Anda di halaman 1dari 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung mempunyai perakaran serabut yang menyebar ke samping dan ke bawah
sepanjang sekitar 25 cm pada lapisan olah tanah. Sistem perakaran nya terdiri dari akar
primer, akar sekunder, dan akar adventif. Batangnya berwarna hijau sampai keunguan. Tinggi
batang sangat bervariasi antara 125-250 cm. Batang jagung beruas dan pada bagian pangkal
batang beruas pendek dengan jumlah ruas batang berkisar antara 8-21 ruas. Daun jagung
terdiri dari pelepah daun dan helaian daun, dimana helaian daun memanjang dengan ujung
daun meruncing. Daun berbentuk pita yang jumlah helaian nya berkisar antara 10-20 helai
tiap tanaman ( Suprapto, 2001).

Mikorisza merupakan bentuk hubungan sismbiosis mutualistik antara fungi dengan akar
tumbuhan tingkat tinggi. Tanaman inang memperoleh hara nutrisi sedangkan fungi
memperoleh senyawa karbon hasil fotosintesis. Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan
oleh Frank pada tahun 1877 di Jerman. Saat ini diketahui dua tipe mikoriza yaitu arbuskular
mikoriza, ektomikoriza, ektendomikoriza, arbutoid mikoriza, monotropoid mikoriza, ericoid
mikoriza, dan orchid mikoriza. Pembagian ini didasarkan pada karakter-karakter utama yang
menjadi pembeda tiap mikoriza. Karakter-karakter tersebut diantaranya adalah ada atau
tidaknya septa, intraseluler kolonisasi, keberadaaan mantel hartignet, dan acrophyl.
Berdasarkan bentuk tubuh dan cara penginfeksian akar juga menjadi pembeda antar mikoriza
( Sharma MP. Gaur A, Mukerji KG, 2007).

Jenis cendawan endomokoriza memiliki jaringan hifa yang masuk ke dalam sel korteks,
membentuk struktur yang khas seperti oval yang disebut vesikula atau bercabang yang
disebut arbuskula. Jenis cendawan endomikoriza juga disebut pula sebagai cendawan
mikoriza arbuskula atau mikoriza vesikula. Jenis ektomikoriza memiliki jaringan hifa yang
tidak masuk sampai ke sel korteks, tetapi berkembang di antara sel tersebut membentuk
mantel pada permukaan akar. Ciri lain dari cendawan endomokoriza adalah tidak memiliki
batang tubuh dan tidak dapat diperbanyak tanpa tanaman inang. Sedangkan cendawan
ektomokoriza memiliki batang tubuh dengan bentuk dan warna yang beragam dan dapat
diperbanyak tanpa tanaman inang. Ekosistem alami CMA di daerah tropis dicirikan oleh
keanekaragaman spesies yang sangat tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza. CMA yang
banyak ditemukan berasal dari genus Acaulosporadan Glomus (Delvian et al. 2001).
Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) adalah suatu simbiosis yang ditemukan antara
cendawan (Zygomycetes) dan akar. MVA masuk ke dalam warga kelas Zygomycetes yang
hanya memiliki satu ordo yaitu ordo Glomales. Ordo ini memiliki dua subordo yaitu
Glominae dan Gigasporinae, genus Gigaspora, Scutellaspora, Entrophospora dan Glomus.
MVA merupakan cendawan yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Cendwan ini
membentuk vesikel dan arbuskular di dalam korteks tanaman. Vesikel merupakan ujung hifa
berbentuk bulat, berfungsi sebagai organ penyimpanan. Sedangkan arbuskular merupakan
hifa yang struktur dan fungsinya sama dengan houstria dan terletak dalam sel tanaman
(Brundett, 2005).

Bagian penting pada MVA adalah hypa eksternal yang dibentuk di luar akar tanaman.
Hypa cendawan ini menyebar dalam akar tanaman dalam bentuk hypa linear atau gulungan
hypa. Hypa eksternal adalah struktur filamentous fungal yang bercabang dalam tanah, yang
bertanggungjawab atas didapatkannya nutrisi, perkembangbiakan asosiasi, formasi spora dan
lain-lain. Hypa ini membantu memperluas daerah penyerapan akar tanaman. Jumlah
miselium eksternal dapat mencapai 80 cm per jam/cm panjang akar. Arbuskular adalah
houstoria dengan cabang yang ruwet yang dibentuk di dalam korteks akar. Arbuskular ini
dibentuk oleh percabangan dichtomous yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon
kecil di dalam sel inangnya (Brundett, 2005).

Ekosistem alami CMA di daerah tropis dicirikan oleh keanekaragaman spesies yang
sangat tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza. CMA yang banyak ditemukan berasal dari
genus Acaulosporadan Glomus. Hutan alami dengan beragam umur tanaman dan jenisnya
sangat mendukung pertumbuhan CMA. Konservasi hutan untuk pertanian akan mengurangi
keragaman jenis dan jumlah CMA karena jenis tanaman, unsur hara yang tersedia, dan
kandungan bahan organik tanah telah berubah. Praktek pertanian seperti pengolahan tanah,
ameliorasi bahan organik, pemupukan, dan penggunaan pestisida sangat berpengaruh
terhadap keberadaan CMA. Pengolahan tanah yang intensif akan merusak jaringan hifa
eksternal, sebaliknya pengolahan tanah minimal akan meningkatkan populasi CMA. Sistem
tumpang sari atau pergiliran tanaman juga dapat meningkatkan populasi CMA.

Peranan Langsung MVA adalah membantu akar dalam meningkatkan penyerapan air.
Hypa cendawan ini masih mampu menyerap air dari pori-pori tanah pada saat akar tanaman
sudah mengalami kesulitan mengabsorpsi air. Kemampuan menyerap air dari pori-pori tanah
ini karena hypa utama MVA membentuk percabangan hypa yang lebih kecil dan lebih halus
dari rambut akar dengan diameter kurang dari 1 µm. Hal ini memungkinkan hypa bisa
menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hypa dapat menyerap air
pada kondisi air tanah yang sangat rendah. Jaringan hypa eksternal dari mikoriza akan
memperluas bidang serapan air. Hypa eksternalnya dapat meningkatkan total daerah
perakaran dari sitem perakaran tanaman dan meningkatkan volume tanah yang dapat
dieksploitasi oleh air. Air menjadi lebih banyak tersedia bagi tanaman inang yang akan lebih
memacu pertumbuhan tanaman melalui pembelahan, pembesaran, pemanjangan dan
pengisian sel oleh hasil metabolisme.

Anda mungkin juga menyukai