A. Sungai :
Nama Observer :
Koordinat lokasi :
Waktu pengukuran :
Ketinggian : mdpl
Kondisi cuaca :
Kedalaman sungai :
Indikator
Indikator fisik
Kimia Jenis Sedimentasi
Salinitas*) Pola
Debit*) (Pasiran/Batuan/Kerik
Koordinat Waktu Temperatur Bau Warna Rasa Kekeruhan pH (Asam/ (Tawar/Payau/Asin) aliran*) il/Lumpur)
Netral/Basa)
B. Laut
Nama Pantai :
Koordinat lokasi :
Waktu :
Pengukuran :
Kondisi cuaca :
Indikator fisik Indikator Kimia
Salinitas*) (Tawar/
pH (Asam/
Koordinat Waktu Temperatur Bau Warna Rasa Kekeruhan Payau/Asin)
Netral/Basa)
C. Air tanah
Lokasi :
Ketinggian :
Kondisi cuaca :
Kedalaman sumur :
Indikator Jenis Sedimentasi
Indikator fisik
Kimia Salinitas*)(Tawar/ Debit*) (Pasiran/Batuan/
pH (Asam/ Payau/Asin) Kerikil/Lumpur)
Koordinat Waktu Temperatur Bau Warna Rasa Kekeruhan
Netral/Basa)
D. Danau
Nama danau :
Koordinat lokasi :
Ketinggian : mdpl
Kondisi Cuaca :
1
V = 3 = (𝑉1 × 𝑉2 × 𝑉3)
Keterangan:
Q = debit air (m3/detik)
A = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan aliran air
(m/detik)
Klasifikasi Salinitas Air
Penggolongan jenis air di alam dapat dibedakan berdasarkan salinitas (kadar garam) -nya. Hal ini sangatlah penting bagi seseorang
yang akan mendesign sistem pengolahan air yang tepat berdasarkan kualitas sumber airnya. Salinitas diartikan sebagai jumlah garam
terlarut dalam air. Garam dapat berasal dari sodium klorida (NaCl), magnesium sulfat (MgSO4), potassium nitrat (KNO3), dan
sodium bikarbonat (NaHCO3) yang terlarut dalam bentuk ion jika didalam air.Unit yang digunakan untuk pengukuran salinitas
berdasarkan aplikasi dan prosedur laporannya. Standard yang biasa digunakan yaitu ppt (part pert thousand) atau g/kg (gram per
kilogram) atau PSU (Practical Salinity Unit), kadang juga menggunakan unit mg/L atau ppm. Terdapat 4 kategori jenis air
berdasarkan salinitas-nya:
• Air Tawar (Fresh Water), jenis air ini memiliki salinitas kurang dari 500 ppm atau 0.5 ppt. Beberapa air permukaan seperti
sungai dan danau masuk dalam kategori air tawar. Sistem pengolahan air yang sederhana seperti Sand Filter dan Carbon Filter
saja biasanya cukup untuk menghasilkan air bersih. Jika ingin menurunkan nilai konduktivitas hingga dibawah 10, dapat
digunakan sistem RO yang sederhana (one pass RO).
• Air Payau (Brackish Water), salinitas dalam air payau diantara 500 ppm sampai 30,000 ppm (0.5 ppt – 30 ppt). Air hutan bakau
atau air rawa biasanya termasuk pada jenis air payau. Perlu dibuat sistem pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan
sistem pada sumber air tawar, agar dapat menghasilkan air bersih. Jika ingin memiliki nilai konduktivitas yang rendah (< 20),
dapat menggunakan 2 pass RO setelah pretreatment (Sand Filter dan Carbon Filter). Jenis RO membran pun biasanya
disesuaikan, karena jika menggunakan RO membrane seperti di fresh water, efisiensinya akan buruk.
• Air Garam (Saline Water), kategori jenis air ini memiliki salinitas dari 30,000 ppm sampai 50,000 ppm (30 – 50 ppt). Tingginya
salinitas pada jenis air ini biasa ditemukan pada air laut atau air danau tertentu. Butuh sistem pengolahan yang spesifik karena
tinggi salinitasnya agar dihasilkan air sesuai yang dibutuhkan.
• Air Asin (Brine Water). Jika salinitas air diatas 50,000 ppm (50 ppt), maka termasuk pada kategori air asin. Semakin tinggi
salinitas- nya, maka dibutuhkan sistem pengolahan yang jauh lebih mahal disebabkan membutuhkan energi yang jauh lebih
besar.
SKETSA PENAMPANG MELINTANG/
PROFIL SUNGAI
CATATAN