencanakan proyek jalur runway baru
dengan ukuran 3.000 x 60 m pada Bandara Supadio,
yang direncanakan dapat memfasilitasi perkembangan
aktivitas penerbangan pada Bandara Supadio
setidaknya dalam 20 tahun ke depan dan juga adanya
rencana untuk menambah rute penerbangan yang
jauh, seperti misalnya ke Mekkah untuk tujuan ibadah
haji dan umroh, mengingat juga antusias warga kota
Pontianak dan sekitarnya untuk menjalankan ibadah
haji dan umroh tersebut. Jalur runway yang akan
direncanakan tersebut nantinya bertujuan untuk
memfasilitasi adanya perkembangan aktivitas lalu
lintas udara yang setiap tahunnya meningkat dan juga
nantinya dapat memfasilitasi pesawat dengan ukuran
badan yang lebih besar.
Perumusan masalah adalah adanya
pertumbuhan lalu lintas udara yang semakin padat,
perubahan fungsi runway eksisting yang diubah
menjadi parallel taxiway, diperlukannya perencanaan
geometrik dan ukuran runway, taxiway, dan apron
yang baru, permasalahan dimana pesawat udara yang Pencarian dan Pengumpulan Data
mendarat memakan waktu yang lama untuk berpindah Dalam perencanaan ini, data yang akan
dari runway menuju apron. digunakan dapat dirincikan sebagai berikut.
Tujuan penelitian adalah untuk memprediksi a) Data pergerakan pesawat dan penumpang
pertumbuhan lalu lintas udara pada 20 tahun Diperoleh dari Statistik Transportasi Udara tahun
mendatang, Mengembangkan tata letak (layout) sisi 2009 – 2018 dari Badan Pusat Statistik.
udara, merencanakan geometrik dan ukuran runway, b) Data jadwal pergerakan pesawat dan data waktu
taxiway, high-speed exit taxiway, dan apron. penggunaan runway
Lingkup penelitian adalah adalah data dari Dikumpulkan dari situs web flightradar24, yang
kunjungan pesawat yang beroperasi, jumlah diperlukan untuk menganalisis pergerakan pesawat di
penumpang di bandara, data temperatur, data gradien Bandara Supadio pada setiap jamnya.
(kemiringan), dan data ketinggian permukaan, data c) Data elevasi ketinggian bandara
tata letak (layout), data waktu penggunaan runway, Diambil dari perencanaan dan studi-studi terdahulu
dan juga data geometrik eksisting dari Bandara sebelumnya yang berkaitan dengan Bandara Supadio,
Supadio. yang diperlukan untuk merencanakan geometrik
runway baru.
d) Data suhu / temperatur

2
Dikumpulkan dari situs web BMKG yang berisi data Apron Luasan Apron & Clearance
temperatur harian maksimum dan data temperatur Jumlah Apron Gate
harian rata-rata dalam bulan terpanas selama 5 tahun Markings
(tahun 2017 – 2021), yang diperlukan untuk Berikut merupakan data umum sisi udara
merencanakan geometrik runway baru. eksisting Bandara Supadio sebagai berikut.
e) Data karakteristik pesawat ▪ Dimensi runway eksisting : 2.600 x 45 m
Berdasarkan acuan aircraft characteristic manual for ▪ Arah runway : 15-33
airport design yang sudah direkap di dalam peraturan ▪ Elevasi ketinggian : 3 mdpl
KP 39 Tahun 2015. ▪ Temperatur referensi : 27,95℃ (2012)
Data pergerakan penumpang Bandara Data temperatur referensi (aerodrome
Supadio terlebih dahulu dibuat menjadi grafik, reference temperature) akan dihitung sebagai berikut.
kemudian dilakukan analisis prediksi forecasting Tabel 2. Format pengumpulan data temperatur harian
dengan membandingkan hasil dari dua metode, yaitu: Tanggal Temperatur Temperatur Harian
time series (trend analysis) dan market share. Adapun Harian Rata- Maksimum (°C)
data pergerakan penumpang pada Bandara Supadio Rata (°C)
dapat dilihat dalam Grafik 2. 1 a e
4.500.000 2 b f
4.000.000 3 c g
Jumlah Penumpang

3.500.000 ... ... ...


3.000.000 n d h
2.500.000 Kemudian dapat dihitung melalui persamaan-
2.000.000 persamaan sebagai berikut.
1.500.000 𝑎 +𝑏 +𝑐 +⋯+𝑑
𝑇1 = (1)
1.000.000 𝑛
500.000 𝑒 + 𝑓 + 𝑔 + ⋯+ ℎ
0
𝑇2 = (2)
𝑛
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018

Metode Perencanaan Geometrik Runway


Tahun Untuk menghitung panjang runway, perlu
dikoreksi terhadap faktor-faktor sebagai berikut.
Grafik 2. Data pergerakan penumpang pada Bandara a) Faktor elevasi (Fe)
Supadio (sumber: Badan Pusat Statistik) ℎ
𝐹𝑒 = 1 + (0,07 × ) (3)
Setelah mendapatkan jumlah perkiraan 300
pergerakan penumpang pada tahun rencana, maka Dimana:
baru ditentukan jenis pesawat yang cocok untuk h = Elevasi terhadap muka air laut (m)
digunakan. b) Faktor temperatur (Ft)
Adapun perencanaan pengembangan (𝑇2 − 𝑇1 )
𝐹𝑡 = 𝑇1 + (4)
geometrik sisi udara diuraikan dalam Tabel 1. 3
Tabel 1. Uraian perencanaan pengembangan Dimana:
geometrik sisi udara Bandara Supadio T0 = Temperatur referensi (°C)
Fasilitas Perencanaan Pengembangan T1 = Rerata dari temperatur harian rata-rata (°C)
Sisi Udara T2 = Rerata dari temperatur harian maksimum
Runway Panjang Runway c) Faktor kemiringan memanjang runway
Lebar Runway 𝐹𝑠 = 1 + (0,1 × 𝑆) (5)
Kemiringan Memanjang Runway Dimana:
Kemiringan Melintang Runway S = Kemiringan memanjang runway (%)
Runway End Safety Area (RESA)
Setelah menghitung ketiga faktor tersebut,
Runway Strip
barulah dihitung panjang runway rencana dengan
Clearway dan Stopway
persamaan sebagai berikut.
Markings
Taxiway Lebar Taxiway 𝐿𝑟 = 𝐴𝑅𝐹𝐿 × 𝐹𝑒 × 𝐹𝑡 × 𝐹𝑠 (6)
Taxiway Shoulder Dimana:
Kemiringan Memanjang Taxiway Lr = Panjang runway yang dibutuhkan (m)
Kemiringan Melintang Taxiway ARFL = Aerodrome Reference Field Length (m)
Fillet Taxiway Fe = Faktor elevasi
High Speed Exit Taxiway Ft = Faktor temperatur
Markings Fs = Faktor kemiringan dari runway

3
Untuk menentukan lebar runway yang F 25 m 60 m
diperlukan, diatur pada Tabel 3. Untuk menentukan jarak antara runway dan
Tabel 3. Lebar runway (sumber: ICAO, 2016) taxiway, diatur sesuai dengan Tabel 8.
Code Lebar Runway (m) Tabel 8. Jarak antara runway dengan taxiway
Number A B C D E F (sumber: ICAO, 2016)
1 18 18 23 - - - Code Jarak Centerline Runway dengan
2 23 23 30 - - - Letter Centerline Taxiway
3 30 30 30 45 - - A 82,5 m
4 - - 45 45 45 60 B 87 m
Untuk menentukan lebar bahu runway yang C 168 m
diperlukan, diatur sesuai dengan Tabel 4. D 176 m
Tabel 4. Lebar bahu runway (sumber: ICAO, 2016) E 182,5 m
Code Letter Golongan Pesawat Lebar Bahu F 190 m
A I 3m Untuk menentukan kemiringan memanjang
B II 3m taxiway, diatur sesuai dengan Tabel 9.
C III 6m Tabel 9. Kemiringan memanjang taxiway (sumber:
D IV 7,5 m ICAO, 2016)
E V 10,5 m Code Longitudinal Maks. Perubahan Slope
F VI 12 m Letter Slope (%) setiap 30 m
Untuk menentukan kemiringan memanjang A 3 1%
runway, diatur sesuai dengan Tabel 5. B 3 1%
Tabel 5. Kemiringan memanjang runway (sumber: C 1,5 1%
ICAO, 2016) D 1,5 1%
Code Bagian ¼ dari Ujung Landasan E 1,5 1%
Letter Landasan F 1,5 1%
A Maks. 2% - Untuk menentukan kemiringan melintang
B Maks. 2% - taxiway, diatur sesuai dengan Tabel 10.
C Maks. 1,5% Maks. 0,8%
D Maks. 1,25% Maks. 0,8% Tabel 10. Kemiringan melintang taxiway (sumber:
E Maks. 1,25% Maks. 0,8% ICAO, 2016)
F Maks. 1,25% Maks. 0,8% Code Letter Kemiringan Melintang Maksimum
Untuk menentukan kemiringan melintang (%)
runway, diatur sesuai dengan Tabel 6. A 2
B 2
Tabel 6. Kemiringan melintang runway (sumber: C 1,5
ICAO, 2016) D 1,5
Code Letter Kemiringan Melintang (%) E 1,5
A 2 F 1,5
B 2 Untuk menentukan lebar taxiway diatur pada
C 1,5 Tabel 11.
D 1,5 Tabel 11. Ukuran taxiway strip dan jarak lurus
E 1,5 minimum setelah adanya tikungan pada
F 1,5 taxiway (sumber: ICAO, 2016)
Code Jarak Minimum Jarak Lurus
Metode Perencanaan Geometrik Taxiway Letter Centterline Strip ke Minimum
Lebar taxiway dan taxiway shoulder, dapat Centerline Taxiway Setelah
ditentukan sesuai dengan Tabel 7. (m) Tikungan (m)
Tabel 7. Lebar taxiway dan bahu (sumber: ICAO, A 22 35
2016) B 25 35
Code Lebar Minimum Lebar Minimum C 25,5 75
Letter Taxiway Taxiway + D 38 75
Taxiway Shoulder E 44 75
A 7,5 m 25 m F 60 75
B 10,5 m 25 m Untuk menentukan dimensi fillet taxiway
C 18 m 25 m beserta radisunya, diatur sesuai dengan Gambar 1 dan
D 23 m 38 m Tabel 12.
E 23 m 44 m

4
D1 = Jarak dari ujung runway sampai titik touchdown
(m)
D2 = Jarak exit taxiway dengan touchdown (m)
Ve = Kecepatan masuk exit taxiway (m/det)
Vul = Kecepatan pesawat saat touchdown (m/det)
a = Rata-rata perlambatan (m/det2)
Tabel 14. Kecepatan saat touchdown dan perlambatan
di runway (sumber: ICAO, 2016)
Kategori Pesawat Vul (m/det) a (m/det2)
A 44,17 1,52
Gambar 1. Dimensi Fillet taxiway (sumber: B 50 1,52
McKelvey & Horonjeff, 2010) C 61,67 1,52
D 71,94 1,52
Tabel 12. Dimensi fillet taxiway dan radiusnya E 85,40 1,52
(sumber: Dirjen Perhubungan, 2005) d) Dimensi radius dan panjang lengkung tikungan
Code R1 R2 r0 (m) r1 (m) r2 (m)
Letter (m (m)
A 30 30 39 25 25
B 41,5 30 41,5 25 30
C 41,5 41,5 53 25 35
D 30 60 71,5 35 55
E 60 60 71,5 35 55
F 60 60 75 45 50 Gambar 2.Radius dan panjang lengkung tikungan
high-speed exit taxiway (sumber: ICAO,
2016)
Metode Perencanaan Geometrik High-Speed
Tabel 15. Dimensi Radius R1 (sumber: ICAO, 2016)
Exit Taxiway Kecepatan Pesawat pada Saat R1
Dalam merencanakan high-speed exit masuk ke Exit Taxiway
taxiway, maka harus memperhatikan hal sebagai 65 km/jam 517 m
berikut. 80 km/jam 731 m
a) Sudut tikungan exit taxiway (∆) 93 km/jam 941 m
Sudut tikungan 30° ideal untuk Untuk dimensi radius R2 dihitung dengan persamaan:
merencanakan high-speed exit taxiway yang dapat 𝑉𝑒 2
mendukung pergerakan pesawat dari runway menuju 𝑅2 = (9)
taxiway dengan lancar, cepat, dan aman. 125𝑓
b) Kecepatan pesawat rencana Dimana:
Kecepatan pesawat saat keadaan runway Ve = Kecepatan pesawat masuk exit taxiway (km/jam)
basah, masuk ke tikungan exit taxiway telah diatur F = Koefisien gesekan terhadap perkerasan = 0,13
dalam Tabel 13. Untuk dimensi lengkung L1 dihitung dengan
Tabel 13. Kecepatan pesawat masuk ke exit taxiway persamaan sebagai berikut.
30° (sumber: ICAO, 2016) 𝑉𝑒 3
𝐿1 = (10)
Kode Kecepatan Pesawat pada Saat masuk ke 17,75𝑅2
Huruf Exit Taxiway 30° (Ve) Untuk dimensi lengkung L2 dihitung dengan
A 18 m/det (65 km/jam) persamaan sebagai berikut.
B 18 m/det (65 km/jam) 𝜋𝑅2 ∆2
C 25,8 m/det (93 km/jam) 𝐿2 = (11)
180°
D 25,8 m/det (93 km/jam) e) Jarak berhenti / stopping distance (SD)
E 25,8 m/det (93 km/jam) Stopping distance (SD) dapat dihitung
F 25,8 m/det (93 km/jam) dengan persamaan berdasarkan ICAO sebagai berikut.
c) Letak exit taxiway
𝑉𝑒 2
Untuk menentukan letak perencanaan suatu 𝑆𝐷 = (12)
exit taxiway, sesuai dengan persamaan sebagai 25,5𝑎
berikut. f) Fillet
𝑆 = 𝐷1 + 𝐷2 (7) Dimensi radius fillet pada tikungan exit
taxiway dapat dilihat dari Tabel 16.
(𝑉𝑢𝑙 )2 − (𝑉𝑒 )2
𝑆 = 𝐷1 + (8)
2𝑎
Dimana:
S = Jarak dari ujung runway sampai exit taxiway (m)

5
Tabel 16. Radius fillet pada exit taxiway (sumber: R = (Wingspan/2) + (Wheelbase/tan60°) (16)
ICAO, 2016)
Sudut Tikungan ∆ (°) Radius Fillet (m) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
0 – 45 7,5 Forecasting Pergerakan Penumpang
45 – 135 15
Forecasting dicoba menggunakan metode
˃135 60
time series (trend analysis) dan juga dengan
membandingkan dengan metode market share.
a) Metode time series (trend analysis)
Digunakan 3 teknik analisis regresi, yaitu:
linier, eksponensial, dan polinomial. Dari data historis
pergerakan penumpang, dicari terlebih dahulu nilai
pengubahnya (y) dan kemudian akan dibandingkan
dengan nilai koefisien determinasinya (R2). Adapun
hasil analisis dapat dilihat pada Grafik 3.
4.500.000
Gambar 3. High-speed exit taxiway (sumber: ICAO,

Jumlah Penumpang Bandara Supadio


2016) 4.000.000
3.500.000 y = 255717x - 5E+08
R² = 0,9232
Metode Perencanaan Geometrik Apron 3.000.000
Dalam merencanakan dimensi apron yang 2.500.000
diperlukan, sebelumnya harus menentukan terlebih 2.000.000 y = 5E-79e0,0969x
dahulu data sebagai berikut. 1.500.000
R² = 0,9658
a) Arus pergerakan pesawat saat jam sibuk pada 1.000.000 y = 22881x2 - 9E+07x + 9E+10
tahun rencana. R² = 0,9705
500.000
b) Waktu pemakaian / parkir pesawat di gate.
0
c) Nilai faktor pemakaian gate (U) oleh pesawat.
2012
2013
2014
2015
2009
2010
2011

2016
2017
2018
Kemudian dapat dihitung jumlah gate yang
diperlukan (G) dengan persamaan sebagai berikut. Tahun
𝑉×𝑇
𝐺= (13) Data Expon. (Data)
𝑈 Linear (Data) Poly. (Data)
Dimana:
V = Volume departure pesawat (pesawat/jam) Grafik 3. Metode time series (sumber: hasil analisis)
T = Durasi pemakaian gate (jam)
U = Faktor penggunaan gate (diambil: 0,6 – 0,8) b) Metode market share
Jarak minimum antar pesawat (clearance) Dilakukan analisis pola pembagian pasar
yang berada di apron telah diatur dalam Tabel 17. daripada pergerakan penumpang antara Bandara
Tabel 17. Clearance pada apron (sumber: ICAO, Supadio dengan bandara-bandara sekitarnya di
2016) Kalimantan Barat. Adapun bandara yang akan ditinjau
Code Letter Clearance adalah Bandara Rahadi Oesman (Kota Ketapang),
A 3m
Bandara Internasional Tebelian (Kota Sintang),
B 3m
Bandara Nanga Pinoh (Kabupaten Melawi), dan
C 4,5 m
D 7,5 m Bandara Pangsuma (Kota Putussibau).
E 7,5 m Tabel 18. Persentase pergerakan penumpang bandara
F 7,5 m terhadap Bandara Supadio (sumber: hasil
Kemudian dapat dihitung dimensi apron analisis)
melalui persamaan sebagai berikut. Persentase Pergerakan Penumpang
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (𝐺 × 2𝑅) + (𝐺 × 𝐶) (14) Masing-masing Bandara Terhadap Bandara
Tahu
Supadio
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 = 𝐿 + 𝐶 + 𝑊 (15) n
Rahadi Tebelia Nanga Pangsu-
Dimana:
Oesman n Pinoh ma
G = Banyak gate yang direncanakan
2009 6,969% 0,003% 0,004% 0,538%
R = Radius putar (m)
2010 7,453% 0,217% 0,008% 0,557%
C = Clearance (m)
2011 8,439% 0,700% 0,021% 0,620%
W = Wingspan (m)
2012 9,274% 1,146% 0,059% 1,069%
L = Overall Length (m)
2013 8,983% 1,411% 0,109% 1,311%

6
2014 10,59% 2,190% 0,169% 1,955% (Melawi) 0,2151
2015 9,479% 1,758% 0,069% 2,126% Pangsuma y = 0,0026x – 0,9394
2016 10,38% 2,432% 0,199% 2,413% (Putussibau) 5,2403
2017 9,754% 2,629% 0,046% 2,198% Dari analisis di atas, dapat diketahui bahwa
2018 10,42% 2,875% 0,062% 2,627% nilai R2 terbesar yaitu 0,9705, diperoleh dengan
menggunakan metode time series (trend analysis)
11% dengan regresi polinomial. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil forecasting nantinya akan paling sesuai
10% dan akurat dengan menggunakan metode tersebut.
Maka dari itu, akan digunakan metode time series
Jumlah Penumpang Bandara Supadio

9%
(trend analysis) dengan regresi polinomial. Hasil
8% y = 0,0036x - 7,1156 forecasting dengan memasukkan nilai x ke dalam
R² = 0,7632 persamaan regresi, ditunjukkan pada Tabel 21.
7% Tabel 21. Hasil forecasting jumlah pergerakan
penumpang Bandara Supadio dengan
6% metode time series (trend analysis)
(sumber: hasil analisis)
5%
Tahun Jumlah Tahun Jumlah
4% Pergerakan Pergerakan
y = 0,0033x - 6,5748
R² = 0,9582
2019 4.531.578 2031 13.915.220
3% 2020 5.061.862 2032 14.994.637
y = 0,0026x - 5,2403 2021 5.637.907 2033 16.119.816
2% R² = 0,9394 2022 6.259.713 2034 17.290.756
2023 6.927.280 2035 18.507.457
1% y = 0,0001x - 0,2151 2024 7.640.609 2036 19.769.919
R² = 0,2437
2025 8.399.698 2037 21.078.143
0%
2026 9.204.549 2038 22.432.127
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018

2027 10.055.161 2039 23.831.873


2028 10.951.534 2040 25.277.380
Tahun
2029 11.893.668 2041 26.768.648
Ketapang Sintang Melawi Putussibau 2030 12.881.563 2042 28.305.677
Dari hasil forecasting, didapatkan jumlah
Grafik 4. Metode market share (sumber: hasil pergerakan penumpang Bandara Supadio pada tahun
analisis) rencana 2042 adalah sebanyak 28.305.677.

Setelah melakukan analisis dengan Penentuan Pesawat Rencana


menggunakan metode time series (trend analysis) dan Pesawat rencana ditentukan berdasarkan
market share, maka dapat bandingkan nilai koefisien hasil wawancara singkat dengan General Manager
determinasinya (R2) dalam Tabel 19 dan Tabel 20. dari PT. Angkasa Pura II Cabang Supadio, Pontianak.
Tabel 19. Perbandingan nilai R2 metode time series Dimana yang akan digunakan adalah pesawat tipe
(trend analysis) (sumber: hasil analisis) Boeing 777-200ER. Hal ini ditentukan karena banyak
Regresi Persamaan Regresi Nilai R2 digunakan dalam berbagai perusahaan penerbangan
8
Linier y = 255.717x - 5×10 0,9232 dan juga cocok untuk memfasilitasi rute penerbangan
Eksponensial y = 5×10-79e0,0969x 0,9658 yang relatif jauh, terkhususnya penerbangan ke
2 7
Polinomial y = 22.881x - 9×10 + 0,9705 Mekkah karena meningkatnya antusiasme warga Kota
9×1010 Pontianak dan sekitarnya untuk menjalankan ibadah
haji dan umroh. Berikut merupakan spesifikasi
Tabel 20. Perbandingan nilai R2 metode market share pesawat rencana Boeing 777-200ER.
(sumber: hasil analisis) • Wingspan : 60,9 m
Perbandingan Persamaan Regresi Nilai R2 • Overall length : 63,7 m
Bandara • OMGWS : 12,9 m
Rahadi Oesman y = 0,0036x – 0,7632 • Wheelbase : 25,9 m
(Ketapang) 7,1156 • Max. landing weight : 213.180 kg
Tebelian y = 0,0033x – 0,9582
• Max. take-off weight (MTOW): 247.200 kg
(Sintang) 6,5748
Nanga Pinoh y = 0,0001x – 0,2437 • ARFL : 3.000 m
• Aerodrome reference code : 4E

7
• Kapasitas penumpang : 314 • Maksimum kemiringan memanjang sebesar
1,5% untuk area “graded”.
Perhitungan Pergerakan Pesawat Jam Sibuk e) Clearway dan stopway
Berdasarkan ICAO, dimensi perencaanaan
• Penentuan jam sibuk
clearway adalah sebagai berikut.
Jam sibuk ditentukan berdasarkan interval • Panjang maksimal sebesar ½ dari panjang
waktu yang tersibuk dimana bandara paling banyak runway. Maka akan diambil sepanjang 500 m.
melayani pergerakan pesawat. Diketahui bahwa jam • Lebar clearway adalah sebesar 75 m untuk
sibuk di Bandara Supadio adalah pada interval waktu masing-masing 2 sisi dari runway centerline.
11.30 – 12.30. • Kemiringan maksimal sebesar 1,25%.
• Menghitung jumlah pergerakan penumpang Sedangkan untuk dimensi perencanaan stopway
harian tahun 2042. ditentukan oleh ICAO untuk bandara kode E adalah
𝑃𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 28.305.677 sesuai dengan berikut ini.
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 365
• Panjang sebesar 60 m.
= 77.550 pergerakan
• Lebar adalah sama dengan lebar runway
• Menghitung pergerakan penumpang jam sibuk.
rencana, yaitu 60 m.
= 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 × 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑏𝑢𝑘
f) Runway end safety area
= 10.575 pergerakan
Ukuran perencanaan berdasarkan rekomendasi
• Menghitung pergerakan pesawat jam sibuk dari ICAO sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑏𝑢𝑘
= 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
× 𝑙𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 • Masing-masing panjang dan lebar adalah 240 m.
10.575
= 314 × 71,71% • Kemiringan memanjang dan melintang
= 24,15 ≈ 25 pergerakan maksimal sebesar 5%.

Perencanaan Geometrik Runway Perencanaan Geometrik Taxiway


a) Panjang runway a) Lebar taxiway dan bahu
Diketahui bahwa ARFL untuk pesawat Boeing Lebar taxiway beserta bahu ditentukan
777-200ER adalah sebesar 3.000 m. Faktor koreksi berdasarkan Tabel 7, didapatkan lebar taxiway adalah
elevasi dihitung menggunakan persamaan (3), sebesar 23 m, dan juga lebar bahu taxiway didapatkan
didapatkan sebesar 1,007. Faktor koreksi temperatur sebesar 10,5 m untuk masing-masing sisi.
dihitung menggunakan persamaan (4), didapatkan b) Jarak antara taxiway dengan runway
sebesar 1,148. Faktor koreksi elevasi dihitung Jarak ini ditentukan berdasarkan Tabel 8,
menggunakan persamaan (5), didapatkan sebesar 1. didapatkan jarak antara runway centerline dengan
Kemudian untuk menghitung actual runway taxiway centerline yaitu sebesar 182,5 m.
length dihitung menggunakan persamaan (6), c) Kemiringan taxiway
didapatkan sebesar 3.500 m. Kemiringan memanjang taxiway ditentukan
b) Lebar runway serta bahu berdasarkan Tabel 9, didapatkan maksimum
Lebar runway ditentukan sesuai dengan Tabel 3, kemiringan senilai 1,5%. Kemiringan melintang
didapatkan sebesar 45 m. Namun dikarenakan taxiway ditentukan berdasarkan Tabel 10, ditentukan
perencanaan lebar runway aktual adalah sebesar 60 m. kemiringan maksimum senilai 1,5%.
Maka perencanaan lebar runway juga diambil 60 m. d) Taxiway strip
Lebar bahu runway ditentukan berdasarkan Tabel 4, Ukuran taxiway strip ditentukan berdasarkan
didapatkan sebesar 10,5 m untuk masing-masing sisi. Tabel 11, didapatkan sebesar 44 m, dan jarak lurus
c) Kemiringan runway minimum setelah belokan didapatkan sebesar 75 m.
Kemiringan memanjang runway ditentukan e) Fillet taxiway
berdasarkan Tabel 5, didapatkan untuk bagian Dimensi fillet taxiway disesuaikan dengan
landasan maksimal 1,25% dan untuk bagian ¼ ujung Gambar 1 dan Tabel 12.
landasan maksimal 0,8%. Sedangkan kemiringan
melintang runway ditentukan berdasarkan Tabel 6, Perencanaan Geometrik High-Speed Exit
didapatkan sebesar 1,5%. Taxiway
d) Runway strip a) Sudut tikungan exit taxiway (∆)
Ukuran runway strip didasarkan dari aturan Diambil sudut tikungan sebesar 30° untuk
ICAO berdasarkan kode angka ARC. Dengan kode high-speed exit taxiway.
angka 4, maka ketentuan dimensinya sebagai berikut. b) Kecepatan pesawat rencana
• Jarak diukur dari ujung runway senilai 60 m. Kecepatan pesawat saat keadaan runway
• Lebar adalah 300 m. basah, masuk ke tikungan exit taxiway sesuai dengan
• Maksimum kemiringan melintang sebesar 2,5% Tabel 13, diambil nilai sebesar 25,8 m/det atau setara
untuk area “graded”. dengan 93 km/jam.

8
c) Letak exit taxiway = 15 × 2(45,403) + 15 × 7,5
Untuk menentukan letak direncanakannya = 1.474,59 m
exit taxiway, sesuai dengan persamaan (8), maka 𝐿𝐴 = 𝐿 + 𝐶 + 𝑊
dihitung dan didapatkan sebesar 2.905 m.
= 63,7 + 7,5 + 60,9
d) Dimensi radius dan panjang lengkung tikungan
= 132,1 m
Berdasarkan Tabel 15, maka didapatkan nilai
R1 adalah sebesar 941 m. Nilai R2 dihitung Luas Area A = 𝑃𝐴 × 𝐿𝐴
menggunakan persamaan (9), didapatkan sebesar = 1.474,59 × 132,1
532,35 m. Nilai L1 dihitung menggunakan persamaan = 194.793 m2
(10), didapatkan sebesar 85,12 m. Nilai L2 dihitung • Area B
menggunakan persamaan (11), didapatkan sebesar Tersusun atas 1 taxilane. Adapun
230,4 m. perhitungan luasan untuk area B adalah sebagai
e) Jarak berhenti / stopping distance (SD) berikut.
Stopping distance dihitung menggunakan 𝑃𝐵 = 𝑃𝐴 = 1.474,59 m
persamaan (12), didapatkan nilai sebesar 223,14 m. 𝐿𝐴 = 𝑊 = 60,9 m
f) Fillet Luas Area B = 𝑃𝐵 × 𝐿𝐵
Fillet ditentukan berdasarkan Tabel 16, maka = 1.474,59 × 60,9
daimbil radius sebesar 7,5 m untuk sudut tikungan 30° = 89.803 m2
dan sebesar 60 m untuk sudut tikungan 150°. Luas Apron Total = Luasan A + Luasan B
= 194.793 m2 + 89.803 m2
Perencanaan Geometrik Apron = 284.596 m2
a) Perencanaan jumlah gate
Untuk menentukan banyaknya gate yang Perencanaan Marking
akan diperlukan dalam perencanaan, maka dihitung Perencanaan marking ditentukan oleh aturan
sesuai dengan persamaan (13), dengan diketahui nilai ICAO. Adapun perencanaannya sebagai berikut.
T adalah sebesar 41 menit dan U diambil sebesar 0,8. a) Marking pada runway
Maka jumlah gate yang diperlukan adalah sebanyak • Marking nomor landasan
12 buah. Namun jumlah tersebut ditambahkan untuk Digunakan angka 1,5,3 untuk arah runway 15 – 33.
cadangan parkir pesawat sebanyak 3. Sehingga total • Marking sumbu landasan
gate rencana adalah sebanyak 15 buah. Panjangnya adalah 36 m dengan jarak antar stripnya
b) Perencanaan luas apron 24 m, dengan garis pertamanya sejauh 12 m dari
Dalam merencanakan luasan apron, maka marking nomor runway. Adapun lebarnya adalah 0,9
terlebih dahulu menentukan clearance pada apron m.
sesuai dengan Tabel 17 adalah sebesar 7,5 m. Juga • Threshold marking
perlu dihitungnya radius putar pesawat dengan Direncanakan dengan jarak 6 m dari kedua tepi ujung
menggunakan persamaan (16) didapatkan sebesar runway, dengan panjang 45 m dan lebar 1,8 m, dan
45,403 m. Adapun perencanaan parkir pesawat di juga jarak antara setiap strip adalah sejauh 0,9 m.
apron adalah dengan sistem frontal sesuai dengan Adapun jumlah strip adalah sebanyak 16 buah.
sistem eksistingnya. • Marking jarak tetap
Untuk perencanaan ini, perhitungan apron ▪ Jarak dari threshold ke marking adalah
terdiri atas 2 daerah. Area A adalah parking stand sejauh 400 m.
untuk pesawat di terminal apron. Sedangkan area B ▪ Panjang senilai 60 m.
adalah daerah taxilane, dimana perencanaannya ▪ Lebar senilai10 m.
dijelaskan dalam perhitungan selanjutnya. ▪ Jarak antar strip diambil sebesar 21,6 m.
• Touchdown zone marking
▪ Ukuran strip tunggal adalah panjangnya 22,5
m, dan lebarnya 1,8 m.
▪ Ukuran strip ganda adalah panjangnya 22,5
m dan lebarnya 1,8 m, jarak antar strip 1,5
m.
Gambar 4. Pembagian daerah perencanaan apron ▪ Pasangan antar strip berjarak 150 m, yang
(sumber: hasil analisis) dimulai dari threshold.
• Area A ▪ Jumlah pasangan strip adalah 5.
Tersusun atas 15 parking stand (G) sejajar • Marking tepi landasan
untuk pesawat dapat parkir. Adapun perhitungan Lebar strip adalah 0,9 m.
luasan untuk area A adalah sebagai berikut. • Runway end markings
𝑃𝐴 = 𝐺 × 2𝑅 + 𝐺 × 𝐶

9
Lebar garisnya 1,8 m, dengan panjangnya sepanjang pesawat pada saat landing, take-off, maupun
lebar runway. taxiing pada perkerasan runway dan taxiway.
b) Marking pada taxiway dan apron • Re-design pada layout apron, konfigurasi dan
Marking pada taxiway harus ditempatkan sistem parkir peswat yang direncanakan masih
pada sumbu tengah seluruh perkerasan taxiway dapat diteliti lebih lanjut dengan menyesuaikan
dengan warna kuning selebar 0,15 m. Marking pada bentuk daripada gedung terminal rencana pada
taxilane juga ditempatkan di apron dengan warna tahun 2042, sehingga penggunaan apron dapat
kuning selebar 0,15 m. Tanda taxi juga harus menyatu lebih efektif dan efisien.
dengan centerline pada taxiway dan 0,9 m dari • Perencanaan luas apron berupa panjang dan
centerline pada runway. lebar masih dapat dihitung secara lebih detail
dengan menyesuaikan layout apron yang lebih
IV. KESIMPULAN kompleks.
Dari hasil perencanaan ini, maka dapat
disimpulkan beberapa poin yang terdiri dari: REFERENSI
1. Forecasting pergerakan Pesawat serta Wicaksono, Andri Azhari. (2018). Perencanaan
Penumpang di Tahun Rencana Fasilitas Sisi Udara Pada Bandara
• Didapatkan jumlah pergerakan penumpang Internasional Ahmad Yani Semarang.
sebanyak 28.305.677 pergerakan/tahun pada Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, Insitut
tahun 2042. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
• Pesawat rencana adalah tipe Boeing 777- Priyanto, Heri. (2018). Perencanaan Sisi Udara
200ER. (Runway, Taxiway, dan Apron) Bandara Baru
• Jumlah pergerakan penumpang pada saat jam di Kabupaten Ketapang. Fakultas Teknik,
sibuk adalah sebanyak 10.575 pergerakan/jam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
serta pergerakan pesawat pada peak hour Ramzi, Amir Bin. (2021). Perencanaan Perpanjangan
sebanyak 25 pergerakan/jam. dan Pelebaran Landas Pacu Untuk Pesawat
2. Perencanaan Pengembangan Geometrik Sisi Tipe Airbus A320 di Satuan Pelayanan
Udara Bandar Udara Ngloram Blora. Teknik
• Panjang runway yang dibutuhkan adalah 3.500 Bangunan dan Landasan, Politeknik
m dengan lebar 60 m serta lebar shoulder Penerbangan Surabaya, Surabaya.
masing-masing sisi adalah 10,5 m, dengan Wartino, Muhammad. 2020. Study of Runway
kemiringan melintang runway adalah sebesar Development At Supadio Pontianak
1,5%. International Airport On The Operation Of
• Dimensi runway strip adalah berukuran 3.620 A330-300 Aircraft. Departemen Teknik
m x 300 m dengan kemiringan melintang Dirgantara, Sekolah Tinggi Teknologi
sebesar 2,5%, clearway sebesar 500 m x 150 Adisutjipto, Yogyakarta.
m, stopway berukuran 60 m x 60 m dan RESA
berukuran 240 m x 240 m.
• Lebar taxiway sebesar 23 m, lebar shoulder
pada masing-masing sisi adalah 10,5 m,
kemiringan melintang sebesar 1,5%. Letak
kedua high speed exit taxiway (30°) yaitu
sejauh 2.905 m dari masing-masing ujung
runway.
• Perencanaan apron merupakan hasil
pengembangan layout daripada apron eksisting
dengan jumlah gate yang dibutuhkan adalah
sebanyak 15 buah dengan luasan total apron
sebesar 284.596 m2.
Dari hasil perencanaan, maka dapat diambil
saran sebagai berikut.
• Metode peramalan (forecasting) dapat
menggunakan metode yang lebih akurat dan
kompleks, misalnya dengan metode
economical modelling.
• Perencanaan lebih lanjut mengenai kemiringan
memanjang runway, dan taxiway yang
disesuaikan berdasarkan pola pergerakan

10

Anda mungkin juga menyukai