Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial e-ISSN 2540-7694 http://ejournal.upi.edu/index.

php/jpis
JPIS Volume 26, Nomor 2, Desember 2017 p-ISSN 0854-5251 jurnaljpis@upi.edu

Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik


melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Marfuah
marpuah1983@gmail.com
Jurusan Ekonomi Koperasi, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT
This study aims to overcome the lack of communication skills of students in social studies
activities such as asking and expressing opinions. The study was conducted in Al Qalam
Depok Islamic Junior High School in the even semester of the academic year 2015/2016.
The method used in this research is Classroom Action Research which refers to the design
pattern of Kemmis and Mc. Taggart. The results showed that there was a significant
improvement in communication skills after learning in three cycles were performed. In
addition, there is an increase in learning outcomes of students. The conclusion of this
research is the use of Jigsaw type cooperative learning model can improve the
communication skills of learners.
Keywords: communication skills, Jigsaw; type cooperative learning model, Social Studies.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya keterampilan komunikasi peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran IPS seperti bertanya dan mengemukakan
pendapat. Penelitian dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Al Qalam Depok pada
semester genap tahun ajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang merujuk pada pola
desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
peningkatan keterampilan komunikasi yang signifikan setelah dilakukan tindakan
sebanyak tiga siklus. Selain itu, terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik.
Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan komunikasi peserta didik.
Kata Kunci: keterampilan komunikasi, Jigsaw, model pembelajaran kooperatif, mata
pelajaran IPS.

PENDAHULUAN dan memfasilitasi peserta didik untuk


Komunikasi tidak dapat mengutarakan gagasan, serta bertukar
dipisahkan dalam proses pembelajaran, informasi dengan guru atau sesama
karena proses pembelajaran terjadi peserta didik.
akibat adanya komunikasi, baik itu yang Keterampilan berkomunikasi
bersifat intrapersonal seperti berpikir, peserta didik juga akan memberikan
mengingat, serta melakukan persepsi, suasana yang mendukung pembelajaran
maupun secara interpersonal yaitu aktif dimana peserta didik memiliki
melalui proses penyaluran ide atau kepercayaan diri dalam mengemukakan
gagasan informasi kepada orang lain, argumentasinya dan menjadi sarana
menghargai pendapat orang lain, serta dalam mengembangkan sikap empati
menyimak argumentasi yang dalam menghargai perbedaan pendapat
disampaikan oleh orang lain. yang akan mereka temukan dalam
Kemampuan berkomunikasi menjadi lingkungan masyarakat. Berkaitan
syarat penting dalam proses dengan hal ini, pembelajaran IPS memiliki
pembelajaran karena dapat membantu kedudukan yang sangat penting untuk

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 148


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
dapat membekali peserta didik dengan memiliki perbedaan aturan dengan dunia
berbagai keterampilan, termasuk nyata, sehingga mereka merasa bebas
keterampilan berkomunikasi sehingga mengungkapkan ekspresinya tanpa
proses belajar yang dilakukan dapat merasa terikat dengan norma-norma
menjadi peserta didik sebagai generasi kesopanan yang berlaku.
yang santun dalam bertutur kata, Dengan kondisi tersebut,
memiliki kepercayaan diri serta bersikap muncullah karakter-karakter peserta
kritis, bersikap toleran terhadap segala didik yang berbicara dengan kasar tanpa
perbedaan pendapat, menghargai memandang lawan bicaranya, tidak
pendapat orang lain sehingga mereka terampil berterima kasih dan meminta
siap terjun ke dalam lingkungan maaf, tidak terampil dalam
masyarakat sebagai seorang warga menempatkan diri dalam lingkungan,
negara yang baik (good citizen). merasa sulit mengucapkan kata
Selain dimensi pemahaman dan “permisi” karena dikuasai oleh sikap
pengetahuan, pendidikan IPS juga sangat apatis yang berujung pada gagalnya
memperhatikan dimensi keterampilan peserta didik tersebut menjadi warga
yang harus dimiliki peserta didik [1] negara yang baik.
diantaranya adalah: (1) keterampilan Keterampilan berkomunikasi
meneliti, (2) keterampilan berpikir, (3) menjadi dimensi keterampilan yang
keterampilan partisipasi sosial, (4) penting dikuasai peserta didik terlebih
keterampilan komunikasi. Semua dalam menghadapi abad ke-21. Pada abad
keterampilan dalam pembelajaran IPS ini ke dua puluh satu minimal ada empat
sangat diperlukan dan akan memberi kompetensi belajar yang harus dikuasai
kontribusi dalam proses inkuiri sebagai yakni kemampuan pemahaman yang
pendekatan utama dalam pembelajaran tinggi, kemampuan berpikir kritis,
IPS. kemampuan berkolaborasi dan
Keterampilan berkomunikasi ini berkomunikasi, serta kemampuan
menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi berpikir kritis [2]. Dengan demikian
institusi pendidikan untuk dapat komunikasi memainkan peranan yang
menghasilkan generasi-generasi yang amat penting dalam proses
peka serta tanggap dengan kondisi yang pembelajaran.
ada di sekitarnya. Keterampilan Terlebih lagi jika proses
komunikasi yang dicerminkan dalam pembelajaran dipandang sebagai proses
sopan santun peserta didik dalam sosial maka diperlukan upaya untuk
bersikap dan bertutur kata agaknya membangun suasana pembelajaran yang
menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi mendorong terjadinya relasi yang positif
pendidik agar pembelajaran IPS yang antara guru dan peserta didik maupun
dilakukan di kelas dapat antar peserta didik yang pada akhirnya
diimplementasikan dengan munculnya akan dapat mendorong tercapainya
karakter-karakter mulia seiring dengan tujuan pembelajaran. Hal tersebut
melesatnya teknologi dan informasi. sejalan dengan Peraturan Menteri
Dengan segenap kecanggihan Pendidikan dan Kebudayaan No.58 Tahun
teknologi tersebut, banyak diantara 2014 tentang kurikulum 2013 SMP/MI,
peserta didik yang lebih memilih untuk bahwa tujuan IPS adalah agar peserta
berkomunikasi dalam dunia maya didik: (1) Mengenal konsep-konsep yang
daripada melakukan interaksi secara berkaitan dengan kehidupan masyarakat
langsung. Hal ini diperparah dengan dan lingkungannya; (2) Memiliki
tergerusnya etika karena beranggapan kemampuan dasar untuk berpikir logis
bahwa berkomunikasi dalam dunia maya dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

149 Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik…


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
memecahkan masalah, dan keterampilan mendalam. Peserta didik menerima
dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki penjelasan dari guru dengan apa adanya,
komitmen dan kesadaran terhadap nilai- karena tidak adanya proses berpikir
nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) mendalam.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, Peserta didik hanya mendengar
bekerjasama, dan berkompetisi dalam dan mencatat segala materi yang
masyarakat yang majemuk, di tingkat disampaikan, sehingga potensi
lokal, nasional, dan global. berpikirnya tidak dikembangkan secara
Yang terjadi di dunia persekolahan optimal dan juga mengakibatkan
saat ini, pembelajaran IPS kurang dikemas rendahnya aktivitas peserta didik dalam
dengan pengelolaan yang baik dari sisi melakukan pembelajaran. Proses atau
metode yang digunakan, penyampaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta
materi, media, pengaturan ruangan, didik menjadi hal yang harus diperhatikan
sehingga pembelajaran IPS menjadi oleh guru dalam melakukan
monoton dan membosankan dan tidak pembelajaran di kelas, karena hal ini akan
membekali peserta didik dengan berpengaruh terhadap hasil belajar baik
berbagai keterampilan yang diperlukan itu berupa ranah kognitif (pengetahuan),
dalam kehidupannya. Proses afektif (sikap), dan psikomotorik
pembelajaran IPS lebih menempatkan (keterampilan).
peserta didik sebagai penerima informasi Dalam sebuah kesempatan
dan mencurahkan isi buku daripada melakukan diskusi ringan dengan guru
penalaran isi buku. Guru berperan mitra, peneliti mendapatkan informasi
sebagai sumber utama, sehingga kurang bahwa guru mitra merasa ada perbedaan
menggali potensi berpikir serta respon yang signifikan dalam proses
keterampilan peserta didik dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas
mengelaborasi informasi serta VII putra dan putri. Di kelas VII putra,
kemampuan berkomunikasinya. peserta didik terlibat secara aktif dalam
Peserta didik yang pasif ini tidak menyimak informasi dan antusias
terlibat dalam proses pembelajaran berpartisipasi untuk memberi tanggapan
sehingga ketika dimintai argumentasinya atau argumentasinya dengan kesadaran
dalam proses diskusi sikap yang sendiri.
ditunjukkan antara lain adalah kurang Kondisi yang berbeda dirasakan di
percaya diri karena merasa khawatir kelas VII Putri dimana peserta didik
argumentasinya keliru, bersikap masa umumnya tidak memiliki keberanian dan
bodoh karena sudah ada temannya yang kepercayaan diri dalam mengutarakan
menjawab pertanyaan, hingga pada gagasannya. Kelas didominasi oleh
akhirnya peserta didik benar-benar tidak peserta didik yang sama, dan jumlahnya
memahami materi sehingga membuat sedikit sekali yang berpartisipasi aktif
hasil belajarnya menjadi rendah. Kondisi- dalam kegiatan belajar. Oleh sebab itu
kondisi seperti ini terjadi dikarenakan diperlukan teknik pembelajaran yang
kurangnya komunikasi yang terjalin dapat menggali kemampuan komunikasi
dengan baik antara guru dengan peserta peserta didik. Salah satu model
didik, atau diantara sesama peserta didik. pembelajaran yang dapat meningkatkan
Pembelajaran yang bersifat aktivitas belajar peserta didik adalah
teacher center akan membuat guru model pembelajaran kooperatif tipe
mendominasi kegiatan pembelajaran jigsaw.
dengan lebih banyak memberikan
konsep-konsep yang bersifat hafalan
tanpa menyelami maknanya dengan lebih

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 150


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
KAJIAN LITERATUR b. Fungsi pengambilan keputusan,
Keterampilan Komunikasi yaitu memutuskan untuk
Komunikasi merupakan alat untuk melakukan atau tidak melakukan
membina hubungan sebagai sesuatu pada saat tertentu.
implementasi dari kodrat manusia
sebagai makhluk sosial. Komunikasi Pada konteks pembelajaran,
merupakan proses individu dalam keterampilan dalam berkomunikasi dapat
hubungan, kelompok, organisasi, dan dimaknai sebagai keterampilan yang
masyarakat membuat dan menggunakan harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang
informasi untuk berhubungan satu sama peserta didik karena keterampilan ini
lain dengan lingkungan [3]. Komunikasi bertujuan untuk menggali pengetahuan
merupakan sarana menampilkan pesan, sebanyak-banyaknya serta untuk
mengekspresikan diri, serta menyampaikan informasi kepada
mempengaruhi orang lain. masyarakat baik secara lisan maupun
Sebuah pesan adalah satu simbol tulisan. Komunikasi dalam pembelajaran
atau kumpulan simbol yang memiliki arti akan membuat kegiatan pembelajaran
atau fungsi. Pesan melibatkan bahasa menjadi lebih efektif karena terbangun
verbal seperti ucapan atau tulisan, komunikasi antara guru dengan peserta
ataupun bahasa nonverbal seperti didik, ataupun diantara sesama peserta
penampilan, gerak tubuh, ataupun cara didik sehingga tujuan pembelajaran dapat
lainnya. Berlo merumuskan komunikasi tercapai.
sebagai proses mengirimkan, menerima Berkaitan dengan pembelajaran
dan memahami gagasan serta perasaan kooperatif, keterampilan komunikasi ini
dalam bentuk pesan verbal atau sangat diperlukan karena peserta didik
nonverbal, baik disengaja maupun tidak akan menjadi narasumber yang harus
disengaja [4]. Proses tersebut melibatkan menyampaikan materi yang dikuasainya
(1) komunikator yang menyatakan ke dalam kelompok. Pembelajaran
gagasan; (2) gagasan dan perasaan yang kooperatif akan membantu peserta didik
diubah menjadi pesan; (3) pesan yang untuk bekerjasama dalam kelompok serta
disampaikan secara verbal dan nonverbal; mengajarkan berbagai keterampilan yang
(4) komunikan yang menerima pesan; (5) diperlukan bagi kehidupan mereka kelak
reaksi dan umpan balik (efek) yang seperti keterampilan sosial yang terdiri
disampaikan komunikan kepada atas keterampilan berbagi dan
komunikator. berpartisipasi, keterampilan komunikasi,
Komunikasi dilakukan oleh serta keterampilan berkelompok [6].
seseorang sebagai wujud bahwa setiap Keterampilan komunikasi
manusia memerlukan orang lain untuk merupakan salah satu keterampilan sosial
dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap yang harus dikuasai dalam dimensi IPS
komunikasi yang dilakukan oleh seorang selain kompetensi pengetahuan,
individu memiliki maksud dan fungsi keterampilan, serta nilai dan sikap [7].
tertentu dalam rangka memenuhi Oleh karena itu, komunikasi yang
kebutuhan tersebut. Verderber dan berlangsung dalam proses pembelajaran
Gorden menyebutkan fungsi komunikasi bukan sekedar bagaimana seorang guru
antara lain sebagai [5]: menyampaikan bahan ajarnya, tetapi
a. Fungsi sosial, yaitu untuk dilakukan untuk mengembangkan
menunjukkan kesenangan, ikatan peserta didik menjadi seorang pribadi
dengan orang lain, membangun yang utuh, seperti menyelesaikan
dan memelihara hubungan permasalahan bersama-sama dalam
kelompok serta menumbuhkan semangat

151 Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik…


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
saling membelajarkan diantara sesama serta mengajukan pertanyaan terhadap
peserta didik. hal-hal yang belum dipahami baik dalam
Keterampilan komunikasi diskusi kelompok asal (home teams
diperlukan dalam pembelajaran IPS agar discussion) maupun tim ahli (expert teams
dapat menjadikan peserta didik sebagai discussion).
individu yang bersikap dewasa, dimana
kedewasaan tersebut ditandai dengan Konsep Model Pembelajaran Kooperatif
mampu berkomunikasi dengan orang lain Model pembelajaran kooperatif
dengan baik [1]. Oleh karena itu peserta tidak sama dengan sekedar belajar
didik perlu diberikan kesempatan untuk kelompok [8]. Ada unsur-unsur dasar
mengungkapkan pemahaman dan yang membedakannya dengan
perasaannya dengan jelas, efektif, dan pembagian kelompok yang dilakukan
kreatif. dengan asal-asalan. Pelaksanaan
Peserta didik juga hendaknya prosedur model pembelajaran kooperatif
diberi motivasi agar dapat menjadi dengan baik akan memungkinkan guru
pembicara dan pendengar yang baik. akan mengelola kelasnya dengan lebih
Peserta didik harus diberikan kesempatan efektif karena akan memberi dorongan
untuk mengasah keterampilan untuk dapat mengoptimalkan dan
komunikasinya yang ditunjukkan dengan membangkitkan potensi peserta didik,
menyatakan ide-ide dengan jelas, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta
mendengarkan orang lain, merespon (kreativitas) sehingga menjamin
orang lain dengan cara yang baik, dan terjadinya dinamika dalam proses
mengajukan pertanyaan dengan baik [6]. pembelajaran.
Pandangan Arends tersebut di Pembelajaran koperatif peserta
atas mengindikasikan bahwa didik dituntut untuk mengerjakan tugas
keterampilan komunikasi dapat secara bersama-sama dan
dipandang dalam dua aspek, yaitu aspek mengkoordinasikan upayanya dalam
kemampuan berargumentasi dan menyelesaikan tugas tersebut [6],
kemampuan merespon informasi. Dalam sehingga melahirkan kondisi-kondisi
penelitian tindakan kelas ini, peneliti sebagai berikut:
mengkonstruksi pandangan dari Arends a. Peserta didik bekerja sama dalam
untuk menentukan indikator-indikator kelompok untuk mencapai tujuan
keterampilan komunikasi yang akan belajar
diamati dalam proses observasi, yaitu b. Kelompok-kelompok terdiri atas
kemampuan berargumentasi terdiri atas peserta didik yang berprestasi
menggali informasi dan data melalui rendah, sedang, dan tinggi, dan bila
pengamatan dalam pelaksanaan diskusi memungkinkan kelompok tersebut
kelompok, menyampaikan materi dengan terdiri atas campuran ras, budaya, dan
jelas pada saat peserta didik berperan gender.
sebagai tim ahli atau narasumber dalam c. Sistem reward-nya berorientasi
kelompoknya, dan mengemukakan kelompok maupun individu.
pendapat pada saat peserta didik
mengulas materi yang disampaikan oleh Pembelajaran kooperatif tidak
tim ahli. hanya mengorientasikan pembelajaran
Sedangkan aspek merespon untuk menuntaskan materi, tetapi juga
informasi ditunjukkan dengan memberikan keterampilan kooperatif
mendengarkan pendapat orang lain bagi peserta didik yang berfungsi untuk
sebagai sarana melatih peserta didik melancarkan hubungan, kerja dan tugas
untuk menghargai perbedaan pendapat, peranan hubungan kerja dapat dibangun

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 152


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
dengan mengembangkan komunikasi Langkah-langkah pembelajaran
antar kelompok. Hal di atas sejalan kooperatif tipe jigsaw [11] yaitu sebagai
dengan implementasi kurikulum 2013 berikut:
dimana proses pembelajaran bersifat a. Peserta didik dibagi ke dalam
student center dengan melakukan kelompok yang terdiri atas 4 – 6
langkah-langkah scientific yaitu orang.
mengamati, menanya, mengumpulkan b. Setiap orang dalam kelompok diberi
informasi, menalar dan membangun materi yang berbeda.
jejaring/mengkomunikasikan. c. Setiap orang dalam tim diberi bagian
Penjelasan guru, respon peserta materi yang ditugaskan.
didik serta interaksi edukatif yang d. Anggota dari tim yang berbeda yang
terbangun dalam pembelajaran dilakukan memiliki bagian/subbab yang sama
dalam rangka memecahkan masalah bertemu dalam kelompok baru
sosial yang ada dalam lingkungannya. (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
Pembelajaran kooperatif membuat subbab mereka.
materi IPS yang dipelajari tidak hanya e. Setelah selesai diskusi sebagai tim
menjadi sesuatu yang dihafal dan diingat, ahli, tiap anggota kembali ke
melainkan ada sesuatu yang dipraktekkan kelompok asal dan bergantian
dan dilatihkan dalam situasi nyata dan mengajar dengan teman satu tim
terlibat dalam pemecahan masalah. mereka tentang subbab yang dikuasai
Penerapan pembelajaran kooperatif dan tiap anggota lainnya
dalam IPS dapat mengusir rasa jenuh dan mendengarkan dengan sungguh-
bosan dari pembelajaran IPS yang banyak sungguh.
menggunakan ekspositori [9]. f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw g. Guru memberi evaluasi.
Lie mengungkapkan bahwa h. Penutup
pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini
merupakan model belajar dengan cara Pembelajaran kooperatif tipe
membagi peserta didik ke dalam Jigsaw ini menjadi salah satu metode
kelompok-kelompok kecil secara pembelajaran yang perlu dikembangkan
heterogen dan peserta didik bekerja di sekolah karena dapat merangsang
sama serta memiliki ketergantungan peserta didik untuk terlibat lebih aktif
positif dan bertanggung jawab secara dalam pembelajaran. Setelah
mandiri [10]. Secara umum pembelajaran pembelajaran dilakukan dengan
tipe jigsaw dapat melibatkan peserta menerapkan model kooperatif tipe jigsaw
didik secara aktif dalam mengembangkan ditemukan adanya peningkatan aktivitas
pengetahuan, sikap, dan guru dan aktivitas peserta didik dalam
keterampilannya dalam suasana belajar proses pembelajaran IPS [12].
yang terbuka dan demokratis. Selain itu Penerapan model pembelajaran
peserta didik dilatih untuk kooperatif teknik jigsaw menunjukkan
mengembangkan keterampilan adanya peningkatan aktivitas dan hasil
komunikasi, serta saling bekerja sama belajar peserta di setiap siklusnya [13].
dalam kelompoknya, sehingga mampu Kemudian, penerapan model
menumbuhkan rasa tanggung jawab pembelajaran teknik jigsaw dapat
peserta didik dalam memahami dan meningkatkan pemahaman konsep
menyelesaikan masalahnya dalam peserta didik dalam mata pelajaran
kelompok. ekonomi [14].

153 Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik…


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
METODE PENELITIAN Selain observasi, teknik
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data juga dilakukan melalui
penelitian ini adalah metode Penelitian wawancara bebas kepada guru mitra
Tindakan Kelas (classroom action maupun peserta didik dengan
research). Penelitian Tindakan Kelas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
menurut Kemmis dan Mc Taggart, dapat spontan kepada peserta didik berkaitan
dipandang sebagai suatu siklus spiral dari mengenai respon mereka terhadap
penyusunan perencanaan, pelaksanaan teknik pembelajaran yang digunakan.
tindakan, pengamatan (observasi), dan Begitupun dengan wawancara yang
refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dilakukan terhadap guru mitra, dilakukan
dengan siklus spiral berikutnya [15]. dalam suasana nonformal untuk
Penelitian tindakan kelas ini mendapatkan gambaran tentang proses
dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Al pembelajaran sebelum dilakukan
Qalam Depok pada semester genap penelitian, dan juga saat melakukan
tahun ajaran 2015/2016. Lama waktu refleksi usai melakukan tindakan dalam
penelitian selama dua bulan yaitu sejak setiap siklusnya. Adapun dokumen yang
bulan Januari sampai bulan Februari 2016. digunakan oleh peneliti diantaranya
dan pelaksanaanya disesuaikan dengan adalah silabus pembelajaran, rencana
jadwal kegiatan pembelajaran IPS di kelas pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai
VII Putri yang berjumlah 30 orang peserta post-test, serta gambar atau foto peserta
didik yang merupakan subjek penelitian. didik saat proses pembelajaran IPS di
Teknik pengumpulan data kelas dengan menggunakan teknik
dilakukan melalui observasi, wawancara jigsaw.
dan dokumentasi. Observasi dilakukan Selama observasi berlangsung,
terhadap subjek penelitian yaitu aktivitas semua aktivitas guru mitra dan peserta
guru mitra dan peserta didik kelas VII didik dituangkan ke dalam sebuah
Putri SMP Islam Terpadu Al Qalam Depok catatan lapangan (field notes). Indikator-
selama masa tindakan yang dilaksanakan indikator keberhasilan pembelajaran guru
berdasarkan siklus pembelajaran yang dibuat dalam kategori pada aspek yang
sudah direncanakan. Kegiatan observasi diamati yaitu apabila guru sudah
terhadap peserta didik dilakukan dengan menunjukkan lebih dari 80% (>80%)
menganalisis dan mencatat secara dengan kategori baik dalam
sistematis mengenai keterampilan pembelajarannya. Sementara indikator-
komunikasi peserta didik dengan melihat indikator keberhasilan pembelajaran
dan mengamati mereka dalam kelompok peserta didik dibuat dalam kategori pada
secara langsung saat proses aspek yang diamati yaitu apabila peserta
pembelajaran IPS yang menggunakan didik sudah menunjukkan peningkatan
model pembelajaran kooperatif tipe keterampilan social dengan kategori baik
jigsaw dengan menggunakan instrument (B) dalam setiap pembelajarannya.
observasi yang memuat indikator- Adapun kategori-kategori dimaksud
indikator keterampilan komunikasi adalah sebagai berikut: a) Apabila kurang
peserta didik. Sedangkan observasi dari 60% (<60%) = Kurang (K); b) Apabila
terhadap guru mitra dilakukan dengan 60% - 70% = Cukup (C); dan c) Apabila lebih
mengamati proses pembelajaran dengan dari 70% (>70%)= Baik (B).
menggunakan pedoman berupa
instrument supervisi guru berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN
kurikulum 2013 yang diterapkan di lokasi Tindakan dalam penelitian ini
penelitian. dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri
atas dua tindakan dalam siklus pertama

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 154


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
(20 dan 22 Januari 2016), dua tindakan keterampilan berkomunikasi belum
dalam siklus ke-dua (12 dan 17 Februari dikuasai secara merata oleh seluruh
2016) serta satu tindakan dalam siklus ke- anggota dalam kelompok. Masih ada
tiga (19 Februari 2016). Sebelum peserta didik yang mendominasi
melaksanakan tindakan, peneliti dan guru kelompok sementara peserta didik
mitra melakukan diskusi dan membuat lainnya belum menunjukkan kepercayaan
kesepakatan mengenai hal-hal yang akan diri yang cukup baik.
dilakukan dalam setiap tindakan. Pada siklus II, peserta didik mulai
Dalam penelitian ini, tidak ada terbiasa dengan model pembelajaran
perlakuan khusus selain pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang ditunjukkan
kooperatif dengan langkah-langkah dengan tumbuhnya inisiatif, kekompakan
teknik jigsaw yang sebelumnya sudah serta kerjasama yang cukup baik dalam
dikomunikasikan bersama sesuai dengan kelompok. Diskusi dalam kelompok, baik
langkah-langkah pembelajaran yang telah dalam kelompok asal maupun kelompok
dijelaskan dalam teori. Begitu pula ahli tampak lebih hidup dan kepercayaan
dengan peserta didik, tidak ada perlakuan diri peserta didik dalam mengemukakan
khusus yang dilakukan kepada peserta gagasan serta mengajukan pertanyaan
didik berkenaan dengan proses mengalami peningkatan. Dominasi
pembelajaran. Pembelajaran mengalir peserta didik tertentu dalam kelompok
sebagaimana biasanya. mulai berkurang. Hal ini diperkuat dalam
Dokumen pelaksanaan siklus III dimana setiap tim ahli tampil ke
pembelajaran (RPP) dibuat bersama- depan kelas untuk mempresentasikan
sama dengan merujuk kepada materi pembahasannya dalam bentuk
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, power point.
indikator pencapaian kompetensi, Setiap kelompok ahli mengatur
sumber dan media yang digunakan serta pergiliran presentasi anggotanya
materi yang disampaikan merujuk kepada sedemikian rupa sehingga semua
silabus sesuai dengan amanat kurikulum anggota kelompok ahli tersebut memiliki
2013. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kesempatan yang sama dalam
sumber dan media pembelajaran mengemukakan gagasan, menyanggah,
diserahkan kepada guru mitra. Dengan atau menjawab pertanyaan. Peserta didik
kurikulum 2013 yang diterapkan di lokasi dalam kelompok lainnya juga tidak
penelitian yang didukung oleh sarana sungkan memberi pertanyaan untuk hal-
pembelajaran yang memadai di setiap hal yang belum dipahami dan untuk
kelas, membuat guru tidak mengalami mengkonfirmasi pemahaman yang
kesulitan dalam membuat dan dimilikinya. Distribusi materi berbentuk
menampilkan media pembelajaran untuk pertanyaan yang sifatnya menalar dan
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran kegiatan presentasi kelompok ahli dalam
yang dijiwai oleh pendekatan scientific bentuk power point cukup efektif dalam
yaitu mengamati, menanya menalar, upaya mengoptimalkan keterampilan
menggali informasi dan komunikasi peserta didik dalam
mengkomunikasikan. pembelajaran di kelas.
Pada siklus I, tindakan difokuskan Berdasarkan observasi yang
untuk mengamati indikator menggali dilakukan juga dapat diketahui bahwa
informasi dalam kelompok ahli dan ternyata model pembelajaran kooperatif
menyampaikan materi saat peserta didik tipe jigsaw selain dapat meningkatkan
berperan sebagai narasumber. Peserta aktivitas peserta didik dalam mengasah
didik melaksanakan tahapan keterampilan komunikasinya, juga
pembelajaran dengan kooperatif namun ternyata menumbuhkan kemandirian

155 Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik…


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
peserta didik dalam menemukan konsep dimana guru sudah mulai menegaskan
belajarnya melalui aktivitas menggali aturan main dan memotivasi peserta didik
informasi tentang materi, meningkatkan untuk aktif melakukan komunikasi dalam
kerjasama serta kekompakan dalam kelas.
kelompok, serta dapat menumbuhkan Dominasi guru mulai dapat
rasa tanggung jawab. Hal ini disebabkan dikurangi. Pada siklus III, peningkatan
karena setiap peserta didik akan kompetensi pembelajaran guru
menentukan keberhasilan kelompoknya meningkat signifikan menjadi 92%
dalam memahami setiap materi yang (kategori AB), dimana suasana
berimbas kepada pencapaian hasil yang pembelajaran semakin stabil dan guru
diperoleh dalam post-test. mitra berhasil menguasai kelas dengan
Selain keterampilan komunikasi baik serta menciptakan iklim yang
peserta didik, kompetensi pembelajaran membuat peserta didik merasa nyaman
guru mitra pun mengalami peningkatan dan percaya diri dalam mengasah
yang signifikan. Pada siklus pertama, keterampilan komunikasinya.
guru mitra terlihat belum menguasai
model pembelajaran kooperatif tipe Peningkatan Keterampilan Komunikasi
jigsaw karena masih tampak Peserta Didik
mendominasi kelas, namun pada siklus Sebagaimana kompetensi
berikutnya guru mitra cukup berhasil pembelajaran guru, berdasarkan lima kali
memotivasi peserta didik untuk tindakan yang terangkum dalam III siklus
mengemukakan gagasan dan penelitian menunjukkan bahwa
mengajukan pertanyaan atas inisiatif keterampilan komunikasi peserta didik
sendiri. Selain itu, aspek pengetahuan juga mengalami peningkatan yang
(ranah kognitif) peserta didik juga signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan
mengalami peningkatan. Hal ini dilihat meningkatnya jumlah peserta didik yang
dari hasil evaluasi (post-test) yang berpartisipasi aktif dalam menampilkan
dilakukan sebanyak dua kali dimana aspek-aspek yang relevan dengan
peserta didik dan kelompok yang memiliki indikator keterampilan komunikasi.
nilai di atas KKM mengalami peningkatan. Deskripsinya adalah sebagai berikut:
1) Pada indikator menggali informasi
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran dan data mengalami peningkatan
Guru 27%, dimana dalam siklus I hanya 20
Berdasarkan tiga siklus yang orang, menjadi 23 orang dalam siklus
dilakukan, menunjukkan peningkatan II, dan 28 orang peserta didik dalam
dalam kompetensi pembelajaran yang siklus III.
dilakukan oleh guru mitra. Berdasarkan 2) Pada indikator menyampaikan materi
observasi yang dilakukan pada siklus I, dengan jelas, terdapat peningkatan
penguasaan kompetensi pembelajaran 27% dimana dalam siklus I hanya 22
guru yang sudah muncul dan dikuasai orang peserta didik, meningkat
dengan baik adalah sebesar 59% (kategori menjadi 25 orang dalam siklus II, dan
K). Aspek yang perlu ditingkatkan adalah 30 orang dalam siklus III.
dalam hal penguasaan kelas, memberikan 3) Pada indikator mengemukakan
iklim yang mendukung dalam pendapat terdapat peningkatan
pembelajaran aktif, kontekstualitas sebesar 40%. Dalam siklus I hanya 13
materi serta kemampuan membuka dan orang peserta didik, meningkat
menutup pembelajaran. Pada siklus II, menjadi 20 orang dalam siklus II, dan
penguasaan kompetensi pembelajaran 25 orang dalam siklus III.
guru meningkat menjadi 79% (kategori C)

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 156


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
4) Indikator dalam aspek kemampuan Jika dihitung nilai rata-rata kelompok asal,
merespon informasi terbagi atas dari 5 kelompok yang dibentuk hanya 2
indikator mendengarkan pendapat kelompok saja (40%) yang nilai rata-rata
dan indikator mengajukan kelompoknya di atas KKM. Sedangkan
pertanyaan. Indikator dalam post-test II, jumlah peserta didik
mendengarkan pendapat mengalami yang memiliki nilai di atas KKM sebanyak
peningkatan sebesar 33%. Dalam 25 orang yaitu 83% dari total 30 orang
siklus I hanya terdapat 20 orang peserta didik, dan seluruh nilai rata-rata
peserta didik yang menunjukkan kelompok berada di atas KKM.
sikap fokus dalam mendengarkan Beberapa penelitian yang
penjelasan teman-temannya, dilakukan sebelumnya juga menunjukkan
meningkat menjadi 26 orang dalam adanya peningkatan hasil belajar dari
siklus II, dan 30 orang dalam siklus III. aspek kognitif melalui penerapan model
Adanya tantangan untuk post-test pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini,
dan presentasi kelompok ahli diantaranya penelitian yang dilakukan
membuat diskusi berjalan dengan oleh Asiyah (2010) bahwa model
lebih maksimal dengan respon positif pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
yang ditunjukkan oleh peserta didik. dapat meningkakan hasil belajar IPS siswa
5) Pada indikator mengajukan kelas VI SDN Sukorame 02 Kecamatan
pertanyaan, terdapat peningkatan Binangun Kabupaten Blitar; Masruroh
sebesar 47% dimana dalam siklus I (2009) bahwa model pembelajaran
hanya terdapat 10 orang peserta kooperatif teknik jigsaw dapat
didik, meningkat menjadi 16 orang meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV SD
dalam siklus II, dan 24 orang dalam Tulungrejo 03 Kecamatan Gandusari;
siklus III. Madanisa (2010) bahwa model kooperatif
teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil
Peningkatan Ranah Kognitif belajar akuntasi siswa kelas XI IPS 1 di
Meskipun hasil belajar ini bukan MAN 3 Malang.
merupakan aspek yang menjadi objek
penelitian, namun proses evaluasi belajar KESIMPULAN
tetap dilakukan oleh peneliti untuk Berdasarkan hasil analisis yang
mengukur keberhasilan teknik jigsaw dilakukan selama pelaksanaan tindakan,
yang ditinjau dari aspek kognitif. baik pada siklus I, II maupun siklus III,
Pertanyaan yang diberikan pun berbeda maka beberapa poin yang menjadi
dari dua kali post-test yang dilakukan. kesimpulan pada penelitian ini yaitu:
Dalam post-test pertama, evaluasi dibuat Pertama, desain perencanaan
oleh guru mitra dengan menggunakan pembelajaran model pembelajaran
pertanyaan yang bersifat mengingat kooperatif tipe jigsaw terealisasi dalam
konsep (re-call). Sedangkan dalam post- lima tindakan yang terangkum dalam tiga
test II, evaluasi dibuat oleh peneliti siklus yang pelaksanaannya tidak ada
(dengan tetap berkoordinasi kepada guru perlakuan khusus terhadap kondisi kelas
mitra) dan pertanyaan yang dibuat dan peserta didik. Pembelajaran
dikombinasikan antara pertanyaan yang berlangsung sebagaimana biasanya.
mengingat konsep (C1) dan mengukur Kedua, yaitu tahapan-tahapan
pemahaman peserta didik (C2). pelaksanaan pembelajaran dengan model
Berdasarkan data hasil evaluasi, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu
dapat diketahui bahwa jumlah peserta pembelajaran diawali dengan kegiatan
didik yang memiliki nilai di atas KKM (76) pengamatan yang akan memancing rasa
dalam post-test I adalah 20 orang (67%). ingin tahu peserta didik terhadap konsep

157 Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik…


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
atau materi yang akan menjadi bahan dibutuhkan dalam menuntaskan sebuah
pembahasannya. Selanjutnya dibentuk materi menjadi lebih panjang.
kelompok-kelompok kecil sebanyak enam Berdasarkan penjelasan tersebut,
kelompok dimana masing-masing maka diperlukan suatu perencanaan yang
kelompok terdiri atas lima orang anggota matang yang dituangkan dalam rencana
yang masing-masing akan mendapatkan pelaksanaan pembelajaran sehingga
materi yang berbeda-beda untuk dibahas. durasi pembelajaran dapat dimanfaatkan
Kemudian, peserta didik yang secara optimal sekaligus mengasah
mendapatkan tema yang sama keterampilan peserta didik; (2) Tidak
berkumpul dalam satu kelompok untuk semua materi IPS relevan diterapkan
membentuk kelompok ahli. dengan teknik jigsaw, oleh karena itu
Ketiga, hasil-hasil yang dicapai diperlukan keterampilan guru dalam
dalam pembelajaran yang menggunakan pemilahan materi. Materi yang disajikan
model pembelajaran kooperatif tipe harus dipilah-pilah untuk dikaji oleh lima
jigsaw yaitu penguasaan kompetensi sampai enam orang dalam satu
pembelajaran dengan kategori baik kelompok.
mengalami peningkatan signifikan, Materi-materi tersebut jika
kategori cukup (C) dalam siklus diuraikan oleh masing-masing orang akan
sebelumnya meningkat menjadi kategori membentuk konsep-konsep yang
Amat Baik (AB) pada siklus III. Begitupun berintegrasi atau memiliki hubungan; (3)
dengan penguasaan keterampilan Model pembelajaran kooperatif tipe
komunikasi peserta didik, pada siklus I jigsaw ini dapat menjadi salah satu
berada dalam kategori kurang (K), alternatif teknik yang pembelajaran yang
meningkat menjadi kategori Baik (B) digunakan dalam meningkatkan
dalam siklus II, dan meningkat keterampilan komunikasi peserta didik.
persentasinya secara signifikan dalam Namun, tetap diperlukan keterampilan
siklus III yaitu sebesar 91.2%. Sementara guru dalam mengasah keterampilan
itu, berdasarkan hasil evaluasi yang bertanya yang dapat memancing minat
dilakukan diperoleh informasi bahwa ada peserta didik untuk mengungkapkan
peningkatan hasil belajar peserta didik. argumentasinya; (4) Dalam model
Pada post-test I, jumlah peserta didik yang pembelajaran teknik jigsaw,
mencapai KKM adalah sebanyak 20 pembelajaran didominasi dengan diskusi
orang, sedangkan dalam post-test II antar kelompok sehingga terkadang
jumlah peserta didik yang nilainya suasana kelas menjadi sedikit gaduh.
mencapai KKM meningkat menjadi 25 Oleh karena itu, guru perlu lebih optimal
orang. Hal ini berarti penguasaan ranah dalam menegaskan aturan main sehingga
kognitif peserta didik mengalami setiap peserta didik dapat fokus dengan
peningkatan sebesar 16%. kegiatan diskusinya; (5) Peserta didik
Keempat, dalam penerapan model yang memiliki karakter pendiam agak sulit
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw, untuk ditumbuhkan inisiatifnya dalam
terdapat beberapa kendala yang dialami, melakukan komunikasi di kelas. Oleh
diantaranya adalah: (1) Penerapan teknik sebab itu, dalam siklus II, peneliti dan
jigsaw dalam pembelajaran memerlukan guru mitra sepakat mengadakan
waktu yang relatif lama. Proses diskusi presentasi kelompok ahli untuk lebih
dan penggalian materi yang melibatkan memastikan bahwa setiap peserta didik
peran aktif seluruh peserta didik mendapat kesempatan yang seluas-
memerlukan waktu beberapa kali luasnya dalam mengemukakan
pertemuan sehingga waktu yang argumentasinya. Termasuk untuk

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 158


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
memancing peserta didik yang peningkatan salah satu kompetensi
karakternya pendiam tersebut. professional pendidik hendaknya praktik
penelitian kolaboratif ini dapat dilakukan
REKOMENDASI secara berkesinambungan untuk dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang meningkatkan kualitas pembelajaran di
telah dipaparkan sebelumnya, maka perlu sekolah. Refleksi diri melalui penelitian
dikemukakan saran-saran sebagai tindakan kelas akan terus memotivasi
berikut. Pertama, model teknik jigsaw ini guru untuk memperbaiki kompetensi
memiliki langkah-langkah yang akan mengajarnya.
memaksa peserta didik untuk
mengutarakan pendapatnya, karena DAFTAR PUSTAKA
teknik ini berisi diskusi-diskusi yang [1] Sapriya. (2012). Pendidikan IPS.
dilakukan oleh peserta didik dimana Bandung: Remaja Rosdakarya.
mereka berperan sebagai pendengar dan [2] Morocco, C.C., et al. (2008).
sekaligus penyaji materi. Meskipun Supported Literacy for Adolescents:
demikian, guru harus tetap memberikan Transforming Teaching and Content
iklim yang kondusif agar peserta didik Learning for The Twenty-First
tetap memiliki kepercayaan diri dalam Century. San Faransisco: Jossey-
mengutarakan pendapatnya sehingga Bass A Wiley Imprint.
peserta didik terus memiliki motivasi [3] Ruben, B.D and Stewart, L.P. (2013).
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran Komunikasi dan Perilaku Manusia.
melalui komunikasi atas dasar inisiatif Jakarta: Raja Grafindo Persada.
sendiri, bukan karena paksaan kehendak [4] Iriantara, Y. (2014). Komunikasi
pihak lain. Pembelajaran. Bandung: Simbiosa
Kedua, meskipun peserta didik Rekatama Media.
memiliki kesempatan untuk berlatih dan [5] Mulyana, D. (2015). Ilmu
mengembangkan keterampilan Komunikasi. Bandung: Remaja
berkomunikasinya dalam kelompok Rosdakarya.
masing-masing, guru harus tetap [6] Arends, R. (2008). Learning to
mengembangkan kompetensi Teach. Penerjemah: H. Prajitno
mengajarnya agar senantiasa dapat Soetjipto& S. Mulyantini Soetjipto.
memupuk keterampilan berkomunikasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
peserta didik dalam pembelajaran di [7] Sjamsuddin, H. dan Maryani, E.
kelas. (2008). Pengembangan Program
Ketiga, dalam penerapan model Pembelajaran IPS untuk
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw ini Meningkatkan Kompetensi
diperlukan perencanaan yang matang Keterampilan Sosial. Makalah pada
melalui pembuatan Rencana Seminar Nasional, Makasar.
Perencanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini [8] Lie, A. (2008). Cooperative Learning:
perlu dilakukan agar alokasi waktu yang Mempraktekkan Cooperative
diperlukan dalam pembelajaran dapat Learning di Ruang-ruang Kelas.
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan Jakarta: Gramedia Widiasarana
digunakan dengan optimal mengingat Indonesia.
teknik jigsaw ini memiliki langkah-langkah [9] Muchtar, S. (2008). Strategi
yang membutuhkan durasi yang cukup Pembelajaran Pendidikan IPS.
lama dalam menyelesaikan materi. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.
Keempat, melalui prinsip [10] Rusman. (2014). Model-model
penelitian kolaboratif dalam penelitian Pembelajaran. Jakarta: Raja
tindakan kelas, sebagai upaya Grafindo Persada.

159 Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik…


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
[11] Komalasari, K. (2014). Pembelajaran Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas
Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. IV SD Mardisiwi Tambak Sari
Bandung: Refika Aditama. Surabaya. Jurnal Penelitian PGSD,
[12] Kristiana, M. (2014). Penggunaan Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tersedia di http://ejournal.unesa.
Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS untuk ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
Peningkatan Proses dan Hasil Belajar pgsd/article/view/12234
Siswa Kelas V SDN Dukuh Kupang V [14] Supriadi, D. (2013). Pengaruh Model
Surabaya. Jurnal Penelitian PGSD, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2014. Terhadap Pemahaman Konsep Siswa
Tersedia di http://ejournal.unesa. pada Mata pelajaran Ekonomi. Tesis
ac.id/index.php/jurnal-penelitian- UPI Bandung: tidak diterbitkan
pgsd/issue/view/792 [15] Wiriatmadja, R. (2014). Metode
[13] Sulasmi. (2014). Penerapan Model Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Remaja Rosdakarya.
untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Marfuah | Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik… 160

Anda mungkin juga menyukai