Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PERSYARATAN TEKNIS UMUM PELAKSANAAN

Pasal 01
PERATURAN TEKNIS

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan


seperti tercantum di bawah ini :
a. Peraturan-peraturan umum atau Algemene Voorwaarden (A.V)
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI - 2/1971)
c. Peraturan Konstuksi Kayu Indonesia (PKKI NI - 5/1971)
d. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI - 1983)
e. Peraturan Umum Instalasi Listrik (A.V.E)
f. Peraturan Umum Instalasi Air Leding (A.V.W.I)
g. Peraturan Instalasi Listrik 1987 (PUIL - 1987)
h. Pedoman Plumbing Indonesia 1979 (PPI - 1979)
i. Peraturan Dinas Kebakaran Daerah Nanggroe Aceh
j. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PLN
k. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PDAM
l. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
m. Persyaratan Umum Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (PDTPI - 1980)
n. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh Departemen
Pekerjaan Umum
o. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG -1983)
p. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG 1983)
q. Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PBBI – 1983)Peraturan Pemerintah Daerah
setempat.

Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat-syarat ini terdapat kelainan/ penyimpangan dari
peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat (1) di atas, maka rencana kerja dan syarat-
syarat ini yang mengikat.

Pasal 02.
PEMAKAIAN UKURAN

2.1. KSM tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum dalam
rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya.
2.2. KSM wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagiannya dan
segera memberitahukan Tim Fasilitator tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam
rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja maupun dalam persetujuan tertulis dari Tim
Fasilitator.
2.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi
tanggung jawab KSM, oleh karaena itu KSM diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara
menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada.

Pasal 03
INFORMASI SITE

3.1. Sebelum memulai pekerjaan, KSM harus benar-benar memahami kondisi/ keadaan site atau
hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah
memperhitungkan segala akibatnya.
3.2. KSM harus memperhatikan secara khusus mengenai peraturan lokasi tempat kerja,
penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung.

RKS KEGIATAN PAKET I Gampong Teungoh


II - 1
3.3. KSM harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan agenda dalam
dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik.

Pasal 04
JADWAL DAN RENCANA KERJA

Rencana kerja yang dibuat oleh KSM setidaknya memberi gambaran mengenai ketepatan
waktu pelaksanaan pekerjaan, ketepatan biaya pekerjaan, dan ketepatan mutu pekerjaan.
Adapunjadwal dan rencana kerja yang harus dibuat tersebut secara umum dijelasakan sebagai
berikut:
1. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) diwajibkan untuk membuat jadwal waktu pelaksanaan
(Time Schedule) pekerjaan secara rincidan harus menggambarkan tahapan-tahapan
pekerjaan yang akan dikerjakan secara Jelas Dan Akuntabel.

2. Jadwal dan rencana kerja yang dibuat oleh KSM mengacu pada alokasi waktu yang ditetapkan
oleh Satker PIP Kota Langsa dan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah dibuat pada
saat pemasukan dokumen Pencairan.

3. Rencana kerja yang dibuat harus dilengkapi dengan tabel/matriks/diagram/grafik sehingga


memudahkan PPK lapangan atau Pendamping (Fasilitator Teknik) dalam mengevaluasi
capaian pekerjaan yang akan dikerjakan.

4. Rencana kerja yang dibuat harus diketahui oleh Konsultan Pendamping


(Pendamping/Fasilitator Teknik) dan disetujui oleh PPK atau Satker PIP.

5. Jadwal dan rencana kerja yang telah diketahui serta disetujui tersebut dipublikasikan pada
papan informasi proyek di Sekretariat BKM agar diketahui dan dilaksanakan oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud.

Pasal 05
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN / BARANG

5.1. Bila dalam RKS disebut nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang, maka dalam
hal ini dimaksud untuk menunjukan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan.
5.2. Setiap penggatian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan baraang harus disetujui oleh
perencana/pemberi tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta gambar kerja maka bahan
dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh KSM yang harus mendapat persetujuan
dahulu dari Tim Fasilitator atau pemberi tugas.
5.3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas
biaya KSM, setelah disetujui oleh Tim Fasilitator atau pemberi tugas, harus dianggap bahwa
bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
5.4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Tim Fasilitator atau pemberi tugas untuk
dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai tidak
sesuai kualitas maupun sifatnya.
5.5. Dalam mengajukan harga penawaran, KSM harus sudah memasukkan sejauh keperluan biaya
untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah tersebut, KSM tetap
bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat
atas perintah Tim Fasilitator atau pemberi tugas.

RKS KEGIATAN PAKET I Gampong Teungoh


II - 2
Pasal 06
PERBEDAAN DALAM DOKUMEN

6.1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka KSM harus
menanyakannya secara tertulis kepada Tim Fasilitator dan KSM harus mentaati keputusan
tersebut.
6.2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku dan
ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran dengan skala dari gambar-
gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
6.3. Apabila ada hal-hal yang disebut pada gambar kerja, RKS atau dokumen, yang berlainan atau
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap lainnya.
Tetapi untuk menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini maka diambil sebagai patokan
adalah yang mempunyai bobot teknis atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.
6.4. Apabila terdapat perbedaan antara:
a. Gambar arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk jenis dan
kualitas bahan dan barang adalah gambar struktur.
b. Gambar struktur dengan gambar mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran kualitas dan jenis bahan adalah gambar mekanikal.
c. Gambar arsitektur dengan gambar elektrikal, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk ukuran dan
kualitas bahan adalah gambar elektrikal.

Pasal 07
Pembuatan Gambar Detail dan Gambar Akhir

Pembuatan gambar detail (shop drawing) dan pembuatan gambar akhir (asbuilt drawing)
harus dibuat oleh KSM apabila :
1. Gambar Detail (Shop Drawing)
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan dan atau setelah melakukan tinjauan lokasi
pekerjaan, jika terdapat perbedaan tafsir antara KSM dengan PPK/SATKER PIP
serta Konsultan Pendamping maka KSM dapat membuat gambar detail yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan mangacu pada gambar kerja yang
terdapat dalam dokumen kontrak (SP2DL).
b. Dalam hal pembuatan gambar detail, KSM dapat membuat gambar detail dengan
kategori khusus apabila pada gambar kerja/gambar rencana belum detail gambar
untuk keperluan dimaksud.

c. KSM ketika membuat gambar detail, harus dibuat secara jelas dan mudah dimengerti
ketika akan diajukan kepada PPK/SATKER PIP dan Pendamping untuk
mendapatkan persetujuan.

2. Gambar Akhir (As Built Drawing)


a. Setelah pekerjaan selesai dikerjakan dan sebelum proses serah terima dilakukan,
KSM wajibkan membuaat gambar akhir yang menerangkan perubahan-perubahan
yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan terhadap gambar kerja yang terdapat
pada dokumen kontrak.
b. Perubahan-perubahan sebagaimana yang dimaksudkan pada huruf gambar akhir ini
yaitu ketika ada pekerjaan tambah yang ditambah dan dikurangi dalam pekerjaan ini
serta perubahan-perubahan lainnya yang telah dikerjaan oleh KSM.
c. Apabila diminta oleh PPK teknis atau Konsultan Pendamping, maka KSM harus
menyerahakan gambar akhir yang telah dibuat tersebut.

RKS KEGIATAN PAKET I Gampong Teungoh


II - 3

Anda mungkin juga menyukai