Anda di halaman 1dari 8

Analisis Perbandingan Sifat Fisis Agregat Halus Dari Hulu Dan Hilir

Sungai Untuk Material Beton


Sheva Tri Putra* dan Maidiawati
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Padang

*corresponding author:striputra13@gmail.com

ABSTRAK
Makalah ini membuat perbandingan Sifat fisis agregat halus sebagai material beton dari
quarry hulu dan hilir sungai. Agregat halus yang dianalisis berasal dari quarry sungai
Batang Marao dan Sungai Nambak Kabupatan Kerinci, provinsi Jambi. Prosedur
pengujian karakteristik agregat mengikuti metode SNI/AASHTO/AST, meliputi analisa
saringan, berat jenis dan penyerapan, kadar lumpur dan kotoran organik agregat alam,
serta berat isi. Sebagai hasilnya, sifat fisis agregat halus dan hilir sungai batang Merao,
tidak memenuhi standar untuk beton normal, karena menggandung zat organic, kadar
lumpurnya 6,31%, berat jenisnya (penyerapan air) 6,62%. Sifat fisis yang terdapat di
hulu zat organicnya rendah, kadar lumpurnya juga rendah sedangkan untuk sifat fisis
dihilir memiliki kadar zat organic yang tinggi, dan sebagian kadar lumpurnya tinggi.

Kata Kunci : agregat halus, kuat tekan beton, quarry, sifat fisis

ABSTRACT
This paper presents the material properties of fine aggregate as a concrete. The
evaluated fine aggregate was taken from the quarry of the Batang Marao and Nambak
rivers, Kerinci regency, Jambi province. The procedure for testing aggregate
characteristics based on the SNI/AASHTO/AST method, including sieve analysis,
specific gravity and absorption, silt and organic impurities of natural aggregates, and
bulk density. As a result, the material properties of fine aggregate from downstream of
Batang Merao river do not eligible as the material concrete, because it contained
organic substances, the mud content of 6.31%, the specific gravity (water absorption) of
6.62%. The material properties from the upstream were low organic matter, low mud
content, while thel properties from the downstream were a high organic matter content,
and hihf mud content.

Keywords: fine aggregate, compression strength of concrete, quarry, material


properties
1. PENDAHULUAN
Beton merupakan material konstruksi yang umum digunakan untuk konstruksi
bangunan karena beton banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
material konstruksi lainnya, diantaranya adalah mempunyai kekuatan tekan yang tinggi,
tahan api, mudah perawatan dan bahan baku penyusun mudah didapat. Untuk
menghasilkan kekuatan beton yang baik, beton harus memiliki material penyusun yang

686
bagus. Agregat halus dan kasar adalah material utama penyusun beton yang mana sifat
fisis agregat sangat menentukan kekuatan beton [1]. Kekasaran dan gradasi agregat,
bentuk, ukuran, merupakan sifat yang sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton [2].
Kualitas agregat halus sebagai bahan dasar untuk pembuatan beton mempengaruhi
langsung terhadap mutu beton [3] seperti kadar lumpur dalam agregat halus harus
kurang <5%, kandungan zat organic, berat isi, dan berat jenis.
Lokasi pengambilan agregat (quarry) menetukan sifat fisis agregat dan karakteristik
material penyusun beton, seperti agregat halus yang berasal dari hulu dan hilir sungai
yang akan mempengaruhi mutu beton. Mutu beton akan berdampak pada kekuatan yang
direncanakan. Material beton yang baik yaitu material yang telah dilakukan proses
pengujian material yang sesuai standar [4].
Penelitian ini menganalisis perbandingan sifat fisis agregat halus dari hulu dan hilir
sungai Batang Merao dan sungai Nambak di daerah Kabupaten Kerinci. Kedua quarry
tersebut merupaka lokasi pengambilan agregat halus bagi masyarakat setempat untuk
pembangunan gedung, irigasi, jalan, dan rumah tinggal sederhana. Belum ada referensi
yang menunjukan sifat fisis agregat halus dari quarry kedua sungai ini. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengujian sifat fisis untuk memeriksa kelayakaan agregat halus sebagai
material penyusun beton.

2. METODOLOGI
2.1. Lokasi sumber agregat (quarry)
Untuk penelitian ini, agregat halus (pasir) diambil dari dua hulu dan hilir sungai Batang
Merao dan sungai Nambak. Pasir dari hulu sungai Batang Merao adalah sumber agregat
yang hampir sebagian besar dipakai untuk pembangunan rumah tinggal, irigasi,
jalan,gedung dan merupakan agregat yang banyak di pakai masyarakat maupun proyek-
proyek yang ada di lingkup pemerintahan kabupaten kerinci. Pasir dari hulu sungai
Nambak yang agregat bermuara dekat dengan air terjun dipinggir hutan TNKS sedikit
dipakai masyarakat dibandingkan dengan hilir sungai batang Merao dikarenakan akses
untuk menuju kelokasi ada sebagian titik jalan kurang memadai. Sedangkan untuk pasir
hilir sungai Nambak agregat nya dipakai masyarakat disekitar dan beberapa proyek-
proyek desa dan sebagian kecil proyek skala besar yang ada di kabupaten kerinci,
berikut dokumentasi tempat pengambilan agregat. Gambar 1 menunjukan lokasi hulu
dan hilir sungai Batang Merao dan sungai Nambak. Pasir dari hulu dan hilir ke dua
sungai tersebut di bawa ke labor Struktur dan Material Teknik Sipil Institut Teknologi
Padang untuk dilakukan serangkaian pengujian fisis.

687
a) b) c) d)
Gambar 1. Lokasi Sungai Batang Mearo dan sungai Nambak : a) Hulu sungai Batang
Merao, b) Hilir Sungai Batang Merao, c) Hulu sungai Nambak, d) Hilir sungai Nambak

2.2. Pengujian sifat fisis agregat halus


Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat meliputi pemeriksaan berat jenis (specific gravity),
penyerapan (absorbs), berat volume agregat (bulk density), analisa saringan (sieve
analysis) agregat, modulus kehalusan (fineness modulus), gradasi agregat, kadar air
agregat.

2.2.1 Pemeriksaan analisa saringan/gradasi agregat halus


Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir [5]. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan bahan yang
terdapat dalam agregat halus yang lolos saringan No. 200.

2.2.2 Pemeriksaan zat organik


Pemeriksaan ini bertujuan menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus.
Kandungan bahan organik yang berlebihan pada unsur beton dapat mempengaruhi
kualitas beton[ 6]. Pemeriksaan zat organic dengan mencampurkan pasir menggunakan
larutan NaOH 3% dan didiamkan selama 24 jam. Perubahan warna yang terjadi pada
larutan pasir menntuak kadar zat organic yang dikandungnya.

2.2.3 Pemeriksaan berat isi agregat halus


Berat isi didefinisikan sebagai perbandingan antara agregat kering dengan volumenya.
Tujuan pemeriksaan untuk menentukan berat isi agregat kasar. pemeriksaan berat isi
agregat halus berdasarkan SNI 1973 2008 [7] dimana batas minimum berat isi agregat
halus adalah 0,4 – 1,9 kg/m3.

2.2.4 Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus


Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan pasir berdasarkan pada SNI 1970:2008 [7].
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat

688
untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan
kering, (SSD =Saturated Surface Dry).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Gradasi agregat halus
Berdasarkan hasil analisa saringan untuk agregat halus, diperoleh bahwa material
agregat halus dari hulu sungai Batang Merao memenuhi spesifikasi gradasi masuk
golongan pasir kasar dengan modulus kehalusan 2,96, dan agregat halus dari hilir
sungai Batang Merao masuk dalam kategori pasir sedang dengan modulus kehalusan
antara 1,5 dan 3,8 sesuai dengan syarat untuk beton SNI 03 1749 1990 [8]. Sedangkan
agregat halus dari hulu dan hilir sungai Nambak masuk dalam kategori pasir kasar
dengan modulus kehalusan 3,06,

3.2 Kadar zat organik


Berdasarkan pemeriksaan kadar zat organik pada agregat halus dari hulu dan hilir
sungai Batang Merao dan sungai Nambak diketahui zat organic dalam agregat halus
tersebut berada pada batas normal (SNI 2816:2014) [9] berdasarkan warna pada
pintometer yaitu warna nomor 3 dan 4 untuk pasir dari hulu dan hilir sungai Batang
Merao dan warno nomor 1 untuk pasir dari hulu dan hilir sungai Nambak seperti
ditunjukan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Pemeriksaan Kadar Zat Organik Agregat Halus

3.2 Kadar lumpur


Kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton harus < 5
%. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapat bahwa kadar lumpur pasir dari hulu dan hilir
sungai Batang Merao masing-masing adalah 4,24% dan 6,31%. Sedangkan kadar
lumpur dalam pasir dari hulu dan hilir sungai Nambak masing-masing 4,04% dan
4,03%. Hasil menunjukan bahwa pasir dari hilir sungai Batang Merao mengadung
lumpur yang tinggi sehingga tidak memenuhi syarat untuk material beton. Jika pasir ini
digunakan untuk membuat campuran beton maka harus dilakukan proses pencucian
terlebih dahulu sampai kadar lumpurnya kurang dari 5%. Terlihat juga bahwa pasir di
hilir sungai menjadi lebih bersih dari kadar lumpur.

3.3 Berat isi


Berast isi pasir dari hulu sungai Batnag Merao sebesar 1,50 gr/cm3, Nilai ini memenuhi
syarat standar (SNI 7656-2012.) [10] dengan standar minimal 1,2 gr/cm3. Tabel 1

689
menunjukan hasil pemeriksaan berat isi pasir dari hulu sungai Batang Merao. Namun
berat isi pasir dari hilir sungai Batang Merao sebesar 1,16 gr/cm3 sehingga tidak
memenuhi syarat standar (SNI 7656-2012.). Tabel 2 menunjukan hasil pemeriksaan
berat isi pasir dari hilir sungai Batang Merao.

Tabel 1. Berat Isi Agregat Halus Hulu Sungai Batang Merao


No Lepas Gembur I II III
A Berat Tempat + Benda Uji 8298 8324 8332
B Berat Tempat 3825 3825 3825
C Berat Benda Uji (A-B) 4473 4499 4507
D Volume Tempat 3000 3000 3000
E Berat Isi Benda Uji (C:D) 1,491 1,5 1,502
F Berat Benda Uji Rata-rata 1.50

Tabel 2. Berat Isi Agregat Halus Hilir Sungai Batang Merao


No Lepas Gembur I II III
A Berat Tempat + Benda Uji 7310 7318 7325
B Berat Tempat 3825 3825 3825
C Berat Benda Uji (A-B) 3485 3493 3500
D Volume Tempat 3000 3000 3000
E Berat Isi Benda Uji (C:D) 1,162 1,164 1,167
F Berat Benda Uji Rata-rata 1,16

Berat isi pasir dari hulu dan hilir sungai Nambak masing-masing sebesar sebesar
1,51 gr/cm3 dan 1,50 gr/cm3. Berdasarkan SNI 7656-2012, berat isi pasir dari sungai
Nambak memenuhi persyaratan untuk material beton dengan berat isi minila 1,2
gr/cm3 .

Tabel 3. Berat Isi Agregat Halus Hulu Sungai Nambak


No Lepas Gembur I II III
A Berat Tempat + Benda Uji 8340 8346 8391
B Berat Tempat 3825 3825 3825
C Berat Benda Uji (A-B) 4515 4521 4566
D Volume Tempat 3000 3000 3000
E Berat Isi Benda Uji (C:D) 1,505 1,507 1,522
F Berat Benda Uji Rata-rata 1,51

Tabel 4. Berat Isi Agregat Halus Hilir Sungai Nambak


No Lepas Gembur I II III
A Berat Tempat + Benda Uji 8323 8277 8345
B Berat Tempat 3825 3825 3825
C Berat Benda Uji (A-B) 4498 4452 4520

690
D Volume Tempat 3000 3000 3000
E Berat Isi Benda Uji (C:D) 1,499 1,484 1,507
F Berat Benda Uji Rata-rata 1.50

3.4 Berat jenis


Tabel 5 menunjukan berat jenis pasir dari sungai Batang Merao dan sungai Nambak.
Berdasarkan standar SNI 1969 2016 [11] bahwa syarat berat jenis agregat halus untuk
campuran betaon adalah dengan berat jenis (Bj) minimal 2,3 dan penyerapan air
maksimal 5%. Dari tabel 5 terlihat bahwa pasir dari hilir sungai Batang Merao
memiliki peyerapan air yang tinggi sehingga tidak memenuhi syarat untuk material
beton.

Tabel 5. Berat jenis pasir


Tipe Berat jenis Sungai Batang Merao Sungai Nambak
Hulu Hilir Hulu Hilir
Berat jenis Apparent 2,66 2,40 2,80 2,73
Berat jenis kering (Dry Basis ) 2,55 2,07 2,53 2,50
Berat jenis SSD 2,50 2,20 2,63 2,59
Penyerapan Air 1,56% 6,62% 3,92% 3,26%

4. PENGARUH SIFAT FISIS TERHADAP KUAT TEKAN BETON


Berdasarkan sifat fisis agregat halus, maka dirancang komposisi campuran beton
dengan kuat tekan rencana fc’=25 Mpa. Dibuat sampel beton bentuk silinder ukuran
30cm x15cm dengan agregat halus berasal dari hulu dan hilir sungai Batang Merao dan
Batang Nambak masing-masing jumlah benda uji adalah 3 buah. Pengujian kuat tekan
dilakukan pada sampel beton pada umur 28 hari, dengan nilai kuat tekan rata-rata
ditunjukan dalam Gambar 3.
dari Grafik (Gambar 3) terlihat bahwa kuat tekan beton dari hulu sungai Batang Merao
sebesar 23,39 MPa, dari hulu dan hilir sungai Nambak masing-masing 21,59 Mpa dan
22,07 Mpa merupakan nilai kuat yang mendekati nlai kuat tekan rencana. Hal ini dapat
dikaitkan dengan semua sifat fisis agregat halus dari hulu sungai Batang Merao yang
memenuhi syarat untuk pembuatan beton. Demikian juga dengan agregat halus dari
hulu dan hilir sungai Nambak semua sifat fisis agregat halus memenuhi syarat untuk
material beton. Sedangkan nilai kuat tekan beton dengan agregat halus dari hilir sungai
Batang Merao adalah 16,6 Mpa tidak mencapai kuat tekan beton rencana. Hal ini
dikarena beberap sifat fisis agregat halus dari hilir sungai Batang Merao ini tidak
memenuhi syarat seperti kadar lumpur yang tinggi yaitu 6,3%, berat isi yang rendah
yaitu 1,16 gr/cm3 (rendah dari syarat minimal 1,2 gr/cm3), serta penyerapan air yang
tinggi yaitu 6,62% melebihi syarat penyerapan maksimum yaitu 5%. Berdasarkan sifat
fisis agregat halus dan nilai kuat tekan beton yang didapatkan, maka dapat disimpulkan
bahwa sifat fisi agregat halus menentukan capaia kuat tekan beton. berdasarkan lokasi
sumber agregat halus, maka pasir dari hulu lebih memiliki sifat fisis yang memenuhi
semua syarat untuk material beton.

691
Kuat Tekan Rata-Rata (Mpa)
25 23,39 22,07
21,59
20
16,6
15

10

0
Hulu Sungai Hilir Sungai Hulu Sungai Hilir Sungai .
Batang Merao Batang Merao Namba Namabak

Gambar 3. Kuat tekan rata-rata sampel beton

5. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pengaruh sifat fisis agregat halus dari hulu dan hilir sungai Batang
Merao dan sungai Nambak untuk material beton normal, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Terdapatnya beberapa perbedaaan sifat fisis agregat halus di hulu dan dan hilir
yaitu perbedaan kadar lumpur, kandungan zat organic, berat isis, penyerapan air
untuk agregat halus di hulu dan di hilir sungai.
2. Nilai sifat fisis agregat halus hilir sungai batang merao, tidak memenuhi standar
untuk campuran beton normal, karena melebihi dari standarnya, uaitu kandungan
zat organic tinggi (nomor 4 pada pintometer), kadar lumpur tinggi yaitu 6,31%
(melebihi 5%), serta berat jenisnya (penyerapan air) 6,62 %.
3. Sifat fisis agregat halus mempengaruhi nilai kuat tekan beton. Agregat halus yang
tidak memiliki sifat fisis yang tidak sesuai syarat untuk material beton maka akan
menghasilkan beton dengan kuat tekan yang sangat rendah.

DAFTAR PUSTAKA
[1] M.Zardi dkk (2016),"Pengaruh Persentase Penambahan Sika Viscocrete-10
Terhadap Kuat Tekan Beton",Teknik Sipil Universitas Abulyatama
[2] Willy Nugroho NG, (2015),"Pengaruuh Sumber Agregat Kasar dan Halus
Terhadap Sikap Mekanis Beton ", Teknik Sipil Universitas Sumatra Utara
[3] H.Suprapto, (2008), "Studi Sumber Agregat Halus Dan Pengaruhnya Dalam
Pembuatan Beton Normal", Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma Depok
[4].
[4] RA.Syahputra (2020),"Perbandingan Sifat Mekanisme Beton Pada Pasir Dan
Kerikil Dari Perkebunan Percobaan Tambunan Usu Dengan Kecamatan
Baharok",Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara [2].
[5] SNI 03-1968-1990," Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus
Dan Kasar", Jakarta [5].
[6] SNI 03-2816-1992," Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir Untuk
Campuran Mortar Atau Beton",Jakarta.

692
[7] SNI 1969 2008," Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar",Jakarta
[8] SNI 03 1740 1990," Besar Butir Agregat untuk Adukan dan beton", Jakarta.
[9] SNI 2816 2014," Metode Uji Bahan Organik Agregat Halus untuk Beton", Jakarta.
[10] SNI 7656 2012," Tata Cara Pemilihan Campuranuntuk Beton Normal, Beton Berat
dan Beton Massa", Jakarta.
[11] SNI 1970 2016," Metode Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
",Jakarta

693

Anda mungkin juga menyukai