Anda di halaman 1dari 95

PENEGAKAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP DOWNLOAD

FILM PADA SITUS ILEGAL

OLEH
ARIXELLIS JUAN EFRAIM HAHURY
NIM : 2018 21 300

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan ujian skripsi Fakultas Hukum

pada Program Studi Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
i

PENEGAKAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP


DOWNLOAD FILM PADA SITUS ILEGAL

OLEH

ARIXELLIS JUAN EFRAIM HAHURY


NIM : 2018 21 300

SKRIPSI

Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi pada Progam Studi Ilmu

Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh mata kuliah di tingkat

fakultas, khususnya di bidang Studi Ilmu Hukum. Akhirnya penulis telah sampai pada

penghujung akhir studi dengan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap Download Film Pada Situs Ilegal”.

Adapun penulisan ini dibuat sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon dan

penulis berharap agar penulisan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif

bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum mencapai hasil yang

sempurna mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu dengan

penuh kerendahan hati penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada dalam

penulisan ini. Selanjutnya kritik dan saran bagi penyempurnaan skripsi ini dari

berbagai pihak sangat diharapkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu kesempatan ini perkenankanlah

penulis dengan penuh ketulusan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjaga, melindungi, menuntun, menghibur,

menguatkan, menyertai dan menganugerahkan hikmat bagi pribadi penulis


vi

selama menjalani proses perkulihan dari awal hingga selesai di Fakultas Hukum

Universitas Pattimura.

2. Prof. Dr. M. J. Saptenno, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Pattimura

yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan perkuliahan pada Universitas

Pattimura yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menuntut

ilmu pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

3. Dr. R. J. Akyuwen, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Pattimura yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

4. Dr. E, R M. Toule selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Pattimura

yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu

pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

5. Dr. H. Salmon, S.H., M.H, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas

Pattimura yang telah memberikan banyak Ilmu kepada penulis selama

menuntut ilmu pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

6. Dr. S. S. Alfons, S.H., M.H, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Pattimura yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis

selama menuntut ilmu pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

7. Dr. J. S. F. Peilouw, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Pattimura yang telah memberikan banyak ilmu

kepada penulis selama menuntut ilmu pada Fakultas Hukum Universitas

Pattimura.
vii

8. Dr. Barzah Latupono, S.H., M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas

Hukum Universitas Pattimura yang telah memberikan banyak ilmu kepada

penulis selama menuntut ilmu pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

9. Dr. Th. N. A. Narwadan, S.H. M.Hum, selaku pembimbing I yang dengan tulus

dan bijak telah menerima penulis sejak awal melakukan konsultasi judul

penulisan dan bersedia meluangkan banyak waktu, tenaga juga pikiran ditengah

kesibukannya guna membimbing dan memberian masukan juga motivasi serta

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. M. A. H. Labetubun, S.H. MH, selaku pembimbing II yang dengan tulus dan

bijak telah menerima penulis sejak awal melakukan konsultasi judul penulisan

dan bersedia meluangkan banyak waktu, tenaga juga pikiran ditengah

kesibukannya guna membimbing dan memberian masukan juga motivasi serta

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Prof. Dr. Merry Tjoanda, S.H., M.H selaku penguji I, Marselo. V. G. Pariela,

S.H., M.H selaku penguji II, Agustina Balik, S.H., M.H selaku penguji III yang

dengan tulus bersedia menjadi penguji di tengah kesibukannya dan memberikan

masukan serta mengarahkan penulis dan penyusunan skripsi ini.

12. Bapak dan Ibu Dosen Bagian Hukum Tata Negara/Administrasi Negara,

Bagian Hukum Internasional dan Bagian Hukum Perdata dan Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Pattimura yang telah banyak membantu

dan memberikan ilmu kepada penulis mulai dari awal penulis melakukan
viii

perkuliahan pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura tercinta sampai

dengan pada penyusunan skripsi ini.

13. Seluruh staf karyawan dan karyawati Fakultas Hukum Universitas Pattimura,

yang telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam mengurus dan

menyelesaikan segala keperluan administrasi, kegiatan-kegiatan

kemahasiswaan selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

14. Direktorat Reserse Kriminal khusus Polda Maluku, Pak Jimmy Latumanuwy,

Pak Ipul, Alm Pak Adi, untuk keramahan dan kesediaan memberikan bantuan

selama proses pengambilan data penelitian.

15. AIPDA Andrew Souhoka, S.H di bagian subdit V/Siber Ditreskrimsus Polda

Maluku selaku narasumber yang membantu penulis dalam penelitian.

16. Mama Nita dan Papa Arthur, selaku Orang Tua yang tidak putus-putus

mendoakan penulis dan senantiasa tabah, sabar juga setia membesarkan dan

mengasuh penulis sampai saat ini. Mama dan Papa yang telah menjadi

penyemangat dan banyak-banyak memberikan kasih sayang, perhatian,

dorongan serta dukungan bagi penulis.

17. Adik Niar dan Noel yang Tersayang yang tidak henti-hentinya memberikan

dorongan, dukungan, bantuan dalam segala aspek serta doa kepada penulis

selama ini.

18. Elsy Novendri Solaulu sebagai pasangan dan patner yang selalu menemani

penulis dari awal penulisan sampai saat ini, yang tetap sabar menghadapi sifat

emosi dan perubahan suasana hati penulis setiap saat, dan yang pasti selalu
ix

memberikan dukungan, motivasi dan selalu siap 24 jam untuk menemani

penulis hingga skripsi ini boleh selesai dengan segala baik.

19. Oyang Yos, Opa Poli, Oma Corry, Gei, Non dan Afry yang selalu mendukung

dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi ini.

20. Opa Beng, Oma Tin yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama

penulisan skripsi ini.

21. Seluruh keluarga besar Hahury/Ralahalu/Siwalette/Taberima yang selalu

mendukung penulis skripsi ini juga saudara/saudari yang tidak sempat di

sebutkan oleh penulis namun tetap mendoakan penulis selalu.

22. Gian Hiariej Sahabat yang selalu menemani dan memberikan semangat serta

doa kepada penulis.

23. Beril Sopacua, Hamada Mantulameten, Holdrin Nahumury, Marcel Tomasoa,

Fernando Imkokmey, Lerry Pelupessy, Stevi , Samuel Simaela teman yang

selalu menemani dan memberikan semangat serta doa kepada penulis.

24. Group Omaga With Love yang selalu ada bersama-sama dengan penulis dan

memberikan semangat serta canda tawa dalam penulisan skripsi hingga selesai

dengan segala baik.

25. Group Mentos yang selalu ada bersama-sama dengan penulis dan memberikan

semangat serta canda tawa dalam penulisan skripsi hingga selesai dengan

segala baik.
x

26. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung

meupun tidak langsung atas bantuannya kepada penulis hingga

terselesaikannya penulisan ini.

Akhirnya penulis menyampaikan banyak terima kasih dan pengharapan yang

setinggi-tingginya kepada Almamater Tercinta Fakultas Hukum Universitas

Pattimura. Semoga semua yang telah diberikan dapat menjadi bekal bagi

penulis dalam meraih segala cita-cita yang di impikan, semoga Tuhan Yesus

Kristus selalu memberkati dan membalas semua kebaikan yang setimpal

kepada yang telah berjasa bagi penulis.

Ambon, 30 Juni 2022

Penulis

Arixellis Juan Efraim Hahury

2018-21-300
iv

MOTTO

Dalam Mazmur 28 : 27

“ Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku kepada-Nya hatiku

percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan

nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya”


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta


xi

ABSTRAK

Arixellis Juan Efraim Hahury, 201821300, Penegakan Hukum Hak Cipta


Terhadap Download Film Pada Situs Ilegal, dibimbing oleh Dr. Th. Narwadan,
SH. M.Hum, sebagai Pembimbing I dan M. A. H. Labetubun, SH. MH, sebagai
Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap
Download Film Pada Situs Ilegal

Tipe penelitian yang digunakan dalam skripsi adalah tipe penelitian empiris. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara dan
kepustakaan kemudian data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif
sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penegakan hukum hak cipta terhadap download
film pada situs ilegal belum berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal ini
didasarkan bahwa penegakan hukum hak cipta dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor hukum, penegak hukum, sarana prasarana, masyarakat dan kebudayaan. Faktor
hukum dalam hal ini Undang-Undang telah memuat berupa peraturan-peraturan
terkait hak cipta, tetapi faktor penegak hukum belum efektif dalam menjalankan
tugasnya. Selain itu faktor sarana prasarana dalam hal ini terkait kurangnya dukungan
sarana komunikasi yang menjadi pengambat terkait pelaporan pelanggaran hak cipta.
Kemudian faktor masyarakat dan faktor kebudayaan dalam hal ini masyarakat masih
melakukan tindakan pelanggaran terkait hak cipta film.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Hak Cipta, Situs Ilegal


xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ ii

LEMBARAN KEASLIAN NASKAH ........................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ v

ABSTRAK .....................................................................................................xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 7

D. Kegunaan Penulisan......................................................................... 7

E. Kerangka Konseptual ....................................................................... 8

F. Metode Penelitian........................................................................... 12

1. Tipe Penelitian ........................................................................... 12

2. Lokasi Penelitian........................................................................ 12

3. Populasi, Sampel dan Responden ............................................... 13

4. Sumber Data .............................................................................. 13

5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 14

6. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 15


xiii

7. Analisa Data .............................................................................. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 17

A. Pengertian dan Konsep Hak Kekayaan Intelektual ....................... 17

B. Teori Hukum ............................................................................... 21

C. Prinsip Hak Kekayaan Intelektual ................................................ 25

D. Pelanggaran Hak Cipta ................................................................ 30

E. Film/Karya Sinematografi ............................................................ 34

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 38

A. HASIL PENELITIAN ................................................................. 38

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 38

2. Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................... 54

B. PEMBAHASAN .......................................................................... 65

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 73

A. Kesimpulan ............................................................................... 73
B. Saran ......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


LAMPIRAN ......................................................................................................
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film merupakan media visual dan audio visual untuk menyampaikan

pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat. Dapat

dikatakan, bahwa film adalah sebuah karya cipta seni budaya yang merupakan

pranata sosial dan media komunikasi yang dibuat berlandaskan kaidah

sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat disaksikan oleh banyak orang.

Sinematografi adalah kumpulan gambar-gambar visual yang dimasukan

dalam suatu benda atau barang sehingga dengan mempergunakan benda dan

barang tersebut dapat diperlihatkan sebagai gambar bergerak atau dimasukan

dalam benda atau barang lain dan dengan mempergunakan benda tersebut dapat

dipertunjukan serangkaian suara yang terkandung ke dalam soundtrack yang

dihubungkan dengan gambar hidup tersebut.1

Karya sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan

vidio, dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukan di bioskop,

serta ditayangkan ditelevisi dan media sosial lainnya. Karya tersebut dapat

dihasilkan oleh perorangan, perusahaan yang memproduksi film maupun stasiun

televisi. Sebagai sebuah karya cipta, film merupakan bagian dari kekayaan

1
Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (Copyright’s Law), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014,
hal. 96.
2

intelektual dan melekat hak pada diri pencipta. Hak inilah yang merupakan hak

cipta.2

Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

nyata, tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2014 tentang

Hak Cipta pasal 1 ayat 1 (selanjutnya disebut Undang-Undang Hak Cipta). Hak

cipta tertera dalam Undang-Undang tersebut terbagi menjadi dua yaitu hak moral

dan hak ekonomi.

Hak moral adalah hak yang telah melekat pada diri seseorang dalam hal ini

seorang pencipta yang tidak dapat dipisahkan, dihilangkan atau dihapus dengan

berbagai alasan apapun, dari pencipta karena hak tersebut adalah hak pribadi dan

kekal. Maka dari itu, hak moral akan tetap melekat pada diri pencipta sampai

pencipta mengembuskan napas terakhirnya. Hak moral ada pada diri pencipta,

untuk tetap memakai atau tidak memakai nama pencipta pada salinan terkait

penggunaan ciptaanya untuk umum, maupun mencantumkan nama aliasnya,

dalam hal ini pencipta memegang kendali atas hak ciptaannya tersebut. 3

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pemegang hak cipta untuk

memperoleh keuntungan atau manfaat ekonomi dari hasil ciptaannya. Hak

2
Ibid.
3
Ahmad Rahmi, Buku Paduan Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I, 2013, hal. 5.
3

ekonomi atas suatu ciptaan selalu berada pada pemegang hak cipta selama pencipta

tidak mengalihkan hak ekonominya kepada orang yang menerima hak atas suatu

ciptaan tersebut. Sebuah ciptaan dapat dikatakan berwujud apabila ciptaan tersebut

dapat didengar atau dilihat secara nyata. Maka dari itu, pemegang hak cipta telah

memiliki hak sah secara hukum atas ciptaannya tanpa harus memerlukan

pendaftaran secara formal terkait dengan hak ciptaanya. 4

Saat ini dengan kemajuan teknologi dan informasi dapat mempermudah

masyarakat untuk melakukan sesuatu hal yang lebih mudah untuk mendapatkan

informasi dengan cepat. Sehingga hal inilah yang memungkinkan semakin banyak

orang yang menggunakan akses internet. Dalam hal ini dapat mengakses untuk

keperluan pendidikan, jejaring sosial, maupun untuk hiburan. Seperti misalnya

dalam dunia perfilman, dimana untuk menonton film orang-orang harus mengantri

di bioskop untuk melihat film yang baru ditayangkan. Pada saat ini banyak orang

yang memilih untuk menonton film dengan mengakses melalui situs-situs yang

ada di internet atau mendownload dari situs tertentu. Penggunaan internet yang

tidak sebanding dengan pengetahuan yang cukup, akan menyebabkan banyak

orang mengakses situs-situs ilegal tersebut bahkan sampai mendownload film dari

situs tersebut tanpa izin. Download atau pengunduhan film melalui situs ilegal

berarti mengambil suatu ciptaan tanpa izin dari pencipta karena dilakukan melalui

4
Ras Elyta Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia (Analisis Teori dan Parktik), PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2012, hal. 64.
4

situs ilegal yang sudah jelas bertentangan dengan Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang

Hak Cipta yang mengatur bahwa setiap orang yang tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara

komersial ciptaan.

Pelanggaran hak cipta adalah pemakaian karya cipta yang melanggar hak

eksklusif pencipta, seperti hak untuk mendistribusikan ataupun mempublikasikan

karya cipta dan menghasilkan karya cipta tanpa adanya izin dari pencipta, yang

umumnya dilakukan oleh penerbit maupun ditugaskan oleh pemilik hak cipta

tersebut.5 Salah satu pelanggaran hak cipta yang sampai saat ini masih dilakukan

adalah perbanyakan film melalui media internet dengan cara mendownload.

Kegiatan mendownload film pada situs ilegal dalam hal ini secara gratis tidak

memiliki izin dari pemegang hak cipta film secara sah untuk memperbanyak karya

film. 6 Padahal kenyataannya, ketika mendownload film gratis melalui internet

dapat merugikan pemilik hak cipta atas film. Hal ini dikarenakan pengguna dapat

mendownload film secara gratis tanpa memberikan keuntungan finansial untuk

pemilik hak cipta, sebagaimana jika menonton film di bioskop yang memerlukan

biaya. Selain pemilik hak cipta tidak mendapatkan keuntungan dengan diaksesnya

situs download film gratis akan menurunkan kreatifitas dan semangat para

pencipta film.

5
Sutrahitu M E, Kuahaty S S, Balik A, “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta terhadap
Pelanggaran Melalui Aplikasi Telegram”, TOTOHI Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 22 No. 4, (2021), hal. 350.
6
Ayup Ningsih dan Balqis Maharani, “Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap Pembajakan Film
Secara Daring”, Jurnal Meta-Yuridis, Vol. 2 No. 1, (2019), hal. 94.
5

Dampak dari kegiatan mendownload film gratis secara ilegal bukan hanya

menyebabkan kerugian pada pemilik hak cipta, tetapi juga pada pemerintah karena

banyaknya tindak pidana hak cipta. Jika dilihat berdasarkan sektor pendapatan atau

penerimaan negara melalui pajak dari penghasilan hak cipta sesuai dengan Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-3/PJ/2011 Tentang Pajak Penghasilan

Atas Film dimana pemerintah mengalami kerugian sekitar 20% (dua puluh persen)

dari film-film yang ditayangkan pada situs ilegal. Sehingga negara sangat

dirugikan sebab tidak mendapatkan pemasukan atau pendapatan dari sektor

tersebut dimana, sesungguhnya pajak penghasilan hak cipta cukup potensial

sebagai salah satu sumber dana untuk pembangunan.

Meskipun Undang-Undang Hak Cipta telah diperbaharui dan diperluas

pengaturannya mulai dari ruang lingkup hak cipta termasuk pencipta bahkan pasal

tentang pidana, ataupun juga sudah diatur dengan jelas pada Undang-Undang Hak

Cipta Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 9 ayat 3 dimana setiap orang yang tanpa izin

pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau

penggunaan secara komersial ciptaan. Namun pada kenyataannya, masih saja

banyak sekali pelanggaran hak cipta, seperti perbanyak karya cipta film tanpa

adanya izin dari pencipta. Pada wilayah Kota Ambon, Provinsi Maluku pada tahun

2019 menyatakan bahwa terdapat 63% (enam puluh tiga persen) konsumen online

di Kota Ambon yang mengakses situs ilegal. Selanjutnya pada tahun 2020 dan

2021 menemukan adanya penurunan pengguna situs ilegal menjadi 50% (lima

puluh persen) konsumen yang mengakses situs ilegal. Penyebab penurunan


6

tersebut disebabkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informartika (selanjutnya

disebut Kemkominfo ) telah memblokir situs ilegal akibat melanggar hak cipta dan

tidak membayar royalti ke pembuat film. Walaupun Kemkominfo telah memblokir

berbagai situs ilegal yang berjumlah sekitar 1.000 (seribu) lebih situs tetapi masih

saja para pembuat situs ilegal mencari jalan untuk tetap mendapatkan keuntungan

sehingga mereka membuat situs ilegal yang baru.

Anggapan kegiatan masyarakat mendownload film pada situs ilegal secara

gratis tidak melanggar hukum. Menunjukan bahwa masih banyak orang yang tidak

menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan sudah melanggar hak pemegang

hak cipta baik itu hak moral dan hak ekonomi dari pencipta atau pemegang hak

cipta yang dilanggar.

Berdasarkan penjelasan latar belakang maka penulis tertarik menyusun

skripsi mengenai “Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap Download Film

Pada Situs Ilegal”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi

ini adalah :

Bagaimanakah penegakan hukum hak cipta terhadap download film pada situs

ilegal ?
7

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang penulis ambil dalam penyusunan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum hak cipta terhadap

download film pada situs ilegal.

2. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi strata satu (S1)

pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon.

D. Kegunaan Penulisan

Suatu penelitian bukan hanya bermanfaat bagi peneliti saja, tetapi juga

bermanfaat untuk semua pihak. Penelitian dalam penulisan hukum ini dapat

memberi manfaat antara lain :

1. Kegunaan teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan

memberikan pemahaman dalam bidang hukum terkait hak atas kekayaan

intelektual khususnya hak cipta film di media internet.

2. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan agar pembaca dapat mengetahui penerapan hukum

hak cipta film di internet terhadap kegiatan download film gratis di situs ilegal

ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.


8

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan gabungan konsep yang

memiliki keterkaitan antara satu yang lainnya. Kegunaan dari kerangka konseptual

sendiri berguna untuk sebagai batasan pembahasan sebuah topik agar tidak

melebar kemana-mana. Kerangka ini berperan sebagai landasan penelitian yang

terdiri dari variabel yang diteliti. Berikut merupakan kerangka konseptual dari

penulisan skripsi:

1. Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu proses dilakukannya upaya untuk

ditegakannya suatu peraturan atau berfungsinya kaidah hukum yang secara

nyata digunakan sebagai suatu pedoman perilaku dalam kehidupan

bermasyarakat.7 Dapat dikatakan bahwa penegakan hukum adalah suatu

proses untuk mewujudkan segala keinginan hukum menjadi kenyataan.

Penegakan hukum bertujuan untuk menjaga ketertiban dan kepastian

hukum di dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dilakukan dengan

menertibkan tugas dan wewenang berbagai lembaga yang memiliki tugas

untuk menegakan hukum berdasarkan proporsi dalam lingkup masing-

masing, serta didasarkan atas sistem kerjasama untuk mencapai tujuan

tersebut.8 Pilar-pilar yang mempengaruhi agar penegakan hukum dinyatakan

7
Sanyoto, “Penegakan Hukum di Indonesia”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8 No. 3, (2008), hal.
199.
8
Soekanto, Soerjono, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung, 1983, hal. 80.
9

efektif yaitu instrumen hukumnya, aparat penegak hukumnya, faktor warga

masyarakatnya yang terkena lingkup peraturan hukum, faktor kebudayaan

atau Illegal culture, faktor sarana dan fasilitas yang dapat mendukung

berjalannya pelaksanaan hukum. 9

2. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif atau hak khusus yang diletakan secara

sah kepada pencipta atau penerima hak cipta.10 Oleh sebab itu orang lain di

luar pencipta tidak diperkenankan menikmati hak cipta tersebut tanpa seizin

pemegang hak cipta tersebut.

Hak cipta merupakan hak alam, yang bersifat absolut dan dilindungi

haknya selama pemegang hak cipta atau pencipta hidup dan setelah beberapa

tahun pencipta meninggal, dalam Undang-Undang hak cipta jangka waktu

perlindungan setelah pencipta meninggal adalah tujuh puluh tahun. 11 Sehingga

sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap

siapapun, dalam hal ini yang mempunyai hak tersebut dapat menuntut siapapun

yang melakukan pelanggaran.

9
Ibid.
10
Saidin OK, Sejarah dan Politik Hukum Hak Cipta, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hal.
74.
11
Khwarzmi M Simatupang, “Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Dalam Ranah Digital
(Juridical Review of Copyright Protection in Digital Sector)”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 15
No. 1, (2021), hal. 68.
10

3. Pengunduhan Ilegal (Illegal Download)

Pengunduhan ilegal adalah tindakan menyalin konten digital tanpa izin

dari pemilik hak cipta, dan dengan demikian secara hak ekonomi dapat

merugikan pemilik hak cipta.12 Hal ini dikarenakan keuntungan yang harus

didapatkan oleh pemilik hak cipta atau pencipta tidak didapatkan sebagaimana

mestinya terkait pelanggaran yang dilakukan oleh pihak tertentu.

Sayangnya, hal ini merupakan tindak pidana, namun masih banyak yang

melakukannya tanpa takut melawan hukum. Oleh karena itu, hal seperti ini

harus ditindaklanjuti sehingga kedepannya pelanggaran hak cipta tidak

semakin marak terjadi.

4. Film atau Karya Sinematografi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2019 tentang Perfileman memiliki beberapa pertimbangan antara lain :

a. Film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam hal ini,

Negara memiliki tanggung jawab untuk memajukan industri perfilman

dalam rangka meningkatkan ketahanan budaya nasional dan

kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya memperkuat ketahanan

negara.

12
Kaunang Valentine Felisya, “ Pengunduhan Bajakan Musik Digital (MP3) Melalui Jasa Layanan
Internet Sebagai dari Hak Cipta”, Lex Privatum, Vol. I No. 2, (2013). hal. 60.
11

b. Film merupakan media komunikasi sebagai sarana mencerdaskan

kehidupan masyarakat, mengembangkan potensi diri, memajukan

kepribadian yang luhur, memajukan kepentingan umum, dan

mempromosikan Indonesia di dunia internasional, sehingga film dan

perfilman Indonesia perlu dilindungi dan dikembangkan.

c. Di era globalisasi, film dapat menjadi sarana penetrasi budaya,

sehingga perlu kita lindungi dari dampak negatif yang tidak sesuai

dengan jati diri bangsa Indonesia.

5. Situs Film Ilegal

Situs film ilegal adalah situs penyedia film yang secara hukum

melanggar peraturan perundang-undangan. Berbeda halnya dengan situs legal

atau yang sudah ditetapkan secara hukum yang tidak terjadi pelanggaran dari

ketentuan-ketentuan hak cipta, yakni hak moral dan hak ekonomi dari pencipta

atau pemegang hak cipta. Sehingga dari pelanggaran yang terjadi

menyebabkan pencipta merasa tidak dihargai dan dirugikan. Situs film ilegal

ini selalu menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan pemblokiran atau

penutupan situs tersebut. Akan tetapi, meski sudah memblokir situs ilegal film

namun masih saja muncul situs-situs yang baru, untuk mendapatkan

keuntungan secara tidak sah.


12

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan yang digunakan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian yang mempelajari

hubungan antara kondisi yang diharapkan (das sollen/law in books) dengan

suatu keadaan yang nyata (das sein/law in action). Menurut pendekatan

empiris didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dalam

hal ini wawancara yang ada di badan hukum atau badan pemerintah. 13

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian terhadap penegakan hukum

hak cipta terhadap download film pada situs ilegal.

Metode pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu

kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat, dimana melihat apa

yang terjadi di dunia bukan dari dunia yang seharusnya. Sehingga penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Ambon, Provinsi Maluku. Adapun

penentuan lokasi ini berdasarkan ketertarikan penulis mengenai kegiatan

download ilegal yang terjadi di wilayah Kota Ambon.

13
Amiruddin, Zainal A, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012, hal. 14.
13

3. Populasi, Sampel dan Responden

a) Populasi

Populasi penelitian ini adalah Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda

Maluku.

b) Sampel

Sample penelitian mengambil sebanyak 21 orang.

c) Responden

Responden dalam penelitian ini adalah AIPDA Andrew Souhoka, S.H di

bagian subdit V/Siber Ditreskrimsus Polda Maluku dan 20 masyarakat dari

empat Kecamatan di Wilayah Kota Ambon.

4. Sumber Data

Adapun mengenai sumber data yang akan dipergunakan dalam skripsi

ini adalah :

a) Data Primer

Data Primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari objek yang

diteliti. Dalam hal ini, adalah data yang didapat langsung melalui penelitian

lapangan. Perolehan data primer didapatkan melalui wawancara.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapat melalui penelitian kepustakaan,

atau sebagai data pendukung yang diperoleh dari bahan hukum yang

meliputi :
14

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

Dimana data tersebut terdiri dari peraturan perundang-undangan

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman.

2) Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini meliputi seperti buku-

buku dan jurnal-jurnal hukum, metode penelitian, pendapat pakar

hukum dan bahan-bahan hukum lainnya.

c) Data Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang menunjang data primer dan

data sekunder yang didapatkan dengan mengakses internet melalui situs -

situs yang didalamnya tercantum berbagai informasi yang sesuai dengan

pokok bahasan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Studi Lapangan

Data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan melalui

wawancara. Wawancara yaitu suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dengan mengajukan pertayaan secara langsung dengan

seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya

mengenai penegakan hukum hak cipta terhadap download film pada situs

ilegal.
15

b) Studi Kepustakaan

Data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan dimana dengan

mengkaji peraturan perundang-undangan, jurnal, buku-buku serta

dokumen pendukung relevan dengan materi penelitian yang dibahas.

6. Teknik Pengolahan Data

Pengelolahan data dilakukan dengan mengedit artinya data yang diperoleh

penulis akan disusun terlebih dahulu untuk memastikan bahwa data-data yang

diterima sudah cukup baik dan cukup lengkap untuk membantu pemecahan

masalah yang sudah dirumuskan. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan cara

menyusun kembali, memeriksa dan mengoreksi ataupun mengkonfirmasi

mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga nantinya

dapat tertata secara sistematis dan mendapat kesimpulan.

7. Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan adalah metode deskriptif

kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami

dan mengkaji data yang diperoleh secara sistematis untuk kemudian dikaitkan

dengan asas, teori hukum serta Undang-Undang Hak Cipta untuk

mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya data primer yang telah penulis peroleh langsung dari lapangan

yang berupa hasil wawancara sehingga dapat dilakukan pengumpulan dan


16

penyusunan data secara terstruktur yang nantinya akan dijabarkan dengan

kalimat yang teratur sehingga dapat ditemukan solusi dan kemudian dapat

ditarik kesimpulan.
17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Konsep Hak Kekayaan Intelektual

Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan terjemahan dari intelectual

property right. Pengertian dari intelectual property right merupakan hak atas

kekayaan intelektual yang berasal dari kemampuan intelektual seseorang. Maka

dari itu, hak tersebut berkaitan erat dengan hak dari pribadi seseorang maupun hak

asasi manusia. 1 Hak Kekayaan Intelektual akronimnya adalah HaKI merupakan

suatu kekayaan yang timbul dari olah pikir intelektual seseorang yang pada

dasarnya bersifat tidak berwujud serta dilindugi oleh hukum sebagai suatu hak. 2

Hak kekayaan intelektual adalah hak eksklusif seseorang yang diberikan

oleh negara kepada perseorangan atau kelompok terhadap suatu ciptaannya. 3 Hak

ini pada dasarnya bertujuan untuk memberikan keuntungan secara ekonomis atas

suatu karya ciptaannya tersebut. Selain dapat dilindungi dan diberi kepastian oleh

hukum, hak kekayaan intelektual juga bertujuan untuk dapat menghindari

seseorang melakukan pelanggaran terhadap hak milik atas orang lain.

Hak milik intelektual adalah hak yang timbul dari pemikiran seseorang

yang diekspresikan kepada banyak orang ke dalam berbagai bentuk, yang

mempunyai manfaat dan bermanfaat untuk menunjang kehidupan manusia, serta

1
Mahdurohatum Anis, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Dalam Perspektif Sejarah di Indonesia,
Madina Semarang, 2013, hal. 4.
2
Eddy Damian, Glosarium Hak Cipta dan Hak Terkait, P.T. Alumi, Bandung, 2012, hal. 41.
3
Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang, 2018, hal. 5.
18

mengandung nilai ekonomi. Bentuk konkret berdasarkan kemampuan karya

intelektual tersebut dapat dituangkan dalam bidang ilmu pengetahuan, bidang

teknologi juga seni dan sastra.

Hak kekayaan intelektual merupakan hak kebendaan atau hak milik atas

suatu benda yang bersumber atas pemikiran atau hasil kerja otak seseorang. Hasil

kerja tersebut dapat berupa suatu benda berwujud maupun tidak berwujud. Jika

menelusuri lebih detail hak atas kekayaan intelektual sebenarnya merupakan suatu

bagian dari benda yang tidak berwujud. 4 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) benda dapat dibedakan atas :

1. Benda tidak bergerak dan benda bergerak

2. Benda yang musnah dan benda yang tetap ada

3. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti

4. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi

5. Benda yang diperdagangkan dan benda yang tidak diperdagangkan

Oleh karena itu, untuk lebih lanjut memahami batas benda yang dituangkan

dalam pasal 499 KUHPerdata yang berbunyi benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-

tiap hak yang dapat dikuasi oleh hak milik. Sebagai suatu hak milik yang muncul

melalui karya, karsa, dan ciptaan seseorang atau bisa juga dianggap menjadi hak

atas kekayaan intelektualitas setiap manusia. Oleh karena itu, hasil ciptaan tersebut

4
Baca Salim H, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 89.
19

dianggap oleh masyarakat bahwa yang membentuk boleh menguasai buat tujuan

yang memiliki nilai untung.5

Sistem hak kekayaan intelektual adalah suatu hak privat (private rights),

artinya bahwa seseorang bebas untuk mengajukan suatu permohonan untuk

mendaftarkan suatu ciptaannya atau karya intelektualnya. Hak eksklusif yang

diberikan oleh suatu negara kepada setiap individu pelaku HaKI baik pencipta

maupun pendesain dan sebagainya dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil

karya cipta yang dihasilkan.6 Selain itu sistem hak kekayaan intelektual menunjang

diadakannya suatu sistem dokumentasi untuk segala bentuk hasil karya yang

dihasilkan oleh seseorang sehingga kemungkinan dihasilkannya karya cipta

lainnya yang sama dapat dihindari ataupun dicegah.

Hak kekayaan intelektual sendiri terbagi menjadi beberapa sub bagian atau

pengelompokan berdasarkan pada Convention Estabilishing The World

Intellectual Property Organization (WIPO) dimana hak cipta termasuk dalam

pembahasannya. Hak cipta memiliki fungsi yang bersifat individu yaitu

memberikan sutau hak eksklusif kepada seorang pencipta atau pemegang hak cipta

untuk memperbanyak karya cipta ataupun mengumumkannya untuk mendapatkan

manfaat ekonomis dari karya cipta tersebut. Selain itu, diketahui bahwa elemen

5
Roscou Pound, Pengantar Filsafat Hukum terjemahan Mohammad Radjab, Bharatara Karya
Aksara, Jakarta, 1982, hal. 21.
6
Saidin H O K, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), Rajawali
Pers, Jakarta, 2004, hal. 9.
20

terpenting dari hak cipta adalah prinsip deklaratif. Hal ini berarti bahwa pencipta

atau pemegang hak cipta harus mendeklarasikan terlebih dahulu ciptaannya untuk

nantinya dapat mempunyai hak cipta atau karya cipta yang dihasilkannya tersebut.

Hak cipta terbagi menjadi dua yaitu hak moral dan hak ekonomi.

Hak moral adalah hak yang telah melekat pada diri seseorang dalam hal ini

seorang pencipta yang tidak dapat dipisahkan, dihilangkan atau dihapus dengan

berbagai alasan apapun, dari pencipta karena hak tersebut adalah hak pribadi dan

kekal. Sedangkan hak ekonomi berdasarkan pada Undang-Undang Hak Cipta

adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk memperoleh manfaat

ekonomi atas ciptaan. Hak tersebut terdiri atas 8 hal, antara lain :

1. Penerbitan ciptaan,

2. Pengadaan ciptaan dalam segala bentuknya,

3. Penerjemahan ciptaan,

4. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan,

5. Pendistribusian atau salinannya,

6. Pertunjukan ciptaan,

7. Pengumuman ciptaan,

8. Komunikasi ciptaan dan penyewaan ciptaan.


21

B. Teori Hukum

1. Efektivitas Penerapan Undang-Undang Hak Cipta

Pada saat ini banyaknya bermunculan situs-situs film ilegal yang

merupakan suatu tren baru yang disalahgunakan. Pada kenyataannya sekarang

dimasa modernisasi ini dijadikan cara baru untuk melakukan kegiatan

mendownload film pada situs ilegal yang dapat menyulitkan pencipta atau

pemegang hak cipta film dan para pekarya film, untuk dapat memastikan

bahwa ciptaan tersebut dapat perlindungan secara hukum dan dilindungi hak-

hak yang seharusnya diperoleh oleh pencipta atau pemegang hak cipta

tersebut. Para pencipta film sangat berharap terhadap Undang-Undang Hak

Cipta yang telah diberlakukan dapat menjadi suatu benteng untuk dapat

melindungi hak-hak yang seharusnya menjadi milik mereka, akan tetapi

harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan

teori efektivitas hukum dari Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa efektif

atau tidaknya suatu hukum didasarkan oleh 5 (lima) faktor, antara lain :

a) Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang),

b) Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum,

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,

d) Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan,
22

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 7

Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat menarik kesimpulan bahwa

pandangan untuk mengkaji efektivitas penerapan Undang-Undang Hak Cipta

dari perspektif pemerintah sebagai pembuat peraturan. Sebagaimana

efektivitas penerapan Undang-Undang Hak Cipta dipengaruhi oleh banyaknya

faktor-faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya untuk

menjamin adanya perlindungan hukum bagi pencipta atau pemegang hak cipta

tersebut.

2. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa

perlindungan hukum merupakan perlindungan terhadap suatu martabat dan

harkat, dengan adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang sudah

di peroleh oleh subjek hukum tertentu berdasarkan dari ketentuan hukum. 8

Jika dihubungkan dengan banyaknya kemunculan situs film ilegal saat

ini, modernisasi bukan merupakan suatu alasan dalam rumitnya penegakan

Undang-Undang Hak cipta saat ini. Maka dari itu, untuk melindungi hak cipta

miliknya, diperlukan kerja sama antara pemerintah dan juga pencipta dalam

rangka perlindungan hukum baik perlindungan hukum represif maupun

7
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sisiologi Hukum, PT Raga Grafindo Persada, Jakarta, 2007,
hal. 110.
8
Setiono, Rule of law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hal. 3.
23

preventif dapat berjalan dengan lebih baik sehingga hak-hak pencipta dapat

terlindungi sekaligus terpenuhi dengan baik. Teori perlindungan hukum di

bagi menjadi 2 yaitu :

a. Perlindungan Hukum Preventif

Sarana perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan

hukum yang didapat dari pemerintah dengan adanya tujuan untuk

mencegah sebelum adanya pelanggaran yang terjadi. Hal ini terdapat

pada peraturan perundang-undangan dengan adanya maksud untuk dapat

mencegah terjadinya pelanggaran serta memberikan batasan-batasan

dalam melakukan suatu kegiatan atau kewajiban tertentu.9 Dalam hal ini

perlindungan hukum terhadap hak cipta, Pemerintah melalui Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM sudah

melakukan perlindungan hukum secara preventif yaitu dengan adanya

cara untuk memfasilitasi terhadap siapapun untuk dapat mencatatkan hak

ciptaannya agar dapat melindungi pemegang hak cipta atau pencipta dari

berbagai pelanggaran hak cipta yang akan terjadi.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum secara represif adalah perlindungan akhir

berupa sanksi seperti hukuman, denda dan penjara. Hukuman tambahan

9
Ray Pratama Siadari, Teori Perlindungan Hukum, diakses pada tanggal 26 Mei 2022, tersedia di
http://raypratama.blogspot.co.id/2015/04/teori-perlindungan-hukum.html.
24

yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau dilakukannya suatu

pelanggaran. Di Indonesia perlindungan hukum secara represif ditangani

oleh badan-badan seperti instansi pemerintah yang merupakan lembaga

banding administrasi, Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan

badan-badan khusus. Sarana perlindungan hukum represif dilakukan oleh

pengadilan dengan menjatuhkan pidana kepada seorang pelaku atau yang

melakukan suatu pelanggaran. Salah satu tujuan dari penjatuhan pidana

menurut Andi Hamzah dan Sumangelipu merupakan perlindungan

terhadap umum (protection of the public) yang didalamnya termasuk

perlindungan hukum terhadap korban. 10

3. Teori Kesadaran Hukum

Kesadaran masyarakat terhadap hukum untuk tidak memakai jasa dari

situs film ilegal merupakan suatu kegiatan yang sangat penting demi

terciptanya budaya menghormati atas suatu karya cipta atau hak cipta orang

lain. Penegakan hukum (law enforcement) didasari akan adanya kesadaran

hukum (law awareness) dari masyarakat.

Konsep dari kesadaran sebagai sikap menunjukan bahwa kelompok-

kelompok sosial dari berbagai tipe dan ukuran yang meliputi keluarga-

keluarga, perusahaan-perusahaan, komunitas-komunitas, kelompok-

10
Andi Hamzah dan Sumangelipu, Hukum Pidana Mati di Indonesia, di Masa Lalu, Kini dan di Masa
Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 15.
25

kelompok kerja, institusi-institusi hukum dan masyarakat-masyarakat, yang

muncul dari perbuatan atau kegiatan bersama dari berbagai individu-individu.

C. Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

Pada dasarnya harus lebih dahulu memahami prinsip-prinsip yang

terkandung dalam hak kekayaan intelektual itu sendiri agar lebih memahami

makna dari hak kekayaan intelektual. Di bawah ini merupakan dasar perlindungan

hak kekayaan intelektual sebagai berikut :

1. Prinsip deklaratif (First to Use) atau sistem deklaratif merupakan suatu sistem

pendaftaran dimana pihak pemakai pertama yang menggunakan merek

bersangkutan diasumsikan bahwa pihak itulah yang berhak atas merek

tersebut.11 Sistem deklaratif dibandingkan dengan sistem konstitutif dianggap

kurang memberikan jaminan kepastian hukum didasarkan pada pendaftaran

pertama yang lebih memberikan jaminan perlindungan hukum. Dalam sistem

deklaratif menitikberatkan kepada pemakai pertama. Dalam hal ini, siapa yang

pemakai pertama suatu merek tersebut merupakan seseorang yang menurut

hukum berhak atas merek tersebut.

2. Prinsip konstitutif (First to File) atau disebut juga first to file principle yang

diartikan bahwa suatu merek yang telah terdaftar sudah memenuhi beberapa

persyaratan dan sebagai yang pertama. Dalam hal ini, merek yang didaftarkan

11
Rachmadi U, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimesi Hukumnya di
Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hal. 2.
26

tidak semuanya disetujui. Hal ini disebabkan atas dasar permohonan yang

diajukan oleh pemohon tersebut tidak beritikad baik. Pemohon beritikad tidak

baik dinilai dari pemohon yang mendaftarkan mereknya secara tidak layak

maupun tidak jujur, ataupun ada niatan yang tersembunyi contohnya meniru,

menjiplak ketenarannya yang dapat menimbulkan suatu persaingan tidak

sehat antara satu sama lain. Dalam sistem konstitutif, hak atas merek tersebut

apabila telah didaftarkan dan diterima oleh badan hukum. Oleh sebab itu di

dalam sistem konstitutif ini pendaftaran merupakan suatu hal yang mutlak dan

sebagai suatu keharusan karena dengan begitu hasil ciptannya dilindungi dan

diakui sebagai milik dari pencipta.12

Selain prinsip-prinsip diatas, ada juga prinsip-prinsip lainnya dalam hak

kekayaan intelektual antara lain :

1. Prinsip Perlindungan Hukum Karya Intelektual

Pada prinsip perlindungan hukum karya intelektual didasarkan pada

hukum hanya memberikan suatu perlindungan kepada pendesain ataupun

pencipta berdasarkan daya intelektualnya menciptakan ataupun memproduksi

suatu desain ataupun ciptaan yang belum ada sebelumnya. Keaslian suatu

karya cipta menjadi persyaratan yang paling penting dari hak kekayaan

intelektual. 13 Undang-Undang Hak Cipta mempunyai beberapa tujuan guna

12
Muhamad D, Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hal. 256.
13
Budi Santoso, HKI Hak Kekayaan Intelektual, Penerbit Pustaka Magister, Semarang, 2011, hal.
98.
27

menjamin hak eksklusif pemegang hak cipta dengan mempublikasikan karya

ciptaanya didalam suatu wilayah nasional dalam jangka waktu tertentu,

memberikan kompensasi finansial sebagai imbalan kepada para kreator atau

pencipta dalam mendorong karya cipta dalam suatu negara. 14 Hukum

memberikan perlindungan kepada pendesain, investor maupun kepada

pencipta bukan untuk selama-lamanya, akan tetapi hanya berlangsung dalam

kurung waktu tertentu yaitu berlaku hingga tujuh puluh tahun setelah

pendesain, dan pencipta meninggal dunia. Jangka waktu atas perlindungan

hukum diberikan atas dasar supaya pendesain, maupun pencipta dapat

memperoleh kompensasi secara sosial ekonomi yang layak.

2. Prinsip Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Keseimbangan hak dan kewajiban diatur dalam hukum agar setiap

kepentingan yang berhubungan dengan hak kekayaan intelektual diatur secara

adil serta proporsional, supaya dengan begitu tidak ada pihak yang dirugikan

kepentingannya. Pihak yang berkepentingannya yang dimaksudkan dalam hal

ini seperti pemerintah, investor, pencipta atau pemegang atau penerima hak

kekayaan intelektual dan masyarakat. Hak kekayaan intelektual harus

berpihak pada kepetingan umum sekalipun hak kekayaan intelektual tersebut

berbasis kepada individualisme.

14
Suyud M, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2003, hal. 30.
28

3. Prinsip Keadilan

Dalam peraturan hukum hak kekayaan intelektual kepentingan dari

pencipta atau inventor harus dilindungi. Selain itu, disisi lain juga kepentingan

inventor atau pencipta dapat menimbulkan kerugian bagi sejumlah orang atau

masyarakat luas. Pencipta dari karya tertentu atau orang yang bekerja untuk

menciptakan hasil dari kemampuan intelektualnya seharusnya dapat

memperoleh imbalan yang setimpal. Imbalan tersebut dari hasil kemampuan

intelektualnya dapat berupa materi atau bukan materi seperti adanya rasa

perlindungan secara hukum dan diakui atas hasil karya ciptaannya. Imbalan

tersebut dapat berupa materi ataupun bukan materi.15

4. Prinsip Perlindungan Ekonomi dan Moral

Terciptanya karya intelektual membutuhkan berbagai macam aspek

diantaranya waktu, fasilitas, intelektual, dedikasi dan biaya yang tidak sedikit.

Hak cipta dan hak moral adalah suatu aspek terpenting berkaitan dengan suatu

hasil ciptaan yang diciptakan oleh seorang pencipta.16 Berkaitan dengan hak

ekonomi, maka dari itu pencipta atau pemegang hak cipta harus mendapatkan

jaminan oleh hukum untuk memperoleh manfaat ekonomi dari hasil karya

ciptaannya. Untuk memperoleh maupun menikmati hak ekonomi ciptaannya,

pencipta atau pemegang hak cipta dapat memberikan izin kepada siapapun,

15
Indah Sari. ‘’Kedudukan Hak Cipta Dalam Mewujudkan Hak Ekonomi Sebagai Upaya
Perlindungan Terhadap Intelectual Property Right’’, Jurnal M-Proggres, (2016), hal. 85.
16
Riswandi B A, Syamsudin M, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hal. 32.
29

untuk tujuannya memperbanyak hasil karya ciptaannya, guna untuk tujuan

komerisal atau bisnis didasarkan pada perjajian lisensi. 17 Selain itu, pemegang

hak cipta tau pencipta juga dapat perlindungan dari hukum terkait hak

moralnya, yaitu pencipta berhak untuk diakui keberadaannya sebagai

pemegang hak cipta dari suatu karya intelektual yang diciptakannya.

5. Prinsip Kemanfaatan

Karya intelektual yang dihasilkan oleh seorang pencipta dimana karya

tersebut dilindungi oleh hukum merupakan karya yang mempunyai manfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni, serta dapat

dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan pengembangan bagi kehidupan

masyarakat. Sehingga dikatakan bahwa karya intelektual yang tidak

mempunyai kegunaan atau manfaat bagi manusia maka tidak pantas diberi

perlindungan hukum.

6. Prinsip Moralitas

Moralitas dalam suatu perlindungan hak kekayaan intelektual meliputi

kejujuran intelektual artinya bahwa tidak menutupi sumber primer dari

lahirnya karya intelektual. Karya intelektual yang dihasilkan seharusnya harus

sesuai dengan moralitas kemanusiaan. Sesuai dengan Undang-Undang Hak

Cipta menekankan bahwa suatu ciptaan atau karya cipta yang dapat diberikan

17
Henry S, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 47.
30

perlindungan hukum merupakan ciptaan yang tidak bertentangan dengan

norma kesusilaan, agama maupun moralitas.

7. Prinsip Ahli Teknologi dan Penyebaran Teknologi

Perlindungan dan penegakan hukum hak kekayaan intelektual memiliki

tujuan adalah untuk memacu ide atau invensi baru pada bidang teknologi dan

memperlancar alih teknologi serta penyebarannya dengan tetap

memperhatikan kebutuhan produsen serta konsumennya. Teknologi pada

dasarnya tidak boleh hanya digunakan ataupun dikuasi oleh sekelompok

orang, perusahaan ataupun negara tertentu. Melainkan seharusnya disebarkan

kepada orang lain, perusahaan maupun negara lain sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi manusia.

D. Pelanggaran Hak Cipta

1. Pengertian Pelanggaran Hak Cipta

Pelanggaran hak cipta merupakan suatu perbuatan melanggar hukum

dimana ketika seseorang atau sekelompok orang dalam hal ini bukan

pemegang hak cipta melakukan tindakan dalam hal memperbanyak atau

mengumumkan suatu ciptaan, termasuk didalamnnya memamerkan,

menyewakan, mengalihwujudkan, merekam dan menjual pada publik hasil


31

ciptaan dari sang pencipta tanpa adanya ijin sah dari pemegang hak cipta atau

pencipta tersebut.18

2. Macam-macam Pelanggaran Hak Cipta

a) Pembajakan (Piracy)

Pembajakan merupakan istilah untuk mendefinisikan berbagai

aktivitas, seperti penipuan atau pemalsuan yang berkaitan dengan dunia

maya atau internet.19 Pembajakan internet adalah suatu tindakan

berbahaya yang bersifat bajakan dan biasanya cenderung termasuk ke

dalam tindakan ilegal. Selain itu juga mencakup penyebaran dan

penyalinan secara ilegal atau tidak sah terhadap perangkat lunak atau

software yang dilindungi oleh hukum dalam Pasal 1 butir 23 Undang-

Undang Hak Cipta. Dalam pasal tersebut dijelaskan tentang pembajakan,

yaitu penggandaan ciptaan dan/atau produk hak terkait secara tidak sah

dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas

untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Hal ini juga berkaitan dengan

pengertian pelanggaran hak cipta yaitu suatu hal yang melanggar

penggunaan karya cipta dalam hal ini terkait hak eksklusif pencipta yang

terdiri dari hak moral dan hak ekonomi dari pencipta atau pemegang hak

18
Aan Priyatna, Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta dalam Pembuatan E-book,
Semarang: Universitas Diponegoro, 2016, hal. 7.
19
Suran N, Hediyati M, “ Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap Pembajakan Film Secara
Daring”, Jurnal Meta-Yuridis, Vol. 2 No. 1, (2019), hal. 14.
32

cipta tertentu. Dalam hal ini seperti hak untuk mendistribusikan,

memproduksi, menyiarkan, menjual, memamerkan atau menampilkan

karya hak cipta tanpa adanya izin dari pencipta atau pemegang hak cipta.

b) Pengunduhan Ilegal (Illegal Downloading)

Pengunduhan ilegal didefinisikan sebagai suatu kegiatan menyalin

konten digital tanpa adanya izin dari pencipta atau pemegang hak cipta.20

Maka dari itu, hal ini dapat mengakibatkan kerugian kepada pencipta

dalam hal ini terkait hak ekonomi dari pemegang hak cipta tersebut. Hal

ini dikarenakan royalti yang pada dasarnya ada pada diri pencipta tetapi,

dengan adanya pelanggaran tersebut maka royalti yang seharusnya

menjadi milik pemegang hak cipta atau pencipta tidak diterima

sebagaimana mestinya. Meskipun pelanggaran ini merupakan suatu

tindakan ilegal tetapi masih saja banyak sekali masyarakat atau oknum-

oknum tertentu yang melakukan hal ini dengan sengaja dan tanpa adanya

rasa bersalah. Oleh karena itu, hal seperti ini harus menjadi fokus

pemerintah untuk segara ditindak lanjuti agar kedepannnya tidak terjadi

pelanggaran hak cipta.

c) Streaming Film Ilegal (Illegal Movie Streaming)

Streaming film ilegal adalah suatu kegiatan menonton film secara

langsung tanpa mengunduh film tersebut terlebih dahulu yang biasanya

20
Felisya K V, “ Pengunduhan Bajakan Musik Digital (MP3) Melalui Jasa Layanan Internet
Sebagai Dari Hak Cipta”, Lex Privatum, Vol. I No. 2, (2013), hal. 60.
33

dilakukan pengguna situs film ilegal. 21 Dalam hal ini merupakan bentuk

pelanggaran hak cipta online. Situs ilegal tersebut biasanya memfasilitasi

atau menyediakan film-film yang hak ciptaannya diperoleh secara tidak

sah kepada pengguna. Kenyataanya film-film tersebut dilindungi hak

ciptaannya berdasarkan ketentuan hukum yang telah berlaku.

3. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta

Sanksi pelanggaran hak cipta merupakan hukuman bagi seseorang yang

telah melakukan pelanggaran hak cipta. Dalam hal ini pemerintah Indonesia

telah memiliki aturan untuk setiap bentuk pelanggaran hak cipta dengan

adanya sanksi yang tegas untuk memberi efek jera bagi masyarakat maupun

para pelanggar hak cipta. Seperti pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 Tentang Hak Cipta Pasal 113 ayat 1-4 yang berbunyi :

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000

(seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta melakkan pelanggaran hak ekonomi pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

21
Ellysintia V, dkk. “Pengaruh Ilegal Movie Streaming Terhadap Popularitas Film Bagi
Mahasiswa, Universitas Internasional Batam”, Jurnal Teknologi Informasi, Vol. 6 No. 2, (2020), hal. 36.
34

dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau izin pencipta atau

pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,

dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan

pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana dengan paling

banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

E. Film/Karya Sinematografi

1. Pengertian Film/Karya Sinematografi

Pengertian secara harafiah film merupakan Cinemathographie berasal dari

cinema artinya gerak. tho artinya cahaya dan graphie artinya gambar, jadi

pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Film merupakan selaput


35

tipis yang terbuat dari seluloid, dimana untuk gambar negatif yang dibuat

potret dan untuk gambar positif yang diputar di bioskop dan di televisi. 22

Kemudian lebih spesifik dijelaskan dalam Undang-Undang tentang Hak

Cipta Pasal 40 Ayat (1) adalah :

Ciptaan yang berupa gambar bergerak (moving images) antara lain

film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat

dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat dibuat

dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik dan/atau

media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukan di bioskop,

layar lebar, televisi atau media lainnya. Sinematografi merupakan

salah satu contoh audiovisual.

2. Situs Film Online

Situs film online terdiri atas 2 jenis yaitu situs film legal dan situs film

ilegal, berikut penjelasannya :

a) Situs Film Legal

Situs film legal adalah situs yang berisi film-film yang telah terdaftar

secara sah dimata hukum dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam artinya bahwa situs film legal ini tidak

melanggar hak pencipta, hak moral serta hak ekonomi pencipta. Dengan

demikian, para pencipta film tidak merasa dirugikan melainkan para

22
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 242.
36

pencipta film diuntungkan karena dengan adanya situs film legal tersebut

para pencipta film dapat meraup keuntungan terkait hak ekonominya.

Situs film legal ini juga, dapat memudahkan penonton untuk menonton

film yang baru ditayangkan di bioskop tanpa adanya pelanggaran yang

dapat merugikan pemilik dari film tersebut.23 Situs film legal ini memiliki

ciri-ciri antara lain :

1) Pada dasarnya harus membayar atau berlangganan

2) Kualitas film yang diberikan berkualitas tinggi

3) Tanpa adanya iklan.

Situs film legal yang biasanya dikunjugi oleh masyarakat contohnya

Netflix, Go-Play, Iflix, Vidio, Viu, Genflix, dan CatchPlay.

b) Situs Film Ilegal

Situs film ilegal atau biasanya disebut situs film bajakan adalah situs

film yang didalamnya berisi film-film yang dapat dinonton tetapi situs

tersebut tidak terdaftar secara resmi dimata hukum dan penggunaannya

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

hal ini, situs film ilegal dapat merugikan pemegang hak cipta film karena

pencipta tidak mendapat keuntungan hak cipta yang didalamnya terdapat

hak ekonomi dan hak moral dari pencipta. Biasanya situs film ilegal ini

menjadi sasaran pemblokiran dari pemerintah, namun masih ada oknum-

23
Dharmawan S, Ardian M, Firdaus A, Ramahdhan M, Santoso S, “Analisis Minat Generasi Z dan
Milenial Pada Film Ilegal dan Situs Film Legal”, Jurnal Narada, Vol. 8 No. 2, (2021), hal. 138.
37

oknum tertentu yang membuat situs film ilegal yang baru. Sampai saat

ini, masih saja banyak situs film ilegal yang berada di internet atau

didunia maya.

Situs film ilegal ini memiliki ciri-ciri antara lain :24

1) Kualitas film yang disajikan tidak berkualitas tinggi

2) Dapat diakses dengan mudah

3) Terdapat banyak iklan

4) Tidak mengeluarkan biaya untuk berlangganan

5) Menggunakan kode berupa angka untuk dapat mengakses situs

tersebut.

Situs film ilegal yang bisanya dikunjugi oleh masyarakat contohnya

Multiplex21, LayarKaca21, Drama 21, dan Rebahin XXI.

24
Kompas, 2020, 7 Cara Mudah Mengenali Situs Web Palsu agar Terhindar dari “Scam”,
diakses pada tanggal 15 Agustus 2022, tersedia di :
https://tekno.kompas.com/read/2021/04/28/09310037/7-cara-mudah-mengenali-situs-web-palsu-agar-
terhindar-dari-scam-?page=all#page2.
38

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Maluku (selanjutnya di sebut

Ditreskrimsus Polda Maluku) adalah satuan kerja yang mempunyai tugas untuk

menyelenggarakan penyelidikan, penyidikan tindak pidana khusus, koordinasi,

pengawasan operasional serta administrasi penyidikan Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) disesuaikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas Ditreskrimsus Polda Maluku

menyelenggarakan beberapa fungsi dibawah ini antara lain :

a) Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus misalnya : tindak

pidana indagsi, tindak pidana korupsi, tindak pidana perbankan dan

pencucian uang, tindak pidana tertentu serta tindak pidana siber di wilayah

hukum Polda Maluku;

b) Pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional serta

administrasi penyidikan PPNS;

c) Penganalisasian kasus beserta penanganannya, serta mempelajari dan

mengkaji efektifitas pelaksanaan tugas Ditreskrimsus;

d) Pengumpulan dan pengolahan data dan pengkajian informasi serta

dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus; dan


39

e) Pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana khusus dilingkungan

Polda.

Kondisi umum Wilayah Polda Maluku sesudah Covid-19 menjadi

gambaran dalam pelaksanaan tugas di Polda Maluku pada periode kedepannya.

Hal ini dapat terlihat jelas dari perkembangannya kejahatan lintas negara seperti

korupsi, terorisme, penyelundupan manusia, penyelundupan senjata dan barang

dan yang paling penting yang dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai

kejahatan siber.

Kondisi umum keamanan sebagaimana telah tergambar jelas di atas akan

dengan mudah dipengaruhi oleh perubahan berbagai faktor yang terjadi di

dalam kehidupan masyarakat baik secara internal maupun eksternal yang dapat

dikelompokkan sebagai kekuatan, ancaman (Strength, Weakness,

Opportunities, Threats), peluang dan menghasilkan suatu gambaran mengenai

situasi kondisi Direktorat Reserse Kriminal Khusus secara keseluruhan yang

dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Perkembangan aspek kehidupan masyarakat

a) Aspek Idiologi

(1) Masyarakat Provinsi Maluku secara umum masih menerima secara

bulat Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan masyarakat

Maluku;

(2) Faktor-faktor penghambat yang belum sepenuhnya mendukung

Pancasila sebagai ideologi seperti masih terdapatnya


40

oknum/kelompok tertentu di masyarakat yang belum dapat

menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas ideologi negara.

Selain itu belum tertangani secara tuntas baik usaha pemerintah

dalam menciptakan aparatur pemerintah yang bersih dan

berwibawa dan masih ada golongan tertentu yang menghendaki

agama Islam maupun paham komunis dan liberal yang berkembang

yang menginginkan ditegakkannya syariat Islam khususnya di

wilayah Maluku dan munculnya/eksisnya kembali kelompok-

kelompok Islam garis keras/kelompok radikal yang menghendaki

berdirinya syariat Islam di seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut

dapat memecah belah persatuan dan kesatuan di tengah

kemajemukan/keanekaragaman suku, ras, agama dan antar

golongan. Hal ini juga berimplikasi dalam kehidupan di masyarakat

Maluku dan tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Berkaitan dengan illegal

downloading, masih kurangnya dukungan sarana komunikasi

daring (dalam jaringan) dari tingkat Polda Maluku sampai pada

tingkat Polsek dan sebaliknya (sebagai akibat dari kondisi geografis

yang bersifat kepulauan) yang mengakibatkan sistem pelaporan

menjadi lambat.
41

b) Aspek Politik

(1) Kondisi politik nasional masih diperhadapkan pada upaya untuk

melanjutkan reformasi diberbagai aspek kehidupan nasional,

dengan bertumpu pada prinsip demokrasi berdasarkan Pancasila

yang telah ditetapkan sebagai dasar negara. Hasil pembangunan

politik cukup signifikan, antara lain semakin menguatkannya

prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat, namun dalam

pelaksanaannya masih meliputi suasana euphoria demokrasi yang

berkepanjangan, sehingga kadang kala mengabaikan rambu-rambu

yang sudah disepakati dan diatur dalam Undang-Undang sehingga

berimplikasi terhadap terganggunya stabilitas keamanan dan

ketertiban masyarakat (Kamtibmas);

(2) Kondisi budaya politik belum menunjukan iklim dan budaya politik

yang sesuai dengan demokrasi yang benar. Budaya politik masih

bersifat primordial, oportunis, nepotis, feodal dan anarkis.

Indikatornya antara lain masih adanya pengerahan masa kekuatan

politik sebagai kelompok penekan yang bernuansa kekerasan dan

destruktif. Budaya faternalistik dan primordial masih dominan

mewarnai pemilihan pemimpin suprastruktur maupun infrastruktur

politik. Kebebasan pers tumbuh dan berkembang, yang belum

diimbangi oleh tanggung jawab sesuai etika jurnalistik, sehingga

mengarah kepada kebebasan tanpa batas dan tidak bertanggung


42

jawab tehadap akibat pemberitaan. Media massa masih

mengutamakan kepentingan bisnis dibandingkan resiko sosial

politik.

c) Aspek Ekonomi

(1) Ekonomi Maluku tumbuh solid tercemin dari pertumbuhan

ekonomi Provinsi Maluku bisa mencapai pada kisaran 6,02-6,38 %

(enam koma dua sampai enam koma tiga puluh delapan persen);

(2) Investasi Provinsi Maluku dengan mengedepankan pengelolaan

sumber daya alam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi

kelestarian Maluku sebagai wilayah berciri kepulauan, serta

peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Maluku;

(3) Proyek infastruktur di Maluku yang terus ditingkatkan yaitu

perluasan Bandara Pattimura, program lanjutan pembangunan

1.600 (seribu enam ratus) rumah rakyat dan pembangunan ruas

jalan trans Maluku diharapkan mampu meningkatkan

perekonomian dan pendapatan masyarakat di wilayah Maluku.

d) Aspek Sosial Budaya

(1) Dampak globalisasi yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi informasi komunikasi telah mempengaruhi aspek

kehidupan masyarakat yang dapat menimbulkan dampak negatif;

(2) Tradisi mengkonsumsi minuman keras yaitu minuman tradisional

sopi pada setiap acara adat, hajatan dan syukuran serta kegiatan adat
43

sering disalahgunakan oleh sebagian masyarakat Maluku, sehingga

berdampak pada gangguan Kamtibmas dan kecelakaan lalu lintas;

(3) Transformasi budaya dalam proses modernisasi tidak dapat

dihindarkan, cenderung semakin berpengaruh luas pada sistem

nilai, norma dan perilaku masyarakat yang dapat menimbulkan

gejala krisis identitas. Penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa

yang bersumber dari kebhinekaan masyakarat telah dilakukan

secara berkelanjutan. Namun belum mampu menjadi andalan untuk

menangkal dan menyaring pengaruh budaya asing;

(4) Kebebasan masyarakat dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

beragama semakin meningkat yang ditandai dengan munculnya

berkembangnya berbagai aliran/kepercayaan dalam suatu agama

sehingga menimbulkan pertentangan antar pemeluk umat beragama

itu sendiri yang berpotensi menimbulkan sikap pro dan kontra

masyarakat yang menjurus terjadinya konflik sosial.

e) Keamanan

(1) Kasus-kasus transnasional crime meliputi kasus narkoba jaringan

internasional, perdagangan manusia/human traficking, dan

terorisme juga menjadi perhatian seirus kedepan;

(2) Sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat yang

mempunyai/menguasi senjata api rakitan/ilegal sisa untuk

menyerahkan secara kepada aparat Kepolisian maupun Pemda;


44

(3) Polri dalam perwujudan visi dan misinya yang tertuju pada upaya

membentuk kemampuan sebagai aparat pengayom, pelindung dan

pelayan masyarakat di samping sebagai penegak hukum, khususnya

dalam rangka upaya mewujudkan kemampuan Polri yang mandiri

dan profesional. Untuk mewujudkan Polri sebagai pelindung,

pengayom dan pelayan masyarakat perlu dilakukan langkah ke

dalam (internal) yaitu pembenahan dan peningkatan kemampuan

Polri dan langka keluar (eksternal) yaitu langkah operasional dalam

mengantisipasi dan menanggulangi kejahatan transnasional,

terorisme;

(4) Trend perkembangan situasi Kamtibmas dari tahun ke tahun

cenderung meningkat. Hal tersebut disebabkan bertambahnya

jumlah penduduk dan dampak dari pengaruh perkembangan

lingkungan strategis, global, regional maupun nasional.

2) Analisa SWOT

Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) dipakai

untuk mengetahui berbagai macam faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan tugas di satuan kerja di Direktorat Reserse Kriminal Khusus

Polda Maluku dalam rangka melaksanakan fungsi penyelidikan dan

penyelidikan tindak pidana. Analisis ini ditunjukan atas berbagai faktor-

faktor baik dari lingkungan internal maupun eksternal melalui analisis

SWOT sebagai berikut :


45

a) Strength (Kekuatan)

(1) Jumlah personel Dit Reskrimsus Polda Maluku 93 (sembilan puluh

tiga) orang, yang terdiri dari Perwira Menegah 4 orang, Perwira

Pertama 9 orang, Bachelor of Arts 79 (tujuh puluh sembilan) orang

serta PNS gol IV 1 orang. Berkaitan dengan kegiatan illegal

downloading, jumlah personel belum efektif dalam menangani

kegiatan tersebut dilihat dari masih banyak masyarakat yang

melakukan kegiatan mendownload pada situs ilegal dan masih ada

situs ilegal bertaburan di internet.

(2) Sebagian besar personel Dit Reskrimsus Polda Maluku adalah

berasal dari masyarakat setempat (Local Boy for the Local Job),

sehingga memudahkan dalam penerapan penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana dalam rangka pembinaan kamtibas;

(3) Wujud penggelaran postur kekuatan personel Direktorat Reserse

Kriminal Khusus Polda Maluku telah disesuaikan kebutuhan

organisasi di Polda Maluku yaitu Polda Cukup, Polres Besar dan

Polsek Kuat, sebagai upaya pelayanan penguatan Reserse pada

titik-titik sebaran pelayanan dimasyarakat;

(4) Sarana dan prasarana Dit Reskrimsus Polda Maluku dari berbagai

jenis yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional sudah

ada tapi masih perlu dilakukan peningkatan baik kualitas maupun

kuantitasnya.
46

(5) Personel Dit Reskrimsus Polda Maluku untuk melakukan

peningkatan kualitas dan kinerja dalam kegiatan penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana, dalam rangka pelayanan kepada

masyarakat agar dapat meraih kepercayaan masyarakat.

b) Weakness (Kelemahan)

(1) Dit Reskrimsus Polda Maluku masih kurangnya dukungan sarana

komunikasi daring dari tingkat Polda Maluku sampai pada tingkat

Polsek jajaran dan sebaliknya (sebagai akibat dari kondisi geografis

yang bersifat kepulauan) yang mengakibatkan sistem pelaporan

menjadi lambat. Hal ini berpengaruh dengan ilegal downloading

sehingga masih banyak masyarakat yang masih melakukan

kegiatan mendownload film dari situs ilegal dikarenakan tidak

dilakukan penangangan segera;

(2) Sesuai peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2018 tanggal 21

September 2018 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada

tingkat kepolisian daerah, personel Direktorat Reserse Narkoba

Polda Maluku sesuai daftar susunan personel berjumlah 197

(seratus sembilan puluh tujuh), sedangkan secara rill berjumlah 83

(delapan puluh tiga) personel yang mana masih mengalami

kekurangan personil sebanyak 114 (seratus empat belas) personel,

sehingga hal ini merupakan kelemahan dalam bidang sumber daya

manusia dalam meningkatkan profesionalisme.


47

c) Opportunities (Peluang)

(1) Prinsip-prinsip kedaerahan atau kearifan lokal yang masih melekat

pada masyarakat Maluku (Pela Gandong, ain ni ain, kidabela dan

kalwedo) yang sangat membantu bagi terwujudnya rasa

persaudaraan antar suku, agama, etnis dan kelompok;

(2) Peran aktif masyarakat terhadap pelaksanaan perpolisian

masyarakat dalam memecahkan permasalahan sangat berdampak

baik bagi situasi Kamtibmas;

(3) Adanya keterpaduan antar aparat penegak hukum dan instansi

terkait lainnya dalam menyelesaikan masalah cepat. Hal ini sedikit

berbeda dengan penangangan kegiatan ilegal downloading yang

masih terus dilakukan oleh masyarakat sehingga masih dibutuhkan

kerja sama aparat penegakan hukum untuk menyelesaikan masalah

tersebut.

d) Threats (Ancaman)

(1) Luas wilayah Provinsi Maluku yang sebagian besar merupakan

lautan bebas dan hanya sebagian darat yang bisa menimbulkan

kerawananan kejahatan;

(2) Kurangnya lapangan kerja bagi penduduk mengakibatkan

meningkatnya jumlah pengangguran berimplikasi tindak kejahatan;

(3) Masih rendahnya tingkat pendidikan yang belum merata sehingga

pengangguran tinggi, penyimpangan budaya minum-minuman


48

keras (Sopi) yang berpotensi meningkatkan angka kejahatan. Selain

itu, terdapatnya kasus-kasus konflik perorangan yang bernuansa

SARA berkembang menjadi konflik komunitas (kelompok) yang

berpotensi menjadi kontinjensi tinggi.2

b. Visi dan Misi Direktorat Reskrimsus Polda Maluku

1) Visi

Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Maluku bertekat

mewujudkan personel Polda Maluku yang profesional, moderen dan

terpercaya yang tergelar di sentra pelayanan yang terdekat dengan

masyarakat untuk :

a) Mampu memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Berkaitan dengan kegiatan illegal downloading, aparatur penegak

hukum belum mampu untuk memberikan perlindungan kepada para

pencipta film, dalam hal ini para pencipta film tidak mendapat

haknya yang seharusnya didapatkan serta kurangnya pengayoman

bagi masyarakat terkait kegiatan illegal downloading yang dapat

merugikan para pencipta film di Indonesia.

b) Selaku pembina fungsi dapat memberikan petunjuk dalam

penyelenggara kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

khusus dan tertentu;


49

c) Melakukan proses penegakan hukum secara profesional dan

proporsional sehingga masyarakat merasakan secara nyata

pelayanan yang diberikan oleh penyidik;

d) Melakukan penyelidikan terhadap dan penyidikan terhadap :

(1) Kejahatan kekayaan negara

(2) Kejahatan trans nasional

e) Melaksanakan kegiatan Reskrim Polres Jajaran dalam menangani

kasus-kasus menonjol yang menjadi perhatian publik terutama pada

tindak khusus dan tertentu;

f) Meningkatkan hubungan kerjasama antara penegakan hukum

pemerintah dan instansi terkait.

2) Misi

Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Maluku merupakan

penjabaran misi dan visi Dit Reskrimsus Polda Maluku dengan

menyesuaikan perkembangan dan situasi wilayah dari kemampuan

yang dimiliki serta arah kebijakan Kapolda Maluku antara lain :

a) Menyelenggarakan pelayanan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana industri, perdagangan dan investasi;

b) Menyelenggarakan pelayanan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana perbankan, uang palsu (UPAL), tindak pidana pencucian

uang (TPPU) serta tindak pidana siber;


50

c) Menyelenggarakan pelayanan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana korupsi;

d) Menyelenggarakan pelayanan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana tindak pidana tertentu;

e) Melaksanakan pemberian surat pemberitahuan perkembangan hasil

penyelidikan (SP2HP);

f) Meningkatkan koordinasi dan pengawasan proses penyidikan

tindak pidana kriminal khusus serta meningdaklanjuti pengaduan

komplain masyarakat terkait dengan proses penyidikan oleh

penyidik Ditreskrimsus dan jajaran;

g) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta

mengembangkan metode dan teknik penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana kriminal khusus dalam rangka penegakan hukum

untuk memberikan perlindungan pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat;

h) Meningkatkan koordinasi, pengawasan dan pembinaan penyidik

pengawai negeri sipil;

i) Menindaklanjuti setiap pengaduan masyarakat yang masuk, yang

tidak bersifat subjektif.

c. Tujuan Jangka Menegah Direktorat Reskrimsus Polda Maluku

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Reserse Kriminal

Khusus Polda Maluku adalah sebagai berikut :


51

1) Meningkatnya penyelesaian tindak pidana, baik konvensional,

transnational, merugikan kekayaan negara dan kejahatan yang

berimplikasi kontinjensi. Berkaitan dengan kegiatan illegal

downloading, sudah cukup baik dalam penyelesaiannya, dengan cara

melakukan penutupan atau pemblokiran situs ilegal yang berada di

internet;

2) Menjamin pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana khusus

di lingkungan Polda Maluku;

3) Memberantas tindak pidana korupsi dan siber yang meresahkan

masyarakat;

4) Menyelenggarakan tata kelola Ditreskrimsus Polda Maluku yang

transparan dan kauntabel.

d. Sasaran Prioritas Direktorat Reserse Kriminal Khusus

1) Terwujudnya peningkatan dan penyelesaian perkara tindak pidana

ekonomi khusus di bidang indagsi, haki, tindak pidana perbankan,

pencucian uang, dan kejahatan di dunia maya (ITE);

2) Pelayanan publik Ditreskrimsus Polda Maluku yang prima berbasis

teknologi informasi dan komunikasi terutama dibidang siber;

3) Profesionalisme dan kesejahteraan personil yang sesuai strandar;

4) Pemenuhan kebutuhan sarpras Polda Maluku dan satker jajaran untuk

mendukung tugas kepolisian;


52

5) Regulasi dan sistem pengawasan penyidikan yang efektif dan

terpercaya.

e. Arah Kebijakan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Maluku

1) Sasaran strategis “terwujudnya penegakan hukum secara berkeadilan”

dicapai dengan arah kebijakan sebagai berikut:

Peningkatan profesionalisme dalam penanganan dan penyelesaian

tindak pidana maka strategi yang akan dilakukan yaitu :

mengintensifkan pemberantasan kejahatan dengan prioritas tindak

pidana ekonomi khusus, korupsi, siber dan tertentu. Berkaitan dengan

kegiatan illegal downloading, tim dari divisi siber crime sudah cukup

baik dalam penyelesaiannya, dengan cara melakukan penutupan atau

pemblokiran terhadap situs-situs ilegal di internet.

2) Sasaran strategis “terwujudnya pengawasan dan pembinaan

pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana” dengan arah

kebijakan sebagai berikut :

Peningkatan proses penyidikan yang efektif guna menjamin

transparansi dan akuntabilitas dalam penegakan hukum yang bebas dari

pungutan liar, rekayasa yang berbelit-belit, pemerasan dan makelar

kasus. Maka strategi yang akan dilakukan sebagai berikut; melakukan

penyusunan SOP tentang manajemen penyidikan, membangun esisten

pengawasan penyidik secara elektronik.


53

3) Sasaran strategis “terwujudnya pembinaan perencanaan dan

administrasi yang akurat dan akuntabel” dengan arah kebijakan sebagai

berikut :

Membuat dokumen laporan kinerja instansi pemerintah yang dapat

diukur dan terarah dalam kinerja yang dilakukannya sesuai dengan

tujuan yang akan di capai oleh Dit Reskrimsus Polda Maluku. Maka

strategi yang akan dilakukan ada beberapa hal yaitu membuat laporan

kinerja instansi pemerintah Dit Reskrimsus Polda Maluku, dan

membuat produk-produk perencanaan yang dihasilkan satker seperti

rencana strategi (Resentra), rencana kerja (Renja), indikator kerja

utama (IKU), Perjanjian Kinerja dan LKIP untuk diarahkan penilaian

dari inspektur pengawas daerah (irwasda). Berkaitan dengan kegiatan

illegal downloading, aparatur penegak hukum masih kurang dalam

memberikan pembinaan dan pengayoman bagi masyarakat. Sehingga

masyarakat masih saja menganggap kegiatan illegal dowloading

merupakan suatu hal yang biasa.

2. Gambaran Hasil Penelitian

Wawancara dilaksanakan di Direktorat Reserse Kriminal khusus Polda

Maluku. Narasumber yang berhasil diwawancarai secara intensif dengan nama

AIPDA Andrew Souhoka, S.H di bagian subdit V/Siber Ditreskrimsus Polda

Maluku.
54

Wawancara dengan narasumber dilaksanakan hari senin tanggal 27

2022. Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

a) Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang masih saja membuat situs

layanan film gratis untuk kegiatan ilegal download ?

Diperoleh data dari narasumber bahwa:

“ Faktor yang menyebabkan seseorang masih membuat situs layanan

film gratis yaitu terkait faktor ekonomi atau secara finasial yang dimana

seseorang masih kurang pendapatan atau tidak adanya penghasilan di dunia

nyata, sehingga orang tersebut membuat situs ilegal agar dapat

memperoleh keuntungan dari situs tersebut ”.

b) Bagaimana prosedur pelaporan terkait pelanggaran hak cipta tersebut ?

Diperoleh data dari narasumber bahwa:

“ Prosedur pelaporan terkait pelanggaran hak cipta, sesuai Pasal 95

Undang-Undang Hak Cipta adalah :

(1) Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif

penyelesaian sengketa, arbitrase atau pengadilan.

(2) Selain pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait dalam bentuk

pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui

keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa

melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana. Proses mediasi


55

tersebut bisa dengan melaporkan pelanggaran hak cipta melalui PPNS.

Akan tetapi, jika proses mediasi tersebut tidak dapat diselesaikan

secara baik maka selanjutnya gugatan atas pelanggaran hak cipta dapat

diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga. ”

c) Apa yang menyebabkan pelaku kejahatan siber dalam membuat situs ilegal

download film secara gratis sulit untuk ditindak secara hukum ?

Diperoleh data dari narasumber bahwa :

“ Kesulitan ini dikarenakan mudahnya bagi pelaku kejahatan untuk

bersembunyi di dalam dunia maya dan juga setiap perkara dalam

penanganannya ada yang mudah diungkap dan ada yang sukar tergantung

dari jejak digital yang ditinggalkan oleh pelaku. ”

d) Bagaimana cara penyelidikan kejahatan siber terhadap masalah

pelanggaran hak cipta film pada situs ilegal di internet ?

Diperoleh data dari narasumber bahwa :

“ Dimulai dengan penyelidikan, apabila sudah menemukan cukup

bukti maka perkara tersebut akan ditingkatkan ke tahap penyidikan, agar

penyidik segera memproses perkara tersebut. ”

e) Apakah penegakan Undang-Undang Hak Cipta saat ini sudah efektif, jika

dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum ?

Diperoleh data dari narasumber bahwa :

“ Dari faktor hukumnya sebenarnya saat ini, Undang-Undang Hak

Cipta sudah mengatur secara jelas terkait tata cara pendaftaran,


56

penyelesaian sengketa, hak-hak pencipta atau pemegang hak cipta maupun

sanksi terhadap pelaku pembuat situs ilegal. Akan tetapi pada

kenyataannya, masih saja para pelaku pembuat situs ilegal yang tidak ada

habisnya dalam membuat situs ilegal lainnya. Berkaitan dengan faktor

penegak hukum saat ini pihak Kepolisian sudah cukup berusaha dalam

melakukan perlindungan dan penegakan hukum dibidang kekayaan

intelektual khususnya terkait dengan karya cipta. Akan tetapi memang pada

kenyataannya masih saja ada pelanggaran hak cipta terkait hak cipta film.

Faktor sarana/fasilitas pendukung penegakan hukum dimana saat ini

Pemerintah sudah cukup memberikan fasilitas terkait pendukung dalam

memberikan layanan informasi dan laporan pelanggaran kekayaan

intelektual dengan pembangunan fasilitas-fasilitas umum terkait layanan

masyarakat yang ada pada pihak Kepolisian Polda Maluku. Akan tetapi

memang karena kondisi geografis yang bersifat kepulauan sehingga

mengakibatkan sistem pelaporan menjadi lambat. Selanjutnya faktor

masyarakat dimana faktor yang juga turut berperan dalam penegakan

hukum oleh karena itu saat ni diharapkan peran serta masyarakat dalam

melindungi setiap ciptaan yang dihasilkan oleh seorang pencipta sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang Hak Cipta. Akan tetapi memang pada

kenyataannya hal tersebut belum tercapai dengan yang diharapkan. Selain

keempat faktor di atas juga ada faktor kebudayan dimana budaya

masyarakat yang masih senang saat ciptaanya ditiru harus sedikit demi
57

sedikit diberikan pemahaman kepada mereka, dimana suatu ciptaan yang

diciptakan oleh seorang pencipta memiliki suatu nilai ekonomis yang

nantinya dapat memberikan kemajuan pada bidang perekonomian.”

f) Bagaimana solusi yang dapat ditempuh untuk mengurangi pelanggaran hak

cipta terkait ilegal download film ?

Diperoleh data dari narasumber bahwa:

“ Pada dasarnya solusinya itu tergantung pada diri sendiri dimana

seseorang harusnya sadar akan tindakan yang dilakukannya dapat

mengakibatkan seorang pemegang hak cipta mengalami kerugian dan juga

adanya sosialisasi terhadap masyarakat baik itu secara langsung maupun

tidak langsung, melalui media sosial, radio dan televisi terkait perlindungan

mengenai hak cipta. ”

Selain wawancara yang dilakukan di Direktorat Reserse Kriminal

Khusus Polda Maluku, wawancara juga di lakukan pada masyarakat di 4

Kecamatan antara lain: Kecamatan Sirimau, Nusaniwe, Baguala dan Teluk

Ambon.

Wawancara yang dilakukan di Kecamatan Sirimau ada 5 orang. Pertama

atas nama Regino Papilaya berusia 23 tahun, alamat di Karang Panjang dan

berstatus sebagai mahasiswa disebut sebagai narasumber A. Kedua atas nama

Jordi Kakisina berusia 17 tahun, alamat di Galala dan berstatus sebagai pelajar

SMA (Sekolah Menengah Atas) disebut sebagai narasumber B. Ketiga atas

nama Putry Sopamena berusia 27 tahun, alamat di Tantui dan berprofesi


58

sebagai ASN disebut sebagai narasumber C. Keempat atas nama Kris

Pessiwarisa berusia 29 tahun, alamat di Hative Kecil dan berprofesi sebagai

ASN disebut sebagai narasumber D. Kelima atas nama Angel Lewakabessy

berusia 33 tahun, alamat di Batu Merah dan berprofesi sebagai ibu rumah

tangga.

Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

a) Apakah anda sering mengakses situs ilegal untuk mendownload film ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, C dan D mengatakan bahwa

mereka selalu mengakses situs ilegal. Sedangkan narasumber dan E

mengatakan bahwa tidak mengakses situs ilegal.

b) Kenapa anda memilih mendownload film di situs ilegal tersebut ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, C dan D mengatakan bahwa

karena tidak berbayar.

c) Apakah hasil download film dibagikan lagi ke orang lain ?

Diperoleh data dari narasumber A dan B mengatakan bahwa mereka

selalu membagikan hasil download film. Sedangkan narasumber C dan D

mengatakan bahwa mereka tidak pernah membagikan hasil download film

ke orang lain.
59

d) Apakah anda mengetahui Undang-Undang Hak Cipta ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, C dan D mengatakan bahwa

mereka mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta. Sedangkan

narasumber E tidak mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta.

e) Apakah anda mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal ?

Diperoleh data dari narasumber A, C dan E mengatakan bahwa

mereka mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal. Sedangkan

narasumber B dan D tidak mengetahui sanksi mendownload film di situs

ilegal.

Wawancara yang dilakukan di Kecamatan Nusaniwe ada 5 orang.

Pertama atas nama Holdrin Namuhury berusia 21 tahun, alamat di Kudamati

dan berstatus sebagai mahasiswa disebut sebagai narasumber A. Kedua atas

nama Dodit Simanjutak berusia 14 tahun, alamat di Benteng dan berstatus

sebagai pelajar SMP (Sekolah Menegah Pertama) disebut sebagai narasumber

B. Ketiga atas nama Levina Itihuny berusia 27 tahun, alamat di Amahusu dan

berprofesi sebagai ASN disebut sebagai narasumber C. Keempat atas nama

Marchel Tomasoa berusia 30 tahun, alamat di Amahusu dan berprofesi

sebagai Pegawai Swasta disebut sebagai narasumber D. Kelima atas nama

Syela Sinay berusia 35 tahun, alamat di Mangga dua dan berprofesi sebagai

Wiraswata.

Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :


60

a) Apakah anda sering mengakses situs ilegal untuk mendownload film ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, D dan E mengatakan bahwa

mereka selalu mengakses situs ilegal untuk mendownload film. Sedangkan

narasumber E mengatakan bahwa tidak mengakses situs ilegal.

b) Kenapa anda memilih mendownload film di situs ilegal tersebut ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, D dan E mengatakan bahwa

karena gratis dan mudah untuk diakses.

c) Apakah hasil download film dibagikan lagi ke orang lain ?

Diperoleh data dari narasumber A dan B mengatakan bahwa mereka

selalu membagikan hasil download film. Sedangkan narasumber D dan E

mengatakan bahwa tidak membagikan hasil download film ke orang lain.

d) Apakah anda mengetahui Undang-Undang Hak Cipta ?

Diperoleh data dari narasumber A, C dan E mengatakan bahwa

mereka mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta. Sedangkan

narasumber B dan D tidak mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta.

e) Apakah anda mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal ?

Diperoleh data dari narasumber C dan E mengatakan bahwa mereka

mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal. Sedangkan

narasumber A, B dan D tidak mengetahui sanksi mendownload film di situs

ilegal.

Wawancara yang dilakukan di Kecamatan Baguala ada 5 orang. Pertama

atas nama Nando Imkokmey berusia 28 tahun, alamat di Halong dan


61

berprofesi sebagai supir angkutan kota disebut sebagai narasumber A. Kedua

atas nama Gian Hiariej berusia 22 tahun, alamat di Lateri dan berstatus sebagai

mahasiswa disebut sebagai narasumber B. Ketiga atas nama Karin Ayomi

berusia 30 tahun, alamat di Passo dan berprofesi sebagai Wiraswasta disebut

sebagai narasumber C. Kempat atas nama Jean Wattimena berusia 27 tahun,

alamat di Nania dan berstatus sebagai ibu rumah tangga disebut sebagai

narasumber D. Kelima atas nama Riska Solissa berusia 31 tahun, alamat di

Negeri lama dan berprofesi sebagai ASN disebut sebagai narasumber E.

Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

a) Apakah anda sering mengakses situs ilegal untuk mendownload film ?

Diperoleh data dari narasumber A, C dan E mengatakan bahwa

mereka selalu mengakses situs ilegal untuk mendownload film. Sedangkan

narasumber B dan C mengatakan bahwa mereka tidak mengakses situs

ilegal.

b) Kenapa anda memilih mendownload film di situs ilegal tersebut ?

Diperoleh data dari narasumber A, C dan E mengatakan bahwa

karena praktis dan gratis.

c) Apakah hasil download film dibagikan lagi ke orang lain ?

Diperoleh data dari narasumber A dan E mengatakan bahwa

membagikan hasil download film. Sedangkan narasumber C mengatakan

bahwa ia tidak membagikan hasil download film ke orang lain.


62

d) Apakah anda mengetahui Undang-Undang Hak Cipta ?

Diperoleh data dari narasumber A, B dan E mengatakan bahwa

mereka mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta. Sedangkan

narasumber C dan D mereka tidak mengetahui tentang Undang-Undang

Hak Cipta.

e) Apakah anda mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal ?

Diperoleh data dari narasumber B dan E mengatakan bahwa mereka

mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal. Sedangkan

narasumber A, C dan D tidak mengetahui sanksi mendownload film di situs

ilegal.

Wawancara yang dilakukan di Kecamatan Teluk Ambon ada 5 orang.

Pertama atas nama Puspa Kamoda berusia 29 tahun alamatnya Poka dan

berprofesi sebagai Perawat disebut sebagai narasumber A. Kedua atas nama

Sela Latuperisa berusia 20 tahun, alamat di Rumah Tiga dan berstatus sebagai

mahasiswa disebut sebagai narasumber B. Ketiga atas nama Lerry Pelupessy

berusia 21 tahun, alamat di Hunut dan berstatus sebagai mahasiswa disebut

sebagai narasumber C. Keempat atas nama Vero Langke berusia 43 tahun,

alamat di Laha dan berstatus sebagai ibu rumah tangga disebut sebagai

narasumber D. Kelima atas nama Beril Sopacua berusia 25, alamat di Wayame

dan berprofesi sebagai kurir perusahaan ekspedisi disebut sebagai narasumber

E.
63

Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

a) Apakah anda sering mengakses situs ilegal untuk mendownload film ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, D dan E mengatakan bahwa

mereka tidak mengakses situs ilegal untuk mendownload film. Sedangkan

narasumber C mengatakan bahwa ia mengakses situs ilegal.

b) Kenapa anda memilih mendownload film di situs ilegal tersebut ?

Diperoleh data dari narasumber A, B, D dan E mengatakan bahwa

karena praktis dan gratis.

c) Apakah hasil download film dibagikan lagi ke orang lain ?

Diperoleh data dari narasumber A mengatakan bahwa membagikan

hasil download film. Sedangkan narasumber B, D dan E mengatakan

bahwa mereka tidak membagikan hasil download film ke orang lain.

d) Apakah anda mengetahui Undang-Undang Hak Cipta ?

Diperoleh data dari narasumber A, B dan E mengatakan bahwa

mereka mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta. Sedangkan

narasumber C dan D tidak mengetahui tentang Undang-Undang Hak Cipta.

e) Apakah anda mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal ?

Diperoleh data dari narasumber A dan B mengatakan bahwa mereka

mengetahui sanksi mendownload film di situs ilegal. Sedangkan

narasumber C, D dan E tidak mengetahui sanksi mendownload film di situs

ilegal.
64

B. Pembahasan

Penegakan hukum merupakan suatu persoalan yang tidak habis kunjung

dibahas. Penegakan hukum hak cipta film bukanlah merupakan sesuatu yang berdiri

sendiri yang terlepas dari penegakan hukum pada umumnya. Penegakan hukum hak

cipta hanyalah merupakan sub sistem dan bagian integral dari sistem penegakan

hukum di Indonesia. Permasalahan dan hambatan-hambatan yang terjadi dan

dialami dalam penegakan hukum secara umum adalah juga dialami dan dihadapi

dalam penegakan hukum hak cipta. Berdasarkan teori efektivitas hukum dari

Soerjono Seokanto ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum hak

cipta antara lain : 1

1. Faktor Hukumnya Sendiri (Undang-Undang)

Kehadiran hukum dalam suatu masyarakat menurut Satjipto Rahardjo

adalah agar dapat mengantur ataupun mengkoordinasikan banyak kepentingan

sehingga nantinya tidak dapat bertabrakan antar satu sama lain. Koordinasi

terhadap kepentingan tersebut dilakukan dengan cara memberikan batasan-

batasan tertentu dan perlindungan kepada kepentingan tersebut.2

Berdasarkan hasil wawancara secara tatap muka pada tanggal 27 Juni 2022

dengan AIPDA Andrew Souhoka, S.H di bagian subdit V/Siber Ditreskrimsus

Polda Maluku, mengatakan bahwa poin utama dalam hal melindungi hak-hak

1
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta. 2011. hal 8.
2
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. 2014. Hal 53.
65

yang dimiliki oleh seorang pencipta film dari situs penyedia film ilegal adalah

dengan berlandaskan pada Undang-Undang Hak Cipta dengan setiap ketentuan

yang ada pada Undang-Undang Hak Cipta tersebut. Selain Undang-Undang Hak

Cipta ada juga Undang-Undang Perfiliman dan Undang-Undang Informasi dan

Transaksi Elektronik merupakan perangkat hukum yang dapat digunakan oleh

penegak hukum dalam upaya melakukan penegakan hukum terhadap pembuatan

situs download film bajakan. Berbagai peraturan perundang-undangan ini belum

dapat dijalankan secara optimal dikarenakan pada Undang-Undang Informasi

dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Perfilman belum mengatur

bagaimana bentuk pelanggaran hukum atas pembentukan situs ilegal untuk

mendownload film bajakan secara jelas dan pasti.

2. Faktor Penegak Hukum

Penegak hukum merupakan seperangkat pihak-pihak yang melaksanakan

penegakan maupun menerapkannya berdasarkan hukum. Pihak-pihak yang

terkait tersebut adalah salah satunya adalah bidang kepolisian. Berkaitan dengan

pendapat yang diutarakan oleh AIPDA Andrew Souhoka, S.H di bagian subdit

V/Siber Ditreskrimsus Polda Maluku, bahwa penegak hukum saat ini yaitu pihak

Kepolisian sudah berusaha dalam melakukan perlindungan dan penegakan

hukum dibidang kekayaan intelektual khususnya terkait dengan karya cipta.

Aparat penegak hukum sangatlah menentukan efektif atau tidaknya kinerja

hukum tertulis. Dalam hal ini dikehendaki aparat penegak hukum yang handal

sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kehandalan yang dimiliki


66

oleh penegak hukum berkaitan dengan ketrampilan profesional serta memiliki

mental yang baik. Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah yang berpengaruh

terhadap jalannya hukum tertulis ditinjau dari segi penegak hukum bergantung

pada hal-hal di bawah ini, antara lain :

a) Sampai sejauh mana petugas penegak hukum terkait dengan peraturan-

peraturan hukum yang ada.

b) Sampai batas mana petugas penegak hukum diperbolehkan memberikan

kebijaksanaan.

c) Telandan seperti apa yang seharusnya diberikan oleh pertugas penegak

hukum kepada masyarakat.

d) Sampai sejauh mana penugasan-penugasan yang diberikan kepda petugas

penegak hukum sehingga dapat mengetahui batas-batas tegas berkaitan

dengan wewenangnya.

Dengan demikian, saat ini sebenarnya pihak kepolisian khususnya bagian

Direktorat Reserse Kriminal khusus Polda Maluku sudah berusaha secara

maksimal dalam perlindungan maupun penegakan hukum di bidang hak

kekayaan intelektual khususnya hak cipta. Akan tetapi memang pada

kenyataanya belum efektif dalam menangani kegiatan tersebut dilihat dari masih

banyak masyarakat yang melakukan kegiatan mendownload pada situs ilegal dan

masih ada situs ilegal bertaburan di internet.


67

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung Penegakan Hukum

Kasus pembajakan film secara online sebenarnya hal tersebut sudah terjadi

lama. Berkaitan dengan pendapat yang disampikan oleh AIPDA Andrew

Souhoka, S.H di bagian subdit V/Siber Ditreskrimsus Polda Maluku bahwa

saranan/fasilitas pendukung penegakan hukum dimana saat ini pemerintah sudah

cukup memberikan fasilitas terkait pendukung dalam memberikan layanan

informasi. Tetapi memang pada dasarnya bahwa Ditreskrimsus Polda Maluku

masih kurangnya dukungan sarana komunikasi daring dari tingkat Polda Maluku

sampai pada tingkat Polsek dan sebaliknya (sebagai akibat dari kondisi geografis

yang bersifat kepulauan) yang mengakibatkan sistem pelaporan menjadi lambat.

Hal ini berpengaruh dengan ilegal downloading sehingga masih banyak

masyarakat yang masih melakukan kegiatan mendownload film dari situs ilegal

dikarenakan tidak dilakukan penangangan segera.

Pada pasal 54 Undang-Undang Hak Cipta yang mengatur tentang

pencegahan pelanggaran hak cipta dan hak terkait yang dilakukan melalui sarana

teknologi informasi, yakni pemerintah berwenang melakukan :

a) Pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran

hak cipta dan hak terkait,

b) Kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar

dalam pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran hak

cipta dan hak terkait,


68

c) Pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media

apapun terhadap ciptaan dan produk hak terkait di tempat pertunjukan. 3

Selain itu pencegahan secara preventif dengan cara memblokir atau

menghapus situs penyedia film ilegal bukanlah solusi yang tepat dan hasilnya

justru memancing bertambah banyaknya situs ilegal yang menyediakan

download film gratis lainnya bermunculan setelah satu situs diblokir. Hal

tersebut tidaklah efektif, bukannya melakukan pemblokiran terhadap situs ilegal

penyedia film, maka perbaikan regulasi tersebut harus segera dilakukan.

Teknologi yang dimiliki oleh para penegak hukum atau aparatur penegak hukum

untuk melaksanakan penegakan hukum sudah ada, akan tetapi teknologi juga

memungkinkan para pelaku kejahatan melakukan aksi mereka dalam

memanipulasi pembentukan situs yang menyediakan film-film ilegal untuk

didownload.

4. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan. Pemahaman masyarakat Indonesia khususnya di Kota Ambon

tentang Undang-Undang Hak Cipta masih belum 100% (seratus persen) baik

walaupun pada kenyatannya, masyarakat Kota Ambon sudah mengetahui

Undang-Undang Hak Cipta didasarkan pada wawancara yang telah dilakukan

3
Thalib Pratiwi, “ Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta dan Pemiliki Lisensi
Rekaman Berdasarkan Undang-undang Tentang Hak Cipta”. Jurnal Yuridika Vol 23 No.8. (2013). hal
7.
69

pada keempat kecamatan yaitu Kecamatan Sirimau, Nusaniwe, Baguala dan

Teluk Ambon sebanyak 20 (dua puluh) masyarakat yang menjadi responden

dimana 13 (tiga belas) responden mengetahui Undang-Undang Hak Cipta dan 7

responden tidak mengetahui Undang-Undang Hak Cipta. Akan tetapi pada

kenyataan, yang terjadi di lapangan banyaknya orang yang mengetahui eksistensi

Undang-Undang Hak Cipta akan tetapi tidak sejalan dengan pemahaman akan

aturan yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Cipta. Selain itu bila

diperhatikan pada gambaran hasil penelitian bahwa terdapat sekitar 9 responden

yang mengetahui sanksi dari mendownload film pada situs ilegal dari 13 (tiga

belas) responden yang mengetahui mengenai Undang-Undang Hak Cipta.

Dari data hasil penelitian terlihat jelas bahwa angka pengetahuan dan

pemahaman terhadap Undang-Undang Hak Cipta sudah cukup baik, setidaknya

sudah melebihi setengah responden yang telah diwawancarai. Namun dari data

tersebut, dapat diperhatikan bahwa pengetahuan tentang Undang-Undang Hak

Cipta masih belum diikuti dengan pemahaman akan pasal-pasal di dalamnya. Hal

ini nampak dari 15 (lima belas) responden yang mengakses situs ilegal 7

responden membagikan hasil download film kepada orang lain. Sehingga masih

banyak masyarakat di Kota Ambon yang hanya sebatas mengetahui eksistensi

Undang-Undang Hak Cipta namun masih saja menganggap bahwa mendownload

film dan menyebarkan hasil mendownload film kepada orang lain adalah sesuatu

hal yang biasa saja.


70

Masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan keberadaan situs ilegal untuk

mendownload film dan terbiasa tidak menikmati film yang dari situs legal yang

sudah dibuat oleh berbagai perusahaan. Hal ini didasarkan dari hasil wawancara

dimana sekitar 15 (lima belas) responden yang mengakses situs ilegal

dikarenakan situs ilegal yang diakses secara gratis tanpa berbayar. Hal ini

berpengaruh bagi para pembentuk situs ilegal tersebut untuk terus melakukan

tindakan ilegalnya demi mendapatkan keuntungan. Masyarakat yang terbiasa

dengan adanya keberadaan situs ilegal untuk mendownload film ini perlu

mendapat sosialisasi dan pengetahuan dari pemerintah tentang bahayanya

mengakses situs ilegal untuk mendownload film. Sosialisasi ini bertujuan untuk

menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat bahwa film merupakan hak cipta

dari seseorang yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, dan terdapat

hak moral dan hak ekonomi yang melekat pada pemegang hak cipta tersebut.

5. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan merupakan hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan

pada kehidupan dalam masyarakat di dalam pergaulan hidup. Budaya milenial

yang ingin sesuatu dilakukan dengan cara yang instan dan cepat namun secara

gratis sedang menjadi masalah besar bagi bangsa ini. Akan tetapi, budaya

tersebut dapat diubah salah satunya dengan cara seorang tokoh, baik itu pejabat

Pemerintah maupun penegak hukum atau siapapun orang penting yang mulai

mencontohkan untuk dapat menaati Undang-Undang Hak Cipta dengan

melakukan sosialisasi tentang menonton film pada situs legal yang tidak
71

merugikan pemegang hak cipta maupun pemerintah. Harapannya tokoh-tokoh

tersebut dapat menjadi panutan bagi semua orang dan dapat membawa dampak

positif bagi masyakarat untuk dapat bersama-sama meninggalkan budaya

menonton film pada situs ilegal dan beralih menonton film pada situs legal. Hal

ini juga sama dengan pendapat dari Soerjono Soekanto bahwa Undang-Undang

dapat menjadi efektif jika peranan dilakukan oleh pejabat penegak hukum

semakin mendekati apa yang diharapkan Undang-Undang, dan sebaliknya

menjadi tidak efektif jika peranan yang dilakukan oleh penegak hukum dari apa

yang diharapkan Undang-Undang.

Budaya lainnya yang timbul di dalam masyarakat adalah budaya yang

masih saja senang saat ciptannya ditiru. Budaya ini harus sedikit demi sedikit

dapat memberikan pemahaman yang jelas jika setiap ciptaan yang dihasilkan

memiliki nilai ekonomi yang dapat memberikan kemajuan dalam bidang

perekonomian terhadap setiap individu secara khusus. Erat kaitannya dengan

masalah kultur adalah masalah paradigma (cara pandang) masyarakat terhadap

kejahatan hak cipta itu sendiri. Realitas menentukan bahwa masyarakat kita

umumnya tidak memandang kejahatan hak cipta sebagai kejahatan, dengan kata

lain kejahatan hak cipta tidaklah terlalu jahat.

Oleh karena itu dari faktor-faktor di atas dapat terlihat bahwa masih banyak

pelanggaran hak cipta berkaitan dengan kegiatan download film pada situs ilegal

yang terjadi dalam masyarakat, khususnya terhadap hak untuk memperbanyak yang

secara nyata dapat dilihat dalam bentuk pembajakan (piracy) telah menyebabkan
72

adanya kesan bahwa negara kita kurang memberikan perhatian serius terhadap

masalah hak cipta dan dipandang lemah dalam melakukan penegakan hukumnya.
73

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta,

sudah baik dalam beberapa aspek dalam melindungi hak-hak dari pemegang hak

cipta baik itu hak ekonomi maupun hak moral. Akan tetapi, pada kenyataannya

dalam melindungi karya cipta di dalam kegiatan online aparatur penegak hukum

kurang memerhatikan perlindungannya jika tidak ada pengaduan maka tidak akan

berjalan semestinya. Seharusnya aparat penegak hukum lebih aktif lagi dalam

pemenuhan atas perlindungan karya cipta seseorang.

Masalah atau perkara yang terjadi karena kurangnya sumber daya manusia,

hal ini dikarenakan lebih banyak pelaku pelanggarnya dari pada penegak hukum

itu sendiri dan juga sudah menjadi kebiasaan atas perlakuan pelanggaran terkait

hak cipta film dan kurangnya kesadaran hukum masyarakat indonesia serta

kurangnya sistem yang baik untuk mengkontrol kegiatan pada dunia online.

B. Saran

1. Agar pemerintah semakin berinisiatif dalam melakukan kegiatan sosialisasi

tentang penegakan hukum hak cipta terkhususnya situs ilegal yang memuat

film-film sehingga masyarakat dapat memahami dan mempelajari tentang

substansi Undang-Undang Hak Cipta.


74

2. Masyarakat selalu mengapresiasi kerja keras para pencipta film dengan

menonton film tersebut di situs legal layanan penyedia film baik itu secara

berlanggang atau berbayar agar para pencipta film dapat memperoleh

keuntungan finansial dari hasil ciptaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Aan Priyatna, (2016), Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta dalam

Pembuatan E-book, Semarang: Universitas Diponegoro.

Ahmad Ramli, (2013), Buku Paduan Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.

Tangerang.

Amiruddin, Zainal A, (2012), Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Andi Hamzah dan Sumangelipu, (1985), Hukum Pidana Mati di Indonesia, di Masa

Lalu, Kini dan di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Asian Law G, (2004), Hak Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), Alumni, Bandung.

Budi Santoso, (2011), Hak Kekayaan Intelektual, Penerbit Pustaka Magister,

Semarang.

C S T Kansil, (1997), Hak Milik Intelektul (Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta),

PT. Sinar Grafika, Jakarta.

Eddy Damian, (2012), Glosarium Hak Cipta dan Hak Terkait, P.T. Alumi, Bandung.

Henry S, (2011), Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Khoirul Hidayah, (2018), Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang.

Muhammad D, Djubaedillah, (2014), Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan

Praktiknya di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.


Mahdurohatum Anis, (2013), Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Dalam Perspektif

Sejarah di Indonesia. Madina Semarang.

Rachmadi Usman, (2003), Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan

Dimesi Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung.

Rahmi Jened, (2014), Hukum Hak Cipta (Copyright’s Law), PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Ras Elyta Ginting, (2012), Hukum Hak Cipta Indonesia (Analisis Teori dan Praktik).

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Riswandi B A, Syamsudin M, (2004), Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Roscou Pound, (1982), Pengantar Filsafat Hukum terjemahan Mohammad Radjab,

Bharatara Karya Aksara, Jakarta.

O.K Saidin , (2004), Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property

Rights), Rajawali Pers, Jakarta.

_________ , (2016), Sejarah dan Politik Hukum Hak Cipta, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Salim H, (2005), Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta.

Satjipto Rahardjo, (2011), Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soekanto, Soerjono (1983), Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung.

Soelistyo, Henry, (2011), Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta
Soerjono Soekanto, (2011), Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suyud M, (2003), Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV. Novindo Pustaka Mandiri.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, (1990), Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Jurnal dan Skripsi :

Ayup Ningsih dan Balqis Maharani, (2019). Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap

Pembajakan Film Secara Daring. Jurnal Meta-Yuridis Vol.2 No.1.

Dharmawan S, Ardian M, Firdaus A, Ramahdhan M, Santoso S, (2021). Analisis Minat

Generasi Z dan Milenial Pada Film Ilegal dan Situs Film Legal. Jurnal Narada

Vol.8 No.2.

Ellysintia V, dkk, (2020). Pengaruh Ilegal Movie Streaming Terhadap Popularitas Film

Bagi Mahasiswa, Universitas Internasional Batam. Jurnal Teknologi Informasi

Vol.6 No.2.

Felisya K V, (2103). Pengunduhan Bajakan Musik Digital (MP3) Melalui Jasa Layanan

Internet Sebagai Dari Hak Cipta. Lex Privatum Vol.I No.2.

Indah Sari, (2016). Kedudukan Hak Cipta Dalam Mewujudkan Hak Ekonomi Sebagai

Upaya Perlindungan Terhadap Intelectual Property Right’’. Jurnal M-Proggres.


Khwarzmi M Simatupang, (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Dalam

Ranah Digital (Juridical Review of Copyright Protection in Digital Sector).

Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum Vol.15 No.1.

Setiono, (2004). Rule of law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suran N, Hediyati M, (2019). Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap Pembajakan

Film Secara Daring. Jurnal Meta-Yuridis Vol.2 No.1.

Sutrahitu M E, Kuahaty S S, Balik A, (2021). Perlindungan Hukum Pemegang Hak

Cipta terhadap Pelanggaran Melalui Aplikasi Telegram. TOTOHI Jurnal Ilmu

Hukum Vol.1 No.4.

Thalib Pratiwi, (2013). Perlindungan Hukum Terhadap Pememgang Hak Cipta dan

Pemiliki Lisensi Rekaman Berdasarkan Undang-Undang Tentang Hak Cipta.

Jurnal Yuridika Vol 23 No.8.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Website :

Kompas, 2020, 7 Cara Mudah Mengenali Situs Web Palsu agar Terhindar dari

“Scam”, diakses pada tanggal 15 Agustus 2022, tersedia di :


https://tekno.kompas.com/read/2021/04/28/09310037/7-cara-mudah-

mengenali-situs-web-palsu-agar-terhindar-dari-scam-?page=all#page2.

Ray Pratama Siadari, Teori Perlindungan Hukum, diakses pada tanggal 26 Mei 2022,

tersedia di http://raypratama.blogspot.co.id/2015/04/teori-perlindungan-

hukum.html.

Anda mungkin juga menyukai