Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kenaikan harga produk tertentu pasca pandemi
Covid-19 di Kota Singaraja terindikasi merupakan persaingan usaha tidak sehat serta (2)
mengetahui akibat hukum terhadap pelaku usaha di Kota Singaraja yang menaikkan harga
produk terlalu tinggi saat masa pandemi Covid-19 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999. Jenis penelitan yang digunakan adalah penilitian hukum empiris yang bersifat deskriptif.
Penentuan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan bentuk purposive
sampling yakni sampel yang akan dipilih berdasarkan pertimbangan penelitian subjektif dari
peneliti. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan
penelitian ini dapat diketahui bahwa kenaikan harga produk di masa pandemi Covid-19 di kota
singaraja dikatakan terindikasi merupakan persaingan usaha tidak sehat, hal ini dibuktikan bahwa
pelaku usaha secara tidak jujur dan melawan hukum telah melakukan penetapan harga yang
dimana melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
yangmengatur mengenai penetapan harga (price fixing) terhadap produk tersebut sehingga
mengalami kenaikan yang tinggi dan tidak wajar. Akibat hukum terhadap pelaku usaha yang
menaikkan harga produk terlalu tinggi di masa pandemi Covid-19 berdasarkan Undang-Undang
nomor 5 tahun 1999 yakni dapat perupa pembatalan pembelian produk, pembatan perjanjian atau
bahkan pemberian sanksi administratif berdasarkan atas ketentuan dalam Pasal 47 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999.
ABSTRACT
This research aim to (1) find out the increase in the price of certain products after the Covid-19
pandemic in Singaraja City is indicated as unfair business competition and (2) knowing the legal
consequences for business actors actors in Singaraja City who raised product prices to high during
the Covid-19 pandemic based on Law Number 5 of 1999. The type of research used is descriptive
empirical legal research. Determination of the sample used is non-probability sampling withform
purposive sampling namely the sample to be selected based on the subjective research
considerations of the researcher. Data processing and analysis was carried out in a qualitative
descriptive manner. Based on this research, it can be seen that the increase in product prices
during the Covid-19 pandemic in the City of Singaraja can be indicated as a unfair business
competition, it is proven that business actors have been dishonest and againts the law have carried
out price fixing which violates the provisions of article 5 paragraph 1 of Law Number 5 of 1999
which regulates the price fixing of the product so that it experiences a high and unreasonable
increase. The legal consequences for business actors who increase product prices too high during
the Covid-19 pandemic based on Law Number 5 of 1999 can be in the form of canceling product
purchases, providing compensation, canceling agreements or even giving administrative sanctions
based on the provisions in Article 47 of The Law number 5 Year 1999.
313
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
314
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
315
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
Price fixing atau penetapan harga masker, hand sanitizer, maupun alat
merupakan perjanjian yang dilarang pelindung diri juga dapat dijual secara
untuk dilakukan oleh para pelaku usaha luas di wilayah Kota Singaraja, dimana
dalam hal menetapkan harga atas dapat ditemukan berbagai toko retail dan
kualitas barang dan atau jasa yang harus sejumlah apotek di Singaraja. Awalnya
dibayarkan oleh konsumen. Kegiatan ini harga beberapa produk tersebut di
dilarang sebab dapat menghasilkan pertokoan dan apotek di Singaraja masih
kenaikan harga yang tidak normal. berada di batas wajar dan dapat
Perjanjian penetapan harga ini tercantum dijangkau masyarakat, namun karena
dalam jenis perjanjian yang dilarang yang adanya pandemi Covid-19 yang
diatur dalam Pasal 5 sampai dengan menyebabkan produk tersebut banyak
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun dibutuhkan masyarakat sekitar sehingga
1999 yang terdiri dari perjanjian mengalami kelangkaan dan kenaikan
penetapan harga, diskriminasi harga, harga.
harga pemangsa ataupun jual rugi (Radja Kenaikan harga produk seperti
& Haryanto, 2021:253). masker, hand sanitizer maupun produk
Dengan adanya perjanjian susu steril juga sempat terjadi di wilayah
penetapan harga, pelaku pelaku usaha Kota Singaraja. Menurut pantauan dari
yang terlibat dalam perjanjian penetapan Dinas Perdagangan Perindustrian
harga kemungkinan dapat mendiktekan Koperasi dan UMKM Kabupaten Buleleng
atau memaksakan harga yang diinginkan yang melakukan inspeksi terkait
secara sepihak kepada konsumen di ketersedian produk masker dan hand
mana biasanya harga yang didiktekan sanitizer, menyebutkan bahwa sejumlah
kepada konsumen merupakan harga apotek dan pertokoan menjual harga
yang berada di atas kewajaran. Apabila masker per boks 10 (sepuluh) kali lipat
hal tersebut dilakukan oleh setiap pelaku dari biasanya hal ini dipicu karena adanya
usaha yang berada di dalam pasar yang kelangkaan produk akibat adanya
bersangkutan, hal ini dapat membuat pandemi Covid-19 (Nusa Bali.com, 2020).
konsumen tidak memiliki alternatif yang Seiring berjalannya Undang-
lain kecuali harus menerima harga yang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
ditawarkan oleh pelaku usaha yang telah Larangan Praktek Monopoli dan
melakukan perjanjian penetapan harga Persaingan Usaha Tidak Sehat sudah
tersebut. diatur mengenai larangan-larangan
Kenaikan harga berbagai produk ini terkait kegiatan bisnis dan persaingan
terjadi hampir terjadi di seluruh wilayah usaha, namun demikian dalam
Indonesia, baik di kota-kota besar prakteknya masih saja banyak terjadi
maupun di kota kota kecil pada setiap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
provinsi. Adanya kenaikan harga ini juga oleh para pelaku usaha, salah satunya
terjadi di salah satu kota yang ada di dengan melakukan penetapan harga
Provinsi Bali, yakni Kota Singaraja yang yang menyebabkan kenaikan harga
merupakan bagian dari wilayah hukum beberapa produk di masa pandemi Covid-
Kabupaten Buleleng. 19, hal inilah yang bertentangan dengan
Kota Singaraja merupakan bagian ketentuan yang terdapat dalam undang-
dari wilayah administrasi Kecamatan undang tersebut.
Buleleng dan bagian dari wilayah Melihat adanya kasus kenaikan
Kabupaten Buleleng. Kota Singaraja harga beberapa produk akibat pandemi
selain menjadi pusat pendidikan, juga Covid-19 di wilayah Kota Singaraja, maka
perekonomiannya cukup berkembang. Di perlu dilakukan suatu kajian yang lebih
Kota Singaraja banyak ditemukan toko- mendalam terhadap adanya kenaikan
toko modern yang berdiri di Kota harga di masa pandemi Covid-19 di
Singaraja, pasar-pasar tradisional yang wilayah kota Singaraja. Oleh karena itu,
beroperasi setiap hari nya serta pelaku dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
usaha baru yang bergerak dalam segala “Kenaikan Harga Produk Di Masa
bidang baik barang ataupun jasa. Produk Pandemi Covid-19 Di Kota Singaraja
316
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
317
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
100% dari harga yang ia beli dengan palsu yang tidak memenuhi standar
tujuan memperoleh keuntungan. Para kesehatan melalui pasar online dan pasar
pelaku usaha dalam melakukan kegiatan offline (Pesulima, dkk, 2021). Selain itu
usaha diperkenankan menetapkan suatu juga, juga didapat kasus penjualan
harga produk barang atau jasa pada masker recycle (daur ulang) yang Dari
batas wajar melalui perhitungan yang hasil penggrebekan didapatkan masker
benar. Pelaku usaha tidak dibenarkan yang bekas tapi didaur ulang kembali dan
menggunakan kedudukannya untuk dijual dengan harga diatas harga normal
menetapkan harga suatu produk tertentu (Republika.co.id, 2022).
dengan harga yang sangat tinggi apalagi Dari adanya kasus tersebut maka
berdampak buruk bagi konsumen itu dapat dikatakan bahwa adanya kenaikan
sendiri (Putera & Parsa, 2020:4). harga produk masker di masa pandemi
Kenaikan harga dapat terjadi Covid-19 yang dibarengi dengan beberapa
karena adanya ketidaksesuaian antara kegiatan curang oleh pelaku usaha dapat
permintaan dengan penawaran menimbulkan persaingan usaha tidak
disebabkan oleh adanya persaingan yang sehat karena adanya ketidakjujuran dan
tidak sempurna dalam pasar, selain itu perbuatan curang yang dilakukan oleh
juga dapat disebabkan oleh adanya pelaku usaha dalam melakukan produksi
kelangkaan barang atau terbatasnya maupun pemasaran terhadap produk
ketersediaan suatu barang. Seperti yang tersebut.
terjadi pada awal pandemi Covid-19 Kenaikan harga terhadap beberapa
beberapa produk seperti masker, hand oleh pelaku usaha yang dianggap melawan
sanitizer dan susu steril yang merupakan hukum dapat dikaitkan dengan ketentuan
salah tiga kebutuhan umum yang Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5
diperlukan masyarakat sempat tahun 1999 yang mengatur mengenai
mengalami kenaikan yang cukup tinggi, penetapan harga. Menurut Pedoman Pasal
alasan hal tersebut dapat terjadi karena 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
adanya kelangkaan dari produk tersebut oleh KPPU terdapat bentuk-bentuk
sehingga pelaku usaha melihat peluang penetapan harga yang termasuk ke dalam
tersebut untuk menaikkan harga produk aturan pelanggaran pada pasal tersebut,
tersebut (Iqbal, 2012:1). yani larangan diadakannya beberapa
Dalam pengertian persaingan kesepakatan salah satunya kesepakatan
usaha tidak sehat terdapat unsur menaikkan atau menurunkan harga.
perbuatan tidak jujur dan perbuatan Dengan adanya perjanjian
melawan hukum. Unsur tidak jujur penetapan harga, pelaku pelaku usaha
memiliki arti bahwa kegiatan usaha oleh yang terlibat dalam perjanjian penetapan
pelaku usaha dilakukan dengan tidak jujur harga kemungkinan dapat mendiktekan
atau secara curang. Salah satu contoh atau memaksakan harga yang diinginkan
perbuatan tidak jujur yang dilakukan oleh secara sepihak kepada konsumen, di mana
pelaku usaha yang baru-baru ini terjadi di biasanya harga yang didiktekan kepada
masa pandemi Covid-19 yakni adanya konsumen merupakan harga yang berada
kasus pemberian merek palsu pada di atas kewajaran. Apabila hal tersebut
masker dan hand sanitizer dan juga dilakukan oleh setiap pelaku usaha yang
adalah pendauran ulang masker bekas berada di dalam pasar yang bersangkutan,
yang diperjual belikan kembali oleh hal ini dapat membuat konsumen tidak
pelaku usaha yang tidak bertanggung memiliki alternatif yang lain kecuali harus
jawab. menerima harga yang ditawarkan oleh
Seperti yang dikutip dalam media pelaku usaha yang telah melakukan
internet pada akhir Februari 2020, polisi perjanjian penetapan harga tersebut.
sempat melakukan penggrebekan pabrik Penetapan harga diatur diatur
gudang ilegal di Cakung, Jakarta Utara. dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Pabrik ini melakukan penjualan produk Nomor 5 Tahun 1999 yang menyebutkan
masker ilegal, yang dimana pelaku usaha bahwa pelaku usaha dilarang untuk
mendistribusikan dan menjual masker membuat perjanjian dengan pelaku
318
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
319
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
320
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
321
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
322
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
323
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
324
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
325
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
326
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
327
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
328
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
329