Anda di halaman 1dari 9

URGENSI WAWASAN NUSANTARA DAN INTEGRASI NASIONAL

Nama Mahasiswa :

Salma Nabilla
048505878
Prodi Manajemen UPBJJ Semarang
PENDAHULUAN

Banyak sekali kesulitan dalam mencapai tujuan nasional, baik dalam hal konsep
maupun implementasi. Tidak ada kesepakatan konseptual antara para elit politik tentang
apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan. Konsep ekonomi liberal,
ekonomi kerakyatan, dan pembentukan Negara Kesejahteraan. Konsep ekonomi liberal
menekankan pada kepentingan pasar bebas. Ini adalah salah satu jenis kapitalisme yang
berbeda, termasuk merkantilesme, liberalisme, dan keynesianisme, serta neoliberalisme,
yang merupakan upaya untuk memperbaiki kekurangan liberalisme.

Menurut ekonomi pasar liberal, negara tidak perlu campur tangan dalam pengaturan
pasar karena pasar mampu berfungsi sendiri. Tujuan dari gagasan ini adalah kebebasan
individu untuk bersaing secara penuh di pasar, kepemilikan individu terhadap faktor
prodoksi, dan undang-undang yang menetapkan harga pasar. Namun, negara
kesejahteraan mengabaikan gagasan bahwa peran negara dalam ekonomi tidak hanya
berfungsi sebagai pembuat peraturan, tetapi juga dapat melakukan intervensi moneter
dan viskal. Ini dilakukan untuk mendorong sektor riil, menciptakan lapangan kerja, dan
memperkuat sistem keuangan. Negara kesejahteraan dengan tegas menyatakan bahwa
"selama masih ada pengangguran campur tangan negara dalam perekonomian
dibenarkan" dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Di Indonesia, ada pemahaman yang berkembang tentang ekonomi kerakyatan, yang


berarti ekonomi yang berfokus pada kepentingan rakyat (Suharto, KR, 25 Mei 2009; 1).

Memenuhi kebutuhan rakyat untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah,


melindungi dan mempertahankan pasar tradisional, dan mengembangkan dunia usaha
dalam konteks sektor riil akan memungkinkan masyarakat kecil untuk berkembang.
Kebijakan pemerintah tidak liberal-kapitalistik, tidak mengurangi kemiskinan, dan tidak
melindungi sumber daya alam. membuat undang-undang seperti UU Penanaman Modal,
UU Badan Hukum Pendidikan (BHP), dan UU Badan Layanan Umum (BLU) yang
mengutamakan kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat kecil harus menjadi prioritas
kebijakan penananman modal asing pemerintah pusat dan daerah.

Wawasan Nusantara, yang diharapkan dapat menyatukan perspektif yang berbeda dalam
masyarakat dan menawarkan solusi untuk mendasari Ketahanan Nasional suatu bangsa
sehingga tujuan nasional dapat dikomunikasikan, adalah salah satu konsep yang
membentuk kebijakan pemerintah saat ini.

Untuk kemajuan bagsa, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional diubah menjadi
konsep pemikiran yang inklusif. Rizal Ramli berpendapat bahwa bangsa ini akan cepat
makmur jika para pemimpin kita melakukan transformasi seluruh hidup mereka untuk
kepentingan rakyat. Mereka harus mengubah seluruh pikiran, hartanya, waktu, dan
tenaganya untuk kepentingan rakyat, dan bersedia tampil sepenuhnya untuk kepentingan
rakyat (Metro TV Mei 2009).

Sebagai contoh, lihat apa yang dilakukan PM Mahatir dari Malaysia dan PM Li
Kwanyu dari Singapura untuk mendorong makumur meninggalkan Indonesia lebih
cepat. Dalam orasinya "Slamatkan Indonesia", Amin Rais mengatakan bahwa untuk
menyejahterakan rakyat, penataan negara harus direncanakan dengan lebih baik dan
pemimpin harus menghindari menjadi komprador, yaitu orang asing, yang menguras
kekayaan Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, apapun pemikirannya tentang mewujudkan Indonesia Dream


(mimpi bangsa Indonesia yang ideal), mereka harus memiliki pandangan yang sama,
persepsi yang sama, dan cara melaksanakannya. Konsep Wawasan Nusantara
menawarkan solusi untuk orang-orang yang memiliki perspektif yang sama sehingga
mereka dapat mencapai integrasi nasional yang diinginkan bangsa Indosnesia dan
menghasilkan kesejahteraan.

KAJIAN PUSTAKA

Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara adalah konsep penting yang berkaitan erat dengan integrasi
nasional Indonesia. Konsep ini merujuk pada pemahaman mendalam tentang geografi,
budaya, dan persatuan Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari berbagai
suku, agama, dan etnis. Urgensi Wawasan Nusantara dan integrasi nasional sangat
penting dalam menghadapi tantangan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi
negara ini.
Pertama-tama, Wawasan Nusantara berperan penting dalam memahami keragaman
budaya dan geografi Indonesia. Indonesia terdiri dari ribuan pulau dengan berbagai suku
dan budaya yang beragam. Wawasan Nusantara memungkinkan kita untuk menghargai
dan memahami keragaman ini sebagai aset, bukan sebagai sumber konflik. Ini
mempromosikan toleransi dan harmoni antarberagamnya masyarakat Indonesia.

Selain itu, Wawasan Nusantara adalah dasar integrasi nasional. Integrasi nasional adalah
upaya untuk memastikan bahwa seluruh elemen bangsa merasa bersatu dan memiliki
identitas nasional yang kuat. Dalam konteks ini, Wawasan Nusantara memainkan peran
penting dalam mempersatukan berbagai elemen masyarakat Indonesia di seluruh
nusantara. Ini membantu mengatasi potensi konflik dan konfrontasi antara daerah-
daerah yang berbeda.

Selanjutnya, Wawasan Nusantara mendukung kebijakan pembangunan nasional.


Dengan pemahaman yang kuat tentang geografi Indonesia, pemerintah dapat merancang
dan melaksanakan program pembangunan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Hal ini
termasuk pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana, pengembangan infrastruktur,
dan pemerataan pembangunan di seluruh nusantara.

Wawasan Nusantara juga memiliki implikasi ekonomi yang signifikan. Sebagai negara
kepulauan, Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor maritim dan perikanan.
Wawasan Nusantara dapat digunakan untuk mempromosikan pemanfaatan sumber daya
laut secara berkelanjutan, perdagangan internasional, dan investasi dalam pembangunan
pelabuhan dan transportasi laut.

Selain itu, Wawasan Nusantara juga memiliki relevansi dalam konteks keamanan
nasional. Melalui pemahaman yang baik tentang geografi dan perbatasan negara,
pemerintah dapat memantau dan menjaga keamanan wilayah maritim. Ini melibatkan
pemantauan sumber daya alam, pengamanan perbatasan, dan penanggulangan ancaman
keamanan seperti perompakan di laut.

Integritas Nasional

Integrasi nasional adalah prasyarat untuk stabilitas dan kemakmuran negara. Dengan
memahami dan menerapkan konsep Wawasan Nusantara, pemerintah Indonesia dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan nasional, mengelola keragaman budaya dan
geografi dengan bijaksana, serta mempromosikan pembangunan yang merata di seluruh
nusantara. Dalam era globalisasi dan tantangan yang semakin kompleks, integrasi
nasional menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Wawasan Nusantara adalah
panduan yang berharga untuk mencapai tujuan tersebut dan membangun masa depan
yang lebih baik bagi Indonesia.

PEMBAHASAN

Banyak orang memiliki perspektif atau persepsi yang berbeda tentang bagaimana
mencapai tujuan nasional. Dengan demikian, pemerintah Indonesia telah
mengembangkan wawasan nusantara, yang merupakan gagasan nasional yang luas dan
penting. Peserta didik akan memiliki pemahaman yang sama tentang masa depan
Indonesia dengan wawasan ini, yang akan mendorong persatuan dan kesatuan nasional.

Integrasi dapat didefinisikan secara teoretis sebagai memiliki perasaan keterikatan pada
suatu pranata di suatu wilayah untuk memenuhi harapan-harapan yang damai di antara
penduduknya. Secara etimologis, istilah "integrasi" berasal dari kata "integrate", yang
berarti memberi tempat bagi suatu elemen demi suatu keseluruhan. Integritas berarti
tetap utuh.

"To combine (part) into a whole", "to complate (something thet is imperfec or
incomplete) by adding parts," dan "to bring or come into equality by the mexing of
group or races" adalah semua definisi dari integrasi. Integrasi dapat didefinisikan
sebagai memiliki hubungan antara bagian yang menjadi satu. Oleh karena itu, membuat
komponennya menjadi satu kesatuan adalah apa yang dimaksud dengan integrasi.
Integrasi berarti menggabungkan semua bagian menjadi satu kesatuan dengan posisi
masing-masing, sehingga membentuk kesatuan. Diharapkan integrasi nasional dapat
mengatasi disparitas suku, antargolongan, ras, dan agama (SARA). Jika digunakan
dengan tulus untuk saling menerima dan menghormati dalam wadah NKR,
kebehinekaan ini merupakan aset bangsa Indonesia.

Sartono Kartodirdjo menyatakan bahwa integrasi nasional dimulai dengan integrasi


teritorial, yang merupakan integrasi geopolitik yang dibentuk oleh perdagangan,
transportasi, dan navigasi. Akibatnya, komunikasi ekonomi, sosial, politik, dan kultural
semakin luas dan intensif. Selama era prasejarah, telah ada jaringan navigasi yang
kemudian berkembang, mencapai puncaknya di era Sriwijaya dan Majapahit, serta di
Hindia Belanda, dengan ekspedisi militer. Sistem administrasi sentralistik melalui
idukasi, militer, dan komunikasi memperkuat NKRI (Sartono Kartodirdjo, 1993: 85).

Drake mengatakan bahwa integrasi nasional adalah konsep yang kompleks, kompleks,
dan selalu berubah. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengintegrasikan negara
termasuk yang berikut. Pertama, pengalaman historis yang berfungsi sebagai kekuatan
kolektif berasal dari kesulitan yang merupakan warisan kolektif bangsa. Kedua, ikatan
sosiokultural bersama, seperti bahasa, bendera, dan bangsa, memberikan WNI rasa
persatuan. Ketiga, adanya hubungan ekonomi regional dan interaksi antara berbagai
pihak di negara kebangsaan (Filip Litay, 1997; 10).

Orang-orang di Indonesia sangat beragam dan pluralistis. Oleh karena itu, untuk
integrasi sosial budaya, elemennya memerlukan nilai-nilai untuk mengarahkan tujuan
kolektif dalam interaksi antar elemen. Ideologi bangsa, prinsip nasionalisme, dan
kebudayaan nasional memiliki peran strategis dalam hal ini. Nasionalisme memiliki
nilai ganda karena dapat meningkatkan integrasi nasional dan menangani kapitalisme
dan globalisasi serta mengatasi segala hambatan ikatan primordial.

Dalam hal hubungan antara integrasi dan nasionalisme, Integrasi mendorong


nasionalisme, dan nasionalisme mendukung integrasi. Oleh karena itu, integrasi
nasional harus terus dibangun dan diperkuat secara bertahap. Konflik dan kerusakan
bangsa dapat terjadi karena kelalaian dalam membangun integrasi. Sebagai contoh,
sebagian orang Papua, Aceh, dan Maluku ingin keluar dari NKRI karena selama
bertahun-tahun mereka hanya dianggap sebagai objek dan bukan subjek. Mereka hanya
menerima janji kesejahteraan yang tidak didukung oleh bukti dan menentang
ketidakadilan di semua bidang. Oleh karena itu, diharapkan bahwa pemerintah pusat
dapat menangani masalah daerah.

Karena masyarakat Indonesia yang majemuk sangat diperlukan untuk menumbuhkan


rasa persatuan dan kesatuan agar pembangunan nasional tidak terkendala, integrasi
nasional sering dikaitkan dengan pembangunan nasional.
Dalam hal ini, kata-kata penting yang harus diperhatikan adalah mempertahankan
masyarakat dalam keadaan harmonis dan saling membantu atau dalam koridor lintas
SARA. Integrasi mengingatkan adanya kekuatan yang mendorong setiap orang untuk
hidup bersama sebagai bangsa. Nasionalisme dapat muncul dari integrasi yang tangguh
yang tercermin dari rasa cinta, bangga, hormat, dan setia kepada negara.

Integrasi nasional mendorong masyarakat untuk setia kepada negara dan bangsa
mereka. Tujuan integrasi adalah untuk menyatukan rakyat untuk mengatasi SARA
melalui pembangunan integral. Pembangunan nasional akan difasilitasi oleh integrasi
nasional yang kukuh, dan sebagai manifestasi nasionalisme, pembangunan yang sukses
akan berdampak positif baik pada negara maupun bangsa. Integrasi nasional
memerlukan kesadaran untuk hidup bersama dalam masyarakat yang harmonis, jadi
pembangunan sebagai bentuk nasionalisme dapat mengatasi konflik yang menyebabkan
perpecahan atau disintegrasi.

Untuk mengatasi masalah fragmentasi, pemerintah harus mengakui tuntutan mereka


selama masih berada dalam batas-batas NKRI. Orang-orang Papua, Aceh, dan Maluku
harus berempati satu sama lain. Karena Indonesia bukan "Indonesia Raya" lagi tanpa
Aceh dan Papua, Papua adalah bagian dari Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis.
Masyarakat yang ingin berpisah dapat menyadari bahwa mereka dan "kita" bekerja
sama untuk mewujudkan kepentingan bersama, kemakmuran bersama, dan rasa
keadilan dalam wadah NKRI dengan menunjukkan rasa empati kepada mereka dan
tindakan nyata yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, jika masalah tidak pernah
ditangani dengan cara militer, itu akan menimbulkan masalah di masa depan. Untuk
mengurangi keinginan untuk meninggalkan NKRI, tuntutan yang masuk akal harus
didengar.

Banyak orang masih memiliki perspektif yang berbeda tentang cara mencapai tujuan
nasional. Dengan demikian, pemerintah telah mengembangkan perspektif nasional yang
komperhensif dan penting, yang dikenal sebagai perspektif nusantara. Peserta didik
akan memiliki pemahaman yang sama tentang masa depan Indonesia dengan wawasan
ini, yang akan membantu mereka mewujudkan kesatuan dan persatuan nasional.
Filosofi nasionalisme, terutama semangat kesatuan, sangat mendukung integrasi
nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai wawasan nusantara, khususnya semangat kesatuan
IPOLEKSOSBUD-HANKAM, sangat mendukung proses integrasi nasional.

PENUTUP

Kesimpulan

Untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi setiap warga Indonesia,


WawasanNusantara memiliki peran penting. Dalam konteks sosiologis, politis, dan
demokrasi, perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan freksi-freksi antar kelompok
dianggap normal dan sah. Diharapkan bahwa hal-hal di atas akan menghasilkan
masyarakat yang dinamis dan kreatif, sinergis, dan saling menyesuaikan untuk
mencapai integrasi. Namun, wawasan normatif, yang disepakati bersama, harus
dipahami dan disosialisasikan bahwa kesatuan Nusantara sebagai kesatuan kewilayahan,
kesatuan IPOLEKSOSBUD-HANKAM, tidak dapat ditawar lagi atau diganggu gugat
sebagai harga mati yang normatif. Tindakan seperti itu merupakan pantangan yang
harus dihindari. Persepsi yang sama diharapkan dapat membantu bangsa bersatu untuk
mewujudkan nilai-nilai nasional.

Saran

Ketahanan Nasional dapat dicapai melalui pembangunan dan sosialisasi Wawasan


Nusantara. Dengan daya tahan nasional yang kuat dan kerja sama sinergis antar bidang
(IPOLEKSOSBUD-HANKAM) yang diusahakan terus menerus, integrasi nasional
yang utuh dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, R. (1995). Pemantapan Jiwa Nasionalisme dan Abad ke XXI Menghadapi


Era Globalisasi, termuat dalam Siswono Yudohusodo, dkk., Nasionalisme dalam Era
Globalisasi. Yayasan Widya Patria.

Depdikbud. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kirschenbaum. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth
Settings.
Allys & Bacon. Lukum, R. (2005). Upaya Peningkatan Pemahaman Wawasan
Nusantara Sebagai Sarana dalam Meningkatkan Semangat Nasionalisme Bagi Warga
Negara Indonesia. Repository Universitas Negeri Gorontalo.

Puskur. (2010). Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. PUSKUR.

Setiawan, D., & Setiawan, F. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif


Kewarganegaraa (Larispa (ed.)).

Suyatno. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter. Depdiknas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


(2013). Substansi Materi Pendidikan Kewarganegaraan. Kementerian P dan K Dirjen
Dikti

Anda mungkin juga menyukai