Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.

7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA DI


KABUPATEN NABIRE

Lewi Anatasia Sinaga


Freddy Jansen, Audie L. E. Rumayar, Lintong Elisabeth
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: anatasiasinaga@gmail.com

ABSTRAK
Di Kabupaten Nabire untuk menghubungkan daerah-daerah di kecamatan atau distrik yang pada
umumnya berada di daerah pedalaman hanya mengandalkan jasa angkutan udara. Saat ini dengan
adanya rencana pemekaran Propinsi Papua menjadi tiga Propinsi maka semakin bertambah
permintaan perjalanan dan aktivitas pembangunan di berbagai sektor di Kabupaten Nabire maka
akan mengalami peningkatan. Bandar udara Nabire tergolong sebagai bandara perintis dengan jenis
pesawat yang beroperasi ATR 72-500 sehingga dianggap perlu untuk ditingkatkan kemampuan
pelayanannya agar dapat memenuhi permintaan masyarakat serta ikut menunjang pertumbuhan dan
perkembangan daerah.
Untuk merencanakan pengembangan suatu lapangan terbang harus memperkirakan arus lalu lintas
dimasa yang akan datang. Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan bersifat riset. Dengan
menganalisa data lima tahun jumlah penumpang, bagasi dan cargo menggunakan analisa regresi
dapat diramalkan arus lalu lintas dimasa yang akan datang sehingga pengembangan bandar udara
dianggap perlu dilakukan atau tidak. Berdasarkan data-data primer yang diperoleh dari bandara
seperti data klimatologi, data karakteristik pesawat, data tanah, keadaan Topografi dan data existing
bandara digunakan sebagai acuan merencanakan pengembangan bandar udara.
Untuk pengembangan bandar udara Nabire yang akan direncanakan adalah Runway, Taxiway,
Apron, Terminal penumpang, Gudang dan Parkir kendaraan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada standar Internasional Civil Aviation organization
(ICAO) dengan pesawat terbang rencana Boeing 737-400 maka dibutuhkan panjang landasan 2.996
meter lebar 45 meter dan jarak antara sumbu landasan pacu dan sumbu landasan hubung adalah 175
meter lebar total taxiway 25 meter dengan tebal perkerasan lentur 80 Cm, luas apron 200  77 m =
15.400 m2, tebal perkerasan rigid pada apron Metode Portland Cemen Asosiation (PCA) = 33 Cm,
luas terminal penumpang 127.200 m 2 , luas gudang 880 m 2 dan luas pelataran parkir 21538 m2.
Kata kunci: Kabupaten Nabire, Pengembangan Bandar Udara, Runway, Taxiway, Apron.

PENDAHULUAN wilayah di Indonesia dilayani dengan jalur


Transit.
Latar Belakang Diharapkan setelah Bandar Udara Nabire
Saat ini dengan adanya rencana pemekaran dikembangkan dan dilengkapi dengan fasilitas
Propinsi Papua menjadi tiga Propinsi maka yang memadai dapat mendukung pengembangan
semakin bertambah permintaan perjalanan dan potensi daerah dan parawisata serta menunjang
aktivitas pembangunan di berbagai sektor di peningkatan perekonomian daerah.
Kabupaten Nabire.
Bandar udara Nabire memiliki landasan Maksud dan Tujuan Penulisan
1400m dan sudah beroperasi lama namun Maksud dan tujuan studi ini adalah untuk
penerbangan saat itu belum terjadwal dengan Merencanakan Pengembangan Bandar Udara
baik dikarenakan penjualan tiket dan harga tiket Nabire dengan terlebih dulu melihat
tidak menetap serta jumlah penumpang terus perkembangan arus lalulintas pada bandar udara
meningkat. dan potensi daerah agar dapat menampung
Dengan pesawat terbesar jenis ATR72-500 lonjakan dan peningkatan frekuensi pesawat ,
berkapasitas 78 penumpang dan rute langsung penumpang, bagasi, kargo di masa depan.
yang dilayani bandara Nabire yaitu Jayapura, Fak
Fak, Kaimana, Ambon, dan hampir semua

359
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

Gambar Umum Lokasi Bandar Udara barang, pos paket, angin, temperatur, elevasi,
Kabupaten Nabire terletak di Teluk data tanah dan karakteristik pesawat rencana
Cenderawasih dengan luas 15.350 km² yang berpengaruh langsung dalam Perencanaan
letak geografisnya berada pada 134°35´─136°33´ Pengembangan Bandar Udara Nabire.
BT dan 02°25´─04°15´ LS.
Kabupaten Nabire Berbatasan dengan : Perumusan Masalah
- Sebelah barat : Provinsi Papua Barat Bandar Udara Nabire saat ini hanya dapat
- Sebelah selatan : Kabupaten Mimika menampung pesawat terbesar jenis ATR72-500
- Sebelah timur : Kabupaten Paniai dengan kapasitas 78 penumpang. Berdasarkan
- Sebelah utara : Teluk Cenderawasih latar belakang diatas maka rumusan masalah
Kabupaten Nabire terdiri dari 9 distrik / yaitu bagaimana merencanakan pengembangan
kecamatan, yaitu: Distrik Yaur, Distrik Uwapa, bandar udara kedepan sehingga dapat melayani
Distrik Mapia, Distrik Sukikai, Distrik Nabire, jenis pesawat yang lebih besar untuk memenuhi
Distrik Wanggar, Distrik Napan, Distrik Kamu, kebutuhan masyarakat akan moda transportasi
Distrik Ikrar. (Kantor BPS Nabire, 2011) ini.

Pembatasan Masalah Manfaat Penulisan


Penelitian ini terbatas pada : Perencanaan Penulisan ini dimaksudkan agar dapat
Runway, Taxiway, Apron serta Terminal Area digunakan oleh berbagai pihak yang berke-
yang terdiri dari gedung terminal, gudang dan pentingan sebagai bahan masukan dan tinjauan
pelataran parkir. Pesawat rencana yang dipakai dalam hal desain dan metode untuk
pada perencanaan ini adalah pesawat jenis pengembangan Bandar Udara Nabire di
B737─400 dengan 100% Maximum Take Off Kabupaten Nabire di waktu mendatang.
Weight dengan alasan bahwa pesawat jenis ini
merupakan pesawat yang banyak beroperasi atau
dioperasikan oleh Maskapai Penerbangan di LANDASAN TEORI
Indonesia.
Meski lokasi Bandar Udara berada dipinggir Komponen-Komponen Lapangan Terbang
pantai tapi untuk pembahasan pada penulisan ini Lapangan terbang berfungsi bukan hanya
tidak dihitung tentang perencanaan Break Water. sebagai tempat tinggal landas pesawat namun
Analisa yang digunakan adalah analisa teknis dalam system transportasi udara meliputi
namun tidak termasuk perencanaan drainase kegiatan-kegiatan yang luas dimana didalamnya
lapangan terbang. terdapat arus penumpang dan barang, untuk
Pada Perencanaan Pengembangan Bandar mendukung semua kegiatan-kegiatan yang
Udara Nabire di Kabupaten Nabire, studi berlangsung dalam lapangan terbang tersebut,
pembahasannya dibatasi oleh data-data sebagai maka sangatlah dibutuhkan komponen-
berikut: komponen lapangan terbang yang sangat
1. Perkembangan penduduk, pariwisata dan memadai dalam arti berfungsi dengan baik.
perekonomian di Kabupaten Nabire (Basuki, 1968)
2. Arus lalu lintas udara yang terdiri dari System lapangan terbang terbagi atas dua
penumpang, barang, gerakan pesawat, bagasi yaitu sisi udara (Air side) dan sisi darat (Land
dan pos paket Side). Adapun komponen-komponen dari kedua
3. Data klimatologi yaitu data angin dan system lapangan terbang diatas adalah sebagai
temperatur berikut:
4. Elevasi terhadap muka air laut a. Runway (R/W) atau landas pacu
5. Data tanah b. Taxiway (T/W) atau landas hubung
6. Karakteristik pesawat rencana c. Apron
Untuk data penduduk, pariwisata dan d. Terminal building atau gedung terminal
perekonomian tidak mempunyai pengaruh e. Gudang
langsung pada perencanaan ini, hanya menjadi f. Tower atau menara pengontrol
gambaran bahwa dengan meningkatnya g. Fasilitas keselamatan (Pemadam Kebakaran)
penduduk, pariwisata dan perekonomian akan h. Utility (Fasilitas listrik, Telepon, dan bahan
meningkat pula kebutuhan akan sarana bakar)
transportasi khususnya transportasi udara.
Sedangkan data penumpang, gerakan pesawat,

360
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

Klasifikasi Lapangan Terbang. T : Temperatur (°C)


Kriteria perancangan suatu lapangan terbang H : Elevasi (m )
telah di tetapkan oleh ICAO (International Civil L1 : Panjang landasan pacu setelah di koreksi
Aviation Organization) dan FAA (Federal tarhadap elevasi (m)
Aviation Administration) guna keseragaman L2 : Panjang landasan pacu setelah di koreksi
dalam suatu perencanaan Lapangan Terbang. terhadap temperatur (m)

Konfigurasi Landasan Pacu Koreksi terhadap Slope


Konfigurasi landasan pacu, sebagai Menurut ICAO, setiap kenaikan slope 1%
konfigurasi adalah kombinasi dari konfigurasi panjang landasan pacu bertambah 10%,sehingga
dasar, antara lain : Landasan Tunggal, Landasan dapat dihitung panjang landas pacu yang
Pararel, Landasan Dua Jalur, Landasan dibutuhkan oleh suatu pesawat rencana dengan
Berpotongan dan Landasan Terbuka “V” menggunakan rumus sebagai berikut :

Menentukan Panjang Runway L3 = L2 (1 + (Slope/1%) x0,1 (3)


Untuk perhitungan panjang landasan pacu,
dimana :
dipakai standar Aeroplane Reference Field
L3 :Panjang landasan yang dibutuhkan oleh
Length (ARFL). Menurut ICAO bahwa ARFL
pesawat rencana (m)
adalah landasan pacu minimum yang dibutuhkan
L2 : Panjang landasan setelah koreksi terhadap
untuk lepas landas pada kondisi standar atmosfer
temperature (m)
15°C =59° F, tidak ada angin bertiup, elevasi
muka laut = 0, landas pacu tanpa kemiringan
Menentukan Lebar Runway
(slope = 0) dan keadaan pesawat Maximum
Persyaratan untuk menentukan lebar
Certificated Take Off Weight (MTOW)
landasan pacu yang dikeluarkan oleh ICAO
Persyaratan ICAO mengoreksi panjang
secara umum dapat dilihat pada tabel berikut :
pesawat terhadap elevasi, temperature, dan slope
sesuai dengan kondisi bandara. Tabel 1. Syarat Lebar Landas Pacu

Koreksi terhadap Temperatur


Berdasarkan persyaratan ICAO, ARFL
bertambah 7% setiap kenaikan 300 m (1000 ft)
dihitung dari ketinggian muka laut, maka
panjang landasan yang harus dikoreksi terhadap
elevasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

L₁=Lo x (1+7/100x H/300) (1)


dimana : Metode Perencanaan Landas Hubung
Lo = panjang landasan pacu minimum pada (Taxiway)
kondisi standar (m) Taxiway adalah jalan keluar masuk pesawat
H = Elevasi ( m ) dari landasan pacu ke bangunan terminal atau
L1 = Panjang landasan pacu setelah dikoreksi apron dan sebaliknya. Taxiway di atur
terhadap elevasi (m) sedemikian rupa agar pesawat yang baru
mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang
Koreksi terhadap Temperatur sedang taxing untuk menuju ke landasan pacu.
Menurut ICAO, panjang landasan harus
dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk Menentukan Exit Taxiway
setiap kenaikan 1°C, sedangkan setiap kenaikan Untuk menentukan lokasi exit taxiway ada
1000m dari muka laut rata-rata temperature turun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
6,5°C. Dengan dasar ini ICAO menyarankan sebagai berikut:
hitungan koreksi temperature terhadap panjang  Group desain pesawat
landasan yang dapat dihitung dengan rumus  Jarak dari threshold ke touchdown
sebagai berikut:
 Kecepatan waktu touchdown
 Kecepatan awal sampai titik A
L2 = L1 x [1+ 0.01x(T – (15 – 0.0065H))] (2)
dimana:  Jarak dari touchdown sampai titik A

361
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

Rumus yang digunakan untuk menentukan Perkerasan dapat di bedakan menjadi dua
Exit taxiway adalah sebagai berikut: yaitu:
 Perkerasan Flexible (Perkerasan Lentur)
DE = TD + D (4)  Perkerasan Rigid (Perkerasan kaku)
dmana, Untuk perencanaan perkerasan landasan pacu
DE = Distance to Exit Taxiway pada Bandar udara Nabire dilakukan dengan
TD = Touchdown Distance menggunakan perkerasan rigid metode PCA.
Perkerasan Flexible adalah perkerasan yang
Dimana jarak touchdown: 300 m untuk pesawat dibuat dari aspal dan agregat, digelar di atas
group B sedangkan untuk pesawat group C dan permukaan material yang bermutu tinggi.
D adalah 450 m. Di dalam menggunakan ketebalan flexible
metode FAA ini diperlukan nilai CBR dari
( ) ( )
D= (5) Subgrade dan nilai CBR Sub base, berat total
dimana: atau berat lepas landas pesawat rencana dan
S1 = Touchdown speed (m/s) jumlah annual departure dari pesawat rencana
S2 = Intial Exit Speed (m/s) beserta pesawat-pesawat yang sudah dikon-
a = Perlambatan (m/s) versikan.
Hasil yang didapat perhitungan ini adalah Analisa annual departure dari pesawat
berdasarkan kondisi pada standar sea level. Jarak rencana menggunakan konversi pesawat rencana:
yang didapat tersebut harus dikoreksi terhadap ( )( ) (8)
dua kondisi yaitu elevasi dan temperature, dimana :
dengan rumus sebagai berikut: R1 = Equivalent annual departure
Setiap kenaikan 300m dari muka air laut pesawat rencana
jarak harus ditambah 3% R2 = Annual departure campuran
yang dinyatakan dalam roda pendaratan
( ) (6) pesawat rencana
W1 = Beban roda dai pesawat rencana
Setiap kenaikan 5,6°C dari koreksi standar (15°C W2 = Beban roda dari pesawat yang dinyatakan
= 59°F) Jarak bertambah 1% Dari kurva yang dipakai akan didapat tebal
total perkerasan (T) dan kebutuhan surface
( ( )). (7) coarse.
Untuk tebal Sub base didapat dari kurva
yang sama,sedangkan untuk tebal base course
Lebar Taxiway didapat dengan menggunakan tebal total
Lebar taxiway dan lebar total taxiway yang dikurangi dengan tebal surface dan tebal sub
termasuk didalamnya bahu taxiway sesuai base.
dengan yang disyaratkan ICAO dapat dilihat
pada tabel di bawah ini: Tebal base course =T–(surface+subbase) (9)

Tabel 2. Lebar Taxiway Untuk daerah non kritis tebal base dari sub
base course di pakai faktor pengali 0.9 dari tebal
pada daerah kritis.sedangkan surface course pada
daerah non kritis sudah di tetapkan sesuai pada
kurva.
Pada daerah transisi lapisan base course
direduksi sampai 0.7 dari tebal base pada daerah
kritis, tetapi sub basenya harus dipertebal
sehingga permukaan satu dengan yang lainnya
seimbang.
Metode Perencanaan Perkerasan Landasan
Pacu Metode Perencanaan Terminal Area
Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari Terminal area adalah bagian dari bandar
beberapa lapisan dengan tingkat kekerasan dan udara yang fasilitas-fasilitas penumpang,
daya dukung yang berlainan. penanganan barang-barang kiriman, penanganan

362
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

administrasi pelabuhan udara, apron, gedung Menghitung Perkerasan Apron


terminal, gudang, area parkir, hanggar, main Perencanaan menghitung perkerasan apron
power station, face statio, fuel storage, dan dengan menggunakan metode PCA.
control tower. Ada dua metode yang dibuat oleh PCA untuk
merencanakan perkerasan rigid. Metode pertama
Apron didasarkan kepada Faktor Keamanan, metode
Apron adalah tempat parkir pesawat yang kedua didasarkan pada Konsep Kelelahan
digunakan untuk memuat dan menurunkan (Fatigue Concept). Kedua metode itu juga untuk
penumpang, barang, dan tempat pengisian bahan evaluasi kapasitas struktural ketebalan per-
bakar, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kerasan kaku yang telah ditentukan. Flexural
ukuran apron adalah: Stress yang digunakan dalam prosedur
 Jumlah gate posititon perencanaan PCA adalah tegangan yang terjadi
 Ukuran gate di dalam slab beton, dengan mengganggap
 Wing tip clearance bahwa beban pesawat terjadi pada suatu jarak
 Clearance antar pesawat yang sedang taxiing dari tepi bebas Slab beton.
dan yang sedang parkir di apron PCA menerangkan bahwa apabila joint slab
 Konfigurasi bangunan terminal beton dilengkapi dengan besi-besi pemindah
beban, kondisi pada setiap titik di dalam
 Efek jet blast ( semburan jet )
perkerasan kaku hampir sama seperti halnya
 Kebutuhan jalan untuk gate posititon
tegangan yang terjadi pada satu titik di tengah
Jumlah gate position yang diperlukan
Slab yang luas. Berikut ini langkah-langkah
dipengaruhi oleh:
menentukan tebal perkerasan kaku:
 Jumlah pesawat pada jam sibuk  Tentukan harga k subgrade atau bila tersedia
 Jenis dan persentase pesawat terbang subbase, harga k subbase
campuran  Hitung lalulintas pesawat di masa depan dan
 Persentase pesawat yang tiba dan berangkat pembebanaanya sehingga bisa dipilih angka
Jumlah gate position dapat dipakai rumus keamanan yang sesuai.
sebagai berikut (Horonjeff, 1975):  Tentukan Working Stress bagi tiap-tiap jenis
pesawat yaitu membagi modulus of rupture
(10) beton umur 90 hari, dengan angka keamanan
yang ditentukan
dimana :  Hitung tebal perkerasan kaku, dengan
G = Jumlah gate position memasukan harga-harga parameter di atas
V = Volume rencana pesawat yang tiba dan kepada grafik-grafik rencana yang sesuai.
berangkat  Pilih tebal perkerasan untuk kondisi yang
U = faktor penggunaan (Utility Factor) paling kritis
penggunaan secara mutual U=0,6-0,8
penggunaan secara eksklusif U=0,5-0,6 Gedung Terminal
Pengambilan harga T Fungsi utama dari terminal adalah sebagai
Pesawat kelas tempat untuk memberikan pelayanan bagi
A nilai T = 60 menit penumpang maupun barang yang tiba maupun
B nilai T = 45 menit yang berangkat.
C nilai T = 30 menit Oleh sebab itu di dalam bangunan terminal
D=E nilai T = 20 menit perlu disiapkan beberapa ruangan penting
misalnya: ruang pemberangkatan, ruang
Menghitung Ukuran Gate kedatangan, ruang check-in tiket dan lain-lain.
Untuk menghitung ukuran gate tergantung
ukuran standard pesawat berdasarkan wingspan, Perencanaan Gudang
whell track, forward roll, wing tip clearance. Fungsi utama dari gudang adalah tempat
penampungan barang dan paket-paket pos yang
Turning radius = r tiba maupun yang akan dikirim. Untuk
= (wingspan + whell track) + forward roll perencanaan gudang standar yang dipakai adalah
D= (2 x r) + wingtip clearance yang dikeluarkan oleh IAIA yaitu 0,09m²/
(11) ton/tahun untuk pergerakan barang ekspor dan
0,1m² /ton/tahun untuk barang impor.

363
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

Tabel 3. Kebutuhan Ruangan HASIL DAN PEMBAHASAN

Lalulintas bandar udara Nabire setiap


tahunnya mengalami peningkatan, terlihat dari
frekuensi pesawat dan penumpang yang tiba dan
berangkat. Perubahan tersebut jumlahnya selalu
bertambah, sehingga sangat diperlukan adanya
perencanan pengembangan bandar udara, dimana
dalam perencanaan ini kita harus membuat
ramalan atau analisa yang menyangkut
perubahan tersebut. (Kantor Bandar Udara
Nabire, 2011)

Tabel 4. Ramalan Jumlah Pesawat

Untuk menghitung luas dari gudang tersebut di


ambil angka 0,1m²/ton/tahun di kali dengan pos
paket + barang.

Perencanaan Area Parkir Tabel 5. Ramalan Jumlah Penumpang


Dalam proses perencanaan luas dari area
parkir kendaraan pengantar, penjemput
penumpang terlebih dahulu yang perlu dihitung
adalah besarnya tingkat jumlah penumpang pada
saat jam sibuk dan dipakai perkiraan 2 Tabel 6. Ramalan Jumlah Bagasi
penumpang menggunakan satu kendaraan, rata-
rata luas parkir untuk satu kendaraan adalah lebar
2,6m dan panjang 5,5m.

Tabel 7. Ramalan Jumlah Cargo


METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian diperlihatkan pada bagan


di bawah ini.

Perencanaan Runway
Runway adalah jalur perkerasan yang
dipergunakan oleh pesawat untuk Landing dan
Take Off. Perkerasan runway tergantung dari
pesawat rencana.

Tabel 8. Frequensi Surface Wind

Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan


Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Dalam perencanaan pengembangan Bandar
Udara Nabire didesain untuk dapat didarati

364
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

pesawat rencana B-737-400 dengan kondisi Gedung Terminal


muatan penuh. Dari data yang diperoleh di Dalam perhitungan luas gedung terminal
lapangan lapisan tanah aslinya memiliki nilai yang dibutuhkan agar mampu menampung
CBR sebesar 7 % (Kantor Bandar Udara Nabire). jumlah penumpang pada jam sibuk, dipakai
Untuk subbase coarse direncanakan dengan metode yang dikemukakan oleh Robert
menggunakan material pilihan sesuai ketentuan Horonjeff adalah sebagai berikut :
FAA, nilai CBR rencana maksimum 27 %.
Untuk menentukan tebal perkerasan yang Tabel 9. Luas Gedung Terminal
diperlukan, digunakan grafik yang telah
ditentukan FAA.

Luas Gudang
 Tahun 2016:
Bagasi:1627916.773kg= 1627.916Ton
Cargo : 4896425.66kg= 4896.425Ton
Gambar 2. Lapisan Perkerasan Fleksibel 6524.341Ton
Luas Gudang 2016 =
Menghitung Ukuran Gate 0.1 m2 / Ton x 6524.341= 652.434m2
Untuk pesawat B 737-400 kode C dengan  Tahun 2021 :
dimensi sebagai berikut : Bagasi:2086108.773kg= 2086.108 Ton
 Wingspan ( WS ) : 28.9 m Cargo:5434001kg = 5434.001Ton
 Wheel Track ( WT ) : 5.23 m 7520.109Ton
 Forward Roll ( FR ) : 3.048 m Luas Gudang 2021 =
 Wing Tip Clearance : 4.5 m 0.1 m2 / Ton x 7520.109 = 752.010 m2
 Turning Radius (TR ) :  Tahun 2026:
½( WS + WT ) + FR Bagasi:2544300.773kg= 2544.300 Ton
½ ( 28.9 + 5.23 ) + 3.048 Cargo: 5971576.52kg =5971.576Ton
20.113 ≈ 20 m 8515.876Ton
 Diameter ( D ) : Luas Gudang 2026 =
( 2 x TR ) + Wing Tip Clearance 0.1 m2 / Ton x 8515.876= 851.587 m2
( 2 x 20 ) + 4.5
44.5 ≈ 45 m Luas Area Parkir
Untuk pesawat ATR 72-500 kode B dengan  Tahun 2016
dimensi sebagai berikut : = 1818  (2.6  5.5) = 12998.7 m2
 Wingspan ( WS ) : 27.050 m 2
 Wheel Track ( WT ) : 4.10 m  Tahun 2021
 Forward Roll ( FR ) : 3.048 m = 2403  (2.6  5.5) = 17181.45 m2
 Wing Tip Clearance :3m 2
 Turning Radius (TR ) :  Tahun 2026
½ ( WS + WT ) + FR = 2988  (2.6  5.5) = 21364.2 m2
½ ( 27.050 + 4.10 ) + 3.048 2
18.623 ≈ 19 m Luas areal parkir dengan jumlah penumpang
 Diameter ( D ) : 2988 orang pada jam sibuk pada tahun rencana
( 2 x TR ) + Wing Tip Clearance 2026 adalah 21364.2 m2. Diambil panjang dan
( 2 x 19 ) + 3 lebar yang mendekati luas tersebut yaitu
41m minimum ( 178 × 121 ) m atau sekitar 21538 m2.

365
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 (359-366) ISSN: 2337-6732

PENUTUP  Tebal perkerasan apron dengan metode PCA


dengan working stress = 359.268 Psi adalah
Kesimpulan 13 inch = 33 Cm.
Dari hasil perhitungan untuk perencanan
pengembangan Bandar Udara Nabire,maka Saran
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan survey langsung di lokasi
 Panjang landas pacu setelah pemgembangan bandar udara, fasilitas pendukung di bandara
sebesar 2.867 meter dari landas pacu awal Nabire kurang memadai, dan pesawat yang
yaitu 1400 meter. beroperasi belum cukup mampu untuk
 Jarak dari treshold sampai titik awal exit menampung pengguna jasa transportasi ini
taxiway adalah 1.747 meter karena semakin meningkatnya volume
 Panjang taxiway yang dibutuhkan 175 meter penumpang, oleh sebab itu jumlah pesawat dan
 Luas apron dibutuhkan adalah 200 77 m = fasilitas pendukung di bandara harus segera
15.400 m2. ditingkatkan.
Mengingat pada tahun-tahun yang akan
 Luas gedung terminal yang dibutuhkan
datang akan terjadi lonjakan penumpang maka
minimum (650 x 196) atau sebesar 127.200 m
pemerintah daerah perlu mengantisipasinya
 Luas gudang minimum (40 x 22 m) atau 880
dengan memasukkan pesawat yang sama besar
m.
dari pesawat rencana Boeing 737 - 400 dan
 Luas pelataran parkir yang dibutuhkan mengundang maskapai penerbangan lain untuk
minimum (178 × 121) m atau sekitar 21538 dapat beroperasi di daerah ini.
m2.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, H., 1968. Merancang Merencana Lapangan Terbang. Alumni Bandung

Horonjeff, R., 1975. Planing Nad Design Of Airport. Second Edition. New York Mac Graw – Hill
Book Company

International Civil Aviation Organization (ICAO). 1999. Aerodromes-Annex 14 International


Standards & Recommended Practices. 3rd Edition. Canada.

Kantor Bandar Udara Nabire, 2011. Data Lalu Lintas Udara Tahun 2006-2011 dan Data Teknis.
Nabire.

Kantor BPS Nabire, 2011.

366

Anda mungkin juga menyukai