TENTANG
PEDOMAN
PENYELESAIAN SENGKETA ETIK KEPERAWATAN
DEWAN PENGURUS PUSAT PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
PERIODE 2015-2020
COPY
kewenangan guna standar kinerja yang tinggi, sesuai dengan
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang
tinggi
d. Bahwa berkaitan dengan huruf c, perlu diatur pelaksanaan untuk
menyelesaikan sengketa etik keperawatan
e. Bahwa untuk memberikan acuan dan menjamin bahwa kegiatan
huruf d, maka dibuatlah Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik
Keperawatan
f. Bahwa menimbang huruf d dan e dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang perawat tidak menutup kemungkinan adanya
sengketa etik yang terjadi antara perawat dengan klien dan atau
keluarganya, perawat dengan profesi lain, perawat dengan
fasilitas pelayanan kesehatan, perawat dengan masyarakat serta
perawat dengan organisasi profesi keperawatan
g. Bahwa sebagimana yang dimaksud huruf a s.d. f di atas perlu
Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik Keperawatan yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2 Undang-Undang RI No. 17 tahun 2013 tentang Organisasi
Masyarakat
4. Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
5. Keputusan Kemenkum dan HAM No. AHU 93.AH.01.07 tahun
2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan PPNI
6. Keputusan Kemenkum dan HAM No. AHU 133.AH.01.08
tahun 2015 tentang Persetujuan Perubahan Pengurus dan
Pengawas PPNI
Page 3 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
MEMUTUSKAN
COPY
Provinsi untuk mensosialisasikan dan melaksanakan keputusan ini
sesuai dengan tugas dan fungsi.
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan atau memerlukan penyempurnaan,
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Desember 2017
Signed Signed
Page 4 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PEDOMAN
PENYELESAIAN SENGKETA ETIK
KEPERAWATAN
COPY
TAHUN 2017
Page 1 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Pedoman
PENYELESAIAN SENGKETA ETIK KEPERAWATAN
Penulis
1. Dr. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc
2. AKBP Ns.Agnes Ely K,S.Kep., M.Kep
3. Sumijatun, S.Kp., MARS., PhD
4. Prof. Dr. Galang Asmara., SH, MH
5. Drs I Dewa Agung K.Sudarsana, MM
6. Dra Yunarsih W. Sudibyo
7. Letkol CKMH Bakaruddin M., SH.,MM
8. Harif Fadhillah, SKp., SH., M.Kep
9. Dr. Mustikasari, S.Kp., MARS
10. Ns. Apri Sunadi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.KMB
Kontributor:
MKEK DPW PPNI Provinsi se Indonesia
COPY
Desain Cover dan Tata Letak:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
Penerbit:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
ISBN : 978-602-73959-4-7
Copyrights:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
Page 2 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Assalamu’alaikum wr wb.
COPY
Akibat dari permasalahan tersebut berdampak beberapa hal diantaranya hubungan perawat
dan klien dalam tatanan pelayanan keperawatan yang tidak baik; hubungan antara teman
sejawat yang tidak harmonis hingga konflik berkepanjangan; hubungan dengan tenaga
kesehatan lain hingga dan lainnya. Jika hal tersebut tidak terselesaikan dapat berpengaruh
kepada kinerja dan perilaku yang tidak sesuai.
Untuk itu maka PPNI mengeluarkan Buku Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik
Keperawatan bertujuan untuk memberikan acuan dan arahan cara penyelesaian yang
Page 5 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
berkaitan dengan sengketa etika keperawatan baik pada pelayanan keperawatan dan
kehidupan profesi.
Akhir kata, kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT dan penghargaan
kami yang sebesar-besarnya kepada Tim Penyusun yang telah mendedikasikan waktu,
energi, dan pemikirannya dalam merampungkan Pedoman ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih dan apresiasi kami kepada para kontributor, yang telah memberikan input
dalam konseptualisasi Pedoman, juga kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan, penyelesaian, dan sosialisasi, serta penyebaran Buku Pedoman Penyelesaian
Sengketa Etik Keperawatan ini. Semoga semua jerih payah seluruh pihak yang terlibat
dalam menyampaikan Buku ini ke tangan para pembaca menjadi sebuah amal baik bagi
kita semua.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
COPY
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Harif Fadhillah
Ketua Umum
Page 6 of 39
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Buku Pedoman Penyelesaian Sengketa
Etik Keperawatan. Pedoman ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan
Buku Pedoman Perilaku sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan yang mengacu
kepada Kode Etik Keperawatan. Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik Keperawatan dibuat
bertujuan untuk memberikan acuan dan arahan cara penyelesaian yang berkaitan dengan
masalah etika keperawatan baik pada pelayanan keperawatan dan kehidupan profesi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada MKEK DPP PPNI, MKEK DPW PPNI Provinsi,
PPNI pada semua tingkat kepengurusan dan berbagai pihak yang telah membantu
penyusunan pedoman ini, baik dalam bentuk materi maupun non materi yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata kami berharap Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik Keperawatan dapat
bermanfaat untuk penyediaan pelayanan atau asuhan keperawatan yang bermutu dan
bermoral tinggi.
Tim Penyusun
Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik Keperawatan
DPP PPNI
Page 7 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
profesi keperawatan atau kondisi sengketa profesi yang memerlukan kepastian pedoman
etik.
Sengketa adalah ketidaksepahaman atau perbedaan pendapat antara para pihak. Sengketa
yang dimaksud dalam pengertian ini terdiri dari dua yaitu:
1. Sengketa antara perawat dengan pihak klien atau keluarganya adalah ketidaksepahaman
atau perbedaan pendapat antara pihak perawat dengan pihak klien atau keluarga
(keduanya disebut para pihak) di dalam atau paska hubungan perawat-klien yang
berwujud diadukannya perawat tersebut kepada PPNI, MKEK atau dan peradilan
lainnya.
2. Sengketa profesi adalah ketidaksepahaman atau perbedaan pendapat antara pihak
perawat dengan perawat lainnya atau profesi kesehatan lainnya (keduanya disebut para
pihak) di dalam atau paska hubungan perawat-perawat atau perawat-profesi lainnya
yang berwujud diadukannya perawat tersebut kepada PPNI, MKEK atau dan peradilan
lainnya.
COPY
B. Tugas dan Wewenang MKEK (Majelis Kehormatan Etik Keperawatan)
Page 13 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
COPY
Page 14 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
BAB III
KETENTUAN KHUSUS
Tugas Pokok:
COPY
1. Membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan Kode Etik Keperawatan.
2. Membuat pedoman penerapan etik dalam pemberian pelayanan keperawatan dan
pedoman penyelesaian sengketa etik dalam pelayanan keperawatan.
B. Status MKEK
Page 15 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
COPY
tingkat pertama yang tidak dibanding merupakan putusan final dan mengikat.
7. Untuk menjamin otonominya, MKEK berhak:
a. mendapatkan pendanaan untuk kegiatan persidangan dan lainnya sesuai tingkatannya
(MKEK Pusat mendapatkan pendanaan dari DPP PPNI; MKEK Provinsi
mendapatkan pendanaan dari DPW PPNI Provinsi);
b. memiliki tata cara administratif surat menyurat sesuai dengan ketentuan dan
yurisdiksi yang berlaku;
c. menjaga dan merahasiakan semua berkas kasus yang diadukan, dilaporkan,
disidangkan dan diputuskannya selama maksimal 5 (lima) tahun sejak tanggal
diadukannya;
d. melaporkan putusan yang dibuat ke DPP PPNI untuk dilaksanakan sesuai
yurisdiksinya, melaksanakan putusan tersebut dengan mengkoordinasikannya kepada
DPP PPNI;
e. mengkoordinasikan dengan DPP PPNI untuk memberikan pemulihan hak-hak
profesi terhadap perawat yang tidak terbukti melakukan pelanggaran etik atau telah
selesai menjalani sanksi etik sebagaimana putusan MKEK yang telah dilaksanakan;
f. MKEK membuat surat permohonan pemulihan hak-hak profesi kepada DPP PPNI
untuk menerbitkan surat keterangan tersebut mengacu kepada point e.
Page 16 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Page 17 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
D. KEWAJIBAN MKEK
4. COPY
sikap dan ketrampilan pengurus MKEK Provinsi yang memerlukannya.
Menyusun keseragaman kurikulum etik keperawatan sesuai jenjang pendidikan dan
jenis perawat Indonesia mengacu kepada Undang-undang Nomor 38 tahun 2014
tentang Keperawatan
5. Apabila diminta oleh Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatannya, memberikan
rekomendasi dan penilaian etik bagi para perawat yang ingin melakukan praktik
keperawatan, pengabdian profesi atau untuk kepentingan lainnya sesuai yurisdiksinya.
6. Sesuai yurisdiksinya, membantu Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatannya dalam
menyelesaikan dan menyidangkan kasus status keanggotaan organisasi profesi seorang
perawat.
Page 18 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
2. MKEK Provinsi dalam pelaksanaan tugas kemahkamahan dan pembinaan etik profesi
dapat merujuk dan berkonsultasi ke MKEK Pusat dan MKEK Pusat dalam
pelaksanaan tugas kemahkamahan dan pembinaan etik profesi dapat merujuk dan
berkonsultasi ke DPP PPNI
3. Dalam keadaan tertentu rujukan sebagaimana nomor (2) dapat dalam bentuk
pelimpahan wewenang penanganan tugas kemahkamahan.
4. Hubungan kerja antara MKEK dengan Dewan Pengurus PPNI yang tidak setingkat
seperti DPD PPNI Kabupaten/ Kota; DPK PPNI, dilakukan melalui DPW PPNI
Provinsi; DPLN PPNI dilakukan melalui DPP PPNI
5. MKEK dapat langsung berhubungan koordinatif secara kelembagaan dan penanganan
perkara kasus dengan lembaga atau majelis etik lain atau penegak hukum sesuai
dengan tingkatan dan yurisdiksinya, termasuk melakukan tugas dan kewenangan
kemahkamahan bersama-sama jika terdapat hubungan erat antara perawat teradu
dengan pihak teradu dari profesi atau kelembagaan tersebut
6. Ketentuan lebih lanjut tentang kemahkamahan bersama sebagaimana nomor (5) di atas
COPY
ditentukan oleh rapat MKEK yang dipimpin oleh Ketua MKEK.
Page 19 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
COPY
Untuk pemulihan hak-hak profesi terhadap perawat teradu, dapat dilakukan terhadap:
a. Perawat teradu yang dinyatakan atau terbukti tidak bersalah.
b. Perawat pelanggar etik/ penerima sanksi telah menjalani sanksinya sesuai
keputusan MKEK dan ketentuan yang berlaku.
2. Bagi teradu yang ternyata tidak bersalah, dikeluarkan pernyataan pemulihan hak-hak
profesi oleh MKEK setempat, sedapat mungkin disertai dengan permintaan maaf
kepada perawat yang bersangkutan, dengan salinan kepada instansi dimana ia bekerja.
3. Bagi perawat pelanggar etik/ penerima sanksi yang telah melaksanakan sanksinya,
dikeluarkan pernyataan pemulihan hak-hak profesi secepatnya, dan disampaikan
kepada yang bersangkutan serta kepada instansi tempat ia bekerja.
4. Penerbitan surat keputusan pemulihan hak-hak profesi dilaksanakan oleh MKEK
setingkat sesuai yurisdiksinya.
5. Surat Keputusan pemulihan hak-hak profesi ini disampaikan kepada Dewan Pengurus
PPNI setingkat.
6. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam hal pemulihan hak-hak profesi ini akan
diatur lebih lanjut melalui Keputusan Ketua MKEK Pusat/ DPP PPNI.
Page 37 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
N. ADMINISTRASI
O. RAPAT-RAPAT MKEK
1.
COPY
Rapat-rapat MKEK sebagai berikut:
Rapat MKEK dipimpin oleh Ketua MKEK. Apabila Ketua berhalangan, diwakili oleh
Wakil Ketua MKEK. Apabila Ketua dan Wakil Ketua berhalangan, sidang ditunda.
2. Sekretaris MKEK bertanggung jawab atas pencatatan dan pelaporan risalah
persidangan. Apabila Sekretaris MKEK berhalangan, dapat digantikan oleh Wakil
Sekretaris, atau pengurus MKEK lain yang ditunjuk oleh pimpinan sidang.
3. Keputusan rapat adalah segala ketentuan MKEK yang dihasilkan bukan dari
pengaduan dugaan pelanggaran etik keperawatan terhadap perawat teradu oleh klien/
keluarga pengadu.
4. Keputusan sebagaimana dimaksud nomor (3) di atas diatur tersendiri melalui
Peraturan internal MKEK.
Page 38 of 39
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
BAHAN BACAAN:
COPY
Page 39 of 39