Anda di halaman 1dari 20

SAUJANA : Jurnal Perbankan Syariah dan Ekonomi Syariah

Vol. 04 No. 01 (Mei: 2022): ISSN 2723 - 5289

Analisis Implementasi E-Business Dalam Mewujudkan Green


Banking Di Perbankan Syariah Yang Berkelanjutan
(Studi Kasus Bank Syariah Indonesia)
Cindi Novita Saria, Muhammad Iqbal Fasab, Suhartoc, Adib Fachrid

aUIN Raden Intan Lampung, Jl. Letnan Kolonel H Endro Suratmin, Bandar Lampung,
35131, cindinovita16@gmail.com

Abstrak
E-business it self is a technology to develop business, both internal and
external processes. Green Banking is translated as banking efforts to
prioritize the fulfillment of sustainability in lending or its operational
activities. The method used in this study is a qualitative descriptive analysis
technique, where all data generated and presented are in the form of
descriptions, namely in the form of an overview of the results of the study.
The results of the study show that the implementation of e-business in Islamic
banking helps to realize sustainable Green Banking, with the application of
E-business in Islamic banking can increase environmental awareness.

Kata Kunci: E-Business, Green Banking, Islamic Bank

PENDAHULUAN
Dewasa ini semua kegiatan tidak terlepas dari yang namanya teknologi internet
dan online. Internet telah merubah perilaku orang-orang dalam memenuhi tuntutan
ekonomi. Dan saat ini bisnis juga sudah memanfaatkan internet untuk memfasilitasi
kegiatan bisnis tersebut atau yang akrab disebut dengan E-Business. Mulai dari bisnis
penjualan produk sampai penjualan jasa juga sudah menggunakan sistem online. E-
Business menjadi sebuah strategi bagi para pelaku bisnis untuk memperkenalkan dan
mendistribusikan produk atau pun jasa mereka kepada konsumen nya. Berbisnis online
mulai banyak dilakukan setelah Pandemi Virus Corona melanda, kebijakan pemerintah
yang mengharuskan semua kegiatan dilakukan dari rumah, mulai dari bekerja, sekolah,
sampai berbelanja pun dilakukan dari rumah, hal ini lah yang membuat para pelaku
bisnis mulai mengalihkan bisnis nya menjadi online. Namun banyak juga perusahaan
atau pun pelaku usaha yang sudah lebih dahulu menggunakan sistem online untuk
usahanya. (Nasution & Putri, 2021).
E-business sendiri adalah sebuah teknologi untuk mengembangkan bisnis baik
internal seperti SDM, administrasi dan keuangan, dan proses eksternal seperti
penjualan, penyediaan barang dan jasa serta hubungan konsumen . Di dalam
perkembangan dunia e-business yang sangat pesat saat ini, ada empat tahapan evolusi

21
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

yang dapat menjadi bahan pijakan yaitu: (1) Channel Enhancement; (2) Value-Chain
Integration; (3) Industry Transformation; dan (4) Convergence. (Zulfita et al., 2022).
Istilah E-business digunakan oleh IMB pada tahun 1996 sebagai bagian dari
pemasaran, dimana itu definisikan sebagai transformasi proses bisnis utama melalui
penggunan internet. Saat ini, adopsi e-business oleh perusahaan dibenarkan oleh fakta
bahwa perampingan proses lebih besar, dan respon yang lebih cepat kepada pelanggan.
Untuk perusahaan pada umumnya, strategi e-bisnis yang jelas menghindari pemborosan
sumber daya, mempromosikan integrasi sistem dan meningkatkan peluang yang ada.
Adopsi sistem e-business, dianggap sebagai adopsi inovasi sangat tergantung pada
bagaimana perusahaan memandangteknologi. (Manuel do Espírito Santo et al., 2022).
E-Business bertujuan untuk meningkatkan daya saing organisasi / perusahaan
dengan menyebar luaskan informasi yang inovatif dan teknologi komunikasi di seluruh
organisasi melalui link kepada mitra dan pelanggan, tidak sebatas pada penggunaan
teknologi untuk melakukan otomasi proses bisnis suatu organisasi/perusahaan tetapi
harus juga mencapai proses transformasi dengan menerapkan teknologi untuk
mengubah proses bisnis yang telah ada.(Damanik & Putra, 2022).
Pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan sekarang diakui secara
global sebagai keharusan utama untuk melindungi planet kita dari kerusakan yang
ditimbulkan oleh umat manusia. Berbagai inisiatif global sedang dilakukan untuk
melawan dampak buruk pembangunan yang kita hadapi saat ini seperti pemanasan
global dan perubahan iklim. Sebuah benang merah berjalan di semua inisiatif ini adalah
fokus pada pengurangan permintaan bahan bakar fosil dengan menerapkan yaitu 3R.
Kurangi, Gunakan Kembali, dan Daur Ulang.
Disisi lain dewasa ini dampak polusi dan pencemaran lingkungan semakin
membahayakan. Krisis kesehatan global semakin meningkat ,dimana terdapat sekitar 7
juta orang kehilangan nyawa per tahun berdasarkan data World Health Organization
(WHO). Kesadaran akan perbaikan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik
tampaknya telah menjadi kesadaran bersama. Slogan kembali ke alam mulai
didengungkan dimana-mana, tak terkecuali pada industri perbankan di Indonesia. Istilah
green banking sudah sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir.(Wilayah, 2020).
Bank dan lembaga keuangan dapat memainkan peran utama dan menentukan
dalam upaya global ini untuk menjadikan planet kita tempat yang lebih baik untuk

22
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

ditinggali. Sebagai penyedia keuangan, bank dapat memastikan bahwa bisnis


mengadopsi praktik ramah lingkungan. Insentif melalui penawaran dana yang lebih
murah untuk mengadopsi teknologi hijau akan memiliki dampak menguntungkan
jangka panjang terhadap lingkungan. Sebagai pelaksana utama teknologi, bank sendiri
dapat mengadopsi praktik ramah lingkungan dan dengan demikian memimpin inisiatif
global ini. Selain itu, inovasi produk dan pemanfaatan teknologi memungkinkan bank
dan pelanggan mereka saat ini untuk mengurangi penggunaan sumber daya seperti
kertas, sehingga membantu perlindungan lingkungan.(Green Banking for
Environmental Sustainability Dr. Sunita Gupta Assistant Professor – Commerce, Dev
Samaj College for Women, Sector 45, Chandigarh., 2021).
Kerusakan lingkungan yang sering terjadi tidak lepas dari campur tangan
manusia, dimana kerusakan ini banyak ditimbulkan dari kegiatan usaha manusia dalam
rangka memperoleh keuntungan.sumber daya lingkungan seperti udara, air, lahan dan
biota, dapat menyediakan barang dan jasa yang secara langsung maupun tidak langsung
mendapatkan manfaat ekonomis. Bank syariah sebagai lembaga yang ikut serta
memperhatikan kelestarian lingkungan, hal ini sesuai dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.
Penerapan prinsip tersebut dalam perbankan dikenal dengan istilahh Green Banking
yang penerapannya secara implisit tertuang dalam PBI No.8/21/PBI/2006 dan surat
edaran Bank Indonesia No.8/22/DPbS.(Hanif et al., 2018).
Penerapan green banking merupakan salah satu upaya merubah paradigma lama
pembangunan nasional dari greedy economy menjadi green economy dimana greedy
economy dilihat dari nilai gross domestic product yang mangakibatkan adanya
eksploitasi terhadap sumber daya alam sedangkan green economy merupakan
pertumbuhan ekonomi yang tetap memperhatikan 3P (people, profit dan planet). Konsep
3P merupakan upaya pembangunan berkelanjutan.(Wilayah, 2020).
Green Banking ini diterjemahkan sebagai upaya perbankan untuk mengutamakan
pemenuhan keberlanjutan dalam penyaluran kredit atau kegiatan operasionalnya. Bank,
secara langsung memang tidak tergolong sebagai penyumbang pencemaran lingkungan
yang tinggi. Penggunaan energi, air dan sumber daya alam lainnya dalam kegiatan
perbankan tidaklah separah penggunaan oleh sektor-sektor lain, seperti pertambangan
dan industri pengolahan. Namun demikian, perbankan tidak lantas dapat dilepaskan dari

23
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

persoalan meningkatnya degradasi lingkungan hidup. Dengan memberikan pinjaman


atau pembiayaan kepada nasabahnya, bank dapat menjadi pemicu bagi kegiatan-
kegiatan yang berdampak pada lingkungan. (Hanif et al., 2018).
Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa
bergerak cepat dan kompetitif dengan tantangan yang semakin kompleks serta
sistem keuangan yang semakin maju. Bank sebagai perusahaan yang menyediakan jasa
layanan keuangan pada masyarakat luas, mempunyai fungsi pokok sebagai agen
pembangunan yang menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan dunia usaha.
(Marlina, 2018).
Green banking berfokus pada transformasi hijau dari operasi internal semua bank.
Ini berarti semua bank harus mengadopsi cara yang tepat dalam memanfaatkan energi
terbarukan, otomatisasi dan langkah-langkah lain untuk meminimalkan jejak karbon
dari kegiatan perbankan. Semua bank harus mengambil pembiayaan yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan; menimbang risiko lingkungan proyek, sebelum membuat
keputusan pembiayaan; dan khususnya, mendukung dan mendorong pertumbuhan
inisiatif dan proyek 'hijau' yang akan datang. Ini adalah cara berpikir yang cerdas dan
proaktif dengan visi keberlanjutan masa depan.(Uddin & Ahmmed, 2018).
Tidak dapat dihindari kemajuan zaman yang selalu diikuti pula dengan kemajuan
teknologi yang semakin pesat, dari kemajuan teknologi ini keperluan dan kebutuhan
manusia semakin menuntut semuanya serba cepat dan mudah. Hal ini juga membuat
gaya hidup manusia menjadi tidak bisa terlepas dari perangkat yang serba elektronik.
Saat ini hampir semua perusahaan besar maupun rintisan sudah mengunakan bantuan
teknologi tidak terkecuali dunia perbankan, bank- bank berusaha menawarkan layanan
E-Business dengan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi dengan
teknologi yang disebut digital banking.
Dengan adanya kemajuan di bidang digital banking ini nasabah dapat melakukan
transaksi darimana dan kapan saja dengan cepat dan mudah selamaada layanan jaringan
data untuk mengakses realtime 24 jam, sehingga dapat meningkatkan lagi volume
transaksi yang terjadi pada suatu bank tersebut. Perkembangan yang demikian pesat ini
sangat mendukung kecepatan dan kemudahan layanan transaksi perbankan kepada
nasabah serta berpengaruh terhadap perkembangan pelayanan jasa dunia perbankan
yang mampu menarik minat para nasabahnya bahkan dapat membangun kepercayaan

24
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

publik. Belakangan ini, peran teknologi tidak hanya sebangai faktor pendukung namun
berkembang pesat menjadi aspek penentu bagi kemajuan dunia perbankan. Bank yang
tidak mengedepankan teknologi dalam pelayanannya cenderung sulit untuk maju dan
berkembang. Karena jika dilihat dari segi produk banyak bank yang menawarkan
produk yang tidak berbeda jauh, maka dari itu untuk membedakan bank satu dengan
yang lainnya yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan nya.(Marlina, 2018).
Perbankan yang menerapkan green banking pada aktivitas kerjanya akan lebih
memanfaatkan kemajuan tehnologi serta internet yang sekarang sedang berkembang
pesat sehingga aktivitas perbankan yang dulunya based on paper menjadi paperless
sehingga di harapkan mengurangi carbon footprint dan carbon emission. (Indonesia et
al., 2019).

KAJIAN TEORI
Green banking: Menurut Lalon and Raad (2015) green banking merupakan
aktivitas yang utamanya menuju kearah keberlanjutan yakni dengan melakukan upaya
perlindungan lingkungan dengan melakukan promosi terkait lingkungan yang hijau
(keberlanjutan) dan tanggung jawab investasi terhadap sosial. Menurut Sudhalakshmi
and Chinnadorai (2014) green banking berarti melakukan promosi praktek ramah
lingkungan dan mengurangi carbon footprint dari aktivitas bank. Menurut Ramila and
Gurusamy (2015) green banking ada dua dimensi yang pertama bagaimana sebuah bank
terkait operasionalnya dalam aktivitasnya yang lebih memanfaatkan teknologi dan
internet sehingga lebih paperless dan dimensi yang kedua adalah green banking yang
terkait bank dalam meletakkan dananya, yakni pada kegiatan mendanai atau
memberikan kredit pada kegiatan usaha yang tidak memberikan dampak negatif pada
lingkungan.
Kebijakan green banking: Dalam Responsi Bank Indonesia (2014) Undang-
Undang Di Indonesia terkait dengan lingkungan dalam Undang-Undang nomor 32 tahun
2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peraturan ini terkait
dengan kegiatan perekonomian yang harus diimbangi dengan upaya melindungi
lingkungan dari dampak yang muncul akibat aktivitas tersebut. Bank Indonesia juga
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum. Dalam peraturan ini, Bank Indonesia mendorong perbankan

25
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

yang ada di Indonesia untuk mempertimbangkan faktor kelayakan lingkungan dalam


melakukan penilaian suatu usaha.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif, yang berusaha memaparkan kondisi oenerapan E-Business dalam perbankan
digital pada bank syariah di Indonesia, dimana seluruh data yang dihasilkan dan
disajikan berbentuk deskripsi yaitu berupa gambaran tentang hasil dari penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain pendekatan studi literatur jurnal
dan artikel online maupun cetak, dan kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.
PEMBAHASAN
1. Penerapan E-Business dalam Bentuk Digital Banking di Perbankan Syariah

Sejak layanan perbankan online dilakukan oleh Stanford Federal Creditpada


tahun 1994, secara online perbankan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Internet banking sudah berkembang dan diterapkan di Indonesia pada tahun 1998
oleh BI dan mobile banking diterapkan oleh BCA pada tahun 2001, mobile
banking Islami diterapkan oleh BCA Syariah pada tahun 2014 dan diikuti oleh
bank lain. Transaksi menggunakan digital Perbankan semakin masif setelah
pertumbuhan Start-Up Business di tahun 2010 dan terus berkembang hingga
sekarang. Perkembangan teknologi, perubahan perilaku konsumen, dan tren
bisnisPersaingan menjadi faktor pendorong bagi bank untuk terus berinovasi,
khususnya bank syariah yang memiliki dua aturan dalam menjalankan bisnisnya
(hukum Islam dan peraturan pemerintah).(Riza, 2019.
Pada dekade berikutnya, pada tahun 2010-an dan seterusnya perbankan
digital memanfaatkannya menjadi salah satu poin penting yang membuat bank
bisa bertahan dalam krisis ekonomi kedua. Fase ini mendorong bank untuk
berinvestasi lebih banyak dalam proyek digital, menciptakan gelombang kedua
digitalisasi di Indonesia. Beberapa bank mulai menggunakan berbagai platform
media sosial untuk menyampaikan, memperkenalkan, dan mensosialisasikan
berbagai fitur produk yang bermanfaat bagi pelanggannya seperti: membuka
saluran layanan pengaduan pelanggan; dan mendorong interaktif dua arah
komunikasi, sehingga pelanggan merasa lebih terhubung dan dihormati. Strategi
ini menghilangkan paradigma bahwa layanan perbankan hanya dapat diakses

26
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

melalui konvensional ranting. Tuntutan digitalisasi perbankan juga diperkuat


dengan pergeseran bisnis kepemilikan, yang saat ini didominasi oleh generasi
milenial, yang lebih memilih kenyamanan transaksi online dan seluler.(Winasis
et al., 2020)
Seiring dengan perkembangan teknologi, digital banking mulai mewarnai
setiap aktivitas keuangan nasabah. Kemudahan yang diberikan membuat nasabah
merasa diuntungkan. Namun sayangnya, masih sebagian masyarakat Indonesia
saja yang menikmati layanan perbankan digital ini. Berdasarkan data dari
lembaga keuangan dunia menyatakan hanya 54% dari masyarakat Indonesia
yang tersentuh layanan perbankan. Generasi millenial sekarang berfikir bahwa
ATM, mobile banking, internet banking, SMS banking dan yang lainnya adalah
hal yang sudah biasa, atau hal yang mainstream. Sekarang masyarakat berfikir,
bagaimana masyarakat ingin membuka rekening, menabung, serta mengajukan
kredit atau pinjaman dan layanan perbankan lainnya, tanpa harus menghadirkan
diri secara fisik atau datang langsung ke bank bersangkutan. Hal inilah yang
ditangkap sebagai potensi dan kesempatan oleh bank, untuk meningkatkan minat
calon nasabah dengan memberikan layanan yang nasabah inginkan sehingga
loyal terhadap bank.(Mawarni, 2021)
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
di dunia sekaligus menjadi salah satu negara yang penduduknya paling banyak
menggunakan layanan internet. Oleh karena itu, digital banking sebagai bentuk
dari E-business menjadi peluang bisnis yang sangat potensial serta sebuah
keniscayaan yang tidak terelakkan pada sektor perbankan di era digital. Selain
dapat meningkatkan efisiensi kegiatan operasional bank, digital banking dapat
meningkatkan kualitas pelayanan bank konvensional dan bank syariah kepada
nasabah dalam bertransaksi. Sejalan dengan itu, Budi Agus Riswandi
mengemukakan bahwa hadirnya konsep digital banking sangat bermanfaat bagi
bank dalam memperluas jangkauan pasar, meningkatkan kualitas pelayanan bank
kepada nasabah, serta menjadi kunci untuk memenangkan persaingan bisnis di
era digital.
Selain menyebabkan pergeseran kehidupan sosial dalam bermasyarakat,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada sektor perbankan

27
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

mengakibatkan lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru yang belum diatur


dalam peraturan perundang-undangan. Sejauh ini, belum ada undang- undang
yang dibuat secara khusus untuk mengatur mengenai digital banking. Dasar
hukum yang berkaitan dengan bank tentu saja tidak terlepas dari Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Pada dasarnya hukum bersifat dinamis dan menyesuaikan
dengan perkembangan masyarakat, khususnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi berbasis internet pada sektor perbankan. Oleh karena
itu, ketiga undang-undang tersebut seharusnya direvisi guna mengakomodir
lahirnya konsep digital banking.
Pada awalnya, nasabah harus datang langsung ke bank konvensional dan
bank syariah untuk melakukan transaksi keuangan seperti menabung dan
menarik uang, namun seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi di sektor perbankan, nasabah tidak perlu lagi datang
ke bank hanya untuk melakukan transaksi keuangan. Nasabah cukup hanya
membawa sebuah kartu dan mendatangi sebuah mesin yang dikenal dengan
nama Automatic Teller Machine (ATM) yang diletakkan pihak bank
konvensional dan bank syariah di tempat-tempat umum. Bahkan, dengan
lahirnya digital banking, nasabah tidak perlu lagi keluar rumah untuk melakukan
transaksi keuangan. Berbagai macam transaksi keuangan dapat dilakukan dari
dalam rumah hanya dengan menggunakan handphone yang dimiliki oleh
nasabah. Itulah transaksi elektronik mobile banking.
Dasar hukum yang mengatur mengenai transaksi elektronik adalah Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media
elektronik lainnya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik dua hal penting dalam
transaksi elektronik, yaitu adanya perbuatan hukum dan adanya penggunaan
media elektronik. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa transaksi

28
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

elektronik digital banking yang dilakukan oleh nasabah merupakan salah satu
perbuatan hukum, sedangkan penggunaan media elektronik menunjukkan bahwa
dalam transaksi elektronik digital banking segala sesuatunya tidak lagi
menggunakan dokumen-dokumen konvensional, seperti kertas dan pena, tetapi
sudah beralih menggunakan dokumen elektronik.(Utama, 2021)
Perbankan digital terus mendapatkan daya tarik di antara konsumen di
seluruh dunia. Secara umum, perbankan digital menawarkan layanan yang mirip
dengan perbankan tradisional. Bedanya, semua layanan perbankan ditangani
secara individual melalui aplikasi smartphone banking. Nasabah dapat
menggunakan perbankan digital untuk memperoleh layanan keuangan sendiri
(self-service), daripada pergi ke bank. Perbankan harus mahir secara digital agar
dapat bertahan di era teknologi baru ini. Kegagalan untuk merespon dan
beradaptasi dengan lingkungan baru hampir pasti akan mengakibatkan kerugian
dan kegagalan yang sangat besar.(Siska et al., 2022)
Di Indonesia, jumlah pengguna internet meningkat signifikan dari 42 juta
pada 2010 menjadi 143,26 juta pada 2018. Dengan demikian, peningkatannya
mencapai lebih dari tiga kali lipat dalam tujuh tahun terakhir. Kegiatan ekonomi
yang dilakukan masyarakat Indonesia melalui fasilitas internet adalah sebagai
berikut: mengetahui harga (45,14 persen), bantuan di tempat kerja(41,04 persen),
informasi produk dan layanan (37,82 persen), pembelian online (32,19 persen),
seperti mencari pekerjaan (26,19 persen), transaksi perbankan (17,04 persen),
dan perdagangan online (16,83 persen). Informasi pengguna internet dan
tujuannya. (Nugroho & Nugraha, 2020).
Mobile banking adalah salah satu bentuk dari digital banking, E-business
layanan perbankan yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya untuk dapat
menggunakan layanan perbankan tanpa batas ruang dan waktu serta berbasis
teknologi seluler dan internet yang memberikan kemudahan dalam melakukan
berbagai transaksi perbankan tanpa harus datang langsung ke bank karena dapat
diakses setiap saat. (Inayah et al., 2018)
2. Penerapan Green Banking di Perbankan Syariah

Perbankan berkelanjutan sebagai upaya lembaga keuangan untu keberlanjutan


memiliki implikasi langsung atau tidak langsung terhadap kinerja perbankan.

29
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

Beberapa penelitian melaporkan bahwa penerapan isu berkelanjutan dalam


praktik bisnis perbankan akan mempengaruhi kinerja bank, baik secara finansial
maupun non finansial.(Handajani et al., 2021)
Sebagai pemangku kepentingan utama sector industri, bank menghadapi
kesulitan dalam mengelola risiko kredit dan kewajiban, kualitas aset dan tingkat
pengembalian dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tersebut, penting bagi bank untuk proaktif dan memainkan perannya dalam go
green. Bank harus memasukkan aspek ekologi dan lingkungan dalam prinsip
pinjaman mereka. Hal ini akan memaksa industri untuk mengambil tindakan
wajib untuk pengelolaan lingkungan, penerapan teknologi tepat guna dan sistem
manajemen.(Muhammad Hussain Qureshi & Talat Hussain, 2020)
Green Banking memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya hijau atau
terkait dengan pembangunan lingkungan, tetapi juga mockup pemberdayaan
masyarakat menuju kehidupan sosial yang lebih baik. Green Banking diartikan
sebagai perbankan dalam menjalankan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Khususnya dalam kredit dan pembiayaan yaitu
adanya keseimbangan ekologi (lingkungan).(Rachman & Saudi, 2021)
Dalam aspek praktis manajerial, adopsi green banking dalam bisnis
perbankan perlu didukung secara penuh dengan penguatan pemanfaatan teknologi
informasi untuk menjalankan transaksi perbankan secara elektronik, pengamanan
dan penyimpanan confidental document bank maupun dokumen transaksi
perbankan lainnya untuk mendukung kebijakan paperless sebagai konsekuensi
praktik green banking dalam menjalankan kegiatan operasional bank.(Handajani,
2019)
Konsep green banking memiliki 2 (dua) dimensi yaitu lending dan operating
activities. Kegiatan penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank kepada
pengusaha dengan mempertimbangkan dampak yang diberikan terhadap
lingkungan.(Karyani & Obrien, 2020)
Konsep green banking dikembangkan dari Triple Bottom Line, yang
mengacu pada tiga aspek utama: Profit, People, dan Planet. Namun memiliki
pemahaman yang berbeda tentang konsep dan penerapan teori Triple Bottom
Line, karena mengurangi akuntabilitas kepada Tuhan, yang memotivasinya untuk

30
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

melengkapi Triple Bottom Line dengan menambahkan dua akuntabilitas pada


Hadits Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT (Tuhan) untuk menciptakan
Pentuple Bottom Line dengan lima aspek: Profit, People, Planet, Prophet,
God).(Iryani & Laela, 2021)
Kesejahteraan manusia, dan perkembangan sosial budaya masyarakat Green
Finance telah membuktikan keberaniannya di bidang perdagangan dan keuangan.
Tidak ada yang tahu bahwa secepat ini konsep seperti itu akan menyebar dengan
cara yang jauh lebih cepat. Tujuan dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
tampaknya menjadi kenyataan. Dengan akhir dekade konsep ini telah menjadi
keuntungan bagi sistem keuangan. Instrumen inovatif modern ini memiliki masa
depan yang lebih cerah yang dikondisikan jika pembuat kebijakan bekerja pada
celah dan rintangan di jalan keberhasilannya. Dengan berlalunya waktu seiring
dengan meningkatnya kesadaran, kita perlu menerima nasib bahwa tidak hanya
publik tetapi sektor swasta juga harus berkontribusi untuk menyelamatkan planet
ini melalui alat moneter seperti Green Finance. Rekomendasi dan kebijakan perlu
dilaksanakan dengan tegas. Analisis risiko dan peluang yang tepat waktu perlu
dilakukan.(Sheetal Vijayvargiya, 2021)
Landasan hukum terkait dengan praktik Green Banking di Indonesia,
diantaranya adalah regulasi Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012
penilaian terhadap pengelolaan lingkungan hidup oleh debitur dalam persyaratan
penyaluran kredit. Peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor
51/POJK.03/2017 tentang keuangan berkelanjutan, mengenai peraturan ini
perbankan didorong untuk menyediakan sumber pendanaan untuk pembangunan
berkelanjutan dan pendanaan terkait perubahan iklim dalam jumlah yang
mencukupi.(Wahid Wachyu Adi Winarto, Tri Nurhidayah, 2021)
Pada awalnya Bank Indonesia telah mewajibkan seluruh perbankan Nasional
untuk memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dalam mengembangkan
bisnisnya. Dimana Bank Indonesia (BI) yang awalnya menerbitkan kebijakan
pro-lingkungan yang mana berpedoman pada UU No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dan kemudian berlanjut kesungguhan
Pemerintah melalui OJK yang menunjuk tujuh bank yang mana salah satunya
adalah BRI Syariah sebagai salah satu pilot project first mover on sustainable

31
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

development in Indonesia atau first mover on sustainable banking.” Hal ini


merupakan langkah awal dalam industri jasa keuangan untuk turut andil dalam
mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) dan
langkah nyatanya yakni dikeluarkannya regulasi dari Peraturan OJK No.
51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkalanjutan Bagi Lembaga Jasa
Keuangan, Emiten danPerusahaan Publik.(Fitrianna & Widyaningrum, 2020).
Berdasarkan kebijakan POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang keuangan
berkelanjutan mewajibkan seluruh lembaga jasa keuangan, termasuk perbankan
untuk menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan. Berkaitan dengan upaya bank
untuk mengungkap isu-isu terkait green banking, bank sebenarnya berusaha untuk
mendapatkan legitimasi dari regulator dan masyarakat. Beberapa bank telah
menggunakan green banking sebagai alat manajemen yang kuat karena melalui
laporan green banking perusahaan akan mendapatkan peringkat kinerja green
banking yang akan membantu meningkatkan reputasi perusahaan.(Maryanti et al.,
2021)
Lebih lanjut disebutkan bahwa green banking mencakup kepedulian bank
terhadap lingkungan dan kegiatan positif lainnya untuk melestarikan lingkungan
dan mencegah pencemaran lingkungan. Prinsip ini mengakomodir untuk
melindungi dan memperbaiki lingkungan serta melestarikan; melindungi sumber
daya alam saat ini dan masa depan, keanekaragaman hayati, lahan basah dan
satwa liar. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan telah menjadi kewajiban
konstitusional di Indonesia dan perbankan berkelanjutan adalah garis depan
pembangunan berkelanjutan melalui bisnis yang berkelanjutan. (Maryanti et al.,
2021)
Penerapan pola green banking merupakan perpanjangan dari tanggung jawab
hukum perusahaan untuk mengantisipasi isu lingkungan global. Sehingga harus
bersifat imperatif (mamaksa), bukan sekedar filantropi seperti sekarang seolah-
olah untuk amal bagi lingkungan.(Safitri et al., 2019)

3. Peran E-Business dalam penerapan Green Banking pada Bank Syariah di


Indonesia

Dengan adanya perkembangan zaman yang begitu pesat serta arus


modernisasi yang tidak mungkin bisa terbendung maka pemerintah sudah

32
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

seharusnya membuat peraturan atau regulasi yang megatur tentang seluk beluk
dari media elektronik, dari latar belakang tersebut diatas akhirnya pemerintah
mengelurkan peraturan berupa peraturan Perundang-undang nomor 11 tahun
2008 tentang informasi dan transaksi elektronik yang menjadi regulasi atau
aturan dalam melaksanakan serta penegakan hukum yang berkaitan atau
berkenaan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan transaksi elektronik
maupun segala macam kegiatan yang dilakukan pada media elektronik dan
segala jenis nya.(Pradjonggo, 2008)
Generasi milenial merupakan pengadopsi awal produk dan layanan
teknologi baru dan oleh karena itu dianggap lebih cenderung menggunakan
perbankan digital di masa depan dibandingkan generasi lainnya. Retailer bank
harus memahami kebutuhan dan keinginan generasi Y jika ingin menarik
konsumen generasi millennial untuk mengadopsi layanan perbankan, karena
mereka berbeda dengan kelompok generasi lain dalam hal ekspektasi dan
persepsi.(Riza, 2019)
Dalam buku yang berjudul ‘e-Banking’, Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia menyebutkan bahwa bentuk-bentuk layanan e-Banking yang dapat
digunakan pada bank konvensional dan bank syariah yaitu:
1. ATM (Automated Teller Machine)
2. EDC (Electronic Data Capture)
3. Internet banking
4. SMS banking
5. Mobile banking
6. e-Commerce
7. Phone banking
8. Video banking.
Skala operasi perbankan saat ini telah meningkatkan jejak karbon bank
secara signifikan karena penggunaan yang massif dan energi (misalnya,
penerangan, AC, peralatan elektronik/listrik, IT, dll.), pemborosan kertas yang
tinggi, kurangnya bangunan hijau, dll. Oleh karena itu, bank harus mengadopsi
teknologi, proses, dan produk, yang menghasilkan pengurangan jejak karbon
yang substansial serta mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.(Uddin &
Ahmmed, 2018)
Sebagai salah satu upaya peningkatan kapabilitas bank, pemanfaatan
perkembangan teknologi informasi secara lebih optimal merupakan prasyarat

33
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

dalam mendukung inovasi layanan bank serta meningkatkan kepedulian terhadap


lingkungan hidup. Oleh karena itu, pada tanggal 6 Agustus 2018, Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia mengesahkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital
oleh Bank Umum.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada sektor perbankan
memberikan dan menawarkan kemudahan bagi nasabah melalui layanan
operasional yangsangat beragam, termasuk layanan e-Banking (electronic
banking). Layanan e-banking telah digunakan oleh semua bank umum, baik bank
konvensional maupun bank syariah. Hal tersebut sejalan dengan kecenderungan
perkembangan media sosial maupun kebijakan untuk mewujudkan atau
mengarahkan transaksi masyarakat yang dilakukan tidak dengan uang tunai (less
cash society), sehingga telah banyak pelaku ekonomi atau masyarakat yang
memanfaatkan layanan perbankan yang modern melalui e-Banking.(Utama,
2021).
Green Banking berarti mempromosikan praktik ramah lingkungan dan
mengurangi jejak karbon dari aktivitas perbankan. Ini datang dalam berbagai
bentuk;
1. Menggunakan perbankan online alih-alih perbankan cabang.
2. Membayar tagihan secara online alih-alih mnegirimkannya
3. Membuka trekening di bank online, bukan bank multi cabang.
4. Menemukan local di wilayah yang mengambil langkah untuk
mendukunginisiatif hijau lokal. (Chitra & Gokilavani, 2020)
Perbankan syariah menegaskan bahwa perbankan syariah Indonesia
cenderung bergerak ke arah pertumbuhan yang positif. Artinya, industri
perbankan syariah menjadi perebutan pasar keuangan di Indonesia. Selanjutnya,
industri perbankan syariah dapat berkontribusi untuk memanfaatkan TIK dan
mendukung kualitas lingkungan dalam transaksi keuangan.(Cahyadin et al.,
2020)
Penggunaan media sosial mendukung pemasaran dan promosi institusi
bisnis, memberikan layanan pelanggan (masalah dan masalah) secara real-time
dan lebih responsif, mengirim dan berbagi informasi secara teratur dan
berkelanjutan, meningkatkan hubungan pelanggan, menawarkan solusi dan
menjangkau semua orang yang membutuhkan, meningkatkan reputasi organisasi,

34
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

menyediakan akses publik terhadap informasi, menciptakan inovasi produk,


berpartisipasi dan berkolaborasi dalam memberikan nilai-nilai sosial bersama,
dan mengembangkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan. Namun demikian,
untuk menjaga reputasi perbankan syariah dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
syariah, penggunaan media sosial pada bank syariah harus dikelola agar tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.(Rafiki, 2020)
Era digital yang semakin maju ini harus dimanfaatkan untuk
mengembangkan potensi dari ekonomi syariah agar bisa dijangkau dan diketahui
oleh seluruh masyarakat Indonesia dan memberikan manfaat nyata bagi para
pelaku ekonomi yang mengembangkan usahanya dengan basis syariah. Perlu
disiapkan stratregi-strategi jitu oleh stakeholder untuk menyaingi pasar ekonomi
global agar trend penurunan dapat segera diatasi dan ekonomi syariah menjadi
primadona terutama di negara Indonesia.(Febriyani &Mursidah, 2020)
Saat ini, Indonesia melalui Otoritas Jasa Keuangan telah memberikan rambu
rambu dalam implementasi perbankan digital yang dituangkan dalam Peraturan
OJK No.12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital
oleh Bank Umum. Peraturan ini diprakarsai guna mendorong efektivitas,
efisiensi, dan menciptakan kesinambungan pelayanan kepada nasabah. Hal ini
disebabkan karena Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak mengatur ketentuan digital
banking.(Amrillah, 2020).
Sektor perbankan syariah akan berubah dengan cepat sebagai konsekuensi
dari perubahan perilaku nasabah, meningkatnya ekspektasi, adopsi teknologi
baru, dan digitalisasi bisnis secara umum. Keberhasilan mengadopsi layanan
perbankan digital pada bank syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Berdasarkan tinjauan literature sistematis kami tentang adopsi perbankan digital,
penulis mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi adopsi
perbankan digital di bank syariah. Pertama adalah faktor demografi yaitu agama,
jenis kelamin, usia, dan pendapatan. Kedua adalah psikologis dan kepercayaan.
Yang terakhir adalah faktor teknologi yang meliputi keunggulan relatif,
kompatibilitas, dan kompleksitas. Penulis menyarankan untuk penelitian
selanjutnya focus pada pengembangan model perbankan digital pada bank

35
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

syariah. (Siska et al., 2022)


Bank Syariah memiliki peluang pasar yang besar untuk mengembangkan
layanan e-banking sebagai komoditas metode pembayaran. Hal ini berdasarkan
berbagai data yang telah menunjukkan bahwa setidaknya ada 3,5 juta nasabah
Bank Syariah yang menggunakan layanan e-banking.(Mansyur, 2021).

SIMPULAN
Seiring dengan perkembangan teknologi, digital banking mulai mewarnai setiap
aktivitas keuangan nasabah. Kemudahan yang diberikan membuat nasabah merasa
diuntungkan. Namun sayangnya, masih sebagian masyarakat Indonesia saja yang
menikmati layanan perbankan digital ini. Berdasarkan data dari lembagakeuangan dunia
menyatakan hanya 54% dari masyarakat Indonesia yang tersentuh layanan perbankan.
Generasi millenial sekarang berfikir bahwa ATM, mobile banking, internet banking,
SMS banking dan yang lainnya adalah hal yang sudah biasa, atau hal yang mainstream.
Sekarang masyarakat berfikir, bagaimana masyarakat ingin membuka rekening,
menabung, serta mengajukan kredit atau pinjaman dan layanan perbankan lainnya,
tanpa harus menghadirkan diri secara fisik atau datang langsung ke bank bersangkutan.
Hal inilah yang ditangkap sebagai potensi dan kesempatan oleh bank, untuk
meningkatkan minat calon nasabah dengan memberikan layanan yang nasabah inginkan
sehingga loyal terhadap bank.
Green banking mencakup kepedulian bank terhadap lingkungan dan kegiatan
positif lainnya untuk melestarikan lingkungan dan mencegah pencemaran lingkungan.
Prinsip ini mengakomodir untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan serta
melestarikan; melindungi sumber daya alam saat ini dan masa depan, keanekaragaman
hayati, lahan basah dan satwa liar. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan telah
menjadi kewajiban konstitusional di Indonesia dan perbankan berkelanjutan adalah
garis depan pembangunan berkelanjutan melalui bisnis yang berkelanjutan.
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia menyebutkan bahwa bentuk- bentuk
layanan e-Banking yang dapat digunakan pada bank konvensional dan bank syariah
yaitu:
1. ATM (Automated Teller Machine)
2. EDC (Electronic Data Capture)
3. Internet banking
4. SMS banking

36
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

5. Mobile banking
6. E-Commerce
7. Phone banking
8. Video banking.

Sebagai salah satu upaya peningkatan kapabilitas bank, pemanfaatan


perkembangan teknologi informasi secara lebih optimal merupakan prasyarat dalam
mendukung inovasi layanan bank serta meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan
hidup. Maka, secara keseluruhan dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan e-business pada bank syariah yang ada di Indonesia berpangruh positif
signifikan dapat mewujudkan penerapan green banking yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrillah, M. U. (2020). Urgensi Pembentukan Undang-Undang Digital Banking Bagi
Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Lex Renaissance, 5(4), 928– 945.
https://doi.org/10.20885/jlr.vol5.iss4.art12
Cahyadin, M., Sarmidi, T., & Nurrachma, E. A. (2020). The Readiness of Islamic
Banking in Indonesia to Implement Digital and Green Banking. Jurnal Ekonomi
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 20(2), 176–192.
https://doi.org/10.23917/jep.v20i2.6757
Chitra, V., & Gokilavani, R. (2020). Green Banking Trends: Customer Knowledge
and Awareness in India. Shanlax International Journal of Management, 8(1),
54–60. https://doi.org/10.34293/management.v8i1.2486
Damanik, M. R., & Putra, M. (2022). Security Planning Identification Model in
Business Model Identifikasi Perencanaan Keamanan pada E-Business. 1(1),1–4.
Febriyani, D., & Mursidah, I. (2020). Ekonomi dan Perbankan Syariah di Tengah Era
Digital. Muamalatuna, 12(2), 1–14.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/mua/article/view/3969/2875
Fitrianna, N., & Widyaningrum, R. A. (2020). Analisis Penerapan Green Banking pada
BRI Syariah Kantor Cabang Madiun. ACTIVA: Jurnal Ekonomi Syariah, 3(1),
55–71.
Green Banking for Environmental Sustainability Dr. Sunita Gupta Assistant Professor
– Commerce, Dev Samaj College for Women, Sector 45, Chandigarh. (2021).
11(01), 1–5.
Handajani, L. (2019). Corporate Governance dan Green Banking Disclosure: Studi
pada Bank di Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 6(2), 121–136.
https://doi.org/10.24815/jdab.v6i2.12243
Handajani, L., Akram, A., & Rifai, A. (2021). Sustainable Banking and Bank
Performance. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 16(1), 169.
https://doi.org/10.24843/jiab.2021.v16.i01.p12

37
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

Hanif, Ningsih, N. W., & Iqbal, F. (2018). Green Banking Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Keuangan Dan Perbankan, 3,
111–127.
Inayah, N., Agriyanto, R., & Warno, W. (2018). The Role of Spirituality in the
Behavior of Sharia Bank Mobile Banking: Evidence from Indonesia. Walisongo:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 26(1), 197.
https://doi.org/10.21580/ws.26.1.2611
Indonesia, B. D. I., Anggraini, D., Aryani, D. N., & Prasetyo, I. B. (2019). ANALISIS
IMPLEMENTASI GREEN BANKING DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP
PROFITABILITAS. 141–161.
Iryani, L. D., & Laela, S. F. (2021). Implementation of Green Islamic Banking in
Indonesia: Utopía Y Praxis Latinoamericana, 26, 140–160.
Karyani, E., & Obrien, V. V. (2020). Green Banking and Performance: The Role of
Foreign and Public Ownership. Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 7(2),
221–234. https://doi.org/10.24815/jdab.v7i2.17150
Mansyur, M. (2021). Marketing Opportunities for Bank Syariah Mandiri e- Banking
Services as a Payment Method. Research Horizon, 1(2), 71–80.
https://doi.org/10.54518/rh.1.2.2021.71-8
Manuel do Espírito Santo, P., Milene Azinheira Cardoso, P., & Maria Ascensão
Marques, A. (2022). Patrícia Milene Azinheira Cardoso e Alzira Maria
Ascensão Marques International Journal of Marketing, Communication and New
Media. Special Issue on Marketing in the Context of COVID19. 45–61.
https://doi.org/1054663/2182-9306.sn11.45-61
Marlina, A. (2018). 2409-5469-1-Sm. 6(2).
Maryanti, M., Putra, F., Ariyanto, E., & Anwar, A. (2021). Banking Sustainability in
Indonesia. https://doi.org/10.4108/eai.6-3-2021.2305976
Mawarni, R. (2021). Penerapan Digital Banking Bank Syariah Sebagai Upaya
Customer Retantion Pada Masa Covid-19. Al Iqtishod: Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Ekonomi Islam, 9(2), 39–54.
https://doi.org/10.37812/aliqtishod.v9i2.233
Muhammad Hussain Qureshi, & Talat Hussain. (2020). Green Banking Products:
Challenges and Issues in Islamic and Traditional Banks of Pakistan. Journal of
Accounting and Finance in Emerging Economies, 6(3), 703–712.
https://doi.org/10.26710/jafee.v6i3.1177
Nasution, A. D., & Putri, H. D. (2021). Comparative Analysis of E-Business
Implementation in Service Companies ( Case Study of PT . Gojek and PT . Grab
Indonesia ) Analisis Perbandingan Penerapan E-Business pada Perusahaan
Jasa ( Studi kasus PT . Gojek dan PT . Grab Indonesia ). 40– 47.

38
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

Nugroho, L., & Nugraha, E. (2020). the Role of Islamic Banking and E- Commerce for
the Development of Micro, Small, and Medium Entrepreneur Businesses.
Business, Economics and Management Research Journal - BEMAREJ, 3(1), 11–
24.
Nurmalia, G., & Kurniawan, M. (2021). GREEN BANKING DAN RASIO
KECUKUPAN MODAL. 4(2), 173–187.
Pradjonggo, T. S. (2008). Efektifitas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik Terhadap Maraknya Pelanggaran Hukum
Pidanapada Media Sosial. LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan, 15, 61–68.
Rachman, A. A., & Saudi, M. H. (2021). Green Banking And Profitability ( Banks
Registered On The Sri-Kehati Index In Indonesia Stock Exchange 2015 - 2019 ).
Turkish Journal of Computer and Mathematics Education, 12(8), 473–486.
Rafiki, A. (2020). Opportunities and Challenges of Social Media to the Islamic Banks
in Indonesia. February, 227–251. https://doi.org/10.4018/978-1- 7998-2257-
8.ch011
Rahmadhani, S., Rizki, A., Siregar, A. I. F., & Nurbaiti. (2021). Implementation of E-
Business Strategy to Increase Competitive Advantage ( Case Study At PT .
Airasia Indonesia ) Penerapan Strategi E-Business untuk Meningkatkan
Keunggulan Kompetitif ( Studi Kasus pada PT . Airasia Indonesia ). JURNAL
EMAK (Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi Dan Keuangan), 3(1), 88–93.
Riza, A. F. (2019). Customer Acceptance Of Digital Banking In Islamic Bank: Study
On Millennial Generation. Conference on Islamic Management Accounting and
Economics, 2, 66–74.https://journal.uii.ac.id/CIMAE/article/view/1335
Safitri, R., Hartiwiningsih, H., & Purwadi, H. (2019). The Role of Law On the
Implementation of Green Banking in Indonesia. Jurnal Cita Hukum, 7(1).
https://doi.org/10.15408/jch.v7i1.10897
Sheetal Vijayvargiya, M. (2021). Green Finance: a Sustainable Solution To the
Umpteen Problems of the Nation. AIMA Journal of Management & Research,
15(1), 1–6.
Siska, E., Ekonomi, F., Bina, U., & Informatika, S. (2022). Exploring the Essential
Factors on Digital Islamic Banking Adoption in Indonesia : A Literature Review.
8(01), 124–130.
Uddin, M. N., & Ahmmed, M. (2018). Islamic Banking and Green Banking for
Sustainable Development: Evidence from Bangladesh. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu
Ekonomi Syariah, 10(1), 97–114.
https://doi.org/10.15408/aiq.v10i1.4563

39
Cindi N. S & Muhammad I. F; Analisis Implementasi E-Bussines dalam Mewujudkan..

Utama, A. S. (2021). Digitalisasi Produk Bank Konvensional Dan Bank Syariah Di


Indonesia. Jurnal Justisia : Jurnal Ilmu Hukum, Perundang-Undangan Dan
Pranata Sosial, 6(2), 113. https://doi.org/10.22373/justisia.v6i2.11532
Wahid Wachyu Adi Winarto, Tri Nurhidayah, S. (2021). Pengaruh Green Banking
Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Pada. Journal of Sharia Finance and
Banking, 1(2), 12–22.
Wilayah, L. (2020). Penerapan Praktik Green Banking Pada Bank. 17(2), 233– 246.
Winasis, S., Riyanto, S., & Ariyanto, E. (2020). Digital Transformation in the
Indonesian Banking Industry: Impact on Employee Engagement. International
Journal of Innovation, Creativity and Change. Www.ijicc.net, 12(4), 528.
www.ijicc.net
Zulfita, E., Nofriansyah, D., Batubara, I. W. S., & Nurbaiti, N. (2022). Analysis of the
Evolution of E-Business in the Channel Enhancement Stage in Retail Companies
in Indonesia (Case study at PT Indomarco Prismatama (Indomaret)). Jurnal
Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Dan Keuangan, 3(1), 156–162.
https://doi.org/10.53697/emak.v3i1.402

40

Anda mungkin juga menyukai