JURNAL
JURNAL
NIM : 2019B1B039
KELAS : II C
PRODI : ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : DR. ROSSI MAUNOFA WIDAYAT, S.IP., M.A.
REVIEW JURNAL
JURNAL I
JURNAL II
Judul Politik Hujat dalam Sistem Komunikasi
Politik Indonesia
Jurnal Jurnal Communiverse
Volume & halaman Vol 4 No 2 (2019):
Tahun 2019
Penulis M.Tazri
Reviewer Kismansyah
Tanggal 4 juni 2023
Abstrak Penelitian ini mengelaborasi dinamika
komunikasi politik di Indonesia. Dalam
diskursus kontestasi politik di Indonesia
menjelang pemilihan presiden (pilpres) tahun
2019, muncullah istilah cebong dan kampret.
Dua istilah ini merupakan labelisasi hujatan
kepada masing-masing pendukung dua calon
presiden, dimana dua istilah ini memiliki
konotasi negatif pada makna sebenarnya.
Dengan menggunakan studi fenomenologi,
penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi
politikhujat dalam sistem komunikasi politik
Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hujatan cebong dan kampret
merupakan ekspresi sinisme politik yang
berlebihan. Pelabelan cebong dan kampret
juga merupakan bentuk penurunan kualitas
bahasa komunikasi politik di Indonesia.
Pembahasan Arah politik pada pemilihan presiden (pilpres)
pada tahun 2019 telah mengerucut pada dua
pasangan calon, yaitu pasangan calon 01 Joko
Widodo-Ma’ruf Amin dan pasangan calon 02
Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno.
Antusiasme kompetisi head-to-head antara
dua pasangan calon ini memiliki konsekuensi
logis pada terbelahnya dukungan pemilih
menjadi dua. Masyarakat Indonesia seolah
dipaksa untuk mendukung pasangan calon
nomor urut 01 atau 02. Dengan demikian,
pola dukunganpun dengan berbagai macam
cara bermunculan dihadapan publik. Dalam
diskursus perpolitikan di Indonesia, pola
komunikasi yang terjadi menjadi tidak
terstruktur dan tidak terkontrol. Pesan-pesan
politik disampaikan secara serampangan
dengan berbagai macam bentuk bahasa dan
istilah. Mediumnya pun sudah. cukup
beragam, baik secara langsung maupun
melalui media massa atau media sosial.
Dengan demikian kontrol terhadap pesan
politik dan efeknya pun menjadi lepas dan
tidak terkondisikan.
Kesimpulan Kebebasan menyampaikan pendapat yang
dijamin konstitusi tidak serta merta membuat
masyarakat menyikapinya dengan bijak.
Sebagian besar menjadikannya sebagai pintu
untuk melakukan ekspresi politik tanpa ada
batasan tertentu, meskipun batasan tersebut
tetap ada dalam norma dan etika. Istilah
cebong dan kampret adalah konsekuensi logis
dibebaskannya berekspresi dan
menyampaikan pendapat. Namun jika ditelaah
dari perspektif komunikasi politik, fenomena
ini mengarah kepada dua hal. Pertama, telah
terjadi sinisme politik yang berlebihan dalam
kontestasi politik pada pemilihan presiden
tahun 2019, sehingga stereotip yang
dimunculkan dengan dua istilah tersebut
dijadikan sebagai usaha untuk melakukan
impresi terhadap masing-masing lawan
politik.
JURNAL III
Judul KEBEBASAN HAK SOSIAL-POLITIK DAN PARTISIPASI
WARGA NEGARA DALAM SISTEM DEMOKRASI DI
INDONESIA
Jurnal Jurnal Ius Constituendum
Volume & halaman Volume 4 nomor 2 oktober 2019
Tahun 2019
Penulis Muten Nuna, Roy Marthen Moonti
Reviewer Kismansyah
Tanggal 4 juni 2023
Abstrak Prinsip dari sebuah negara demokrasi adalah dengan menjunjung
tinggi Konstitusi dan ideologi dalam sebuah negara. Kebebasan
dalam hak sosial dan politik menjadi sebuah jaminan yang sangat
diperlukan untuk dapat mencapai sebuah negara yang menjunjung
tinggi demokrasi sehingga aspirasi yang ada dapat tersalurkan dengan
baik. Permasalahan yang muncul yaitu Bagaimana Prinsip Dan
Jaminan Hak Warga Negara Menurut UUD 1945 dan Bagaimana
Dinamika Sosial Politik Dalam Sistem Demokrasi di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian hukum yuridis
normatif yang merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang
terdiri dari peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur
terkait untuk memecahkan persoalan hukum atau permasalahan yang
akan dibahas. Kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum
harus dilaksanakan dengan bertanggung jawab, sejalan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena
itu negara wajib dapat mengelola dan mengendalikan dominasi iklim
kapitalis agar tetap berjalan pada koridor yang tidak merugikan
warga. Negara juga harus membuka dan memberdayakan ruang
publik secara optimal sebagai instrumen warga dalam menyalurkan
aspirasinya, serta menutup keran tumbuh suburnya praktek politik
uang baik di kalangan elit politik maupun di kalangan masyarakat,
karena dengan membiarkan politik uang berlangsung, maka tidak
hanya berimpilkasi melahirkan politisi yang korup dan mengekang
hati nurani masyarakat dalam memberikan partisipasi politiknya,
namun juga berakibat tercederainya suatu pemilu yang demokratis.
Pembahasan Sebagai negara demokrasi kebebasan berpendapat tidak harus
menjadi sekedar bebas mengemukakan pendapat tetapi harus
bertanggung jawab dan beretika dalam berpendapat. Menentukan
parameter nilai etika dalam berpendapat yang ideal sangat sulit.
Setiap upaya penentuan batas nilai etika berpendapat akan divonis
sebagai pengebirian berpendapat. Bahkan undang-undang baru
seperti Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
yang diciptakan oleh para ahli hukum dan pendekar demokrasi saja
dianggap mengkebiri kebebasan berpendapat. Masyarakat tidak lagi
sebagai penentu dari bangsa dan negara ini, namun rakyat hanya
menjadi objek politik dari beberapa elit yang ingin menjadi seorang
pemimpin yang bertujuan untuk memperoleh strata sosial yang lebih
tinggi bahkan mencari keuntungan. Secara teoritis, politik merupakan
upaya untuk berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan
urusan masyarakat atau orang banyak. Karena menyangkut
kepentingan banyak orang, maka memang pada dasarnya politik
sangat dekat dengan kekuasaan.
Kesimpulan Pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum harus dilaksanakan dengan
bertanggung jawab, sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Oleh karena itu negara wajib dapat
mengelola dan mengendalikan dominasi iklim kapitalis agar tetap
berjalan pada koridor yang tidak merugikan warga.
JURNAL IV
Judul Implikasi Pergeseran Sistem Politik terhadap
Hukum dan Birokrasi di Indonesia
Jurnal Jurnal Konstitusi
Volume & halaman Volume 13, Nomor 4, Desember 2016
Tahun 2016
Penulis Suryo Gilang Romadlon
Reviewer Kismansyah
Tanggal 4 juni 2023
Abstrak kuatan yang bermuara pada perolehan
kekuasaan. Frasa “gabungan partai politik”
dalam Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 adalah
indikator yuridis bahwa koalisi cara yang
efektif, sah dan konstitusional. Seluruh
rangkaian historis mengenai koalisi partai
politik di Indonesia maka dapat disimpulkan
bahwa koalisi yang dibangun di Indonesia
adalah koalisi berbasis kepentingan, bukan
ideologi. Koalisi hanya sekedar menjadi cara
pemenuhan “threshold” belaka. Partai politik
hanya berfikir bagaimana syarat “gabungan
partai politik” terpenuhi ketika mengusung
pasangan calon. Hal yang demikianlah
sebenarnya yang menjadi permasalahan.
Sistem koalisi di Indonesia berada pada titik
paradoksal. Seperti pasca Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014,
pertentangan KMP dan KIH begitu terlihat
kental dan seolah tidak ada titik temu, akan
tetapi hal tersebut tidak terjadi di daerah-
daerah. Pada 9 Desember 2015 sejumlah
daerah melaksanakan Pilkada serentak, akan
tetapi rivalitas antara KMP versus KIH tidak
terjadi di level daerah. Berdasarkan data KPU
dapat dicermati di beberapa daerah yang
pasangan calonnya
Pembahasan Monarki adalah bentuk pemerintahnya yang
pada mulanya mendirikan kekuasaan atas
rakyat dengan baik dan dipercaya.Namun
pada perkembanganya para penguasa yang
dalam hal ini raja, tidak lagi menjalankan
pemerintah untuk kepentingan umum, bahkan
cenderung sewenang-wenang, hal demikian
bergeser menjadi tirani.Akan tetapi harus ada
yang di ingat mengenai konstitusi yang
sempurna dan dapat disetujui isinya oleh
semua orang. Di dalam negara demokrasi,
perbedaan dan kontroversi adalah
keniscayaan, sekurang-kurangnya hampir
dapat dipastikan adanya pandangan yang
berbeda, namun memang dari perbedaan-
perbedaan pandangan itulah demokrasi
menjadi penyaring untuk mencapai hasil
melalui prosedur hukum yang sah.
Pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi
untuk menyediakan pelayanan publik secara
efektif, efisien dan ekonomis untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lokal. Pelayanan yang disediakan Pemerintah
daerah kepada masyarakat ada yang bersifat
regulative (public regulations) seperti
mewajibkan penduduk untuk mempunyai
KTP, KK, IMB dan sebagainya.
Kesimpulan Pergeseraran setiap politik saat ini memasuki
era oligarki memberikan akses pada pola
hubungan birokrasi pusat dan daerah. Tidak
linearnya induk politik antara pusat dan
daerah hendaknya tidak menyeret para
birokrat untuk masuk ke dalam politik praktis
demi kekuasaan. Birokrat seharusnya berada
dalam jalur yang benar sesuai dengan perintah
konstitusi undang-undang dan kententuan
yang menyertainya. Sesuai dengan semangat
reformasi birokrasi, maka saat ini birokrat
harus memang teguh asas dan prinsip yang
telah ditanamkan, professional, bersih dan
tidak berpihak, penegakan moralitas atau
etika akan berdampak penting bagi kehidupan
bangsa dan bernegara, yaitu dimana
kepentingan-kepentingan umum dapat
terealisir dan kepentingan personal juga
terlahir,diperlukan adanya pranata politik
yang berwibawah. Birokrasi adalah ujung
tombak dari pelaksanaan kekuasaan
pemerintahan dalam paktek, peran birokrasi
sangatlah besar, sehingga ada yang
menyejajarkan kekuasaan birokrasi dengan
tiga kekuasaan kenegaraan (eksekutif,
yudisial, legislatif) dan menyebut birokrasi
sebagai kekuasaan ke empat. Sebagai ujung
tombak kekuasaan pemerintahan, pada
birokrasilah bertemu secara nyata penggunaan
kekuasaan pemerintahan dengan warga
masyarakat yang terhadapnya kekuasaan
tersebut ditujukan. Kedudukan birokrasi
sebagai sebuah keniscayaan dalam sistem
penyelenggaraan kenegaraan.
JURNAL V
Judul Peranan Partai Politik dalam Melaksanakan
Pendidikan Politik
Jurnal Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik
Volume & halaman 5 (1) (2017): 51-59
Tahun 2017
Penulis Payerli Pasaribu
Reviewer Kismansyah
Tanggal 4 juni 2023
Abstrak Partai politik adalah kelompok yang
terorganisasi dan anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dari cita-cita yang sama.
Tujuannya untuk memperoleh kekuasaan
politik dan memperebut kedudukan politik,
biasanya dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
mereka. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa partai politik merupakan salah satu
intruksi inti dan demokrasi modern.
Demokrasi modern mengandalkan sebuah
sistem yang disebut keterwakilan
(repressentif), baik keterwakilan lembaga
formal kenegaraan seperti parlemen
(DPRD/DPR) maupun keterwakilan aspirasi
masyarakat dalam instruksi kepartaian. Partai
politik berfungsi untuk mencari dan mengajar
orang yang berbakat untuk turut aktif dalam
kegiatan politik sebagai angota partai dengan
demikian turut berpartisipasi politik. Inilah
yang menjadi peran penting dalam partai
politik untuk memberi pendidikan politik bagi
masyarakat.
Pembahasan dinyatakan bahwa peranan berasal dari kata
“Peran” yang berarti sebagai seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh
seseorang yang berkedudukan di masyarakat,
kemudian peranan adalah bagian dari tugas
utama yang harus dilaksanakan. Peranan
merupakan bagian dari sesuatu yang harus
dilaksanakan berdasarkan ketepatan waktu,
dalam hal yang menjadi bagian dari apa yang
dilakukan dalam hal pemegang pimpinan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai
politik adalah suatu kelompok yang
terorganisir yang anggotaanggotanya
mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik (biasahnya) dengan cara
konstitusional untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Budiardjo (2000: 161) bahwa: Partai Politik
adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan
berdasarkan penguasaan ini memberikan
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat
idiil maupun materil. Pendidikan politik
adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang
maupun lebih yang mana dilakukannya
dengan sadar dalam proses penyampaian
budaya politik bangsa dengan memperhatikan
nilai-nilai Pancasila. Berdasarkan hal tersebut,
pendidikan politik merupakan usaha untuk
mengarahkan proses pendidikan politik
masyarakat pada tatanan sistem politik yang
ideal. Bagi masyarakat Indonesia yang
majemuk, sistem politik yang diinginkan
adalah Demokrasi Pancasila.
Kesimpulan Peranan partai politik menyalurkan pendapat
aspirasi masyarakat dalam mengatur
sedemikian rupa sehingga simpang siur
pendapat dalam masyarakat berkurang. Partai
politik juga berfungsi untuk mencari dan
mengajar orang yang berbakat untuk turut
aktif dalam kegiatan politik sebagai angota
partai dengan demikian turut berpartisipasi
politik. Partai politik memiliki suatu peranan
penting dalam membentuk setiap partai yang
di jalankan setiap anggota- anggotanya.
Sebaiknya Partai Politik lebih memperhatikan
akan hal-hal apa-apa saja yang perlu dipenuhi
dalam hal kepartaian serta melaksanakan
tugasnya sebagai anggota partai politik
dengan baik, apabila sudah duduk di salah
satu kursi dewan. Partai politik lebih lagi
meningkatkan kualitas keanggotaannya, baik
dalam kedisiplinan maupun lain sebagainnya,
ini akan mempermudah dalam mencapai
tujuan bersama. Meningkatkan kualitas
keanggotaan tidak la hanya berpatokan pada
kaderisasi, namun harus melihat apa yang
harus dicapai pada tujuan bersama, jangan
hanya mementingkan kepentingan
keanggotaan, namun mencapai tujuan
bersama.