Anda di halaman 1dari 7

P-ISSN : 2339-2029

E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

FENOMENA KEKERASAN, IMPAK, DAN STRUKTUR MIKRO BAJA


0.074 wt.% KARBON PASCA QUENCHING COOLANT

Hardness, Impact, and Microstructure Phenomenon of 0.074 C Wt.% Carbon Steel After
Quenching in Coolant Liquid

Basori1*, Agung Iswandi1

1
Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional
* Email Korespondensi : basori@civitas.unas.ac.id

Artkel Info - : Diterima : 06-11-2021; Direvisi : 18-12-2021; Disetujui : 19-12-2021

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dilakukan proses pemanasan material baja dengan kadar karbon 0.074 wt. % hingga temperatur
1000 °C. Baja tersebut dilakukan variasi penahanan dalam furnace selama 10, 20 dan 30 menit. Kemudian masing-
masing baja yang telah di tahan lalu di quenching dengan media coolant. Setelah dilakukan quenching kemudian
diukur nilai kekerasannya dengan alat uji vickers. Setelah selesai uji keras kemudian diuji dengan impak charphy
untuk mengetahui nilai penyerapan energinya. Setelah pengujian mekanis semua selesai kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan foto mikro dengan mikroskop optik. Dari hasil pengujian maupun pengamatan dapat diketahui
semakin lama waktu holding time maka kekerasan semakin turun. Selanjutnya, semakin lama waktu holding time
maka nilai impak semakin naik. Sehingga dapat diketahui bahwa nilai kekerasan dan impak saling berbanding
terbalik dari variasi holding time yang sudah dilakukan. Terakhir, pada pengamatan struktur mikro spesimen, fasa
yang terbentuk adalah ferit dan perlit.

Kata Kunci: Baja, Quenching, Vickers, Charpy, Mikrostruktur

ABSTRACT

In this research the process of heating the steel material with a carbon content of 0.074 wt % to a temperature of
1000°C. The steel is subject to variations in holding time in the furnace for 10, 20, and 30 minutes. Then various steel
that has been held at furnace quenched with coolant media. After quenching, the hardness is measured using the
Vickers hardness test and tested with Charphy's impact to know the value of energy absorption. After mechanical
testing, everything was finished then proceeds with the optical microscope. The longest holding time affected decreases
the hardness and, the impact value will increase. Hardness and impact value are inversely proportional to the variation
of holding time that has been done. The specimens formed are ferrite and pearlite based on microstructure observation.

Key Words: Enter. Steel, Quenching, Vickers, Charpy, Microstructure

1. Pendahuluan
Baja karbon adalah campuran antara besi (Fe) dan karbon dengan kandungan karbon tidak lebih dari 2% [1].
Baja ini diklasifikasikan menurut kadar karbonnya menjadi tiga yaitu baja karbon rendah, menengah dan tinggi
[2,3]. Baja jenis ini dalam industri dibuat dalam bentuk pelat baja, baja strip dan baja profil sehingga banyak
ditemui pada konstruksi [4]. Perkembangan industri yang cukup maju mendorong peningkatan kebutuhan untuk
baja yang dikeraskan (hardening) pengerasan baja [4]. Baja karbon rendah memiliki beberapa keunggulan seperti
mudah dilas (welded) sehingga banyak dilakukan penelitian di bidang pengelasan untuk jenis baja ini [5,6]. Baja
jenis ini memiliki sifat relatif sulit dilakukan hardening karena kadar karbon yang cukup rendah. Umumnya
peningkatan kekerasan baja karbon rendah dengan melakukan pack carburizing [7,8]. Namun baja karbon
rendah juga dapat ditingkatkan kekerasannya dengan melakukan quenching dengan media pendingin solar [9].

35
P-ISSN : 2339-2029
E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

Penelitian yang lain melakukan proses hardening baja karbon rendah dengan metode air yang tersirkulasi
terbukti efektif untuk meningkatkan kekerasan baja karbon rendah [10]. Pengertian pengerasan (hardening)
adalah proses heat treatment terhadap material dengan tujuan meningkatkan kekerasannya. Dimana hal ini
dilakukan dengan memanaskan material menuju suhu pengerasan kemudian dilakukan pendinginan dengan
cepat [4]. Dalam proses hardening terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai kekerasan antara lain:
suhu, waktu dan laju pendinginan [1]. Untuk proses quenching, meningkatkan kekerasan biasanya menggunakan
beberapa media pendingin seperti: oli, air, minyak, air garam, solar dan coolant [4,9,11]. Perbedaan media
pendingin akan mempengaruhi struktur mikro dan kekerasan [12]. Selain dari media pendingin, waktu
pemanasan dalam tungku juga memberikan efek yang berbeda-beda baik mikrostruktur maupun sifat mekanik
[13]. Dari hasil penelitian Dwiyati dkk yang membandingkan media pendingin oli dan coolant, media pendingin
coolant memberikan efek peningkatan kekerasan yang cukup baik tanpa terjadi retakan pada spesimen [14].
Untuk itu akan dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh sifat mekanik dan struktur mikro
ketika baja karbon rendah di quenching media pendingin coolant dengan variasi holding time ketika pemanasan
dalam tungku.

2. Metodologi Penelitian
Material yang digunakan dalam penelitian ini baja dengan komposisi sesuai pada Tabel 1. komposisi dari
material didapatkan dari hasil uji OES. Material baja tersebut dilakukan heat treatment dengan temperatur 1000°C
menggunakan variasi holding time 10, 20 dan 30 menit. Pada saat heat treatment material tersebut dilakukan
proses quenching dengan media coolant. Media coolant ini dibeli dari produk komersial yang ada di pasaran.
Media coolant yang digunakan dalam proses quenching dengan volume 1 liter.

Tabel 1. Komposisi Baja


Unsur C Si P S Cr Ni Cu Fe
Komposisi (wt. %) 0,074 0,167 0,044 0,017 0,073 0,028 0,009 Balance

Setelah selesai proses heat treatment kemudian material dilakukan uji impak. Uji impak dilakukan dengan
metode charpy dan metode pembuatan spesimen dengan mengacu kepada standar ASTM E 23. Spesimen yang
digunakan dalam pengujian impak dibuat dengan pengulangan tiga spesimen kemudian diambil nilai rata-
ratanya. Kemudian uji keras dengan menggunakan mesin uji keras Future Tech (FV-300e) menggunakan beban
5Kgf. Pengambilan data pengujian dilakukan sebanyak tiga titik identasi. Pengujian keras ini mengacu kepada
standar ASTM E92. Pengujian yang terakhir dilakukan yaitu pengamatan dengan foto mikro. Proses pembuatan
spesimen untuk foto mikro diawali dengan proses mounting spesimen dengan menggunakan resin epoxy.
Kemudian dilanjutkan dengan pemolesan spesimen dengan menggunakan amplas 500, 1000, 1500 dan 2000.
Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan pemolesan dengan autosol dan etsa dengan menggunakan cairan
nital.
Untuk mempermudah dalam penyebutan spesimen uji maka dilakukan penyederhanaan penyebutan
seperti: NQ = Non-Quenching, QH-10 = Spesimen dipanaskan dan ditahan selama 10 menit kemudian di
quenching, QH-20 = Spesimen dipanaskan dan ditahan selama 20 menit kemudian di quenching, dan QH-30 =
Spesimen dipanaskan dan ditahan selama 30 menit kemudian di quenching.

3. Hasil Penelitian
3.1 Hasil Uji Kekerasan
Tabel 2 menunjukkan hasil uji kekerasan spesimen berbagai variasi dari holding time dalam furnace yang di
lakukan kemudian dilakukan proses quenching dengan media pendingin coolant.

36
P-ISSN : 2339-2029
E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

Tabel 2. Rata – Rata Nilai Kekerasan Spesimen


Kekerasan Rata- Rata Kekerasan
No Perlakuan Titik
(VHN) (VHN)
1 150,3
1 NQ 2 150 150,1
3 150
1 328,7
2 QH-10 2 318,3 320,17
3 313,5
1 276,2
3 QH-20 2 275,3 275,1
3 273,8
1 219,7
4 QH-30 2 217,4 224,13
3 235,3

Dari tabel 2 kemudian dibuat grafik untuk mempermudah dalam melihat fenomena yang terjadi. Gambar 1
merupakan rata-rata nilai kekerasan hasil uji keras metode Vickers.

350 320.17

300 275.1
Nilai Kekerasan (HV)

250 224.13

200
150.1
150

100

50

0
NQ QH-10 QH-20 QH-30
Spesimen

Gambar 1. Grafik Rata-Rata Kekerasan Spesimen

Dari Gambar 1 dapat terlihat, nilai kekerasan dari semua spesimen yang dilakukan holding time kemudian di
quenching meningkat jika dibandingkan dengan spesimen tanpa heat treatment. Terjadi peningkatan signifikan
ketika spesimen dilakukan proses quenching dengan media coolant. Kekerasan tertinggi didapatkan pada
spesimen dengan holding time 10 menit. Sedangkan kekerasan terendah pada spesimen tanpa heat treatment.
Fenomena terjadi ketika semakin lama holding time maka kan semakin turun nilai kekerasannya.

3.2 Hasil Uji Impak


Tabel 3 menunjukkan hasil uji impak dengan metode charphy spesimen berbagai variasi dari holding time
dalam furnace yang di lakukan kemudian dilakukan proses quenching dengan media pendingin coolant.

37
P-ISSN : 2339-2029
E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

Tabel 3. Rata – Rata Nilai Impak Spesimen


Energi
Energi
No Perlakuan Spesimen Rata- Rata
(Joule)
(Joule)
1 170,98
167,9
1 NQ 2 170,02
3 162,69
1 123,5
126,113
2 QH-10 2 131,34
3 123,5
1 147,47
145,89
3 QH-20 2 123,22
3 166,98
1 147,61
156,037
4 QH-30 2 162,13
3 158,37

Dari Tabel 2 kemudian dibuat grafik untuk mempermudah dalam melihat fenomena yang terjadi. Gambar 2
merupakan rata-rata nilai kekerasan hasil uji keras metode Charpy.

180 168
156.04
160 145.89
140 126.11
Nilai Impak (Joule)

120
100
80
60
40
20
0
NQ QH-10 QH-20 QH-30
Spesimen

Gambar 2. Grafik Rata-Rata Nilai Impak Spesimen

Dari Gambar 2 dapat terlihat, nilai impak dari semua spesimen yang dilakukan holding time kemudian di
quenching menurun jika dibandingkan dengan spesimen tanpa heat treatment. Terjadi penurunan nilai impak
signifikan ketika spesimen dilakukan proses quenching dengan media coolant. Semakin lama holding time maka
akan semakin tinggi nilai impaknya. Hal ini berbanding terbalik dengan fenomena nilai kekerasan yang terjadi.
Nilai impak tertinggi didapatkan pada spesimen dengan tanpa heat treatment (NQ). Sedangkan nilai impak
terendah pada spesimen heat treatment dengan holding time 10 menit. Lebih lengkap hasil patahan uji impak
tampak depan dan tampak samping dapat dilihat pada Tabel 4.

38
P-ISSN : 2339-2029
E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

Tabel 4. Patahan Uji Impak Spesimen


No Perlakuan Spesimen Tampak depan Tampak samping

1 NQ 2

2 QH-10 2

3 QH-20 2

4 QH-30 2

Tabel 4 menunjukkan patahan impak spesimen yang terjadi setelah dilakukan proses uji impak. Dapat terlihat
bahwa patahan menunjukkan patah ulet, karena bagian spesimen uji tetap menyambung walaupun selesai
dilakukan proses uji impak.

3.3 Hasil Pengamatan Mikroskop Optik


Hasil pengamatan mikroskop optik spesimen variasi holding time dengan perbesaran 50 kali dapat dilihat
pada Gambar 3. Pada Gambar 3 dapat terlihat hasil foto mikro dari spesimen yang telah maupun tidak dilakukan
proses heat treatment. Dari hasil pengamatan, spesimen struktur mikro yang terbentuk adalah ferit dan perlit.
Pada umumnya fasa ferit berwarna putih dan fasa perlit berwarna hitam [15]. Dapat terlihat juga tidak terjadi
retakan pada semua spesimen yang telah dilakukan proses quenching dengan media pendingin coolant.

39
P-ISSN : 2339-2029
E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

Ferit
Pearlit

(a) NQ (b) QH-10

(c) QH-20 (d) QH-30


Gambar 3. Foto Mikro Spesimen

4. Kesimpulan
Dari hasil uji coba, pengujian dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa semakin lama
waktu penahanan maka kekerasan akan semakin menurun. semua spesimen yang dilakukan proses heat
treatment mengalami kenaikan kekerasan jika dibandingkan dengan spesimen yang tidak di heat treatment. Dari
hasil uji impak didapatkan semakin lama waktu penahanan maka akan semakin tinggi nilai impaknya, sebaliknya
nilai impak terkecil didapatkan pada spesimen yang ditahan paling cepat. Hasil uji impak dan kekerasan
berbanding terbalik. Dari hasil pengamatan mikroskop optik untuk foto mikro tidak terlihat adanya retakan
sebelum maupun sesudah dilakukan heat treatment.

5. Daftar Pustaka
[1] A. Alwarits, D. Daswarman, and M. Nasir, “Pengaruh Media Pendingin Pada Proses Hardening
Terhadap Peningkatan Kekerasan Baja Karbon Sedang”, Automotive Engineering Education
Journals, vol. 2, no. 2, 2014.
[2] A. A. Karim, and Z. A. Yusuf, “Analisa pengaruh penambahan inhibitor kalsium karbonat dan
tapioka terhadap tingkat laju korosi pada pelat baja tangki ballast air laut”, J. Ris. dan Teknol.
Kelaut, vol. 10, no. 2, pp. 205-212, 2012.
[3] S. Subagiyo, “Analisis Hasil Kekerasan Metode Vikers Dengan Variasi Gaya Pembebanan Pada
Baja”, Majapahit Techno: Jurnal Ilmiah dan Teknologi, vol. 6, no. 2, pp. 09-14, 2017.
[4] A. Murtiono, “Pengaruh quenching dan tempering terhadap kekerasan dan kekuatan tarik serta
struktur mikro baja karbon sedang untuk mata pisau pemanen sawit”, e-Dinamis, vol. 2, no.2,
2012.

40
P-ISSN : 2339-2029
E-ISSN : 2622-5565
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur
Volume 7 Nomor 1 – Januari 2022 Halaman 35-41
Website : http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jkem

[5] F. B. Susetyo, A. Dudung, S. Wiganda, A. Haris, and W. Nugroho, “Pengaruh Bentuk Kampuh
Terhadap Karakteristik Baja Karbon Rendah Hasil Pengelasan SMAW”, Jurnal Konversi Energi dan
Manufaktur UNJ, vol. 2, no. 2, pp. 59-64, 2015.
[6] S. Sopiyan, and F. B. Susetyo, “Pengaruh Besar Sudut Kampuh terhadap Kekuatan Tarik Hasil
Pengelasan GMAW”, Jurnal Kajian Teknik Mesin, vol. 2 no. 2, pp. 99-105, 2017.
[7] B. H. Setiamarga, N. Kurniawati, and U. Rumendi, “Pack carburizing pada sprocket sepeda motor
dengan material baja karbon rendah”, Mesin, vol. 21 no. 1, pp. 28-33, 2017.
[8] H. Hafni, “Pengaruh Waktu Tahan Proses Pack Carburizing Pada Baja Karbon Rendah Dengan
Menggunakan Calcium Carbonat Dan Arang Tempurung Kelapa, Di Tinjau Dari
Kekerasan”, Jurnal Teknik Mesin (JTM), vol. 5, no. 2, 2015.
[9] H. Purwanto, “Analisa Quenching Pada Baja Karbon Rendah Dengan Media Solar”, Jurnal Ilmiah
Momentum, vol. 7. no. 1, 2011.
[10] S. Nugroho, and G. D. Haryadi, “Pengaruh Media Quenching Air Tersirkulasi (Circulated Water)
Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045”, Rotasi, vol. 7, no.1, pp. 19-23,
2005.
[11] D. Panuh, D.Yulianto, H. A. Rahman, and N. A. Baharuddin, “Peningkatan Ketangguhan Impact
Pisau Mesin Pemotong Rumput Dengan Cara Perlakuan Panas Menggunakan Media Pendingin
Coolant Radiator Dan Udara”, Journal of Renewable Energy & Mechanics (REM), vol. 2 no. 01,
2019.
[12] R. Adawiyah, M. Murdjani, and A. Hendrawan, “Pengaruh Perbedaan Media Pendingin Terhadap
Struktur mikro dan Kekerasan Pegas Daun Dalam Proses Hardening”, Jurnal Poros Teknik, vol. 6,
no. 2, pp. 96-102, 2014.
[13] B. E. Kurniawan, and Y. Setiyorini, “Pengaruh variasi Holding Time Pada Perlakuan Panas Quench
Annealing Terhadap Sifat mekanik dan Mikro Struktur Pada Baja mangan AISI 3401”, Jurnal
Teknik ITS, vol. 3 no.1, pp. F113-F16, 2014.
[14] S.T. Dwiyati, M.B.P. Hutomo, & F. B. Susetyo, “Pengaruh Variasi Holding Time Dan Media
Quenching Terhadap Nilai Kekerasan Baja Dengan Kadar Karbon 0,192Wt.%”. Jurnal Konversi
Energi dan Manufaktur UNJ, vol. 6, no. 1, pp. 37-43, 2019.
[15] R. N. Maret, S. Syaripuddin, and F. B. Susetyo, “Pengaruh Kecepatan Pengelasan MIG Pada Pipa
SC-80 Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Dengan Posisi Pengelasan 1G”, Jurnal Kajian
Teknik Mesin, vol. 4, no.2, pp. 76-80, 2019.

41

Anda mungkin juga menyukai