Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

JURNAL PENDIDIKAN
DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA

Pengembangan Modul Elektronik IPA SMP Kelas VIII Berbasis Inkuiri


pada Materi Cahaya dan Alat Optik

Ni Putu Dina Yanti(*) Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisis kevalidan, kepraktisan, dan
niputudinayanti12@ keterbacaan modul elektronik IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri pada
undiksha.ac.id materi cahaya dan alat optik. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan (R&D) dengan menggunakan model 4D namun penelitian
I Nyoman Suardana2 ini hanya dilakukan sampai tahaP develop karena keterbatasan waktu
nyoman.suardana@ penelitian. Data hasil penelitian ini meliputi karakteristik, tingkat kevalidan,
undiksha.ac.id tingkat kepraktisan, dan tingkat keterbacaan modul elektronik IPA yang
diperoleh dengan menggunakan teknik penyebaran angket kepada subjek
Kompyang Selamet3 penelitian yaitu dua orang ahli Pendidikan IPA untuk uji kevalidan, lima
kompyang.selamet@ orang guru IPA se-Kecamatan Penebel untuk uji kepraktisan, dan 10 orang
undiksha.ac.id siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Penebel untuk uji keterbacaan. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif. Tingkat kevalidan modul elektronik
IPA termasuk ke dalam kategori sangat valid. Hasil kepraktisan modul
elektronik memperoleh rata-rata sebesar 4,33 dengan kategori sangat
praktis, sedangkan untuk keterbacaan modul elektronik IPA mendapat
rata-rata sebesar 4,5 dengan kategori sangat terbaca/sangat jelas.
Berdasarkan data hasil penelitian, modul elektronik IPA SMP kelas VIII
berbasis inkuiri pada materi cahaya dan alat optik sudah layak untuk diuji
ke tahap selanjutnya yaitu uji keefektifan produk.

Kata Kunci: Modul elektronik, inkuiri, cahaya, alat optik


123
Universitas Pendidikan Abstract: This research aims to analyze the validity, practicality, and
Ganesha legibility of the electronic science module of SMP grade VIII based on the
inquiry of light materials and optical instruments. This type of research is
Corresponding author (*) research and development (R&D) using a 4D model but this research is
only carried out until it develops due to the limited time of the study. The
data from this study include the characteristics, level of validity, level of
practicality, and level of readability of the science electronic module
obtained by using a questionnaire distribution technique for research,
namely 2 science education experts for validity testing, 5 science teachers
in Penebel district for practicality testing, and 10 grade VIII students at SMP
Negeri 1 Penebel for the readability test. The data obtained were analyzed
descriptively. The level of validity of the IPA electronic module is included in
the very valid category. The results of the practicality of the electronic
module obtained an average of 4.33 in the very practical category, while the
readability of the IPA electronic module got an average of 4.5 in the very
legible/very clear category. Based on the research data, the inquiry-based
science electronic module of SMP grade VIII on light materials and optical
instruments is feasible to be tested to the next stage, namely product
effectiveness.

Keywords: electronic module, inquiry, light, optical instrument

79
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

PENDAHULUAN banyak siswa yang mengalami miskonsepsi


Teknologi sangat penting bagi pada materi tersebut. Kesulitan belajar
kehidupan masyarakat khususnya untuk tersebut seharusnya bisa diatasi dengan
pendidikan. Teknologi merupakan hal penting penggunaan bahan ajar serta pelaksanaan
yang harus dikuasai oleh pendidik maupun praktikum atau pengamatan secara
non pendidik dalam usaha meningkatkan langsung. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
hasil belajar siswa. Penerapan teknologi kurikulum 2013 yang memusatkan pada
dapat membantu dalam pemenuhan proses sains yaitu siswa selalu diarahkan
kompetensi yang harus dimiliki siswa di masa untuk menjadi seorang peneliti. Penerapan
depan. Kompetensi-kompetensi tersebut kurikulum 2013 ini dapat dikatakan mampu
diantaranya yaitu kemampuan berpikir kritis, meningkatkan proses pembelajaran
kemampuan bekerjasama (teamwork), khususnya pembelajaran IPA.
kemampuan berkomunikasi, dan inovasi Kenyataannya, proses pendidikan di
serta kreativitas. Selain Indonesia khususnya pada mata pelajaran
kompetensi-kompetensi tersebut, siswa IPA masih belum sesuai dengan yang
harus memiliki kemampuan dalam diharapkan Hal tersebut terbukti dari hasil
memecahkan masalah, kemampuan literasi PISA (Program for International Student
(literasi sains, literasi baca dan tulis, literasi Assessment) tahun 2018. yang menyatakan
numerasi, literasi digital, literasi finansial, dan bahwa perolehan peringkat Indonesia tidak
literasi budaya), dan HOTS (Higher Order memuaskan. Perolehan hasil PISA tahun
Thinking Skills). Penerapan teknologi dalam 2018 menunjukkan bahwa skor sains
bidang pendidikan ini dapat dikatakan Indonesia berada pada peringkat 70 dari 78
mampu membantu peningkatan mutu negara yang berpartisipasi. Hal tersebut
pendidikan. menandakan bahwa masih adanya
Peningkatan mutu pendidikan di kesalahan atau kekurangan dalam proses
Indonesia sebenarnya sangat bergantung pembelajaran yang diterapkan di Indonesia
pada pemerintah dan pendidik dalam hal sehingga membutuhkan solusi yang dapat
pelaksanaan proses pendidikan. Pemerintah menanggulangi hal tersebut.
Indonesia sebelumnya telah berusaha untuk Rendahnya hasil belajar IPA di
menginovasi pembelajaran yang diterapkan sekolah kemungkinan disebabkan oleh dua
dengan mengembangkan berbagai kebijakan faktor yaitu faktor internal dan faktor
terkait penyelenggaraan pendidikan seperti eksternal. Faktor internal yang
penerapan kurikulum 2013 yang mengacu mempengaruhi hasil belajar siswa
proses pembelajaran yang berpusat kepada diantaranya yaitu kurangnya minat dan
siswa. Selain itu, pemerintah juga motivasi belajar siswa dan tingkat intelegensi
menetapkan kebijakan terkait penggunaan siswa yang rendah. Hal tersebut juga
teknologi pada Permendikbud No 22 Tahun dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
2016 tentang standar proses pendidikan oleh Vaulina (2016) yang menyatakan bahwa
dasar dan menengah yang salah satu isinya intelegensi, motivasi belajar, dan minat
mengenai pemanfaatan teknologi informasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi siswa. Selain itu, penelitian yang dilakukan
dan efektivitas pembelajaran. oleh Firmansyah dan Kamaluddin (2020)
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan menyatakan bahwa intelegensi atau tingkat
mata pelajaran yang membahas tentang kecerdasan siswa berpengaruh terhadap
fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di hasil belajar siswa, apabila intelegensi siswa
alam. Ilmu Pengetahuan Alam terbagi atas tinggi maka siswa tersebut akan memiliki
tiga cabang ilmu yaitu fisika, kimia, dan motivasi dan minat belajar yang tinggi pula.
biologi. Materi fisika merupakan salah satu Faktor selanjutnya adalah faktor
materi yang memiliki tingkat kesulitan belajar eksternal siswa diantaranya yaitu pertama
yang cukup tinggi. Siswa sering mengalami adalah penggunaan model pembelajaran
miskonsepsi pada materi-materi fisika salah yang kurang sesuai dengan materi dan
satunya yaitu materi cahaya dan alat optik. karakteristik siswa seperti yang diungkapkan
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang oleh Harapah dan Rahmad (2017) dalam
dilakukan oleh Rochim, dkk (2019) yang penelitiannya yang menyatakan bahwa
menyatakan bahwa sebagian besar siswa model pembelajaran dan media
mengalami kesulitan dalam mempelajari pembelajaran yang diterapkan oleh guru
materi cahaya dan alat optik serta masih masih bersifat konvensional serta kurang
80
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

memperhatikan kemampuan berpikir siswa navigasi (Sugianto, 2013). Seorang siswa


dan aktivitas siswa. Kedua yaitu kurangnya dapat dengan mudah mengakses materi
bahan ajar yang digunakan sebagai sumber pembelajaran baik melalui telepon genggam
belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh (handphone) maupun melalui personal
hasil penelitian Perwitasari, dkk (2018) computer (PC) atau laptop. Modul elektronik
menyatakan bahwa bahan ajar yang yang dapat diakses melalui web dapat
biasanya digunakan masih belum bersifat membantu permasalahan dalam
kontekstual sehingga kurang mengasah pembelajaran daring yaitu segala kegiatan
kemampuan berpikir kritis siswa. Ketiga yaitu pembelajaran dilakukan secara daring (dalam
kurangnya sarana dan prasarana pendukung jaringan). Berdasarkan pemaparan diatas,
proses pembelajaran. Faktor selanjutnya mengingat pentingnya pengembangan modul
yaitu faktor lingkungan. Kondisi lingkungan elektronik ini maka dikembangkan modul
disekitar siswa berpengaruh terhadap proses elektronik pada materi cahaya dan alat optik.
pembelajaran yang dilakukan siswa. Alasan penggunaan materi ini karena materi
Permasalahan tersebut harus cahaya dan alat optik merupakan salah satu
diperhatikan lebih baik lagi agar menemukan materi IPA yang masih sulit untuk dipahami
solusi terbaik dalam membantu siswa. Hal tersebut sesuai dengan dengan
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochim, dkk
belajar siswa di Indonesia. Salah satu upaya (2019) yang menyatakan bahwa sebagian
yang dapat dilakukan yaitu dengan besar siswa mengalami kesulitan dalam
menerapkan teknologi dalam proses mempelajari materi cahaya dan alat optik
pembelajaran baik dalam mengembangkan serta masih banyak siswa yang mengalami
bahan ajar maupun sebagai media miskonsepsi pada materi tersebut sehingga
pembelajaran. Penggunaan teknologi juga perlu adanya bahan ajar yang dapat
berperan dalam mengembangkan bahan ajar memudahkan siswa dalam memahami materi
seperti modul, LKPD (lembar kerja peserta cahaya dan alat optik tersebut.
didik), handout, dan lain sebagainya. Modul elektronik ini disusun dengan
Modul merupakan salah satu bahan menggunakan model inkuiri. Inkuiri dapat
ajar yang dapat digunakan siswa untuk diartikan sebagai penyelidikan, pertanyaan,
menguasai sebuah pokok bahasan. Modul pemeriksaan, dan pencarian keterangan
juga merupakan bahan ajar yang dirancang terhadap suatu objek (Trianto, 2010). Model
secara sistematis berdasarkan kurikulum inkuiri dipilih dalam mengembangkan modul
tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan elektronik ini karena model inkuiri merupakan
pembelajaran terkecil dan memungkinkan model yang menitikberatkan kepada segala
dapat dipelajari secara mandiri dalam satuan kegiatan penyelidikan yang dilakukan oleh
waktu tertentu (Warsita, 2011). Modul siswa atau siswa mencari informasi secara
biasanya hanya disajikan secara cetak atau mandiri sehingga siswa mendapatkan
dalam bentuk cetak sehingga kurang efisien pemahaman dengan kemampuannya sendiri
karena bentuk dan ukuran modul tersebut serta menumbuhkembangkan kemampuan
yang sulit dibawa kemana-mana sehingga berpikir kritis dan rasa ingin tahu siswa. Hal
perlu adanya inovasi agar modul dapat lebih tersebut didukung oleh penelitian yang
praktis digunakan oleh siswa. Modul yang dilakukan Kalemben, dkk (2018) bahwa
tedapat di sekolah kadang tidak disesuaikan bahan ajar yang dikembangkan dengan
kembali dengan perkembangan menggunakan model inkuiri dikategorikan
pembelajaran sehingga kurang relevan untuk layak dan praktis digunakan dalam proses
digunakan dan kurang memberi manfaat pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil
terhadap pembelajaran yang dilakukan. belajar siswa.
Modul elektronik merupakan salah Pentingnya pengembangan modul
satu solusi yang dapat membantu siswa elektronik ini yaitu dapat menyesuaikan
dengan teknik belajar baru yaitu modul dengan pendidikan di era modern yaitu
ditampilkan dalam bentuk visualisasi dan penerapan teknologi yang dilakukan secara
bukan dalam bentuk cetak sehingga mudah maksimal sehingga dapat menyelesaikan
dibawa kemana-mana. Modul elektronik juga permasalahan salah satunya yaitu pada
dapat diartikan sebagai bentuk bahan ajar pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran
mandiri yang disusun secara sistematis yang daring.
ditampilkan dalam bentuk elektronik dan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
didalamnya terdapat audio, animasi, serta mengembangkan sebuah modul elektronik
81
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

yang valid dan praktis untuk pembelajaran Produk yang dikembangkan dinyatakan
IPA SMP khususnya pada materi cahaya dan praktis apabila memiliki nilai rata-rata di atas
alat optik. 3,4 dengan kategori praktis.
Uji terakhir yaitu uji keterbacaan yang
METODE dilakukan oleh 10 orang siswa kelas VIII di
Penelitian ini menggunakan model SMP Negeri 1 Penebel untuk memperoleh
pengembangan 4D (four D) menurut tingkat keterbacaan modul elektronik. Hasil
Thiagarajan. Model pengembangan 4D terdiri uji keterbacaan diperoleh berupa skor
atas empat tahap utama yaitu Define rata-rata yang kemudian kemudian
(Pendefinisian), Design (Perancangan), dikualifikasikan ke dalam kategori
Develop (Pengembangan), dan Disseminate keterbacaan produk yang ditunjukkan oleh
(Penyebaran). Tahapan pada penelitian ini Tabel 3.
dibatasi sampai tahap develop karena
memperhatikan waktu dalam pengerjaan Tabel 3. Kategori Keterbacaan Produk
pengembangan yang dibatasi. No Rentang Kualifikasi
Pada tahap develop dilakukan tiga skor
jenis uji produk yaitu uji kevalidan, uji 1 4,2 < X ≤ 5 Sangat terbaca
kepraktisan, dan uji keterbacaan modul 2 3,4 < X ≤ 4,2 Terbaca
3 2,6 < X ≤ 3,4 Cukup terbaca
elektronik. Uji kevalidan dilakukan oleh dua
4 1,8 < X ≤ 2,6 Kurang terbaca
orang dosen ahli Pendidikan IPA. Hasil dari 5 1,0 < X ≤ 1,8 Sangat kurang terbaca
uji kevalidan berupa skor validitas yang (Widoyoko, 2015)
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji
Gregory. Hasil yang diperoleh akan Produk dikatakan terbaca apabila
diinterprestakinan ke dalam kriteria kevalidan memperoleh skor minimum sebesar 3,41
produk. dengan kategori terbaca dan sangat terbaca.
Tabel 1. Kriteria Kevalidan HASIL DAN PEMBAHASAN
No Rentang skor Kategori Hasil
1 0,80 – 1,00 Validitas sangat tinggi
1. Tahap define (pendefinisian)
2 0,60 – 0,79 Validitas tinggi
3 0,40 – 0,59 Validitas sedang
Tahap define terdiri atas beberapa tahap
4 0,20 – 0,39 Validitas kurang yaitu analisis kurikulum, analisis materi,
5 0,00 – 0,19 Validitas sangat kurang analisis karakteristik peserta didik, dan
(Budiarta, 2013) perumusan tujuan pembelajaran.
Hasil analisis kurikulum menunjukkan
Produk dikatakan apabila memenuhi beberapa hal yaitu Pertama, materi cahaya
kategori validitas tinggi dan validitas sangat dan alat optik tertuang pada Kompetensi
tinggi. Selanjutnya uji kepraktisan modul Dasar 3.12 yaitu menganalisis sifat-sifat
elektronik dilakukan oleh lima orang guru IPA cahaya, pembentukan bayangan pada
se-Kecamatan Penebel yang terdiri dari dua bidang datar dan lengkung serta
orang guru IPA di SMP Negeri 1 Penebel, penerapannya untuk menjelaskan proses
satu orang guru IPA di SMP Negeri 2 penglihatan manusia, mata serangga, dan
Penebel, dan dua orang guru IPA di SMP prinsip kerja alat optik dan Kompetensi Dasar
Negeri 3 Penebel. Hasil uji kepraktisan 4.12 yaitu menyajikan hasil percobaan
berupa skor rata-rata kepraktisan modul yang tentang pembentukan bayangan pada cermin
kemudian dikualifikasikan ke dalam kategori dan lensa. Kedua, indikator yang digunakan
kepraktisan produk seperti ditunjukkan oleh pada modul elektronik ini tetap mengacu
Tabel 2. pada kompetensi dasar yaitu KD 3.12. Pada
tahap analisis materi diperoleh materi yang
Tabel 2. Kategori Kepraktisan Produk dirancangkan untuk dimasukkan dalam
No Rentang skor Kualifikasi modul elektronik. Materi yang digunakan
1 4,2 < X ≤ 5 Sangat praktis dalam mengembangkan modul elektronik
2 3,4 < X ≤ 4,2 Praktis adalah materi cahaya dan alat optik yang
3 2,6 < X ≤ 3,4 Cukup praktis diajarkan pada kelas VIII semester II. Materi
4 1,8 < X ≤ 2,6 Kurang praktis cahaya dan alat optik meliputi sifat-sifat
5 1,0 < X ≤ 1,8 Sangat kurang praktis cahaya, pembentukan bayangan pada
(Widoyoko, 2015) cermin dan lensa, penglihatan manusia dan
serangga, serta alat optik. Pada tahap
82
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

analisis karakteristik peserta didik melalui menyusun draf modul, Microsoft powerpoint
studi literatur didapatkan bahwa usia dan gifmaker online untuk membuat animasi
rata-rata peserta didik yaitu 11 tahun ke atas. bergerak, GIMP (GNU Image Manipulation
Hasil observasi awal dan wawancara Program) untuk membuat desain cover dan
diperoleh bahwa kemampuan akademis layout, dan aplikasi flip pdf professional untuk
siswa bersifat heterogen. Pada tahap penyempurnaan modul elektronik.
perumusan tujuan pembelajaran didapatkan Rancangan awal atau grand design
beberapa tujuan pembelajaran yang disusun modul elektronik IPA ini yaitu terdiri atas judul
berdasarkan indikator pembelajaran yang buku yaitu “Modul Pembelajaran IPA
disusun pada tahap analisis kurikulum. SMP/Mts Kelas VIII Materi Cahaya dan Alat
Tujuan pembelajaran yang diperoleh pada Optik”, bagian awal yang terdiri atas halaman
tahap ini yaitu siswa mampu 1) menganalisis judul, prakata, daftar isi, daftar gambar, daftar
sifat-sifat cahaya, 2) menyelidiki pembiasan tabel, dan petunjuk penggunaan modul.
cahaya, 3) menghitung besar sudut pantul Bagian isi yang terdiri atas kegiatan
dari suatu sinar datang, 4) menghitung pembelajaran, peta konsep, subbab 1
banyaknya bayangan yang dibentuk oleh dua (sifat-sifat cahaya), subbab 2 (pembentukan
cermin bersudut, 5) menjelaskan bayangan pada cermin dan lensa), dan
pembentukan bayangan pada cermin datar subbab 3 (alat optik). Bagian terakhir yaitu
dan cermin lengkung, 6) menggambar bagian penutup yang terdiri atas rangkuman,
pembentukan bayangan pada cermin uji kompetensi, kunci jawaban, daftar
lengkung, 7) menganalisis keterkaitan antara pustaka, dan glosarium.
titik fokus, jarak benda, dan jarak bayangan
pada cermin cekung, 8) menganalisis 3. Tahap Develop (Pengembangan)
keterkaitan antara titik fokus, jarak benda, Tahap develop atau pengembangan
dan jarak bayangan pada cermin cembung, dilakukan dengan mengembangkan sebuah
9) menggambarkan pembentukan bayangan produk sesuai dengan storyboard yang
pada lensa, 10) menganalisis keterkaitan sudah dirancang.
antara titik fokus, jarak benda, dan jarak Uji validasi modul elektronik IPA SMP
bayangan pada lensa cekung, 11) kelas VIII berbasis inkuiri pada materi cahaya
menganalisis keterkaitan antara titik fokus, dan alat optik dilakukan oleh 2 orang dosen
jarak benda, dan jarak bayangan pada lensa ahli Pendidikan IPA dari Prodi S1 Pendidikan
cembung, 12) menghitung pembesaran IPA.Hasil validasi ahli kemudian dianalisis
bayangan pada cermin lengkung dan lensa, dengan teknik analisis Gregory.
13) menghitung kekuatan lensa, 14)
menyebutkan struktur dan fungsi bagian Tabel 4. Hasil Kevalidan Produk
mata manusia, 15) menganalisis gangguan Aspek Skor
pada indra penglihatan manusia, 16) Materi pembelajaran 1
menganalisis penglihatan pada mata
Penyajian 1
serangga, 17) mengidentifikasi pembentukan
Kegrafikaan 1
bayangan pada kamera, kaca pembesar,
mikroskop, dan teropong, serta 18) Kebahasaan 1
menyusun dan melaporkan hasil percobaan Kegiatan inkuiri 1
pembentukan bayangan pada cermin dan Skor keseluruhan 1
lensa Kategori Sangat valid

2. Tahap Design (Perancangan) Berdasarkan Tabel 4 hasil uji kevalidan


Pada tahap design dilakukan pembuatan memperoleh skor 1 dengan kategori sangat
rancangan awal, pemilihan media, pemilihan valid.
format, dan menyusun instrumen penilaian Uji kepraktisan dilakukan dengan
produk. menyebarkan angket kepraktisan kepada 5
Media yang dipilih pada penelitian ini orang guru IPA.
yaitu sebuah modul elektronik dan sebuah
website yang digunakan untuk Tabel 5. Hasil Kepraktisan Produk
mempublikasikan produk. Format yang dipilih
Aspek 𝑋
yaitu menggunakan format modul secara
umum serta menggunakan beberapa aplikasi Isi 4,4
pendukung seperti Microsoft word untuk Penyajian 4,4

83
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

Aspek 𝑋 4. Kegiatan praktikum disusun dengan


menggunakan model pembelajaran
Kebahasaan 4,1
inkuiri.
Kegrafikaan 4,2
5. Pada bagian akhir modul dilengkapi
Rata-rata keseluruhan 4,3 dengan glosarium.
6. Modul juga dilengkapi dengan beberapa
Berdasarkan data hasil uji kepraktisan komik sederhana.
pada Tabel 5, didapatkan rata-rata sebesar 7. Modul dilengkapi dengan animasi
4,33 yang menyatakan bahwa modul bergerak untuk mempermudah
elektronik IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri pemahaman siswa terutama pada bagian
pada materi cahaya dan alat optik pembentukan bayangan pada cermin dan
dikategorikan sangat praktis. Selain hasil lensa.
kepraktisan berupa skor, praktisi juga 8. Modul juga dilengkapi dengan video
memberikan beberapa masukan dan saran pembelajaran serta link praktikum yang
untuk menyempurnakan modul elektronik IPA mendukung proses pembelajaran.
SMP berbasis inkuiri pada materi cahaya dan 9. Modul elektronik ini berbentuk flipbook
alat optik diantaranya yaitu perlu dan dapat diakses melalui smartphone.
ditambahkan beberapa soal dengan tingkat 10. Modul elektronik secara teknis sudah
kesulitan rendah agar dapat memotivasi disesuaikan dengan standar kelayakan
siswa belajar dan dapat ditambahkan sejarah modul dan mengikuti kaidah-kaidah
singkat perkembangan kamera digital. dalam pembuatan modul.
Uji keterbacaan dilakukan dengan cara
memberikan angket keterbacaan kepada 10 Pembahasan
siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Penebel. Pengembangan modul elektronik IPA
berbasis inkuiri pada materi cahaya dan alat
Tabel 6. Hasil Uji Keterbacaan optik ini mengacu pada model
Aspek 𝑋 pengembangan 4D oleh Thiagarajan yang
Isi 4,5
terdiri atas tahap define (pendefinisian), tatap
design (perancangan), tahap develop
Bahasa 4,5
(pengembangan), dan tahap disseminate
Penyajian 4,5 (penyebaran).Tahapan yang dilakukan pada
Kegrafikan 4,3 penelitian ini hanya dibatasi sampai tahap
Kebermanfaatan 4,6 develop.
Rata-rata keseluruhan 4,5 Tahap pertama yang dilakukan yaitu
tahap define atau pendefinisian. Pada tahap
Berdasarkan analisis data uji define ini akan dilakukan analisis kebutuhan
keterbacaan modul elektronik pembelajaran untuk mendefinisikan syarat-syarat
IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri pada pembelajaran di awal. Hasil analisis
materi cahaya dan alat optik didapatkan skor kebutuhan modul pembelajaran menunjukkan
rata-rata sebesar 4,5 dengan kategori sangat bahwa materi yang digunakan dalam modul
terbaca atau sangat jelas. ini yaitu materi cahaya dan alat optik pada
Kompetensi Dasar 3.12 dan Kompetensi
Karakteristik Produk Dasar 4.12. Pemilihan materi tersebut
Adapun karakteristik modul elektronik didasarkan pada tingkat kesulitan pada
IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri pada materi ini. Hal tersebut diperkuat dengan
materi cahaya dan alat optik yang hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochim,
dikembangkan. dkk (2019) yang menyatakan bahwa
1. Modul elektronik ini diawali dengan peta sebagian besar peserta didik mengalami
konsep dan kegiatan pembelajaran. kesulitan dalam mempelajari materi cahaya
2. Modul dilengkapi dengan beberapa fitur dan alat optik serta masih banyak siswa yang
tambahan seperti ayo kita diskusikan, ayo mengalami miskonsepsi pada materi
kita pahami, info tokoh, sekilas info, ayo tersebut. Pada materi cahaya dan alat optik
kita lakukan, dan fitur ayo berlatih yang juga terdapat beberapa topik yang masih sulit
memuat soal-soal evaluasi mengenai sub dipahami siswa salah satunya yaitu pada
bab yang sudah dipelajari. proses menggambar pembentukan bayangan
3. Pada akhir subbab dilengkapi dengan pada cermin dan lensa sehingga perlu
kunci jawaban dan cara penilaian mandiri. adanya petunjuk menggambar yang lebih
84
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

rinci dan menarik. Selain itu, terdapat secara umum serta menggunakan beberapa
beberapa fenomena yang perlu diperjelas aplikasi pendukung seperti Microsoft word
kepada peserta didik mengenai sifat-sifat untuk menyusun draf modul, Microsoft
cahaya serta penerapannya pada alat optik powerpoint dan gifmaker online untuk
sehingga menarik minat peserta didik dalam membuat animasi bergerak, GIMP (GNU
belajar serta mempermudah peserta didik Image Manipulation Program) untuk
dalam memahami materi cahaya dan alat membuat desain cover dan layout, dan
optik ini. Berdasarkan hal tersebut maka aplikasi flip pdf professional untuk
dianggap sesuai apabila materi cahaya dan penyempurnaan modul elektronik.
alat optik diimplementasikan ke dalam modul Langkah-langkah awal tahap design pada
elektronik berbasis inkuiri ini. Hasil analisis penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
kebutuhan selanjutnya yaitu analisis dilakukan oleh Putri, dkk (2021) mengenai
karakteristik peserta didik yang mendapatkan pengembangan e-modul IPA berbasis Adobe
hasil bahwa peserta didik berada pada Flash pada tema makananku kesehatanku
tingkat SMP kelas VIII yang berusia 11 tahun untuk kelas VIII SMP yang menggunakan
ke atas. Kemampuan anak pada usia model pengembangan 4D pada tahap desain
tersebut sudah digolongkan kedalam tahap mulai dibuat dan disusun
operasi formal menurut Piaget (dalam komponen-komponen yang diperlukan dalam
Suparno, 2001), anak sudah dapat berpikir modul yang sesuai dengan pedoman
logis, abstrak, berpikir dengan kemampuan pengembangan modul dan kelayakan modul.
teoritis, dan dapat mengambil kesimpulan Berdasarkan hal tersebut, pada tahap ini juga
terlepas dari apa yang diamati. Oleh sebab mulai disusun rubrik angket penilaian untuk
itu, pembelajaran dengan model inkuiri digunakan dalam uji validasi, uji kepraktisan,
sangat cocok digunakan karena dapat maupun untuk uji keterbacaan produk yang
mengasah kemampuan siswa dalam berpedoman pada kelayakan modul oleh
penemuan masalah, penyusunan hipotesis, BNSP. Hal tersebut bertujuan agar produk
serta pengambilan kesimpulan. Model inkuiri yang dikembangkan tidak melenceng dari
memiliki beberapa tahapan seperti yang aturan yang dibuat oleh pemerintah. Hasil
dikemukakan oleh Sund (dalam Sadia, 2014) yang didapat pada tahap ini yaitu desain awal
yaitu merumuskan masalah, merumuskan modul elektronik IPA SMP berbasis inkuiri
hipotesis, merancang dan melakukan pada materi cahaya dan alat optik, serta
percobaan, mengumpulkan dan mengolah rubrik angket penilaian kevalidan,
data, interpretasi hasil analisis data, serta kepraktisan, dan keterbacaan produk.
menarik kesimpulan. Penggunaan model Tahap selanjutnya yaitu tahap develop
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan (pengembangan). Pada tahap ini, produk
keterampilan proses sains dan hasil belajar dikembangkan sesuai dengan desain yang
siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian telah dibuat sehingga menghasilkan draf
yang dilakukan oleh Mardianti, dkk (2020) modul 1 yang kemudian dilanjutkan dengan
yang menyatakan bahwa model uji kevalidan oleh ahli Pendidikan IPA.
pembelajaran inkuiri efektif untuk Validitas ahli dilakukan oleh dua orang dosen
meningkatkan keterampilan proses sains. dari Prodi S1 Pendidikan IPA. Hasil validitas
Selain itu, hasil penelitian Henrawan (2021) ahli mendapatkan nilai 1 dengan kriteria
menyatakan bahwa penggunaan model sangat valid. Kriteria kevalidan sangat tinggi
inkuiri pada proses pembelajaran IPA dapat bahwa modul elektronik IPA SMP kelas VIII
meningkatkan hasil belajar peserta didik. berbasis inkuiri pada materi cahaya dan alat
Tahap selanjutnya yaitu tahap design optik memiliki kualitas yang baik dari segi
atau perancangan. Pada tahap ini dibuat komponen isi, komponen penyajian,
kerangka awal pengembangan produk komponen kegrafikan, dan komponen
berupa grand design serta storyboard. Pada bahasa. Hasil ini sejalan dengan Depdiknas
tahap ini juga dipilih media dan format yang (2008) bahwa tujuan validasi modul adalah
digunakan dalam pengembangan modul memperoleh pengesahan kesesuaian modul
elektronik. Media yang dipilih pada penelitian dengan kebutuhan sehingga modul tersebut
ini yaitu sebuah modul elektronik dan sebuah layak dan cocok diterapkan dalam
website yang digunakan untuk pembelajaran. Selain hasil validasi tersebut,
mempublikasikan produk yang para ahli juga memberikan masukan dan
dikembangkan. Sedangkan untuk format saran untuk menyempurnakan modul
yang dipilih yaitu menggunakan format modul elektronik IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri
85
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

pada materi cahaya dan alat optik harus memenuhi kriteria yaitu menggunakan
diantaranya yaitu perbaikan terhadap ukuran bahasa yang sederhana, mudah dimengerti,
font agar lebih mudah dibaca apabila serta menggunakan istilah yang umum
membuka dengan smartphone, penambahan digunakan. Klare (dalam Dewi dkk, 2018)
contoh-contoh fenomena yang bersifat menyatakan bahwa tingkat keterbacaan yang
kontekstual, dan penyesuaian warna baik pada sebuah bacaan dapat
background. Masukan-masukan tersebut mempengaruhi pembaca untuk
digunakan untuk menyempurnakan modul meningkatkan daya ingat, minat belajar,
elektronik IPA sehingga layak untuk menambah kecepatan membaca, dan
dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu uji berguna untuk memelihara kebiasaan
kepraktisan dan uji keterbacaan produk. Uji membaca.
kepraktisan dilakukan oleh 5 orang guru IPA Hasil penelitian pengembangan modul
yang terdiri atas dua orang guru IPA di SMP elektronik IPA ini memberikan implikasi yaitu,
Negeri 1 Penebel, satu orang guru IPA di modul elektronik IPA SMP kelas VIII berbasis
SMP Negeri 2 Penebel, dan dua orang guru inkuiri pada materi cahaya dan alat optik
IPA di SMP Negeri 3 Penebel. Hasil uji sudah layak untuk ke tahap uji coba
kepraktisan mendapatkan rata-rata sebesar selanjutnya yaitu uji keefektifan produk. Jika
4,33 dengan kriteria sangat praktis. Kriteria hasil uji keefektifan menunjukkan bahwa
sangat praktis menunjukkan bahwa modul modul elektronik yang dikembangkan sudah
yang dikembangkan mudah digunakan baik dan efektif digunakan maka penelitian
sehingga peserta didik tidak mengalami dapat dilanjutkan ke tahap disseminate atau
kesulitan dalam proses pembelajaran. Hasil uji coba skala besar.
sejalan dengan Nieveen (dalam Anisa dkk,
2020) bahwa kualitas produk produk SIMPULAN DAN SARAN
pengembangan harus memenuhi tiga kriteria Simpulan
salah satunya yaitu produk yang Berdasarkan hasil penelitian dan
dikembangkan harus praktis. Modul harus pembahasan yang telah dipaparkan
bisa dengan mudah digunakan oleh peserta sebelumnya maka simpulan yang didapat
didik agar proses pembelajaran tidak adalah sebagai berikut.
mengalami kesulitan sehingga tujuan 1. Hasil uji kevalidan modul elektronik
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan memperoleh skor 1 dengan kategori
yang diharapkan. Hal tersebut juga sesuai sangat valid.
dengan pernyataan Daryanto (2013) yang 2. Hasil uji kepraktisan modul elektronik
menyatakan bahwa modul yang baik dapat mendapatkan skor rata-rata sebesar 4,33
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan dengan kategori sangat praktis.
juga dapat membantu siswa memperbaiki 3. Uji keterbacaan memperoleh hasil skor
proses pembelajarannya. Hasil lain yang rata-rata sebesar 4,5 dengan kategori
didapat pada tahap ini yaitu berupa masukan sangat terbaca/sangat jelas.
oleh praktisi untuk melengkapi dan
menyempurnakan modul elektronik IPA yang Saran
dikembangkan. Setelah direvisi sesuai Adapun saran yang dapat diberikan
masukan praktisi maka dilanjutkan dengan uji berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu
keterbacaan. Uji keterbacaan dilakukan oleh 1. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut
sepuluh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 terkait pengembangan modul elektronik
Penebel dengan memperoleh skor rata-rata IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri pada
sebesar 4,5 dengan kategori sangat terbaca materi cahaya dan alat optik, mengingat
atau sangat jelas. Hasil tersebut dalam penelitian ini hanya sampai tahap
menunjukkan bahwa keterbacaan modul pengembangan uji keterbacaan.
elektronik IPA SMP kelas VIII berbasis inkuiri Penelitian baiknya dilanjutkan ke tahap uji
pada materi cahaya dan alat optik memiliki efektivitas sehingga dapat layak
tingkat keterbacaan yang jelas sehingga digunakan sebagai sumber belajar siswa.
dapat memudahkan peserta didik dalam 2. Saran lain yang peneliti ajukan yaitu
memahami isi dari modul yang pengembangan selanjutnya bisa
dikembangkan. Modul harus menggunakan diinovasikan agar modul elektronik dapat
bahasa yang mudah dipahami dan mudah diakses secara offline tanpa
dibaca oleh peserta didik. Hasil sejalan menggunakan aplikasi tertentu sehingga
dengan Depdiknas (2008) bahwa modul siswa yang mengalami kesulitan sinyal
86
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

maupun tidak memiliki akses internet juga Daryanto. 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar
dapat mengakses modul elektronik ini. untuk Persiapan Guru dalam
3. Saran lain yang peneliti ajukan yaitu Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
pengembangan selanjutnya bisa Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
disempurnakan lagi dengan Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat
menambahkan fitur agar setiap kegiatan Tenaga Kependidikan.
baik praktikum maupun uji kompetensi Dewi, E. M., Annisa, M., dan Kunadi, D.
dapat di input langsung pada modul (2018). Pengembangan Modul IPA
elektronik ini sehingga siswa tidak perlu Berbasis Keterampilan Proses Sains
mengerjakan secara manual. dalam Mengembangkan Karakter
pada Siswa Kelas VA SDN 007
UCAPAN TERIMA KASIH Tarakan. Jurnal Pendidikan
Penulis menyadari bahwa selesainya IPA, Volume 8, Nomor 2 (hlm.
artikel ini tidak terlepas dari bantuan berbagai 54-66).
pihak. Untuk itu, tidak lupa penulis Direktorat Pembinaan SMA Dikjen
mengucapkan terimakasih kepada kepala Pendidikan Dasar dan Menengah.
SMP Negeri 1 Penebel, SMP Negeri 2 2017. Panduan Praktis Penyusunan
Penebel, dan SMP Negeri 3 Penebel, Guru E-modul. Jakarta: Kemdikbud.
IPA di SMP Negeri 1 Penebel, SMP Negeri 2 Firmansyah, Edi dan Kamaludin. (2020).
Penebel, dan SMP Negeri 3 Penebel, serta Pengaruh Tingkat Kecerdasaan
siswa kelas VIIIG di SMP Negeri 1 Penebel Emosional Siswa Terhadap Hasil
yang telah membantu penulis dalam Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
pengambilan data. IPA. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan, Volume 4, Nomor 3 (hal
DAFTAR PUSTAKA 144-147).
Annisa, Ayu Rizki., Aminuddin Prahatama Harapah, Muhammad Syahril dan Rahmad
Putra., dan Dharmono. (2020). Fauzi. (2017). Pengembangan
Kepraktisan Media Pembelajaran Modul Pembelajaran Matematika
Daya Antibakterial Ekstrak Buah Berbasis Web. Jurnal Education and
Sawo Berbasis Macromedia Flash. Development, Volume 4, Nomor 5
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, (hlm. 13-17).
Volume 11, Nomer 1 (hlm. 72-80) Henrawan, Yudi (2021). Pengaruh Metode
Astiti, Kadek Ayu., Betris Yasinta Engge., dan Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil
Maesi D.S. (2020). Pengembangan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Bahahn Ajar IPA Terpadu Tipe Ipa Kelas VII di SMPN 4
Connected Pada Materi Energi. Warunggunung. Jurnal Ilmu
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Pendidikan Ahlussunnah, Volume 4,
Sains Indonesia, Volume 3, Nomor 2 Nomor 1 (hlm. 227-233).
(hlm. 102-110). Kalemben, Simon,. Basa T. Rumahorbo,. dan
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2014. Johnson Siallagan. (2018).
Deskripsi Butir Instrumen Penilaian Pengembangan Modul IPA Terpadu
Buku Teks Pelajaran SMP, SMA, Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk
SMK Komponen Kegrafikan. meningkatkan Keterampilan Proses
Jakarta: Badan Standar Nasional Sains, Minat, dan Hasil belajar
Pendidikan. Siswa pada Materi Fotosintesis di
Budiarta, I Wayan. (2013). Penerapan Kelas VIII SMP Negeri 9 Jayapura.
Pendekatan Belajar Catur Asrama Jurnal ilmu pendidikan Indonesia,
Melalui Taksonomi Tri Kaya Volume 6, Nomor 3 (hlm. 62-70).
Parisudha dalam PKN. Skripsi. Mardianti, Fani., Yulkifli., dan Asrizal. (2020).
Universitas Pendidikan Ganesha. Metaanalisis Pengaruh Model
Candiasa, I Made. 2010. Pengujian Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Instrumen Penelitian disertai Aplikasi Keterampilan Proses Sains dan
ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Literasi Saintifik. SAINSTEK : Jurnal
Unit penerbidan Universitas Sains dan Teknologi, Volume 12,
Pendidikan Ganesha. Nomor 2 (hlm. 91-100).
Mulya, Egi Putrima,. Amali Putra,. dan
Nurhayati. (2017). Pembuatan
87
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 1, April 2022 ISSN: 2623-0852

E-Modul Berbasis Inkuiri Terstruktur Journal, Volume 7, Nomor 2 (hlm.


pada Materi Gerak dan Gaya untuk 198-204).
Pembelajaran IPA Kelas VII Sugianto, Dony., Ade Gafar Abdullah., Siscka
SMP/MTs. Pillar of Physics Elvyanti., dan Yuda Muladi. (2013).
Education, Volume 9 (hlm. 169-176). Modul Virtual: Multimedia Flipbook
Nuro, Yustinus Saga. (2020). Pengaruh Dasar Teknik Digital. Innovation of
Sarana dan Prasarana Pendidikan Vocational Technology Education,
untuk Meningkatkan Prestasi Volume 9, Nomor 2 (hlm.101–116).
Belajar di SMP Negeri 2 Lebatukan. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan
Jurnal Mitra Pendidikan, Volume 4, Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Nomor 11 (hlm. 759-770). Kasinus.
Pemerintah Indonesia. 2016. Lampiran Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Konsep, Strategi dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Implementasinya dalam KTSP.
tentang Standar Proses Pendidikan Jakarta:Bumi Aksara.
Dasar dan Menengah. Lembaran RI Vaulina, Jenitta. (2016). Pengaruh
Tahun 2016 No. 22. Jakarta: Intelegensi, Motivasi Belajar, dan
Sekretariat Negara. Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar
Perwitasari, Suci., Wahjoedi., dan Sa’dun Ekonomi Kelas XI IPS di SMA
Akbar. (2018). Pengembangan Negeri Kota Mojokerto. Jurnal
Bahan Ajar Tematik Berbasis Ekonomi Pendidikan dan
Kontekstual. Jurnal Pendidikan, Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 2
Volume 3, Nomor 3 (hlm. 278-285). (hlm. 121-135).
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Warsita, Bambang. 2011. Pendidikan Jarak
Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis Jauh. Bandung: PT Remaja
dan Praktis. Jakarta: Prenadamedia Rosdakarya.
Group. Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik
Putri, Ayunda. , Sjaifuddin., dan Liska Penyusunan Instrumen Penelitian.
Berlian. (2021). Pengembangan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
E-Modul IPA Berbasis Adobe Flash
Pada Tema Makananku
Kesehatanku Untuk Kelas VIII SMP.
PENDIPA Journal of Science
Education. Volume 6, Nomor 1(hlm.
143-150).
Rochim, Fachrul Nur., Fatimah Munawaroh.,
Ana Yuniasti Retno Wulandari., dan
Mochammad Ahied. (2019).
Identifikasi Profil Miskonsepsi Siswa
pada Materi Cahaya Menggunakan
Metode Four Tier Test dengan
Certainty Of Response Index (CRI).
Natural Science Education
Research, Volume 2, Nomor 2 (hlm
140-149).
Sadia, I Wayan. 2014. Model-model
Pembelajaran Sains Kontruktivisme.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santyasa, I Wayan. 2009. Teori
Pengembangan Modul. Bali:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Silalahi, Wesly. (2017). Pengaruh
Lingkungan Terhadap Prestasi
Belajar Siswa SDN 101201
Kecamatan Sipirok Kabupaten
Tapanuli Selatan. Elementary School

88

Anda mungkin juga menyukai