Fast Fashion
Fast Fashion
Fast fashion adalah konsep bisnis yang punya laju cepat. Lebih rinci lagi, fast fashion
memproduksi produk nya secara cepat, dan juga dengan skala yang besar, hal tersebut
tentu menghasailkan banyak limbah, biasanya fast fashion juga menggunakan bahan yang
susah terurai dan juga bahan yang buruk sehingga produk akan lebih mudah rusak dan
pembeli akan perlu untuk membeli terus. Produk fast fashion juga lebih memperdulikan
kuantitas yang ada daripada kualitas yang dibuat
Kebanyakan prusahaan industri Fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti
pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses
produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai
sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik, produk produk
tersebut pun juga di buat secara banyak.
Fast fashion menyebabkan penipisan sumber daya tak terbarukan, menghasilkan emisi gas
rumah kaca (GRK), dan memakai air serta energi dalam jumlah besar. Industri fesyen adalah
industri terbesar kedua di dunia yang mengonsumsi air.
Contoh kasus. "Ngenes! RI Jadi Tempat Sampah Pakaian Bekas, Gak Malu?"
Indonesia ternyata jadi tujuan tempat 'membuang' pakaian bekas dari negara lain. Ternyata
fenomena ini bisa merugikan Indonesia, salah satunya adalah penumpukan baju
bekas.Jumlah pakaian yang tidak bisa digunakan bisa mencapai 60-70%. Dia mencontohkan
tumpukan sampah baju bekas telah terjadi di Chile dan Ghana. Sampah baju bekas yang
menumpuk itu akan dibakar. Pada akhirnya akan menjadi polusi dan merusak lingkungan.
"Nasib Gurun Atacama di Chile, Jadi Pusat Limbah Pakaian Tak Laku Dari Berbagai Negara"
Jauh di Gurun Atacama di Chile sana, setiap tahunnya gunung-gunung baru terbentuk—
bukan gunung pasir, tetapi tumpukan baju bekas dan pakaian tak laku terjual yang terus
berdatangan dari Asia, Eropa, Dan Amerika. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 39.000 ton
pakaian yang berakhir di gurun ini, menggunung dan menimbulkan masalah lingkungan
karena kandungan kimiawinya yang tak mudah terurai oleh tanah. Menurut laporan AFP,
pakaian yang menggunung di Gurun Atacama itu terdiri dari pakaian yang dibuat di China
dan Bangladesh yang tadinya dijual di toko-toko di AS, Eropa, dan Asia. Ketika akhirnya tidak
terjual, pakaian-pakaian itu dibawa ke di zona perdagangan bebas Iquigue, Chile,untuk dijual
kembali di negara-negara Amerika Latin lainnya.
Aljazeera memperkirakan bahwa setiap tahun setidaknya ada 59.000 ton pakaian yang tak
laku terjual dari seluruh dunia dan tiba di Pelabuhan Iquique. Namun hanya sekitar 20.000
ton saja yang terjual lagi, menyisakan kurang lebih 39.000 ton pakaian yang berakhir di
Gurun Atacama karena tak ada pihak yang bertanggung jawab untuk membereskannya.
slow fashion adalah produksi pakaian dengan pemakaian yang lebih tahan lama dan
keberlanjutan, diproduksi dengan memerhatikan kebutuhan dan kualitas yang jauh lebih
tinggi.