Anda di halaman 1dari 69

SIFAT FISIKA &

KIMIA AIR

NURDIANI, M.Si
KUALITAS AIR ?

Kualitas air adalah karakter


(sifat) air yang digambarkan
oleh nilai-nilai dari berbagai
macam faktor /
karakteristik / komponen
kualitas air (yang sering
disebut sebagai parameter
kualitas air)
Karakteristik Sumber Air
Karakteristik Air Permukaan Air Tanah

Temperatur Bervariasi, tergantung pada musim Relatif konstan

Kekeruhan Bervariasi, kadang-kadang tinggi Rendah, 0


Warna Akibat lempung, ganggang Akibat asam humus
Kandungan mineral Bervariasi (jenis tanah, curah hujan dll) Relatif konstan

Fe dan Mn (terlarut) Biasanya tidak ada, kecuali dasar danau Ada


CO2 agresif Tidak ada Ada
DO Mendekati jenuh, kecuali air tercemar Rendah
H2S Tidak ada Sering ada
NH4 Ditemui pada air tercemar Sering ditemui
Nitrat Ditemui pada air tercemar Kadang-kadang tinggi
Silika Rendah Sering tinggi
Mikropolutan organik Ada Biasanya tidak ada
Organisma hidup Bakteri, virus, plankton Bakteri, besi
PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI No. 82 Th. 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN
KLASIFIKASI MUTU AIR (PASAL 8 ayat 1):
a. KELAS I : air peruntukan air baku air minum
b. KELAS II: air peruntukan prasarana/sarana rekreasi air,
budidaya ikan air tawar

c. KELAS III: air peruntukan budidaya ikan air tawar,


peternakan,
d. KELAS IV: air untuk pengairan tanaman (pertanian)
 Warna
 Kecerahan (kedalaman Secchi)
 Kekeruhan
Parameter Fisik:  Padatan tersuspensi (TSS)
 Padatan terlarut (TDS)
 Daya Hantar Listrik
(conductivity)
 Temperatur, Bau dan Rasa

Pengukuran langsung di lapangan :


 suhu atau temperatur (air, udara)
 kecerahan (kedalaman Secchi)
 pH
Sigid Hariyadi – 2005/2007

 Oksigen terlarut (DO)


• [DO awal untuk penentuan BOD (DOi)]
• warna air, lapisan minyak (visual)
• benda terapung / sampah (visual)
• salinitas
WARNA, BAU, RASA
 Warna dalam air diakibatkan oleh adanya material yang
larut atau koloid dalam suspensi atau mineral, adanya
organisme, bahan berwarna yang tersuspensi, senyawa-
senyawa organik, dan bahan buangan industri

 Bau dan rasa dapat disebabkan oleh adanya organisme


dalam air seperti alga, juga oleh adanya gas H2S hasil
peruraian senyawa organik yang berlangsung secara
anaerobik.

 Penetapan parameter warna dapat dilakukan dengan


membandingkan warna pada sampel air dengan larutan
baku warna. Larutan baku yang digunakan adalah berupa
larutan Platina Cobalt, sehingga satuan skala yang
digunakan adalah Pt.Co.
Warna

• True color (setelah disaring, bhn terlarut)


• Apparent color (krn TSS, TDS, pantulan, dasar)
 Artemia
 Oscillatoria rubescens nampak merah
 Euglena sanguenea
 Euglena nampak kehijauan
 Ceratium (dinoflagelata) nampak kuning gelap

 Air jernih
 ultra oligotrofik nampak biru
 bhn terlarut & tersuspensi rendah

 Air rawa gambut nampak merah-kehitaman,


(humus) jernih
Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan
adanya dominansi chlorophyceae dengan sifat lebih stabil
terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena
mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang. Tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat
sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan
tersebut.

 Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan


adanya dominansi diatomae. Jenis plankton ini
merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang,
sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan udang
relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif
kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah
hujan yang tinggi, sehingga berpotensi terjadinya plankton
collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan
kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan
mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam tambak.
Secchi disk 

Kecerahan

•Transparansi,
jarak pandangan sampai kedalaman tertentu (cm, m)

• Secchi disk visibility

• Pengukuran pada cuaca cerah, matahari tidak tertutup


Sigid Hariyadi – 2005/2009

awan, pk. 09.00 – 15.00


Secchi disk visibility (m)
• Bila satuan dalam %  kedalaman perairan (m) x 100%
KEKERUHAN

 Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-


bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air
seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan
industri. Kekeruhan pada daerah perairan banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan
partikel-partikel halus.

 Tingginya nilai kekeruhan dapat menyebabkan sulitnya


usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi
pada proses penjernihan air.

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang


ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap
dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam
air.
KEKERUHAN

Penetapan kekeruhan dengan metode Helligemetri


dilakukan dengan membandingkan intensitas cahaya
yang melalui sampel air dengan intensitas cahaya yang
melalui larutan baku standar kekeruhan silica.

satuan NTU (Nephelometric Turbidity Unit)


atau FTU (Formazin Turbidity Unit)
ANALISA KEKERUHAN

1. Metode Jackson Candler Turbidimetry

Metode ini dilakukan berdasarkan transmisi cahaya


yang terjadi. Pengukuran kekeruhan menggunakan
metode ini bersifat visual dan dilakukan dengan cara
membandingkan contoh air dengan air standar.
Pada awalnya metode standar yang digunakan untuk
menentukan kekeruhan adalah
metode Turbidimeter Jackson Candler yang
dikalibrasi menggunakan silika. Namun, tingkat
kekeruhan terendah yang dapat diukur dengan alat
ini adalah 25 unit. Satu unit turbiditas Jackson
Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1
JTU.
ANALISA KEKERUHAN
2. Metode Nephelometric

Satuan kekeruhan dalam


pengukuran nephelometer dinyatakan dalam NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). 

Prinsip kerja dari metode ini adalah membandingkan


cahaya yang didispersikan oleh contoh air pada
kondisi yang sama dengan intensitas cahaya yang
didispersikan oleh larutan suspensi standar
(polymer formazin). Semakin tinggi intensitas yang
didispersikan, semakin tinggi pula turbiditasnya.
Penentuan turbiditas sebaiknya dilakukan pada
saat pengambilan contoh air. Bila tidak, disimpan
pada tempat yang gelap, paling lama 24 jam.
Penyimpanan yang terlalu lama dapat
menyebabkan kekeruhan
TSS (Total suspended solids)

TSS : residu dari padatan total yang tertahan oleh


saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih
besar dari ukuran partikel koloid. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan
visibilitas di perairan.
TDS (Total Dissolved Solid)

Analisis Total Dissolved Solid atau residu terlarut dalam


air permukaan dilakukan dengan cara menimbang berat
residu sampel yang lolos dari kertas saring berpori < 0,45
µm dan telah dikeringkan pada suhu 103 – 105oC hingga
diperoleh bobot tetap.
 Air dengan padatan terlarut (TDS) yang tinggi (> 1200 mg/L) –
mempengaruhi rasa hingga berefek laxative (cuci perut)
 Untuk keperluan industri (pendingin, boiler) - memerlukan air
dengan TDS rendah agar tidak terbentuk kerak
 Untuk air minum, dianjurkan TDS < 500 mg/L, batas atasnya
adalah 1000 mg/L
 Air dengan padatan tersuspensi (TSS) yang tinggi –
menyebabkan abrasi pada tubuh ikan, menyumbat insang,
merusak hamparan pemijahan, menghalangi penetrasi cahaya
untuk fotosintesis
 Padatan tersuspensi (TSS) adalah partikel yang berukuran > 0,45
µm, termasuk lumpur, liat, oksida logam, sulfida, algae, bakteri, dan
fungi
 Bahan-bahan terlarut (TDS) dapat dipisahkan dari air dengan cara
presipitasi kimia, pertukaran ion, atau dengan RO (reverse osmosis)
 Tingkat TDS yang mengubah rasa air biasanya karena adanya
logam-logam terlarut, seperti besi, Cu, Mn, dan Zn.
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak
begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan
dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih
tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 derajat
Celcius, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah
panas yang lebih banyak dari pada udara.
Temperatur ini ada hubungannya dengan kualitas air,
dimana apabila temperatur naik maka akan menyebabkan
turunnya kadar oksigen terlarut dalam air sehingga dengan
kadar oksigen terlarut dalam air yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU

 Ketinggian Tempat
Ini berkaitan dengan hukum gradient thermometric. Jadi,
semakin bertambah ketinggian suatu tempat, suhu akan
berkurang sekitar 0,6 C.

Jarak dari Laut

Pengaruh Angin
Sudut Datang Sinar Matahari
Semakin tegak sinar matahari yang datang, suhu semakin tinggi. Begitu
juga sebaliknya semakin miring sinar matahari yang datang, suhu
semakin rendah. Pada pagi dan sore hari sinar matahari lebih miring
daripada siang hari, sehingga siang hari penyinaran lebih intensif
daripada pagi dan sore hari, dan suhu mencapai puncaknya pada pukul
14.00.

Jarak Bumi dan Matahari


Garis lintasan revolusi bumi terhadap matahari membentuk elips
(lingkaran lonjong) dan matahari terletak pada salah satu fokus elips
tersebut, sehingga jarak bumi terhadap matahari berbeda-beda untuk
periode yang berbeda. Adakalanya dekat (perihelium) dan adakalanya
jauh (aphelium). Pada saat dekat tentu suhunya akan lebih panas daripada
pada saat jauh.

Letak Lintang Suatu Wilayah.


Daerah yang terletak di dekat khatulistiwa suhu udaranya panas. Daerah
yang berada di sekitar kutub suhu udaranya dingin, karena sedikit
mendapatkan penyinaran matahari.
Zat cair dalam tandon
thermistor termometer berupa air raksa
atau alkohol akan memuai
atau mengembang bila
dikenai panas. Zat cair yang
memuai tersebut akan
masuk ke celah kapiler dan
berhenti pada skala suhu
tertentu. Skala tersebut
menunjukkan suhu air/benda
yang diperiksa dalam derajat
celcius.
DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)
 Daya hantar listrik (spesific conductivity/konduktivitas)
adalah ukuran kemampuan suatu zat menghantarkan arus
listrik dalam temperatur tertentu yang dinyatakan dalam
micromohs per centimeter oC. Satuan yang lebih umum
digunakan adalah mikroSiemens (µS).

 Prinsip kerja dengan elekroda konduktometer dengan


menggunakan larutan Kalium Klorida (KCl) sebagai
larutan baku pada 25oC.
DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)
 Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air adalah
sebagai berikut (Mandel, 1981) :
- Air destilasi (aquades) : 0,5 – 50 µS
- Air hujan : 5,0 – 30 µS
- Air tanah segar : 30 – 2.000 µS
- Air laut : 45.000 – 55.000 µS
- Air garam (Brine) : > 90.000 µS

Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara


temperatur, jenis ion‑ion terlarut, dan konsentrasi ion
terlarut. Peningkatan ion‑ion yang terlarut
menyebabkan nilai konduktivitas air juga meningkat,
sehingga dapat dikatakan nilai konduktivitas yang
terukur merefleksikan konsentrasi ion yang terlarut
pada air.
Parameter Kimia:
1. Salinitas 13. Natrium
2. Alkalinitas 14. Fe (besi)
3. Kesadahan 15. Pestisida (organochlorine,
4. pH organophosphate)
5. Zat Organik 16. Nitrat
6. Oksigen terlarut (DO)
17. Nitrit
7. BOD 18. Logam/logam berat
8. COD
9. Deterjen (surfaktan)
10. Minyak & lemak,
hidrokarbon
Sigid Hariyadi – 2005/2009

11. Amonia
12. H2S (sulfida)
SALINITAS

 Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat


didalam perairan atau jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan.

 Salinitas air dapat dilakukan pengukuran dengan


menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer
atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas air
adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil
(o/oo).

 Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya


berkisar antara 0–5 ppt (Salinitas air Tawar), perairan
payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt (Salinitas air
Payau) dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
Salinitas (%o, ppt, psu)
ALKALINITAS

 Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan


asam atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacitry
(ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat
menetralkan kation hidrogen.

 Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),


bikarbonat (HCO3–), hidroksida (OH–), borat (BO32-), fosfat
(PO43-), silikat (SiO44-), ammonia, asam organik, garam yang
terbentuk dari asam organik yang resisten terhadap oksidasi
biologis. Dalam air alami, alkalinitas sebagian besar disebabkan
adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Pada keadaan
tertentu, keberadaan ganggang dan lumut dalam air
menyebabkan turunnya kadar CO2 dan HCO3– sehingga kadar
CO32- dan OH– naik dan pH larutan menjadi naik.
 Satuan alkalinitas dinyatakan dengan mg/liter kalsium
karbonat (CaCO3) atau mili-ekuivalen/liter. Selain
bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas
perairan alami hampir tidak pernah melebihi 500 mg/liter
CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi
tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena
biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau
kadar garam natrium yang tinggi.

 Nilai alkalinitas berkaitan erat dengan korosivitas logam


dan dapat menimbulkan permasalahan pada kesehatan
manusia, terutama yang berhubungan dengan iritasi pada
sistem pencernaan (gastro intestinal). Nilai alkalinitas yang
baik berkisar antara 30 – 500 mg/liter CaCO3. Perairan
dengan nilai alkalinitas > 40 mg/liter CaCO3 disebut
perairan sadah (hard water), sedangkan perairan dengan
nilai akalinitas < 40 mg/liter disebut perairan lunak (soft
water)
DERAJAT KEASAMAN
(pH)
Derajat keasamaan atau pH adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau bas suatu larutan. pH juga merupakan
suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+.
Air murni pada 24oC ditimbang mempunyai
kandungan 10-7 moles per liter sehingga pH air
murni adalah 7.

Metode pengukuran pH didasarkan pada


pengukuran aktivitas ion hidrogen secara
potensiometri/elektrometri dengan menggunakan
pH meter atau Multiparameter.
pH = potentia hydrogenii, power (puissance) of H+

 menunjukkan intensitas suatu asam (dissosiasi atau jumlah total yg ada)

pH = - log [H+]  aktivitas ion H+  konsentrasi ion H+


• dikembangkan oleh Sorenson (1909)

Air murni berdissosiasi (lemah):


H2O H+ + OH-
[H+] [OH-]
___________
Kw = [H2O] = 1,00 x 10 -14 mole pada 24 oC,
konstanta dissosiasi
-  pH netral = 7
sehingga [H ] dan [OH ] = 10 gram-ion/L
+ -7

• pH perairan laut: 7,5 – 8,5


• Instrumen komersial (pH meter) ditemukan sekitar th 1940
 glass electrode  the indicator
 calomel electrode  the reference

 kedua elektroda harus dibilas dg akuades setiap kali habis


dipakai. Harus dibilas atau dicelup beberapa kali pada sampel
sebelum pembacaan dilakukan.
Sampel harus diaduk dalam pengukuran

 Glasselectrode tidak boleh kering, harus selalu direndam


dlm akuades bila sedang tidak dipakai

 tiap peningkatan 5oC  pH air berubah 0,05 unit


SigidHariyadi

 Standardisasi sebaiknya menggunakan 2 standard buffer,


yakni yang ber-pH: 4 dan 7; 7 dan 9 atau 4 dan 9
ZAT ORGANIK
 Zat organik (KMnO4) merupakan indikator umum bagi pencemaran.
Tingginya zat organik yang dapat dioksidasi menunjukkan adanya
pencemaran. Zat organik mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh
sebab itu, bila zat organik banyak terdapat di badan air, dapat menyebabkan
jumlah oksigen di dalam air berkurang. Bila keadaan ini terus berlanjut,
maka jumlah oksigen akan semakin menipis sehingga kondisi menjadi
anaerob dan dapat menimbulkan bau.
 Setiap senyawa organik mengandung ikatan karbon yang dikombinasikan
antara satu elemen dengan elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga
sumber utama sebagai berikut (Sawyer dan McCarty, 1978) :
a. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani,
alkaloid, selulosa, kanji, gula, dan sebagainya.
b. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh
manusia.
c. Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan
asam; yang semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme
Secara umum, komponen penyusun materi organik terdiri dari 6 unsur, yaitu :
Unsur mikro    : Nitrogen (N), Phosfor (P), Sulfur (S)
Unsur makro   : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O)
CIRI ZAT ORGANIK

Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan


anorganik adalah sebagai berikut (Sawyer dan McCarty, 1978) :
Senyawa organik biasanya mudah terbakar.
Senyawa organik mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih
rendah.
Senyawa organik kurang larut dalam air.
Beberapa senyawa organik memiliki formula yang serupa (isomer).
Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan
terjadi dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
Berat molekul senyawa organik bisa menjadi sangat tinggi,
seringkali lebih dari 1000.
Kebanyakan senyawa organik berfungsi sebagai sumber makanan
bakteri.
MACAM-MACAM ZAT ORGANIK

a. Organik Biodegradable
Materi biodegradable mengandung organik yang dapat digunakan sebagai
makanan bagi mikroorganisme yang hidup di alam dalam waktu yang singkat.
Dalam bentuk terlarut, materi ini mengandung zat tepung, lemak, protein,
alkohol, asam, aldehid, dan ester. Materi ini dapat menyebabkan masalah warna,
rasa, bau.
b. Organik Non Biodegradable
Beberapa materi organik resisten dari degradasi biologis. Asam tannin, lignin,
selulosa, dan fenol biasa ditemukan pada sistem air alami. Molekul dengan ikatan
yang kuat dan struktur cincin merupakan esensi non biodegradable. Sebagai
contoh senyawa detergen alkylbenzenesulfonate (ABS), dengan adanya cincin
benzene, senyawa tersebut tidak dapat terbiodegradasi. Sebagai surfaktan, ABS
menyebabkan busa pada IPAL dan meningkatkan kekeruhan.
Beberapa organik yang non biodegradable bersifat toksik bagi organisme. Hal ini
ditemukan pada pestisida organik, beberapa industri kimia, dan campuran
hidrokarbon yang berkombinasi dengan klorin. Sebagian besar pestisida
bersifat toksik kumulatif dan menyebabkan beberapa masalah pada rantai
makanan yang lebih tinggi.
PENETAPAN ZAT ORGANIK
 Pada penetapan zat organik dengan metode Titrasi
Permanganometri, digunakan KMnO4 untuk membedakan
antara zat organik dan zat anorganik. KMnO4 dapat
mengoksidasi zat-zat anorganik jauh lebih cepat daripada zat
organik, selain itu proses reduksi zat organik oleh
KMnO4 memerlukan temperatur yang lebih tinggi.
Penetapan zat organik hanya dapat dilakukan setelah seluruh
reduktor (KMnO4) telah habis bereaksi dengan zat
anorganik. Zat organik dioksidasi oleh KMnO4 berlebih
dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO4 akan
direduksi oleh asam oksalat berlebih dan kelebihan asam
oksalat akan dititrasi kembali oleh KMnO4.

 Pengukuran organik non biodegradable  dan biodegradable


dapat dilakukan menggunakan tes COD (Chemical Oxygen
Demand). Organik biodegradable dapat ditentukan dari
analisa TOC (Total Organic Compound) dan BOD.
CHEMICAL OXYGEN DEMAND

 Chemical Oxygen Demand (COD/KOK) atau


Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau
menguraikan senyawa/materi organik yang
biodegradable dan non biodegradable (secara
kimia) yang ada dalam 1L sampel air, di mana
pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai
oksidator yang umum dipakai) digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent).
 Parameter KOK menunjukkan jumlah senyawa
organik dalam air yang dapat dioksidasi secara
kimia dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air.
ANALISIS KOK
 Prinsip : Zat organik yang terdapat dalam air dioksidasi oleh
K2Cr2O7 berlebih dalam suasana asam dan pada suhu 1480­ C
selama 2 jam. Sisa K2Cr2O7 yang tidak bereaksi dititrasi oleh
larutan standar Fero Amonium Sulfat dengan indikator Feroin
hingga terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi
merah bata.

 Reaksi yang Terjadi :


 CXHYOZ + Cr2O72- → CO2 + H2O + Cr3+
 Cr2O72- (kelebihan) + Fe2+ → Fe3+ + 2Cr3+ + H2O
 Oksidator kuat(K2Cr2O7) ==========> Tidak semua dapat
dioksidasi --> Ditambah Ag2SO4(katalisator)--> Air yang
mengandung Cl- diikat dgn HgSO4
ANALISIS KOK
 Metode ini tidak berlaku bagi contoh uji air yang
mengandung ion klorida lebih besar dari 2000
mg/l.
 Kadar klorida > 2000 ppm mengganggu kerja
AgSO4, tapi dapat dihilangkan dengan HgSO4
(dengan jumlah yang sebanding)
 Zat organis yang biodegradable (dapat diuraikan),
misalnya protein dan gula dapat dioksidasikan
melalui tes KOK dan BOD.
 Zat organis yang non-biodegradable, misalnya
NO2-, Fe2+, S2-, Mn3+ , asam asetat, selulosa, lignin
hanya dapat dioksidasikan melalui tes KOK. 
METODE PENETAPAN

1. Metode Refluks terbukaKOK
Sampel 20,0 ml dimasukkan erlenmayer + 0,4 HgSO4 dan 10 ml reagent
K2Cr2O7 , + 30 ml campuran H2SO4 + Ag2SO4 , batu didih, panaskan 2
jam dan dihubungkan dengan kondensor tegak dan dipanaskan dan
dititrasi dengan FAS 0,1 N

 2. Metode Refluks Tertutup


 Keuntungan refluks tertutup dibanding terbuka :
- Lebih praktis dan mudah
- Sampel yang digunakan lebih sedikit
- Reagent yang digunakan lebih sedikit
- Peralatan yang digunakan lebih sedikit

3. Metode Spektrofotometer (SNI 6989.2:2009  revisi dari SNI 06-
6989.2-2004)
Menggunakan standar yang dibuat dari glukosa atau kalium biftalat.
Metode ini digunakan untuk pengujian kisaran nilai KOK 100 mg/L
sampai dengan 900 mg/L pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
600 nm dan nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 420 nm. Metode ini digunakan untuk
contoh uji dengan kadar klorida kurang dari 2000 mg/L.
KEBUTUHAN OKSIGEN
BIOLOGI
 Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan
sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh
organisme pada saat pemecahan bahan organik,
pada kondisi aerobik.
 Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan
organik ini digunakan oleh organisme sebagai
bahan makanan dan energinya diperoleh dari
proses oksidasi.
 Parameter BOD, secara umum banyak dipakai
untuk menentukan tingkat pencemaran air
buangan.
KEBUTUHAN OKSIGEN
BIOLOGI
 Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk
proses oksidasi yang sempurna sehingga
bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O
adalah tidak terbatas.

 Dalam prakteknya dilaboratorium biasanya


berlangsung selama 3 hari dengan anggapan
bahwa selama waktu itu persentase reaksi
cukup besar dari total BOD.

 Nilai BOD 3 hari merupakan bagian dari total


BOD dan nilai BOD 3 hari merupakan 70 -
80% dari nilai BOD total
KEBUTUHAN OKSIGEN
BIOLOGI
 Penentuan waktu inkubasi adalah 3 hari, dapat
mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia
(NH3) yang cukup tinggi.

 Ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat


dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD.

 Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :

 2NH3 + 3 O2 2NO2 + 2 H+ + 2 H2O


 2NO2 + O2 2 NO3
BOD = (DOi - DO5 ) mg/L
BOD = (DOi - DO3 ) mg/L

Botol gelap Botol gelap


DOi Inkubasi 20oC Inkubasi 30oC
5 hari 3 hari

DO5 DO3
Metode Penetapan DO
Berdasarkan
SNI No. 06-6989.14-2004
 Prinsip

 Oksigen dalam sampel mengoksidasi MnSO4 yang


ditambahkan kedalam sampel dalam kondisi alkalis,
sehingga terjadi endapan MnSO4. Penambahan asam
sulfat pekat dan kalium iodide akan membebaskan
molekul iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut.
Iodium yang dibebaskan tersebut dianalisis dengan
metode titrasi iodometri, yaitu menggunakan larutan
standar tiosulfat dengan indikator kanji.
Prinsip penentuan DO (Metode Winkler/Iodometri):

 Penambahan MnSO4, & kemudian NaOH + KI


endapan coklat
• bila tidak ada Oksigen:

endapan putih


proporsional dg jumlah O2 yang ada
penambahan asam (H2SO4)

titrasi

biru
indikator tak berwarna
BESI (Fe)
 Perairan yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah
tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alat-alat
lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasi
diatas kurang lebih 0,31 mg/L
 Besi (II) sebgai ion berhidrat yang dapat larut, Fe2+, merupakan jenis besi yang terdapat
dalam air tanah. Karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari atmosfer, Oleh
karena itu, besi dengan bilangan oksidasi rendah, yaitu Fe (II) umumnya ditemukan dalam
air tanah dibandingkan Fe (III).
 Dalam perairan dengan pH sangat rendah, kedua bentuk ion ferro dan ferri dapat
ditemukan. Hal ini terjadi bila perairan memperoleh buangan dari limbah tambang asam
(Acid Mine Waters). Limbah yang bersifat H2SO4 dihasilkan oleh oksidasi, FeS2 (bijih
besi) melalui reaksi sebagai berikut :
 2 FeS2(S) + 2 H2O + 7 O2 4 H+ + 4 SO42- + 2 Fe2+
 4 Fe2+ + O2 + 4 H+ 4 Fe3 + 2 H2O
 Dan tahap selanjutnya oksidasi dari ion ferro menjadi ion ferri dalam suatu proses yang
terjadi sangat lambat, dibawah pH 3,5 oksidasi tersebut dikatalisasi oleh bakteri besi,
thiobacillus ferroxidaus. Bakteri lainnya yang terlibat dalam oksidasi besi dengan adanya
air tambang asam adalah thiobacillus thiooxidaus dan thiobacillus ferroxidaus
NATRIUM
 Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama yang ditemukan di
perairan dan merupakan kation penting yang mempengaruhi kesetimbangan
keseluruhan kation di perairan. Natrium elemental sangat reaktif, sehingga
bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Hampir semua
senyawa natrium mudah larut dalam air dan bersifat sangat reaktif.

 Sumber utama natrium di perairan


adalah albite (NaAlSi3O8), nepheline (NaAlSiO4), halite (NaCl),
dan mirabilite (Na2SO4.10H2O). Garam-garam natrium digunakan dalam
industri sehingga limbah industri dan limbah domestik merupakan sumber
natrium antropogenik. Hampir semua perairan alami mengandung natrium
dengan kadar antara 1 mg/liter hingga ribuan mg/liter. Pengukuran kadar
natrium perlu dilakukan jika perairan diperuntukkan bagi air minum dan
kepentingan irigasi pertanian.
 Natrium bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi toksisitasnya
tergantung pada gugus senyawanya. NaOH atau hidroksida Na sangat
korosif, tetapi NaCl justru dibutuhkan olah tubuh.
KLORIDA

 Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan. Unsur
klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl –). Ion klorida adalah salah satu
anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami dalam jumlah yang lebih
banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk
senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl 2).
Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan
mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke
perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah larut.

 Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya
meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi,
yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan
sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam.
Kadar klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut
merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l. Perairan yang
diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri,
sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter. Keberadaan klorida di
dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau
mendapatkan rembesan dari air laut.
KESADAHAN
 Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu berdasarkan ion
logam (metal) dan berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam.
 Berdasarkan ion logam (metal), kesadahan dibedakan menjadi kesadahan
kalsium dan kesadahan magnesium. Berdasarkan anion yang berasosiasi
dengan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi kesadahan karbonat dan
kesadahan non-karbonat.
 Kesadahan Kalsium dan Magnesium
 Kalsium dan magnesium merupakan penyebab utama kesadahan air
karena kandungannya dalam air lebih besar dibandingkan ion logam
bervalensi dua lainnya. Kesadahan kalsium dan magnesium digunakan
untuk menentukan jumlah kapur dan soda abu yang dibutuhkan dalam
proses pelunakan air (lime-soda ash softening).
 Jika kesadahan kalsium sudah ditentukan, maka kesadahan magnesium
dapat dicari dengan pengurangan kesadahan kalsium dengan kesadahan
total
KESADAHAN
 Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan
ion CO32- dan HCO3–. Kesadahan karbonat disebut kesadahan sementara
karena sangat sensitif terhadap panas dan mengendap dengan mudah
pada suhu tinggi.
 Pada kesadahan non-karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi
dengan ion SO42-, Cl–, dan NO3–. Kesadahan non-karbonat disebut
kesadahan permanen karena kalsium dan magnesium yang berikatan
dengan sulfat dan klorida tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak
berubah meskipun pada suhu tinggi.
 Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:
 0 – 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)
 70 – 140 ppm : rendah (lunak)
 140 – 210 ppm : sedang
 210 – 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
 320 – 530 ppm : tinggi (keras)      
 Apabila
Kesadahan karbonat dan kesadahan non-karbonat dapat diketahui
Alkalinitas Total < Kesadahan Total
menggunakan
Maka Kesadahan Karbonat persamaan :
= Alkalinitas Total

Apabila Alkalinitas Total ≥ Kesadahan Total


Maka Kesadahan Karbonat = Kesadahan Total

Kesadahan Non-karbonat = Kesadahan Total – Kesadahan Karbonat


AKIBAT KESADAHAN
 Sabun sulit berbusa
 Sabun terbuat dari garam natrium dan kalium dari asam lemah. Jika
terdapat ion kalsium dan magnesium, akan terbentuk Ca palmitat atau
Mg palmitat dalam bentuk endapan sehingga sabun tidak berbusa.
Pembentukan kerak pada boiler
 Dalam air terdapat bikarbonat (HCO 3–). Dalam temperatur normal
bentuk tersebut stabil, namun dalam temperatur tinggi akan
menghasilkan kerak. Apabila terdapat Mg 2+, maka CO2 akan terlepas dan
pH air akan naik. Kerak yang timbul dapat mempersempit volume boiler
dan meningkatkan tekanan pada boiler sehingga memungkinkan boiler
meledak.
Kerak pada pipa penyaluran air
 Pada pipa distribusi air, kerak dapat mengakibatkan pemampatan dan
mempengaruhi aliran air karena kerak yang muncul akan menaikkan
faktor kekasaran dan mengakibatkan debit turun.
PENETAPAN KESADAHAN
 Metode Titrasi EDTA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur kesadahan di dalam air menggunakan EDTA (Ethylene
Diamine Tetraacetic Acid) atau garam natriumnya sebagai titran. EDTA
membentuk ion kompleks yang sangat stabil dengan Ca2+ dan Mg2+, juga ion-
ion logam bervalensi dua lainnya.

 Indikator Eriochrome Black T (EBT) merupakan indikator yang sangat baik


untuk menunjukkan bahwa ion penyebab kesadahan sudah terkompleksasi.
Indikator EBT yang berwarna biru ditambahkan pada air sadah (pH 10),
membentuk ion kompleks dengan Ca2+ dan Mg2+ yang berwarna merah anggur.

 Pada saat titrasi dengan EDTA, ion-ion kesadahan bebas dikompleksasi. EDTA
mengganggu ion kompleks (M.EBT) karena mampu membentuk ion kompleks
yang lebih stabil dengan ion-ion kesadahan. Hal ini membebaskan indikator
EBT, dimana warna wine red berubah menjadi biru, menunjukkan titik akhir
titrasi.
NITRAT (NO3)
 Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien
utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam
air dan bersifat stabil.
 Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat merupakan
proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob.
 Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan
oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri
tersebut merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari
proses kimiawi.

2 NH3 + 3 O2– → 2 NO2 – + 2 H– + 2 H2O

2 NO2 – + O2– → 2 NO3–


 Amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologis yang sangat
dipengaruhi oleh suhu dan aerasi. Nitrat yang merupakan sumber nitrogen bagi
tumbuhan dikonversi menjadi protein, sesuai dengan persamaan :
 NO3– + CO2 + tumbuhan + cahaya matahari → protein
FAKTOR PENGARUH
NITRIFIKASI
 Pada kadar oksigen terlarut < 2 mg/liter, reaksi akan berjalan lambat.
 Nilai pH yang optimum bagi proses nitrifikasi adalah 8 – 9.
 Pada pH < 6, reaksi akan berhenti.
 Bakteri yang melakukan nitrifikasi cenderung menempel pada
sedimen dan bahan padatan lainnya.
 Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat daripada
bakteri heterotrof. Jika perairan banyak mengandung bahan organik,
pertumbuhan bakteri heterotrof akan melebihi pertumbuhan bakteri
nitrifikasi.
 Suhu optimum proses nitrifikasi adalah 20 oC – 25 oC. Pada kondisi
suhu kurang atau lebih dari kisaran tersebut, kecepatan nitrifikasi
berkurang.
NITRAT (NO3)
 Nitrat merupakan salah satu sumber utama nitrogen di perairan. Kadar nitrat pada
perairan alami tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia dan tinja hewan.

 Kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/liter dapat mengakibatkan


terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan, yang selanjutnya menstimulir
pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kadar nitrat secara
alamiah biasanya agak rendah, namum kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada
air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat
tidak boleh lebih dari 10 mg NO3/l atau 50 (MEE) mg NO3/l.

 Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Konsumsi air yang
mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk
mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan.
Keadaan ini dikenal sebagai methemoglobinemia atau blue baby disease yang
mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan (cyanosis)
NITRIT (NO2)
 Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit,
lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia
dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi)
yang berlangsung pada kondisi anaerob.
 Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit
pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Di
perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/liter. Bagi manusia dan hewan,
nitrit bersifat lebih toksik daripada nitrat.
 Garam-garam nitrit digunakan sebagai penghambat terjadinya proses korosi
pada industri. Pada manusia, konsumsi nitrit yang berlebihan dapat
mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin
darah, yang selanjutnya membentuk met-hemoglobin yang tidak mampu
mengikat oksigen. Selain itu, NO2 juga dapat menimbulkan nitrosamin
(RR’N – NO) pada air buangan tertentu yang dapat menyebabkan kanker.

2 NH3 + 3 O2– → 2 NO2 – + 2 H– + 2 H2O

2 NO2 – + O2– → 2 NO3–


Ammonia -
 metoda Indophenol (=metoda phenate)
NPhenol dan hypochlorite (chlorox) bereaksi dalam kondisi larutan basa
membentuk phenylquinone-monoimine yang selanjutnya akan bereaksi
dengan ammonia membentuk indophenol yang berwarna biru.
Kepekatan warna biru sebanding dengan kadar ammonia yang ada.

Phenol + Hypochlorite ⇨ phenylquinone-monoimine ⇨Indophenol


(biru)
Semua amonia
kondisi alkalin/basa NH3
(NH3 & NH4+)

Phenol + NH3 + 3ClO- ‑‑‑‑> Indophenol + 2H2O + OH- + 3Cl-


(Hypochlorite) (biru)
• penambahan natrium-nitro-prusid  memperjelas warna biru
 spektrofotometer, 630 nm
• perlu larutan blanko dan larutan standard
Deterjen Surface active
(Surfactant) agent

Sebelum • Alkyl Benzene Sulphonate (ABS)


1965
• Banyak busa
• Sulit terurai pada proses pengolahan limbah
• Toksik untuk biota air

Setel • Linear Alkylate Sulphonate (LAS)


ah • Biodegradable
1965 • Lebih beracun thd biota air tetapi lebih mudah
terurai
 banyak mengandung PO4 eutrofikasi
 kandungan boron (B) dlm deterjen pada air irigasi
menyebabkan efek merugikan pada pertanian
PESTISIDA
Pestisida berbahaya bagi lingkungan, karena:

1. Pestisida mudah larut dalam lemak dan dapat


terakumulasi dalam lemak sampai mencapai konsentrasi
yang tinggi hingga menyebabkan kerusakan jaringan
2. Pestisida mempunyai kecenderunga biomagnifikasi
3. Pestisida terdegradasi secara lambat atau tidak
terdegradasi sama sekali

Pestisida dapat digolongkan menjadi :


Sintetik Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida,
tembaga sulfat dan garam merkuri
Organik Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin,
Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat : klorpirifos, prefonofos,
Karbamat : karbofuran, SPMC, Dinitrofenol : Dinex, dll.
INDIKATOR KUALITAS KIMIA AI
INDIKATOR KUALITAS KIMIA AI

Anda mungkin juga menyukai