Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Pemberian Pakan Terhadap

Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang


(Epinephelus fuscoguttatus - lanceolatus)

Alfiona Absharina Putri – 225080500111033


Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
alfionaabsharinaputri@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan


diantaranya: (1) mengetahui waktu
pemberian pakan yang tepat terhadap
pertumbuhan ikan kerapu cantang, (2)
mengetahui frekuensi pakan yang optimum
terhadap pertumbuhan ikan kerapu cantang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan metode
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data penelitian ini adalah melalui studi
pustaka atau pendekatan kepustakaan (library
research) yaitu metode dengan pengumpulan
data dengan cara memahami dan mempelajari
teori-teori dari berbagai literatur yang
berhubungan dengan penelitian tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
waktu yang baik untuk pemberian pakan
adalah di saat pagi hari dan sore hari yang
cenderung menghasilkan pertumbuhan
mutlak yang tinggi. Selain itu, pemberian
pakan dilakukan frekuensi sebanyak 6 kali
sehari yang akan memberikan pengaruh nyata
terhadap SR (Survival Rate). Untuk
pemberian pakan ikan kerapu cantang yaitu
sebesar 10 -15 % berat badan perhari dan
pertumbuhan ikan akan maksimal jika
pemberian pakan diberikan sebanyak 15%
untuk membantu pertumbuhan maksimal
ikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pakan memberikan peran yang amat penting
terhadap pertumbuhan ikan kerapu cantang
karena merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan dalam keberhasilan suatu
budidaya ikan terkait tumbuh dan
kembangnya ikan tersebut. Sehingga, terkait
waktu dan frekuensi pemberian pakan yang
baik dan benar dapat lebih menghasilkan
pertumbuhan yang tinggi.
Kata kunci : ikan kerapu cantang,
pertumbuhan, pakan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara maritim dengan potensi perikanan laut
yang sangat besar. Sumber daya kelautan
apabila dimanfaatkan secara optimal dan
benar akan menghasilkan besarnya potensi
dalam peningkatan penghasilan nelayan serta
memiliki peluang besar terhadap masyarakat
yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Dengan demikian, berdasarkan uraian sumber
daya alam laut dan pantai yang melimpah,
sudah pantasnya pembangunan Indonesia
berorientasi pada kelautan, salah satunya
pada industri perikanan. Beberapa jenis
spesies yang berpotensi menjadi komoditas
budidaya adalah juga melihat data
penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan
pada sektor perikanan yang cukup besar.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa nilai
produksi ikan Indonesia cukup tinggi dan
memilki kemungkinan ekspor yang baik ke
luar negeri.
Nilai ekspor perikanan Indonesia dari
tahun ke tahun berikutnya cenderung
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwasanya
masyarakat Indonesia sadar akan seberapa
pentingnya kebutuhan pemberian pakan
terhadap pertumbuhan ikan. Pemberian pakan
merupakan faktor yang menentukan dalam
keberhasilan budidaya ikan. Pada pemberian
pakan membutuhkan ketepatan waktu dan
jumlah pakan yang diberikan karena
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
dan pertumbuhan ikan. Namun, jika pakan
yang diberikan tidak sesuai maka menjadi
tidak efisien dan dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan yang tidak sempurna atau
ikan tidak bisa bertahan lama. Dan apabila
ketersediaan pakan tidak dapat terpenuhi
pada waktu dan jumlah yang dibutuhkan
maka hal tersebut akan menjadi salah satu
faktor yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Salah satunya pada Ikan
Kerapu Cantang.
Ikan kerapu cantang (Epinephelus
fuscoguttatus - lanceolatus) terkenal memiliki
laju pertumbuhan dan koefisien pertumbuhan
lebih besar dibandingkan dengan kerapu lain
yaitu dalam masa pemeliharaan 7 bulan dapat
mencapai berat 5 – 7 ons per ekor. Hal
tersebut menjadi penyebab mengapa ikan
kerapu cantang mudah dibudidayakan di
tambak. Selain itu, ikan kerapu cantang dapat
tahan terhadap serangan penyakit, mudah
dalam menyesuaikan terhadap perubahan
lingkungan, meningkatkan kualitas daging
ikan. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora
dan cara makannya melahap satu persatu
makan yang diberikan sebelum makanan
sampai ke dasar.
Laju pertumbuhan memiliki kaitan
dengan pakan yang dikonsumsi oleh ikan
tersebut. Tidak hanya pakan apa saja yang
dikonsumsi, tetapi juga memperhatikan
prosedur pemberian pakan ikan yang baik
dan benar. Berdasarkan penjelasan tersebut,
tentunya masih menjadi suatu permasalahan
terkait bagaimana ketepatan waktu yang baik
untuk pemberian pakan ikan kerapu cantang.
Selain itu juga bagaimana frekuensi pakan
yang tepat agar ikan tersebut memiliki
pertumbuhan yang baik. Permasalahan
tersebut akan dibahas pada penelitian ini.
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui waktu dan frekuensi
pemberian pakan yang optimum terhadap
ikan kerapu cantang (Epinephelus
fuscoguttatus - lanceolatus). Ketepatan waktu
dan frekuensi dalam pemberian pakan
termasuk faktor yang penting dalam
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
kerapu cantang. Tujuan penelitian ini akan
menjawab permasalahan yang muncul.
Terutama ditujukan atau bermanfaat bagi
para pembudidaya atau masyarakat lainnya
yang baru ingin mulai membudidaya.
Manfaat dari penelitian ini dapat
dibagi menjadi dua, yaitu secara teoritis dan
secara praktis. Manfaat penelitian secara
teoritis sendiri adalah sebagai pijakan dan
referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan
pemberian pakan ikan kerapu cantang
(Epinephelus fuscoguttatus - lanceolatus)
terhadap pertumbuhan ikan tersebut terutama
dalam hal waktu dan frekuensi pemberian
pakan ikan. Sedangkan manfaat penelitian
secara praktis bagi penulis adalah dapat
menambah wawasan dan pengalaman
langsung tentang cara memberi pakan ikan
yang tepat melalui metode eksperimen.
Adapun manfaat penelitian secara praktis
bagi pembudidaya dan calon pembudidaya
adalah menambah pengetahuan dan
sumbangan pemikiran tentang cara yang tepat
untuk pemberian pakan ikan terhadap
pertumbuhan ikan kerapu cantang
(Epinephelus fuscoguttatus - lanceolatus)
khususnya melalui metode eksperimen.

Tinjauan Pustaka
Pemberian pakan
Pakan memiliki peran yang amat
penting dalam kegiatan budidaya perikanan
karena merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan dalam keberhasilan suatu
budidaya ikan terkait tumbuh dan
kembangnya ikan tersebut. Selain itu, pakan
juga merupakan sumber energi bagi
organisme. Fungsi utama pakan pada ikan
adalah untuk menghasilkan energi yang
digunakan untuk menopang pertumbuhan dan
perkembangan ikan.
Pada kondisi lingkungan yang optimal
pertumbuhan ikan ditentukan oleh jumlah dan
mutu pakan yang dikonsumsi. Pemberian
pakan termasuk kegiatan yang rutin untuk
dilakukan dalam suatu usaha budidaya ikan.
Pakan tersebut bisa diperoleh dari pakan
alami maupun pakan buatan. Pakan ikan
alami merupakan pakan yang tumbuh berasal
dari alam tanpa campur tangan manusia.
Biasanya dalam bentuk hidup dan agak sulit
untuk mengembangkannya. Pakan ikan
buatan adalah pakan ikan yang terbuat dari
campuran bahan alami dan bahan olahan,
yang kemudian diolah dan disiapkan dalam
bentuk khusus untuk menarik (merangsang)
ikan agar memakannya dengan mudah dan
lahap. Pakan buatan dapat diartikan secara
umum sebagai pakan yang berasal dari
olahan beberapa bahan baku pakan yang
memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh ikan.
Penggunaan pakan buatan dalam
pemeliharaan ikan berpengaruh secara
dominan terhadap pertumbuhan ikan karena
pakan berfungsi sebagai pemasok energy
untuk memacu pertumbuhan dan
mempertahankan hidupnya. Maka dari itu,
dari penjelasan tersebut dalam pemberian
pakan perlu dipahami pengertian terkait
waktu pemberikan makan dan frekuensi
pemberian makan.
Pertumbuhan ikan
Efisiensi pakan dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya yaitu kualitas
pakan. Pertumbuhan ikan akan lebih baik jika
mendapatkan nutrisi dari pakan tambahan
atau buatan. Karena nutrisi yang masuk
kedalam tubuh ikan lebih lengkap dan cukup.
Pakan yang dimakan ikan akan diproses
dalam tubuh dan unsur-unsur nutrisi atau
gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan
membangun jaringan sehingga terjadi
pertumbuhan. Laju pertumbuhan ikan sangat
dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan
yang diberikan. Pakan berkualitas baik
menyebabkan pertumbuhan ikan dan efisiensi
pakan yang tinggi. Pertumbuhan ikan sangat
bergantung kepada energi yang tersedia
dalam pakan dan pembelanjan energi
tersebut. Kebutuhan energi untuk
maintanance harus dipenuhi terlebih dahulu,
dan apabila berlebih maka kelebihannya akan
digunakan untuk pertumbuhan (Karimah, et
al. 2018).
Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika
jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan
diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah
yang diperlukan untuk pemeliharaan
tubuhnya. Energi utama pertumbuhan bagi
ikan adalah protein, hal ini dikarenakan
komposisi penyusun tubuh terbesar setelah
air adalah protein berkisar. Kebutuhan
protein ikan dipengaruhi tingkat pemberian
pakan dan kandungan energinya.
Keseimbangan energi protein yang tepat
dengan jumlah pemberian yang tepat akan
menghasilkan pertumbuhan, konversi pakan,
dan efisiensi pemberian pakan yang terbaik.
Jika tingkat energi protein melebihi
kebutuhan maka akan menurunkan konsumsi
sehingga pengambilan nutrien lainnya
termasuk protein akan menurun. Perlunya
keseimbangan yang tepat antara energi dan
protein agar dicapai keefisienan dan
keefektifan pemanfaatan pakan. Energi utama
pertumbuhan bagi ikan adalah protein, hal ini
dikarenakan komposisi penyusun tubuh
terbesar setelah air adalah protein berkisar
60-70% (Karimah, et al. 2018).

Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus


fuscoguttatus - lanceolatus)
Ikan kerapu merupakan salah satu
ikan ekonomis tinggi, dan komoditas
perikanan yang diunggulkan (Ismi et al.,
2013). Ikan kerapu cantang adalah komoditas
perikanan Indonesia unggulan dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sudah
banyak dibudidayakan. Ikan kerapu cantang
(Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus)
merupakan benih hybrid hasil rekayasa
perkawinan silang antara induk jantan kerapu
kertang (Epinephelus fuscoguttatus) dan
induk betina kerapu macan (Epinephelus
lanceolatus) (Firdausi dan Mubarak, 2021).
Benih ikan kerapu cantang banyak diminati
karena mempunyai pertumbuhan yang cepat
seperti kerapu kertang dan mudah dibenihkan
seperti kerapu macan. Kelebihan ikan Kerapu
Cantang memiliki keunggulan dibandingkan
kedua induknya, seperti memiliki laju
pertumbuhan yang cepat, memiliki toleransi
terhadap perubahan lingkungan,
meningkatkan kualitas daging ikan, sifat-sifat
unggul lainnya (Sutarmat dan Yudha, 2013).
Ikan kerapu cantang lebih tahan
terhadap penyakit, lebih toleransi terhadap
lingkungan yang kurang layak dan ruang
yang terbatas (Folnuari et al., 2017). Secara
umum tindakan pencegahan penyakit pada
ikan merupakan tujuan utama dalam rencana
pengendalian penyakit. Tindakan ini
meliputi: mempertahankan kualitas air tetap
baik, mengurangi kemungkinan penanganan
yang kasar, pemberian pakan yang cukup
baik (baik mutu, ukuran maupun jumlahnya),
dan mencegah menyebarnya organisme
penyebab penyakit dari bak pemeliharaan
yang satu ke bak pemeliharaan yang lain.
Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus
fuscoguttatus-lanceolatus) termasuk jenis
karnivora dan cara makannya melahap satu
persatu makan yang diberikan sebelum
makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling
disukai dari jenis Crustaceae (udang-
udangan) seperti rebon, dogol dan krosok,
selain itu jenis ikan-ikan kecil seperti
tembang, teri dan belanak (Rachmansyah et
al., 2003). Dalam produksi benih Kerapu
Cantang, ada beberapa jenis pakan yang
digunakan yaitu pakan cair, rotifer, naupli
Artemia, pakan buatan (pellet), dan udan
rebon.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam artikel ilmiah ini adalah metode
penelitian yang bersifat kualitatif. Metode
penelitian kualitatif ini digunakan untuk
dapat menjawab rumusan masalah yang
tertera pada pendahuluan artikel ilmiah.
Penelitian kualitatif berlandaskan kepada
filsafat post-positivisme, sebab berguna untuk
meneliti pada obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) peneliti berkontribusi
sebagai instrument kunci, pengambilan
sampel, sumber data dilakukan dengan
purposive dan snowball, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi. Karena tujuan utama
dalam penelitian kualitatif untuk membuat
fakta/fenomena agar mudah dipahami
(understandable) dan memungkinkan sesuai
modelnya dapat menghasilkan hipotesis baru.
Adapun penelitian ini merupakan
jenis kualitatif melalui studi pustaka atau
pendekatan kepustakaan (library research)
yaitu metode dengan pengumpulan data
dengan cara memahami dan mempelajari
teori-teori dari berbagai literatur yang
berhubungan dengan penelitian tersebut.
Studi pustaka atau kepustakaan dapat
diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian. Studi
Kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis
dan referensi lain yang berkaitan dengan
nilai, budaya dan norma yang berkembang
pada situasi sosial yang diteliti, selain itu
studi kepustakaan sangat penting dalam
melakukan penelitian, hal ini dikarenakan
penelitian tidak akan lepas dari literatur-
literatur ilmiah. Pengumpulan data dalam
penelitian dilakukan dengan menelaah
dan/atau mengeksplorasi beberapa Jurnal,
buku, dan dokumen-dokumen (baik yang
berbentuk cetak maupun elektronik) serta
sumber-sumber data dan atau informasi
lainnya yang dianggap relevan dengan
penelitian atau kajian. Bahan pustaka yang
didapat dari berbagai referensi tersebut
dianalisis secara kritis dan harus mendalam
agar dapat mendukung proposisi dan
gagasannya.
Dalam penelitian kualitatif, analisis
data merupakan proses yang berkelanjutan
yang dilakukan oleh peneliti dengan fokus
pada data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam implementasinya, analisis data
kualitatif dilakukan melalui tiga tahap atau
proses yakni reduksi data (data reduction),
pengorganisasian (organisation), dan
interpretasi data (interpretation). Reduksi
data diartikan sebagai suatu proses
mengidentifikasi data mentah (raw data) yang
telah diperoleh dengan melakukan langkah
summary, pengkodean (coding) dan
kategorisasi (categorising). Pengorganisasian
diartikan sebagai proses mengumpulkan atau
menyatukan informasi data yang dihasilkan
dari identifikasi awal (proses reduksi data).
Hasil analisis dari langkah reduksi data dan
pengorganisasian tersebut selanjutnya
dilakukan interpretasi data. Interpretasi data
ini sangat penting untuk menghasilkan
kesimpulan berdasarkan pertanyaan
penelitian. Pemahaman informasi, teori, dan
keilmuan (pengetahuan) peneliti perihal isu
atau topik yang sedang diteliti berperan
penting dalam proses interpretasi data.

Hasil dan Pembahasan


Waktu pemberian pakan ikan kerapu
cantang (epinephellus fuscoguttatus-
lanceolatus)
Pakan yang dibutuhkan untuk ikan
kerapu cantang (epinephellus fuscoguttatus-
lanceolatus) ada dua, yaitu ikan rucah dan
pelet. Tentunya memerlukan prosedur
terhadap kapan waktu yang tepat untuk
diberikan kepada ikan kerapu cantang. Waktu
pemberian dan tingginya kandungan gizi dari
pakan yang diberikan dalam jumlah dan mutu
protein yang terkandung dalam pakan
tersebut cukup tinggi sehingga dapat
menghasilkan pertumbuhan yang tinggi.
Kandungan protein yang tinggi pada ikan
rucah dan kandungan gizi pelet yang lengkap
dapat menambah lengkapnya kandungan gizi
pakan. Pertumbuhan pemberian pakan harus
memperhatikan kandungan gizi pakan yang
diberikan.
Menurut (Prihadi, J. D.), pemberian
ikan rucah di pagi hari dan pelet di sore hari
cenderung menghasilkan pertumbuhan
mutlak yang tinggi. Hal ini disebabkan
pemberian ikan rucah pada pagi hari
menyediakan zat gizi yang cukup untuk
metabolisme karena protein ikan dapat
langsung dicerna, dan pemberian pelet pada
sore hari memberikan kesempatan pada ikan
untuk mencerna pada malam hari dengan
waktu yang relatif lebih lama, sehingga zat
gizi yang dibutuhkan oleh ikan selalu tersedia
sampai pemberian pakan berikutnya karena
pelet mempunyai konsentrasi zat-zat
makanan dalam bahan kering lebih banyak
atau padat. Sumber energi ikan rucah
diperoleh dari protein dan asam lemak omega
3 pada ikan segar, sedangkan energi pelet
diperoleh dari olahan penghasil protein dan
lemak yang tinggi.
Selang waktu pemberian pakan
hendaknya disesuaikan dengan lamanya
waktu mulai makan sampai pengeluaran feses
(Supito dan Djunaidah, 1998). Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
dalam dan faktor luar, adapun faktor dalam
meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan 9 dalam
memanfaatkan makanan, sedangkan faktor
luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi
perairan. Faktor makanan dan suhu perairan
merupakan faktor luar yang utama yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah
makanan yang dimakan melebihi kebutuhan
untuk pemeliharaan tubuhnya.
Frekuensi pakan ikan kerapu cantang
(epinephellus fuscoguttatus-lanceolatus)
Frekuensi pemberian pakan (Feeding
Frequency) merupakan berapa kali pakan
diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait
dengan waktu pemberian pakan. Umumnya,
semakin besar ukuran ikan maka frekuensi
pemberian pakannya semakin jarang. Ikan
kecil sebaiknya diberi pakan lebih sering
dibandingkan dengan ikan besar. Frekuensi
pemberian pakan berkaitan dengan laju
evakuasi pakan di dalam lambung dan ini
tergantung pada ukuran dan jenis ikan serta
suhu air (Effendi, 2004).
Menurut Azis, et al. (2021), penelitian
ini menggunakan metode eksperimental yang
dilakukan dengan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan dalam penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut:
Perlakuan A : Frekuensi pemberian
pakan 3 kali sehari (06.30 WIB, 11.30
WIB, dan 16.30 WIB)
Perlakuan B : Frekuensi pemberian
pakan 4 kali sehari (06.30 WIB, 10.00
WIB, 13.00 WIB, dan 16.30 WIB)
Perlakuan C : Frekuensi pemberian
pakan 5 kali sehari (06.30 WIB, 09.00
WIB, 11.30 WIB, 14.30 WIB, dan
16.30 WIB)
Perlakuan D : Frekuensi pemberian
pakan sebanyak 6 kali sehari yaitu
pada jam 06.30 WIB, 08.30 WIB,
10.30 WIB, 12.30 WIB,14.30 WIB,
dan 16.30 WIB.
Dasar frekuensi pemberian pakan
dalam penelitian ini sesuai dengan kajian
empiris dari Lamanasa et al. (2014),
selanjutnya metode pemberian pakan yang
digunakan adalah at satiation dengan cara
penimbangan pakan, kemudian diberikan
kepada kultivan, selajutnya ditunggu sampai
kultivan tersebut tidak mau makan, kemudian
menimbang sisa pakan jika terdapat
kelebihan sisa pakan. Alasan pemilihan at
satiation karena metode ini menekankan pada
batas kemampuan makan ikan sesuai dengan
batas lambung ikan tersebut. Selain itu,
pemilihan metode at satiation juga
berdasarkan SNI 8036 (2014) bahwa metode
pemberian pakan buatan pada kerapu cantang
mulai usia D40 adalah menggunakan metode
at satiation (Azis, et al. 2021)
Ikan kerapu termasuk jenis karnivora
dan cara makannya melahap satu persatu
makan yang diberikan sebelum makanan
sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai
dari jenis Crustaceae (udang-udangan)
seperti rebon, dogol dan krosok, selain itu
jenis ikan-ikan kecil seperti tembang, teri dan
belanak (Rachmansyah et al., 2003). Untuk
pemberian pakan ikan kerapu cantang yaitu
sebesar 10 -15 % berat badan perhari. Hal ini
juga dibuktikan oleh Ghufran (2010), yang
menyatakan bahwa pertumbuhan ikan akan
maksimal jika pemberian pakan diberikan
sebanyak 15% untuk membantu pertumbuhan
maksimal ikan.
Survival rate atau biasa dikenal
dengan SR dalam perikanan budidaya
merupakan indeks kelulushidupan suatu jenis
ikan dalam suatu proses budidaya dari mulai
awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. Dari
perhitungan statistik data kelangsungan hidup
ikan kerapu cantang (epinephellus
fuscoguttatus-lanceolatus) selama penelitian
dapat dilihat pada gambar 1.
(Rahmaningsih dan Ari, 2013).
Faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan kerapu cantang ini
diantaranya adalah kualitas air atau sifat fisik
kimia air, jenis pakan yang diberikan, dan
sifat kanibalisme ikan . Selama peneltian
berlangsung kualitas air dijaga tetap homogen
sehingga tidak berpengaruh terhadap
perlakuan yang diberikan (Rahmaningsih dan
Ari, 2013).
SR ini merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam kegiatan
budidaya ikan. jika ikan yang hidup saat
panen banyak dan yang mati hanya sedikit
tentu nila SR akan tinggi, namun sebaliknya
jika jumlah ikan yang mati banyak sehingga
jumlah ikan yang masih hidup saat dilakukan
pemanenan tinggal sedikit tentu nilai SR ini
akan rendah (Rahmaningsih dan Ari, 2013).
Untuk mengetahui pertumbuhan dan
kelangsungan hidup dilakukan sampling
setiap 7 hari atau 1 minggu sekali. Jumlah
sampel ditetapkan sebanyak 15 ekor, data
yang diamati antara lain pertumbuha panjang,
lebar (tinggi), dan berat tubuh ikan kerapu
cantang. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pertambahan berat ikan
mengalami peningkatan pada pemberian
pakan berupa ikan segar atau ikan rucah,
sedangkan pemberian pakan berupa pellet
mengacu pada pertambahan panjang ikan.
Ikan rucah merupakan alternatif bahan baku
dalam komposisi pakan yang jumlahnya
tersedia cukup banyak. Dari hasil uji
proksimat yang telah dilakukan didapat
kandungan protein ikan rucah sebanyak 44%.
Ini diharapkan dapat memenuhi pakan ikan
kerapu yang murah dan memiliki protein
tinggi. Ikan rucah banyak digunakan dalam
pakan ikan kerapu karena pengunaannya
sangat baik untuk pertumbuhan ikan, selain
itu juga harga ikan rucah murah, sehingga
penekanan pengeluaran biaya pakan dapat
terkontrol (Rahmaningsih dan Ari, 2013).
Terdapat 2 pertumbuhan yang dialami
pada ikan kerapu cantang, yakni
pertumbuhan berat dan pertumbuhan panjang.
Dapat dilihat pada kurva dibawah,
(Rahmaningsih dan Ari, 2013).
(Rahmaningsih dan Ari, 2013).
Dalam budidaya ikan kerapu pakan
merupakan komponen terbesar dalam biaya
produksi. Pakan menyedot biaya produksi
antara 55-70%. Karena itu, pemberian pakan
yang berkualitas dan tepat diharapkan dapat
memacu pertumbuhan ikan budidaya,
sehingga biaya yang dikeluarkan dapat
berganti menjadi bobot ikan.

Kesimpulan dan Saran


Waktu pemberian pakan yang
menghasilkan pertumbuhan ikan tinggi
adalah pada waktu pagi hari dan sore hari
dengan pakan yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan pada saat pagi hari dan sore hari
ikan dapat mencerna dengan baik. Sedangkan
pemberian pakan melakukan frekuensi 6 kali
sehari yaitu pada pukul 06.30 WIB, 08.30
WIB, 10.30 WIB, 12.30 WIB,14.30 WIB,
dan 16.30 WIB. Pemberian pakan dengan
frekuensi yang berbeda memberikan
pengaruh nyata terhadap SR (Survival Rate).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka terdapat dua saran
yang dapat disampaikan dalam penelitian ini,
yaitu hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pemberian pakan dengan frekuensi 6
kali sehari merupakan perlakuan terbaik,
sehingga disarankan agar kegiatan budidaya
benih kerapu cantang dilakukan dengan
memberikan pakan pelet dengan frekuensi 6
kali sehari. Saran kepada penelitian
selanjutnya adalah agar dilakukan penelitian
berupa pemberian pakan dengan frekuensi
sebanyak lebih dari 6 kali sehari untuk
melihat batas efesiensi pemanfaatan pakan
pada ikan kerapu cantang serta dalam
pemberian pakan dari pakan pellet ke pakan
ikan rucah atau ikan segar atau sebaliknya
harus di lakukan secara bertahap (waktu ikan
lapar) agar ikan mau memakan pakan
tersebut.
Daftar Pustaka
Azis, Y., Subandiyono, Suminto. (2021).
Pengaruh frekuensi pemberian pakan
terhadap pertumbuhan dan
kelulushidupan benih kerapu cantang
(Epinephelus Fuscoguttatus ><
Lanceolatus) berbasis at station.
Jurnal Sains Akuakultur Tropis, 5(1),
51-60.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Firdausi, S. L. Y., & Mubarak, S. (2021).
Manajemen Pendederan Ikan Kerapu
Cantang (Epinephelus
fuscoguttatuslanceolatus) pada Bak
Beton di Balai Perikanan Budidaya Air
Payau (BPBAP) Kabupaten Situbondo
Propinsi Jawa Timur. Journal of
Marine and Coastal Science, 10(3),
129-137.
Folnuari, S., Rahimi, S. A. E., Rusydi, I.
(2017). Pengaruh Padat Tebar Yang
Berbeda Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Ikan Kerapu
Cantang (Epinephelus fuscoguttatus-
lanceolatus) Pada Teknologi KJA
HDPE. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(2),
310-318.
Ghufran, M. 2010. Penyerapan Nutrisi
Endogen, Tabiat Makan dan
Perkembangan Morphology Larva
Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis). Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 2(2), 13-21.
Ismi, S., Asih, Y. N., Kusumawati, D.
(2013). Peningkatan produksi dan
kualitas benih ikan kerapu melalui
program hibridisasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 5(2),
333-342.
Karimah, U., Samidjan, I., Pinandoyo.
(2018). Performa pertumbuhan dan
kelulushidupan ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang diberi
jumlah pakan yang berbeda. Journal
of Aquaculture Management and
Technology, 7(1), 128-135.
Prihadi, J. D. Pengaruh jenis dan waktu
pemberian pakan terhadap tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan
kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) dalam karamba jaring
apung di balai budidaya laut lampung.
Rachmansyah, dkk, 2003. Pengendalian
Biofouling dalam Keramba Jaring
Apung dalam Warta Balitdita.
Rahmaningsih, S. dan Ari, A. I. (2013).
Pakan dan pertumbuhan ikan kerapu
cantang (Epinephellus
fuscoguttatus-lanceolatus).
Ekologia, 13(2), 25-30.
Supito, K., dan Djunaidah, I. S. (1998). Kaji
pendahuluan pembesaran ikan
kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) di tambak. Prosiding
Perikanan Pantai, Bali.
Sutarmat, T., dan Yudha, H. T. (2013).
Analisis keragaan pertumbuhan
benih kerapu hibrida hasil hibridisasi
kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) dengan kerapu
kertang (Epinephelus lanceolatus)
dan kerapu batik (Epinephelus
microdon). J. Ris. Akuakultur, 8(3),
363-372.

Anda mungkin juga menyukai