Anda di halaman 1dari 2

Fast fashion (kontra)

Fast fashion adalah konsep bisnis yang punya laju cepat. Lebih rinci lagi, fast fashion
memproduksi produk nya secara cepat, dan juga dengan skala yang besar, hal tersebut
tentu menghasailkan banyak limbah, biasanya fast fashion juga menggunakan bahan yang
susah terurai dan juga bahan yang buruk sehingga produk akan lebih mudah rusak dan
pembeli akan perlu untuk membeli terus. Produk fast fashion juga lebih memperdulikan
kuantitas yang ada daripada kualitas yang dibuat
Kebanyakan prusahaan industri Fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti
pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses
produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai
sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik, produk produk
tersebut pun juga di buat secara banyak.
Fast fashion menyebabkan penipisan sumber daya tak terbarukan, menghasilkan emisi gas
rumah kaca (GRK), dan memakai air serta energi dalam jumlah besar. Industri fesyen adalah
industri terbesar kedua di dunia yang mengonsumsi air.

Dampak fast fashion.


-Pencemaran Air, produk dari fast fashion adalah menggunakan pewarna tekstil tentunya
akan merusak lingkungan. = Warna-warna cerah, motif dan tekstur kain yang menjadi daya
tarik industri fesyen diperoleh dari bahan kimia beracun. Pencelupan tekstil adalah
pencemar air bersih terbesar kedua secara global setelah pertanian. Penggunaan kain
berbahan dasar petrokimia yang murah dan mudah diproduksi seperti polyester dan sintetis
sangat merusak lingkungan.
-Para Pekerja Industri Mengalami Over-working= rata-rata upah pekerja industri garmen di
Bangladesh adalah USD 87 per bulan atau setara dengan 1,2 juta rupiah. Sebanyak 20
sampai 60 persen adalah pekerja tidak resmi yang terdiri dari ibu rumah tangga. Di
Bangladesh, ibu rumah tangga tersebut juga mempekerjakan anak-anaknya di rumah.
- Gaya Hidup Konsumtif. =Karena harganya yang murah dan tren yang terus
dan cepat berubah, konsumen tidak merasa sayang untuk membuang
pakaian lama mereka dan membeli pakaian baru agar dapat mengikuti
tren mode.

Cara kita membantu menghentikan=


1. beli baju seperlunya dan yang bisa dipakai berulang kali dalam berbagai aktivitas
2. prioritaskan kualitas barang daripada harga murah dan kuantitas yang dapat dibeli,
karena barang yang berkualitas maka dapat bertahan lama dan dipakai berkali kali
3. tidak mengikuti trend baju yang hanya bertahan beberapa lama
4. menyebarkan kesadaran akan bahaya fast fashion, dan apa dampak kedepan nya,
sehingga semakin sedikit masyarakat yang akan mengikuti fast fashion dan produksi juga
dapat berkurang karena akan produk fast fashion yg semakin berkurang
5. sumbangkan baju yang masih layak pakai pada orang lain dan jangan membuang nya
contoh = thrifting

Contoh kasus. "Ngenes! RI Jadi Tempat Sampah Pakaian Bekas, Gak Malu?"
Indonesia ternyata jadi tujuan tempat 'membuang' pakaian bekas dari negara lain. Ternyata
fenomena ini bisa merugikan Indonesia, salah satunya adalah penumpukan baju
bekas.Jumlah pakaian yang tidak bisa digunakan bisa mencapai 60-70%. Dia mencontohkan
tumpukan sampah baju bekas telah terjadi di Chile dan Ghana. Sampah baju bekas yang
menumpuk itu akan dibakar. Pada akhirnya akan menjadi polusi dan merusak lingkungan.

"Nasib Gurun Atacama di Chile, Jadi Pusat Limbah Pakaian Tak Laku Dari Berbagai Negara"
Jauh di Gurun Atacama di Chile sana, setiap tahunnya gunung-gunung baru terbentuk—
bukan gunung pasir, tetapi tumpukan baju bekas dan pakaian tak laku terjual yang terus
berdatangan dari Asia, Eropa, Dan Amerika. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 39.000 ton
pakaian yang berakhir di gurun ini, menggunung dan menimbulkan masalah lingkungan
karena kandungan kimiawinya yang tak mudah terurai oleh tanah. Menurut laporan AFP,
pakaian yang menggunung di Gurun Atacama itu terdiri dari pakaian yang dibuat di China
dan Bangladesh yang tadinya dijual di toko-toko di AS, Eropa, dan Asia. Ketika akhirnya tidak
terjual, pakaian-pakaian itu dibawa ke di zona perdagangan bebas Iquigue, Chile,untuk dijual
kembali di negara-negara Amerika Latin lainnya.
Aljazeera memperkirakan bahwa setiap tahun setidaknya ada 59.000 ton pakaian yang tak
laku terjual dari seluruh dunia dan tiba di Pelabuhan Iquique. Namun hanya sekitar 20.000
ton saja yang terjual lagi, menyisakan kurang lebih 39.000 ton pakaian yang berakhir di
Gurun Atacama karena tak ada pihak yang bertanggung jawab untuk membereskannya.

slow fashion adalah produksi pakaian dengan pemakaian yang lebih tahan lama dan
keberlanjutan, diproduksi dengan memerhatikan kebutuhan dan kualitas yang jauh lebih
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai