Anda di halaman 1dari 126

151.

Suatu industri farmasi memproduksi fenofibrate 200 mg merupakan


pengembangan dari produk 100 mg. agar produk tersebut dapat diedarkan
maka harus dilakuakan uji ekivalen. Uji ekivalensi apa yang harus dilakukan
a. uji kandungan senyawa aktif
b. uji disolusi terbanding
c. uji bioavabilitas in sio
d. uji permeabilitas in vitro
e. uji absorpsi in si tu

Jawab : B. Uji Disolusi Terbanding


Karena produk tersebut termasuk ke dalam kriteria untuk uji ekivalensi in vitro
(uji disolusi terbanding). Karena produk obat diatas studi ekivalensi telah
dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan ( biasanya kekuatan yang
tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan dipilih kekuatan yang lebih rendah).

KRITERIA UNTUK EKIVALENSI


1. Produk obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo
Uji ekivalensi in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik,
studi farmakodinamik komparatif, atau uji klinik komparatif. Dokumentasi
ekivalensi in vivo diperlukan jika ada resiko bahwa peredaran
bioavailabilitas dapat menyebarkan inekivalensi terapi.
1.1 produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu
atau lebih kriteria berikut ini :
a. obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon terapi
yang pasti (critical use drugs), misal: antituberkulosis, antiretroviral,
antibakteri, antihipertensi, antiangina, obat gagal jantung,
antiepilepsi, antiasma.
b. Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva doses-respons
yang curam, misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat
sitostatik, litium, feniton, siklosporin, sulfonilurea, teofilin.
c. Terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan
obat yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau
formulasi yang mirip (tidak berhubungan dengan masalah disolusi,)
misal:
- absorpsi bervariasi atau tidak lengkap;
- eliminasi presistemik yang tinggi;
- farmakokinetik nonlinear;
- sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan (misal: kelarutan
rendah, permeabilitas rendah, tidak stabil, dsb.)
d. eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi
bioekivalensi
1.2. produk obat non-oral dan non –parenteral yang didesain untuk bekerja
sistemik, misal : sediaan transdermal, supositoria, permen nikotin, gel
testosteron dan kontraseptif bawah kulit,
1.3. Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja sistemik.
1.4. Produk kombinasi tetap untuk bekerja sistemik, yang paling sedikit
salah satu zat aktifnya memerlukan studi in vivo.
1.5. Produk obat bukan larutan bukan untuk penggunaan non sistemik (oral
nasal, okular, dermal, rektal, vaginal, dsb), dan dimaksudkan untuk
bekerja lokal (tidak untuk diabsorpsi sistemik). Untuk produk
demikian, bioekivalensi harus ditunjukkan dengan studi klinik atau
farmakodinamik, dermatofarmakokinetik komparatif dan / atau studi in
vitro. Pada kasus-kasus tertentu, pengukuran kadar obat dalam darah
masih diperlukan dengan alasan keamanan untuk melihat adanya
absorpsi yang tidak diinginkan.
Dalam hal 4.1.1. s/d 4.1.4, pengukuran kadar obat dalam plasma versus
waktu biasanya cukup untuk membuktikan efikasi dan keamanan. Jika tidak,
studi klinik atau farmakodinamik dapat digunakan untuk membuktikan
ekivalensi.

2. Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro ( uji disolusi
terbanding)
2.1. Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo (tidak termasuk butir
4.1).
2.2. Produk obat” copy” yang hanya berbeda kekuatan uji disolusi
terbanding dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah
berdasarkan perbandingan profil disolusi.
a. Tabel lepas cepat
Produk obat “copy” dengan kekuatan berbeda, yang dibuat oleh
pabrik obat yang sama di tempat produksi yang sama, jika:
- semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis
sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg
persatuan dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua
kekuatan;)
- studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan (
biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan
dipilih kekuatan yang lebih rendah);
b. Kapsul berisi butir-butir lepas lambat jika kekuatannya berbeda
hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif, maka
perbandingan profil disolusi (f2 > 5) dengan satu kondisi uji yang
direkomendasi sudah cukup.
c. Tablet lepas lambat
Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda
hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif dan inaktif
yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10
mg persatuan doses) zat inaktifnya sama banyak, dan mempunyai
mekanisme pelepasan obat yang sama, kekuatan yang lebih rendah
tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil disolusi
yang mirip, f2 > 50 dalam 3 pH yang berbeda (antara pH 1.2 dan
7.5) dengan metode uji yang direkomendasi
2.3. Berdasarkan sistem klasifikasi biofarmaseutik ( Biopharmaceutic
Classification System= BCS) dari zat aktif * serta karakteristik disolusi
** dan profil disolusi *** dari produk obat.
Berlaku untuk produk obat oral lepas cepat, tetapi tidak berlaku untuk
produk obat lepas cepat yang disebutkan dalam butir 4.1.1.
a. zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi dan permeabilitas dalam
usus yang tinggi (BCS kelas 1), serta:
- Produk obat memiliki disolusi yang sangat cepat, atau;
- Produk obat memiliki disolusi yang cepat dan profil disolusinya mirip
dengan produk pembanding.
b. Zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi tetapi permeabilitas dalam
usus yang rendah (BCS kelas 3) serta:
- produk obat memiliki profil disolusi yang cepat pada pH 6.8, dan;
- Produk obat memiliki profil disolusi yang mirip dengan produk
pembanding (juga berlaku jika disolusi < 10 % pada salah satu pH).
Catatan :
• BCS dari zat aktif
- kelas 2: kelarutan dalam air tinggi, permeabilitas dalam usus tinggi;
- kelas 2: kelarutan dalam air rendah, permeabilitas dalam usus tinggi;
- kelas 3 : kelarutan dalam air tinggi, permeabilitas dalam usus rendah);
- kelas 4 : kelarutan dalam air rendah, permeabilitas dalam usus rendah.
• Kelarutan dalam air tinggi (dari zat aktif): Jika dosis tertinggi yang
direkomendasi WHO (jika terdapat dalam Daftar Obat Esensial WHO) atau
kekuatan dosis tertinggi ( yang ada di pasar) dari produk obat larut dalam < 250
ml media air pada kisaran pH 1.2 s/d 6.8 pada suhu 37 + 1 * C. penentuan
kelarutan pada setiap pH harus dilakukan minimal triplo.
• Kelarutan dalam usus tinggi (dari zat aktif): Jika absorpsi pada manusia > 85%
dibandingkan dosis intravena dari pembandingnya.
** Karakteristik disolusi (dari produk obat lepas cepat
- Disolusi sangat cepat:
Jika > 85 % dari jumlah zat aktif yang tertera di label melarut dalam waktu < 15
menit dengan menggunakan alat basket pada 100 rpm atau alat paddle pada 50
rpm (atau 75 rpm jika terjadi coning) dalam volume < 900 ml masing-masing
media berikut: (I ) larutan HCI pH 1.2; (ii) bufer asetat pH 4.5; dan (iii) bufer
fosfat pH 6.8.

- Disolusi cepat:
*** Profil disolusi (dari produk obat)
- Uji disolusi terbanding dilakukan dengan menggunakan metode basket pada
100 rpm atau metode paddle pada 50 rpm dalam media pH 1.8 (larutan HCI),
pH 4,5 (bufer sitrat) dan PH 6.8 (bufer fosfat);
- Waktu – waktu pengambilan sampel untuk produk obat lepas cepat:
10,15,30,45 dan 60 menit;
- Digunakan produk obat minimal 12 unit dosis;
- Profil disolusi dibandingkan dengan menggunakan faktor kemiripan f 2 yang
dihitung dengan persamaan berikut:
F2 = 50 log Σ==−=ntTtRnt112};{100
Rt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari
produk pembanding (R = reference)
Tt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari
produk uji (T = test)
- Nilai f 2 50 atau lebih besar (50-100) menunjukkan kesamaan atau ekivalensi
ke 2 kurva, yang berarti kemiripan profil disolusi ke 2 produk’
- Jika produk “ Copy” dan produk pembanding memiliki disolusi yang sangat
cepat (> 85 % melarut dalam waktu < 15 menit dalam ke-3 media dengan
metode uji yang dianjurkan), perbandingan profil disolusi tidak diperlukan.

Di samping itu harus ditunjukkan bahwa eksipien dalam komposisi


produk obat sudah dikenal, bahwa tidak ada efek terhadap motilitas saluran
cerna atau proses lain yang mempengaruhi absorpsi, juga diperkirakan tidak ada
interaksi antara eksipien dan zat aktif yang dapat mengubah farmakokinetik zat
aktif. Jika digunakan tetapi dalam jumlah yang luar biasa besar, diperlukan
tambahan informasi yang menunjukkan tidak adanya dampak terhadap
bioavailabilitas.
Uji disolusi terbanding juga dapat digunakan untuk memastikan
kemiripan kualitas dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan monitor dalam
formulasi atau pembuatan setelah izin pemasaran obat.

152. Industri farmasi pada uji LAF nya terdapat 5 koloni. Untuk memastikan apakah
ada atau tidak kebocoran pada LAF maka dilakukan uji kecepatan aliran udara.
Berapakah standar kecepatan aliran udara?

a. 0,35 m per detik

b. 0,45 m per detik

c. 0,55 m per detik

d. 0,65 m per detik

e. 0,75 m per detik

Laminar air flow (LAF) merupakan tempat bekerja secara aseptik,


untuk uji sterilitas, aseptic dispensing, dan i.v. admixture (pencampuran obat
suntik). Tekanan yang ada di dalam LAF dibuat menjadi tekanan negatif,
artinya aliran udara yang ada mengalir kembali ke dalam ruangan LAF.
Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan
merata antara 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi uji 15 – 30 cm di
bawah filter terminal. Kecepatan aliran udara di daerah kerja minimal 0,36
m/detik. Aliran udara searah (unidirectional airflow/ UDAF) dengan kecepatan
yang lebih rendah dapat digunakan pada isolator yang tertutup dan kotak
bersarung tangan (Glove boxes). Untuk mencapai kebersihan udara Kelas B, C
dan D, perhitungan frekuensi pertukaran udara hendaklah disesuaikan dengan
ukuran ruangan, mesin yang digunakan dan jumlah personil yang bekerja di
dalam ruangan.

REKOMENDASI SISTEM TATA UDARA UNTUK TIAP KELAS


KEBERSIHAN

Ventilasi

Bagian dari Suhu Kelem Efisiensi Pertuka Keterangan


Bangunan oC baban Saringan ran
Kelas Sesuai Nisbi Udara Udara
Kebersiha Kelompok % Akhir
per Jam
Kegiatan (Sesuai
n dan Tingkat Kode
Kebersihan EN 779
& EN
1822)***

A di bawah 16 - 25 45 - 55 H14 Aliran - Pengolahan


aliran udara (99,995 udara dan pengisian
laminer %) satu aseptis
arah - Pengisian salep
dengan mata steril
kecepata - Pengisian
n aliran bubuk steril*
udara - Pengisian
0,36 -
suspensi steril
0,54
m/dt
B ruang steril 16 - 25 45 - 55 H14 Aliran Lingkungan
(99,995 udara latar
%) turbulen belakang zona
dengan kelas A
pertukar untuk
an pengolahan dan
udara pengisian
minimal aseptis
20 kali
C ruang steril 16 - 25 45 - 55 H13 Minimal - Pembuatan
(99,95 %) 20 kali larutan bila ada
risiko di luar
kebiasaan
- Pengisian
produk yang
akan
mengalami
sterilisasi akhir
- Pembuatan
larutan yang
akan disaring
kemudian
pengisian secara
aseptis
dilakukan di
kelas A dengan
latar belakang
kelas B
D bersih 20 - 27 40 - 60 F8 (75 Minimal Pembuatan obat
%) atau 20 kali steril
90 % dengan
ASHRA sterilisasi akhir
E 52/76
Bila
menggun
akan
sistem
single
pass (100
% fresh
air )
E umum 20 - 27 Maks. F8 (75 5-20 Ruang
70 % ) atau pengolahan dan
90 % pengemasan
ASHRA primer
E 52/76 obat nonsteril,
Bila pembuatan salep
menggun kecuali
akan salep mata
sistem
single
pass (100
% fresh
air )
khusus 20 - 27 Maks. F8 (75%) 5 - 20 Pengolahan
40 atau bahan
90% higroskopis
ASHRA
E 52/76
Bila
menggun
akan
sistem
single
pass (100
% fresh
air)
H13
(99,95 %)
Bila
menggun
akan
sistem
resirkulas
i
ditambah
make
- up air
(10 - 20
% fresh
air )
F - Pengemasan 20 - 28 TD TD TD
sekunder** TP TP TD
- Ruang Suhu
masuk kamar***
karyawan *
G - Daerah Suhu TP TP TD
penerimaan kamar
bahan
awal, gudang
bahan awal
dan
obat jadi TP TP TD
- Ruang ganti Suhu
pakaian luar kamar TD TD TD
- Ruang ganti
pakaian kerja Suhu TD TD TD
- Ruang kamar TP TP TD
Istirahat TP TP TD
- Kantin Suhu TP TP TD
- Kamar kamar TD TD TD
Mandi Suhu
- Toilet kamar TD TD TD
- Suhu
Laboratorium kamar TD TD TD
Gudang: Suhu TD TP TD
- R. Suhu kamar TD TP TD
Kamar 20 - 28
- R. ber-AC
- R. Dingin ≤ 30
- R. Beku
≤ 25
2-8
<0
TP = Tidak Perlu
TD = Tidak Diklasifikasikan
Keterangan
* untuk produk tertentu, kelembaban ruangan dapat memengaruhi material flow
pada waktu pengisian bubuk steril sehingga
memerlukan kelembaban nisbi < 40%
** untuk lingkungan kerja pengemasan sekunder disarankan untuk tidak
berhubungan langsung dengan lingkungan luar
*** lihat Kode Filter dalam Sistem Tata Udara, Lampiran dari Lampiran 3.5a
**** suhu kamar ≤ 30o

153. Pasien dengan berat badan 72 kg menerima obat dengan dosis 2 mg/kg BB
iv, 90% di eliminasi lewat urin, klirens ginjal total 135 mL/menit. Berapa
klirens ginjal pasien tersebut.
a. 100 mL/menit d. 122 mL/menit
b. 110 mL/menit e. 132 mL/menit
c. 120 mL/menit
Teori:
Eksreksi obat merupakan eliminasi obat dari tubuh melalui proses eksresi
atau konversi menjadi bentuk metabolit. Obat dieliminasikan dengan
berbagai rute, yaitu:
 Ginjal (urin)
 Empedu dan Usus (feses)
 Kulit (Keringat)
 ASI
Ginjal memiliki peranan yang paling penting pada sistem eksreksi obat.
Eksreksi obat melalui ginjal dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiko-kimia obat,
ikatan dengan protein plasma dan faal ginjal. Klirens merupakan suatu
ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme
prosesnya.
Mekanisme Klirens Ginjal:
Proses eksreksi obat lewat ginjal
 Filtrasi glomerulus
 Sekresi aktif tubular
 Reabsorpsi tubular
1. Filtrasi Glomerulus
- Tekanan hidrostatika sebagai daya dorong
- Filtrasi terjadi bagi molekul kecil (BM<500)
- Obat terikat protein tidak terfiltrasi
- Laju filtrasi glomerulus (GFR) diukur dengan menggunakan suatu
obat yang dieliminasi hanya dengan filtrasi. GFR berhubungan
langsung dengan [obat]bebas
2. Sekresi aktif tubular: memerlukan energi
- dikenal dua sistem transfort aktif di ginjal, asam lemah dan basa
lemah.
- mengukur sekresi aktif biasanya dilakukan pembandingan dengan
obat yang sudah diketahui proses dan laju klirennya melalui ginjal.
3. Reabsorpsi tubulus distal
- Obat dapat di reabsorpsi kembali di tubular baik secara aktif maupun
pasif.
- Reabsorpsi obat-obat asam atau basa lemah dipengaruhi oleh pH
cairan tubulus ginjal (pH urin) dan pKa obat.
- pKa suatu obat adalah tetap, tetapi pH urin berubah dari 4,5 sampai 8.

Normal GFR pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. GFR


berfungsi untuk mempertahankan homeostasis tubuh. GFR yang terlalu
cepat menyebankan proses reabsorpsi di renal tubule tidak sempurna,
sebaliknya GFR yang lambat menyebabkan tingginya reabsorpsi zat yang
seharusnya dibuang lewat urin. GFR sangat erat kaitannya dengan
Tekanan Darah tubuh. GFR dapat dikatakan normal jika TD 80-180
mmHG. GFR dipertahankan dengan mekanisme autoregulasi dan
miogenik ginjal (renal myogenik autoregulation) dan umpan balik
tubuloglomerular (tubuloglomerular feedback).

Rumus:
1. Menurut Cockroft-Gault
LFG= (14-Usia)x BBx (0,85 jika perempuan) x 1,73
(sCrx72)
LFG= (14-Usia)x BBx (1 jika Laki-laki) x 1,73
(sCrx72)

2. Menurut MDRD
LFG= 186x(sCr)-1,154x(usia)-0,208x(0,742 jika perempuan)

Ket:
BB : Berat Badan
sCr : Kreatinin serum (mg/dl)
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

154. Seorang laki laki 42 tahun dengan riwayat DM 5 tahun,n mengalami


komplikasi jantung koroner 2 tahun yang lalu, dating ke apotek menebus
resep obat. Terapi yang di dapat gibenklamid, metformin, kaptopril, dan
simvastatin. Berapa target kolesterol LDL pasien di atas?

A. 70 mg/dl
B. 110 mg/dl
C. 130 mg/dl
D. 180 mg/dl
E. 100 mg/dl

Jawab : A

Target terapi: Pada pasien DM, target utamanya adalah penurunan LDL
 Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular:
 LDL <100 mg/dL (2,6 mmol/L)
 Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk
menurunkan LDL sebesar 30-40% dari kadar awal.
 Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang
gagal dengan perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis
 Pada pasien DM dengan penyakit Acute Coronary Syndrome (ACS):
 LDL <70 mg/dL (1,8 mmol/L)
 semua pasien diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%.
 trigliserida < 150 mg/dL (1,7 mmol/L)
 HDL > 40 mg/dL (1,15 mmol/L) untuk pria dan >50 mg/dL untuk wanita
 Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida ≥150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau
HDL ≤40 mg/dL (1,15 mmol/L) dapat diberikan niasin atau fibrat
 Apabila trigliserida ≥400 mg/dL (4,51 mmol/L) perlu segera diturunkan
dengan terapi farmakologis untuk mencegah timbulnya pankreatitis.
 Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin
diperlukan untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan peningkatan
risiko timbulnya efek samping
 Niasin merupakan obat yang efektif untuk meningkatkan HDL, namun pada
dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa darah
 Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi

155.Pada proses salut gula, tahap untuk mengeraskan atau melindungi tablet
dilakukan pada tahap :
a. Salut pendahuluan (sub coating) : tahap awal penyalutan gula, terjadi
prrubahan sisi tablet menjadi bundar, biasanya digunakan larutan gula suhu
60-70 derajat C 65%. Formula : gelatin 6%, gom arab 8%, sukrosa 45%, air
41%.

b. Pewarnaan : tujuannya untuk mendapatkan warna yang sesuai biasanya


pewarna dilarutkan dalam larutan gula 70%.

c. Pengkilapan : tujuannya mengkilapkan permukaan tablet salut gula.


Biasanya digunakan cera flava 5% dalam alkohol atau campuran kloroform :
aseton.

Jawaban : a.

156. Seoerang pria diberikan injeksi secara iv, kemudian pria tersebut
mengalami diare… dan tidak kunjung sembuh walaupun sudah meminum
obat antidiare… diare tersebut ditimbulkan oleh…
a. Enterotoksin
b. Endotoksin
Jawab : a. enterotoksin
1. Defenisi Diare
Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air (BAB) yang abnormal. Diare
ini merupakan kondisi ketidakseimbangan absorpsi dan sekresi air dan
elektrolit (ISO Farmakoterapi).
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
2. Klasifikasi Diare
a. Lama waktu diare
1) Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari
sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global
Guidliness 2005, diare akut didefenisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari.
2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih 15 hari namun tidak
terus meneris dan disertai dengan penyakit lain.
3) Diare persisten, merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang
menyatakan diare berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan
dari diare akut (peralihan akut dan kronik, dimana lama diare kronik
yang dianut yaitu berlangsung lebih dari 30 hari).
3. Etiologi Diare
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri,
parasite dan virus), malabsorpsi, alergi.
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli,
Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus),
parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal
dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama
pada bayi berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada
bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan
protein.
c. Faktor alergi makanan
Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap
makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung,seperti :
 Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
 Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan benar.
 Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

4. Mekanisme Patofisiologik
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekana osmotic meninggi, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isis rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif entterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
Na+ K+ATPase di enterosit dan absorbs Na+ dan air abnormal
e. Motilitas dan waktu transit usus abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorbs yang abnormal di usus halus. Penyebab
gangguan motilitas antara lain : diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid
f. Gangguan permeabilitas usus :
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus.
g. Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)
Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan usus karena proses inflamasi,
sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan
elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbs air-elektrolit.
5. Patogenesitas Bakteri
Patogenisitas adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit pada
organisme inang. Mikroba mengungkapkan patogenisitas mereka dengan
cara virulensi, sebuah istilah yang mengacu pada tingkat patogenisitas
mikroba. Oleh karena itu, faktor-faktor penentu virulensi patogen adalah
salah satu dari genetik atau biokimia atau struktural fitur-fiturnya yang
memungkinkan untuk menghasilkan penyakit pada inang.
Yang mendasari mekanisme pathogenesis bakteri :
a. Invasiveness adalah kemampuan untuk menyerang jaringan. Ini meliputi
mekanisme untuk kolonisasi (kepatuhan dan multiplikasi awal). Produksi
zat ekstraseluler yang memfasilitasi invasi dan kemampuan untuk
memotong atau mengatasi mekanisme pertahanan inang.
b. Toxigenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan racun. Bakteri dapat
menghasilkan dua jenis racun disebut exotoxins dan endotoksin.
1) Exotoxins/enterotoksin adalah racun yang dilepaskan dari sel bakteri
dan dapat bertindak di bagian jaringan yang menghapus situs
pertumbuhan bakteri.
2) Endotoksin dapat dilepaskan dari pertumbuhan sel-sel bakteri hasil
dari pertahanan inang efektif (misalnya lisozim) atau kegiatan
antibiotik tertentu.

6. Enterotoksin dan Endotoksin

a. Endotoksin adalah toksin yang merupakan bagian integral dari dinding


sel bakteri gram negatife. Aktivitas biologis dari endotoksin dihubungkan
dengan keberadaan LPS (lipopolisakarida) yang merupakan komponen
penyusun permukaan dari membrane terluar bakteri gram negative.
Seperti E. coli, Salmonella, Shigella dan Pseudomonas. Gejala penyakit
karena aktivitas endotoksin LPS terjadi jika bakteri mati (misalnya
karena aktivitas antimikroba, aktivitas fagosit atau obat antobiotik) dan
mengalami lisis sehingga LPS akan dilepas ke lingkungan. Karena
bersifat non enzimatis, maka mekanisme reaksinya tidak spesifik. LPS
menyerang sistem pertahanan tubuh menyebabkan demam, penurunan
kadar besi, peradangan, poembekuan darah, hipotensi dan sebagainya.

b. Enterotoksin merupakan komponen protein terlarut yang disekresikan


oleh bakteri hidup pada fase pertumbuhan eksponensial. Produksi toksin
ini biasanya spesifik pada beberapa bakteri tertentu (bisa gram positif
maupun gram negatife) yang menyebabkan terjadinya penyakit terkait
dengan toksin tersebut. Contohnya toksin butalin hanya dihasilkan oleh
Clostridium botulinum, pada beberapa pathogen, toksin merupakan factor
virulence (toksin yang hanya diproduksi oleh strain yang virulent).

Enterotoxigenic diarrhea oleh Vibrio cholera yang mana dihasilkan dsari


enterotoksin oleh bakteri. V. cholera merupakan basillus gram negative
yang mirip dengan family enterobacteriaceae. Toksin kolera merangsang
adenilat siklase, yang meningkatkan cAMP (cyclic adenosin
monophosphate) dan dihasilkan penghambatan penyerapan natrium dan
klorida oleh mikrovili dan toksin mungkin bertindak bersama pada
saluran usus, tetapi kehilangan banyak cairan di daerah duodenum. Efek
bersih dari toksin kolera adalah sekresi cairan isotonik (terutama di
saluran usus kecil) yang melebihi kapasitas penyerapan saluran usus
(terutama usus besar). Hal ini menyebabkan produksi diare encer dengan
konsentrasi elektrolit mirip dengan plasma.
Presentasi klinis Masa inkubasi rata-rata untuk V. cholera infeksi 1-3
hari. Presentasi klinis bervariasi dari tanpa gejala dehidrasi yang
mengancam jiwa karena diare encer. Pasien mungkin kehilangan hingga
1 L cairan isotonik setiap jam. Timbulnya diare adalah tiba-tiba dan
diikuti dengan cepat atau kadang-kadang didahului dengan muntah.
Demam terjadi dalam waktu kurang dari 5% dari pasien, dan
pemeriksaan fisik berkorelasi baik dengan keparahan dehidrasi. Dalam
beberapa kasus, cairan menumpuk di dalam lumen intestinal yang
menyebabkan distensi abdomen dan ileus dan dapat menyebabkan deplesi
intravaskular tanpa diare. Dalam keadaan paling parah, penyakit ini dapat
berkembang sampai mati dalam 2 sampai 4 jam jika tidak dirawat.
Kelainan laboratorium, seperti peningkatan volume sel darah merah dan
total protein, magnesium, dan kalsium meningkat, yang merupakan hasil
hemokonsentrasi. Anak-anak, yang wanita tua, dan hamil pada
peningkatan risiko komplikasi disebabkan oleh kolera.

7. Obat-Obat Penyebab Diare


a. Laksatif
b. Antasida yang mengandung magnesium
c. Antineoplastic
d. Auranolin
e. AntibiotiK (Klindamisn, tetrasiklin, sulfonamide, beberapa antibiotic
spectrum luas)
f. Antihipertensi (reserpine, guanetidinm metildopa, guanabenz, guanadrel)
g. Kolinergik (betanacol, neostigmin)
h. Senyawa yang mempengaruhi jantung (kuinidin, digitalis, digoxin)
i. Obat Antiinflamasi Non Steroid
j. Prostaglandin
k. Kolkisin

157 JAWABAN C. PSEUDOEFEDRIN


1. PSEUDOEFEDRIN
a. SINONIM:
Isoephedrine Hidroklorida
b. NAMA GENERIK:
Pseudoephedrine Sulfate
c. NAMA KIMIA PSEUDOEPHEDRINE :
[S- (R *, R *)] - α- [1- (Methylamino) etil] -benzenemethanol sulfat
d. SIFAT FISIKA KIMIA PSEUDOEPHEDRINE (SULFAT):
Tidak berbau, kristal putih atau bubuk kristal. Mudah larut dalam alkohol.
pH larutan 5% dalam air adalah antara 5.0 dan 6.5. Simpan dalam wadah
kedap udara. Lindungi dari cahaya.
e. FORMULA MOLEKUL PSEUDOEPHEDRINE SULFATE:
C10H15NO • H2SO4
f. PENGGUNAAN / INDIKASI PSEUDOEPHEDRINE :
Kongesti Hidung, Sinus Kongesti dan Kondisi Respiratory Lainnya
Pseudoephedrine digunakan untuk pengobatan sendiri untuk bantuan
sementara dari hidung tersumbat terkait dengan alergi saluran pernapasan
atas (misalnya, demam) atau flu umum,
Pseudoephedrine digunakan untuk pengobatan sendiri untuk bantuan
sementara kongesti dan tekanan sinus.
Pseudoephedrine digunakan dalam kombinasi tetap dengan agen lain
(misalnya, acetaminophen, brompheniramine, klorfeniramin, desloratadine,
dekstrometorfan, fexofenadine, guaifenesin, ibuprofen, loratadin,
methscopolamine, triprolidin) untuk menghilangkan kongesti dan tekanan
hidung / sinus dan / atau gejala lain (misalnya , rhinorrhea, bersin, lakrimasi,
gatal mata, oronasopharyngeal gatal, batuk, demam) terkait dengan rinitis
alergi musiman atau menahun, Rhinitis nonallergic (vasomotor), Alergi
pernapasan bagian atas, atau salesma umum,
Dosis oral 60 mg tunggal hidroklorida pseudoephedrine terbukti
efektif dalam mengurangi kongesti (hidung tersumbat) pada studi klinis,
Pseudoephedrine dapat digunakan sebagai tambahan untuk analgesik,
antihistamin, antitusif, ekspektoran, atau antibiotik. Pseudoephedrine diberi
label dan telah digunakan untuk pengobatan sendiri untuk bantuan sementara
dari hidung tersumbat terkait dengan sinusitis, Namun, data kemanjuran yang
kurang dan / atau kontroversial. Pseudoephedrine tidak efektif sebagai
bronkodilator. Kombinasi pseudoefedrin dan kafein umumnya tidak diakui
aman dan efektif untuk penggunaan OTC.
Pada pasien anak <2 tahun, sediaan OTC batuk dan salesma
(misalnya, mengandung dekongestan nasal, antihistamin, penekan batuk, dan
ekspektoran) tidak lebih efektif daripada plasebo dalam mengurangi batuk
akut dan gejala lain infeksi saluran pernapasan atas dan dilaporkan adalah
terkait dengan efek samping dan kadang-kadang kematian (meskipun jarang).
(Lihat Gunakan Pediatric bawah Perhatian.) Oleh karena itu, CDC
menyatakan bahwa, sebagai alternatif untuk pseudoefedrin dan dekongestan
hidung lain, dapat mempertimbangkan untuk menggunakan bola karet
penghisap untuk membersihkan hidung tersumbat dan menggunakan tetes
hidung saline atau humidifier keren-kabut untuk melunakkan sekresi di bayi.
g. Penyalahgunaan
Pseudoephedrine telah digunakan dalam sintesis klandestin
methamphetamine dan methcathinone.
h. DOSIS DAN ADMINISTRASI PSEUDOEPHEDRINE :
Administrasi Oral
Mengelola 240-mg tablet inti extended-release oral sekali sehari. Menelan
tablet utuh dengan cairan; tidak membagi, menghancurkan, mengunyah, atau
melarutkan. Inti Matrix tablet tidak sepenuhnya larut dan dapat melewati
pada kotoran.

DOSIS
Sediaan Single-entitas: Tersedia sebagai pseudoephedrine hidroklorida;
Dosis dinyatakan dalam garam.
Sediaan kombinasi Tetap: Tersedia sebagai pseudoephedrine hidroklorida
atau pseudoefedrin sulfate.
Karena kombinasi dan kekuatan dosis bervariasi untuk persiapan tetap
kombinasi, konsultasikan label produk produsen untuk dosis yang tepat dari
persiapan khusus.
Pasien Pediatrik
Kongesti hidung (nasal), sinus Kongesti, dan Ketentuan Respiratory Lainnya
Oral:
Pengobatan sendiri pada anak-anak <2 tahun:
Konsultasikan dokter anak. Saat ini tidak ada rekomendasi dosis yang
disetujui FDA untuk sediaan batuk dan salesma untuk pasien <2 tahun.
Pengobatan sendiri pada anak-anak 2-5 tahun:
Pseudoephedrine hidroklorida 15 mg setiap 4-6 jam. Atau, beberapa dokter
anak merekomendasikan 4 mg / kg atau 125 mg / m2 hari, diberikan dalam 4
dosis terbagi.
Pengobatan sendiri pada anak-anak 6-11 tahun:
Pseudoephedrine HCl 30 mg setiap 4-6 jam.
Pengobatan sendiri pada anak ≥12 tahun:
Pseudoephedrine hydrochloride 60 mg (tablet konvensional) setiap 4-6 jam,
120 mg (tablet extended-release) setiap 12 jam, atau 240 mg (tablet sebagai
extended- rilis inti) setelah sehari.
Menghentikan terapi jika gejala menetap selama> 7 hari atau disertai dengan
fever.
DEWASA
Kongesti Hidung, Sinus Kongesti, Dan Ketentuan Respiratory Lainnya
Oral:
Pengobatan sendiri: Pseudoephedrine HCl 60 mg (tablet konvensional) setiap
4-6 jam, 120 mg (sebagai tablet diperpanjang-release) setiap 12 jam, atau 240
mg (tablet inti diperpanjang-release) sekali sehari.
Menghentikan terapi jika gejala menetap selama> 7 hari atau disertai dengan
demam.
Barotrauma Otitic
Oral:
Perjalanan Udara :
Pseudoephedrine HCl 120 mg (tablet extended-release) 30 menit sebelum
keberangkatan penerbangan,
Penyelam bawah air:
Pseudoephedrine hidroklorida 60 mg 30 menit sebelum menyelam.

2. PARACETAMOL
a. Indikasi :
Indikasi utama paracetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas
(analgesik) dan dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit dari segala
jenis seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan
dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma, dll. Sakit kepala migrain, dismenore
dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan obat parasetamol ini. Pada
pasien kanker, parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri ringan atau
dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid (misalnya kodein).

Paracetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap


kurang equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam asetilsalisilat).
Dengan demikian, secara umum, parasetamol kurang mujarab ketimbang
salisilat dan agen antirematik lainnya jika digunakan sebagai obat anti-
inflamasi dan antinyeri.
Kabar baiknya paracetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan
alternatif yang lebih disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan
kontraindikasi (misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak).
b. Kontraindikasi
Obat parasetamol tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi sebagai
berikut:
 Alergi parasetamol atau acetaminophen
 Gangguan fungsi hati dan penyakit hati
 Gangguan Fungsi Ginjal Serius,
 Shock
 Overdosis Acetaminophen
 Gizi Buruk
c. Dosis Parasetamol
Dosis Parasetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri:
 Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau 1000 mg
setiap 6 sampai 8 jam.
 Paling sering adalah Paracetamol 500mg tablet: 500 mg tablet oral setiap 4
sampai 6 jam
d. Dosis Paracetamol Anak untuk Demam dan Nyeri:
Untuk mengukur dosis paracetamol anak dengan tepat maka kita harus
mengetahui berat badan dan umur anak, karena ini akan menjadi
pertimbangan
 <= 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai kebutuhan.
 > 1 bulan – 12 tahun: 10 – 15 m /kg BB/dosis setiap 4 sampai 6 jam sesuai
kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam).

Jangan obat parasetamol ini melebihi dosis yang direkomendasikan. Jumlah


maksimum untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4
gram (4000 mg) per hari. Menggunakan paracetamol yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan hati.

Pada anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan


selalu ikuti petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol
untuk anak di bawah usia2 tahun tanpa nasihat dari dokter.

Berhenti menggunakan paracetamol dan hubungi dokter jika:


 Selama 3 hari penggunaan masih demam.
 Selama 7 hari penggunaan masih terasa sakit (nyeri belum teratasi) atau 5
hari pada anak-anak.
 Terjadi reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala terus menerus, atau
kemerahan atau bengkak. Lebih lanjut baca efek samping parasetamol di
bawah ini
e. Efek Samping Paracetamol
Walaupun efek samping paracetamol jarang, namun jika itu terjadi maka
ditandai dengan:
 Ruam atau pembengkakan – ini bisa menjadi tanda dari reaksi alergi
 Hipotensi (tekanan darah rendah) ketika diberikan di rumah sakit dengan
infus.
 Kerusakan hati dan ginjal, ketika diambil pada dosis lebih tinggi dari yang
direkomendasikan (overdosis).
Dalam kasus ekstrim kerusakan hati yang dapat disebabkan oleh overdosis
parasetamol bisa berakibat fatal.
Carilah bantuan medis darurat jika Anda memiliki salah satu dari tanda-tanda
reaksi alergi paracetamol seperti : gatal-gatal; kesulitan bernapas;
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Berhenti menggunakan
obat ini dan hubungi dokter apabila mengalami efek samping parasetamol
yang serius seperti:
 Mual, sakit perut, dan kehilangan nafsu makan;
 Air seni berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat; atau
 Jaundice (menguningnya kulit atau mata).

Jika salah satu gejala overdosis berikut terjadi, maka segeralah mencari
bantuan medis darurat:
 Diare
 Keringat berlebihan
 Kehilangan nafsu makan
 Mual atau muntah
 Kram perut atau nyeri
 Pembengkakan, atau nyeri di perut atau perut daerah atas

Ibu Hamil dan Menyusui


Paracetamol untuk ibu hamil diyakini aman, asalkan digunakan dalam waktu
yang singkat. Penggunaannya pun harus dengan indikasi atau kebutuhan yang
tepat. Hal ini diperkuat dengan data epidemiologis pada penggunaan
acetaminophen oral pada wanita hamil tidak menunjukkan peningkatan risiko
cacat bawaan pada bayi. Penelitian reproduksi hewan belum dilakukan
dengan acetaminophen, dan tidak diketahui apakah parasetamol IV (infus)
dapat menyebabkan kerusakan janin bila diberikan kepada ibu hamil.

Obat parasetamol diekskresikan ke dalam air susu ibu dalam konsentrasi


kecil. Salah satu kasus ruam telah dilaporkan pada bayi menyusui.
Paracetamol dianggap aman untuk ibu menyusui oleh American Academy of
Pediatrics. Satu studi kecil telah melaporkan bahwa setelah ibu minum
acetaminophen 1000 mg, bayi menyusu akan menerima kurang dari 1,85%
dari dosis yang ibu minum.

3. KAFEIN
a. MEREK / NAMA DAGANG KAFEIN (CAFFEINE):
Cafcit®,
No Doz®,
Vivarin®
b. NAMA GENERIK:
Kafein
c. PENGGUNAAN / INDIKASI KAFEIN (CAFFEINE) :
Stimulasi SSP (SISTEM SARAF PUSAT) Digunakan secara oral sebagai
bantuan dalam tetap terjaga dan untuk mengembalikan kewaspadaan mental
pada pasien lelah, Digunakan dalam kombinasi dengan antihistamin untuk
mengatasi sifat sedatif antihistamin; Namun, khasiat dan dosis yang
diperlukan tidak cukup diketahui.

Kafein dan injeksi natrium benzoat telah digunakan bersama dengan langkah-
langkah dukungan untuk mengobati depresi pernapasan yang terkait dengan
overdosis obat depresan SSP (misalnya, analgesik opiat, alkohol) dan dengan
shock listrik, Namun, banyak pihak percaya kafein dan analeptics lainnya
harus tidak digunakan dalam kondisi ini dan merekomendasikan terapi
suportif lain karena manfaat kafein dipertanyakan dan aksi yang sementara,

1. Apnea dari Prematuritas

pengobatan Jangka pendek (10-12 hari) (oral atau IV kafein sitrat) apnea
prematuritas
pada neonatus yang usia kehamilan 28 sampai <33 minggu Gunakan hanya
setelah penyebab lain dari apnea (misalnya, gangguan CNS, penyakit paru
primer, anemia, sepsis, gangguan metabolisme, kelainan kardiovaskular,
apnea obstruktif) telah dikesampingkan atau diperlakukan sewajarnya.

2. Sakit Kepala

Digunakan dalam kombinasi dengan ergotamine untuk mencegah atau


mengobati sakit kepala vaskular (misalnya, migrain dan sakit kepala klaster).
Namun, ada bukti yang bertentangan mengenai kemanjuran kombinasi ini
dalam pengobatan serangan migrain akut.

Digunakan secara oral sebagai sediaan tunggal dan dalam kombinasi dengan
analgesik (misalnya, asetaminofen, aspirin) untuk pengobatan sakit kepala,
termasuk serangan migraine.
Beberapa bukti bahwa kombinasi analgesik-kafein dapat menghasilkan efek
analgesia sedikit lebih dari agen analgesik tunggal dan mungkin memiliki
efek menguntungkan pada suasana hati; Namun, hasil ini tidak selalu
direproduksi dalam studi. Studi tambahan yang terkendali dengan baik
diperlukan untuk menentukan peran, jika ada, kafein sebagai tambahan
analgesik.

Beberapa ahli menyatakan bahwa kombinasi acetaminophen, aspirin, dan


kafein adalah terapi lini pertama yang masuk akal untuk serangan migrain
ringan sampai sedang atau serangan migrain parah yang sebelumnya telah
merespon NSAIAs atau analgesik nonopiate.

Kafein dan natrium benzoat injeksi telah digunakan untuk mengurangi


gejala-gejala sakit kepala diikuti puncture (tusukan) tulang belakang.

3. Penggunaan lainnya

Keamanan dan kemanjuran kafein sitrat dalam pencegahan sindrom kematian


bayi mendadak (SIDS) atau sebelum ekstubasi dalam ventilasi mekanik bayi
tidak diketahui.
Telah digunakan secara oral sebagai sediaan tunggal dan dalam kombinasi
dengan obat lain (misalnya, analgesik, diuretik) untuk mengurangi
ketegangan, kelelahan, dan retensi cairan yang berhubungan dengan
menstruation. Kegunaan dipertanyakan karena aktivitas diuretik kafein pada
pasien dengan retensi cairan minimal.
d. DOSIS DAN ADMINISTRASI KAFEIN (CAFFEINE)
Umum
1. Apnea dari Prematuritas
Sebelum memulai terapi sitrat kafein, menentukan konsentrasi serum kafein
awal pada neonatus sebelumnya diobati dengan teofilin (lihat Obat Tertentu
dan Tes Laboratorium bawah Interaksi) dan pada bayi yang lahir dari ibu
yang mengonsumsi kafein sebelum kelahiran. Mungkin perlu memonitor
konsentrasi serum kafein secara periodik selama terapi untuk menghindari
toxicity (toksisitas).
e. DOSIS
Tersedia sebagai kafein, kafein sitrat, dan kafein dan natrium benzoat; Dosis
kafein (sendiri atau dalam kombinasi tetap dengan natrium benzoat)
dinyatakan dalam kafein anhidrat; Dosis kafein sitrat dinyatakan dalam
bentuk garam.

Kafein juga tersedia secara komersial dalam kombinasi dengan analgesik,


antasida, antihistamin, antipiretik, antitusif, alkaloid belladonna, diuretik,
ergotamine tartrat, ekspektoran, dekongestan hidung, relaksan otot rangka,
simpatomimetik, dan vitamin; konsultasikan pelabelan produk produsen
untuk dosis yang tepat dari persiapan khusus.

Pasien Pediatric
1. Stimulasi SSP
Oral:
Kafein: 100-200 mg diberikan tidak lebih sering daripada setiap 3-4 jam pada
anak-anak ≥12 tahun.
> IV, IM, atau Sub-Q
Kafein dan natrium benzoat injeksi: 8 mg / kg (maksimal 500 mg) (4 mg / kg
bila dinyatakan dalam kafein anhidrat) atau 250 mg / m2 (125 mg / m2 bila
dinyatakan dalam kafein anhidrat) diberikan sampai setiap 4 jam jika perlu
telah direkomendasikan, sebuah namun kebanyakan dokter sangat tidak
menyarankan penggunaan analeptic dari caffeine.
Apnea dari Prematuritas
> Memuat Dosis Kafein Sitrat
Oral:
Memuat dosis 10-20 mg / kg (5-10 mg / kg bila dinyatakan dalam kafein
anhidrat) sebagai dosis tunggal telah digunakan.
IV:
Memuat dosis 20 mg / kg (10 mg / kg bila dinyatakan dalam kafein anhidrat)
sebagai dosis tunggal
Atau, pemuatan dosis 10-20 mg / kg (5-10 mg / kg bila dinyatakan dalam
kafein anhidrat) sebagai dosis tunggal telah digunakan.
IM:
Memuat dosis 10-20 mg / kg (5-10 mg / kg bila dinyatakan dalam kafein
anhidrat) sebagai dosis tunggal telah digunakan.
> Perawatan Terapi dengan Kafein Sitrat
Oral:
5 mg / kg (2,5 mg / kg saat dinyatakan dalam kafein anhidrat) setiap 24 jam
tidak lebih dari 10-12 hari, dimulai 24 jam setelah loading dose.
Atau, 5-10 mg / kg (2,5-5 mg / kg bila dinyatakan dalam kafein anhidrat)
sekali sehari, dimulai 24 jam setelah dosis muatan, telah digunakan.
Sesuaikan dosis pemeliharaan sesuai dengan respon dan toleransi pasien dan
konsentrasi plasma kafein.
IV:
5 mg / kg (2,5 mg / kg saat dinyatakan dalam kafein anhidrat) setiap 24 jam
tidak lebih dari 10-12 hari, dimulai 24 jam setelah loading dose.
Atau, 5-10 mg / kg (2,5-5 mg / kg bila dinyatakan dalam kafein anhidrat)
sekali sehari, dimulai 24 jam setelah dosis muatan, telah digunakan.
Sesuaikan dosis pemeliharaan sesuai dengan respon dan toleransi pasien dan
konsentrasi plasma kafein.
IM:
5-10 mg / kg (2,5-5 mg / kg bila dinyatakan dalam kafein anhidrat) sekali
sehari, dimulai 24 jam setelah dosis muatan, telah digunakan. Sesuaikan
dosis pemeliharaan sesuai dengan respon pasien dan toleransi dan konsentrasi
plasma kafein.
Sakit Kepala
Oral:
Kafein dalam kombinasi tetap dengan analgesik (misalnya, asetaminofen,
aspirin, salisilamid) untuk pengobatan sendiri: Kombinasi dan ukur kekuatan
bervariasi; konsultasikan pelabelan produk produsen untuk dosis yang tepat
dari preparation tertentu,
> Tension Headache
Oral:
Butalbital, acetaminophen, dan kafein pada anak-anak ≥12 tahun: 1 atau 2
kapsul atau tablet (masing-masing berisi butalbital 50 mg, acetaminophen
325 mg, dan 40 mg kafein) setiap 4 jam (sampai 6 kapsul atau tablet setiap
hari) atau, 1 kapsul atau tablet (yang mengandung butalbital 50 mg,
acetaminophen 500 mg, dan 40 mg kafein) setiap 4 jam pada anak-anak ≥12
tahun. Hindari penggunaan jangka panjang dan penggunaan ulang.
Butalbital, aspirin, dan kafein pada anak-anak ≥12 tahun: 1 atau 2 tablet
(masing-masing berisi butalbital 50 mg, aspirin 325 mg, dan 40 mg kafein)
setiap 4 jam (sampai 6 tablet sehari). Hindari penggunaan jangka panjang dan
pengulangan.
Dewasa
Stimulasi SSP
> Mild CNS Stimulasi
Oral:
Kafein: 100-200 mg diberikan tidak lebih sering daripada setiap 3-4 jam.
> Darurat Kegagalan Pernapasan
IV:
Kafein dan natrium benzoat: 500 mg-1 g (250-500 mg ketika dinyatakan
dalam kafein anhidrat); Namun, kebanyakan dokter sangat tidak
menyarankan penggunaan analeptic dari caffeine.
> Respiratory Depresi Terkait dengan Overdosis CNS depressants dan
dengan Electric Shock
IM:
Kafein dan natrium benzoat: 500 mg-1 g (250-500 mg ketika dinyatakan
dalam kafein anhidrat); Namun, kebanyakan dokter sangat tidak
menyarankan penggunaan analeptic dari caffeine.
Sakit Kepala
Oral:
Kafein dalam kombinasi tetap dengan analgesik (misalnya, asetaminofen,
aspirin, salisilamid) untuk pengobatan sendiri: Kombinasi dan ukur kekuatan
bervariasi; konsultasikan pelabelan produk produsen untuk dosis yang tepat
dari preparasi tertentu,
> Tension Headache
Oral:
Butalbital, acetaminophen, dan kafein: 1 atau 2 kapsul atau tablet (masing-
masing berisi butalbital 50 mg, acetaminophen 325 mg, dan 40 mg kafein)
setiap 4 jam (sampai 6 kapsul atau tablet setiap hari) Atau, 1 kapsul atau
tablet (yang mengandung butalbital 50 mg, acetaminophen 500 mg, dan 40
mg kafein) setiap 4 jam. Hindari penggunaan diperpanjang dan diulangi.
Butalbital, aspirin, dan kafein: 1 atau 2 kapsul atau tablet (masing-masing
berisi butalbital 50 mg, aspirin 325 mg, dan 40 mg kafein) setiap 4 jam
(sampai 6 kapsul atau tablet setiap hari). Hindari penggunaan diperpanjang
dan penggunaan berulang.
Butalbital, acetaminophen, kafein, dan kodein fosfat: 1 atau 2 kapsul
(masing-masing berisi butalbital 50 mg, acetaminophen 325 mg, 40 mg
kafein, dan kodein fosfat 30 mg) setiap 4 jam (sampai 6 kapsul setiap hari).
Hindari penggunaan diperpanjang dan penggunaan berulang.
Butalbital, aspirin, kafein, dan kodein fosfat: 1 atau 2 kapsul (masing-masing
berisi butalbital 50 mg, aspirin 325 mg, 40 mg kafein, dan kodein fosfat 30
mg) setiap 4 jam (sampai 6 kapsul setiap hari). Hindari penggunaan
diperpanjang dan penggunaan berulang.
> Vascular Headache
Oral:
Acetaminophen, aspirin, dan kafein: 2 tablet (masing-masing berisi
acetaminophen 250 mg, aspirin 250 mg, dan kafein 65 mg) untuk pengobatan
migraine.
Ergotamine dan kafein: 2 tablet (masing-masing berisi ergotamine tartrat 1
mg dan kafein 100 mg) awalnya, diikuti dengan 1 tablet pada interval 30
menit sampai serangan telah mereda (maksimal 6 tablet per serangan).
Rektal:
Ergotamin dan kafein: 1 supositoria (mengandung ergotamine tartrat 2 mg
dan kafein 100 mg) awalnya; jika perlu, dapat memberikan dosis kedua (1
supositoria) dalam 1 jam.
Pada beberapa pasien dengan sakit kepala cluster di pagi hari, 1-2 supositoria
dapat diberikan pada waktu tidur pada basis jangka pendek,

4. GUAIFENESIN
Guaifenesin digunakan untuk mengobati batuk yang disebabkan oleh
bronkitis, flu, dan penyakit pernapasan lainnya. Produk ini biasanya tidak
digunakan untuk batuk yang terus menerus akibat merokok atau masalah
pernapasan jangka panjang (seperti emfisema bronchitis kronis) kecuali
diarahkan oleh dokter.
Guaifenesin adalah ekspektoran yang bekerja dengan menipiskan dan
melonggarkan lendir di saluran napas dan meringankan pernapasan.Produk
obat batuk belum terbukti aman atau efektif pada anak-anak yang berusia
kurang dari 6 tahun.
Oleh karena itu, jangan gunakan produk ini untuk mengobati gejala flu batuk
pada anak-anak kecuali diperintahkan oleh dokter.
a. Indikasi
Obat untuk mengatasi batuk akibat bronkitis, pilek, dan penyakit
pernapasan lainnya.
Beberapa merek produk guaifenesin ada yang tidak boleh digunakan pada
anak-anak di bawah umur 12 tahun. Karena itu, ikuti petunjuk dari dokter
dan baca aturan pakai pada kemasan yang tertera di dalam produk sebelum
menggunakannya.

Jenis obat Obat ekspektoran


Golongan Obat resep
Mengobati batuk-batuk dan penyumbatan dahak akibat
Manfaat
kondisi seperti bronkitis, flu, dan pilek
Dikonsumsi
Dewasa dan anak-anak
oleh
Bentuk obat Tablet, kapsul, sirop
b. Peringatan:
 Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui, sesuaikan dosis dengan
anjuran dokter.
 Tanyakan dosis guaifenesin untuk anak-anak, terutama yang masih di bawah
12 tahun, kepada dokter. Beberapa merek produk guaifenesin ada yang tidak
boleh digunakan pada golongan usia tersebut.
 Harap berhati-hati jika Anda menderita epilepsi, gangguan hati, gangguan
ginjal, dan telah menderita batuk-batuk sejak lama.
 Jika dalam waktu 5 hari batuk tidak kunjung sembuh, atau kambuh setelah
sembuh dengan disertai dengan gejala sakit kepala, demam, dan ruam, maka
secepatnya hubungi dokter.
 Tanyakan terlebih dahulu pada dokter jika Anda akan menggunakan obat-
obatan lain ketika ingin mulai mengonsumsi guaifenesin.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
c. Dosis Guaifenesin
Untuk usia di atas 12 tahun ke atas, dosis yang digunakan adalah 100 mg
hingga 200 mg sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Untuk anak-anak usia di
bawah 12 tahun, tanyakan dosisnya kepada dokter.
Mengonsumsi Guaifenesin dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan
guaifenesin sebelum mulai mengonsumsinya.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis
berikutnya. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi guaifenesin, disarankan
segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu
dekat. Selain itu jangan menggandakan dosis guaifenesin pada jadwal
berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
Pastikan Anda tetap mengonsumsi guaifenesin hingga batas waktu yang
ditentukan oleh dokter, meski kondisi Anda sudah lebih baik. Hal ini untuk
mencegah gejala datang kembali.
Jangan sembarangan menggunakan obat-obatan lainnya saat Anda sedang
menjalani pengobatan dengan guaifenesin tanpa memberi tahu dokter terlebih
dahulu, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping yang buruk.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Guaifenesin
Sama seperti obat-obat lain, guaifenesin juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang bisa saja muncul setelah
mengonsumsi obat ini adalah:
 Sakit perut
 Diare
 Mual
 Muntah
 Pusing
Jika efek samping parah, berkepanjangan atau terjadi reaksi alergi,
periksakan diri ke dokter.
5. CHLORPHENIRAMINE MALEAT/CHLORPHENON/CTM
a. INDIKASI
Semua kondisi alergi.
b. KONTRA INDIKASI
Serangan asmatis akut.
Bayi prematur.
c. PERHATIAN
• Glaukoma sudut tertutup.
• Kehamilan.
• Retensi urin, hipertrofi/pembesaran prostat.
• Pasien dengan lesi fokal pada korteks serebri.
• Hindari mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.
• Sensitifitas silang terhadap obat-obat terkait.
Interaksi obat : Alkohol, depresan susunan saraf pusat, antikolinergik, obat-
obat
penghambat mono amin oksidase.
d. EFEK SAMPING
• Sedasi.
• Gangguan saluran pencernaan.
• Efek antimuskarinik.
• Hipotensi, lemah otot, telinga berdering tanpa rangsang dari luar, euforia,
sakit
kepala.
• Rangsangan sistem saraf pusat.
• Reaksi alergi.
• Kelainan darah.
e. KEMASAN
Tablet 4 mg x 1000 biji.
f. DOSIS
3-4 kali sehari &frac12-1 tablet.
158. Suatu apotek membutuhkan seorang apoteker pendamping. Kriteria utama yang
harus dimiliki apoteker pendamping adalah?
a. Bodily kinesthetic
b. Spatial
c. Musical
d. Intrapersonal
e. Interpersonal

JAWABAN :
E. Interpersonal

PENJELASAN :

A. Bodily kinesthetic adalah kemampuan menggunakan badan untuk


mengekspresikan emosi, berkomunikasi dengan orang lain menggunakan
bahasa tubuh.
B. Spatial atau data spasial adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian
dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial
C. Musical adalah karya pertunjukan teater, yang diadakan diatas pagung besar
maupun kecil.
D. Intrapersonal atau Komunikasi pribadi adalah penggunaan bahasa atau
pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara diri dengan
Tuhan
E. Interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan komunikan secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal ataupun non-verbal

Kriteria utama yang harus dimiliki apoteker pendamping adalah Interpersonal

159. Braxidin adalah merupakan gabungan antara Klordiazepoksida yang


mempunyai daya anti-ansietas dan Klidinium Bromida yang mempunyai
efek anti-kolinergik/spasmolitik.Sebagai anti-ansietas, Klordiazepoksida
bekerja dengan cara menekan durasi 'electrical after discharge' pada sistem
limbik otak sehingga terjadi penghambatan pada penghantaran rangsangan
emosi. Klordiazepoksida mempunyai batas keamanan yang luas dan sangat
efektif untuk meredakan ansietas. Absorpsi seluruhnya berlangsung di
saluran pencernaan dan kadar puncak dalam plasma tercapai antara 30- 90
menit. Kecepatan absorpsi tergantung pada umur dan cenderung diperlambat
pada orang tua. Waktu paruh berlangsung antara 1 - 2 hari. Klordiazepoksida
mengalami metabolisme di hati dan ekskresinya melalui air kemih sebagian
besar dalam bentuk metabolitnya. Klidinium Bromida sebagai anti-
kolinergik mempunyai efek perifer serupa atropin dengan sentral yang
kurang nyata. Secara klinis telah terbukti bahwa Klidinium Bromida efektif
sebagai anti-spasmodik dan anti-sekresi pada saluran pencernaan.
Braxidin menurut peraturan mentri kesehatan termasuk kedalam golongan
pisikotropika karena mengandung klordiazepoksida yg dapat mempengaruhi
aktivitas pisikis.

Berdaskan Peraturan Mentri Kesehatan No 949 Tahun 2000

A. Obat bebas adalah golongaan obat yg relatif paling aman, dapat diperoleh
dengan resep domter, selain diapotek juga dpat diperoleh di warung-warung.
Obat bebas dalam kemasanya ditandai dg lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
B. Obat bebas terbatas golongan ini juga ralatif aman selama pemakaiannya
mengikuti aturan pakai yg ada.
C. Golongan obat keras adalah obat yg jika penggunanya tidak memperhatikan
dosis,aturan pakai, peringatan yg diberikan, dapat menimbulkan efek yg
berbahaya. Obat ini hanya dapat didapat dengan resep dokter.
D. Obat psikotropika adalah golongan obat keras, tetapi bedanya dapat
mempengaruhi aktivitas pisikis. Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan
dan hnya golongan 2-4 yg dapat digunakan sebgi pengobatan.
Klordiazepoksida termasuk kedalam golongan 4.
E. Narkotika merupakan kelompok obat yg paling berbahaya karena dapat
menimbulkan adiksi (ketergantungan) dan toleransi.

160. Seorang perempuan 38 tahun datang ke apotek dengan keluhan sulit


buang air besar selama 3 hari, padahal dia mengaku sudah mengkonsumsi
makanan yang berserat dan minum yang cukup, obat sistem pencernaan apa
yang akan diberikan?
a. Tablet attapulgit  merupakan suatu antidiare  mekanisme: mengabsorpsi
cairan di intestine misalkan racun dan mengurangi eksresi cairan
b. Bisakodil  merupakan suatu laxatives, stimulant sehingga memacu
peningkatan peristaltic
c. Ranitidine  merupakan suatu Histamin H2 antagonis (obat maag) 
mekanisme: merupakan suatu antagonis kompetitif pada resepor H2 di sel
parietal menyebabkan sekresi HCl berkurang
d. Loperamid  merupakan suatu antidiare  mekanisme: menghambat
motilitas saluran pencernaan dengan cara menghambat kerja dari Ach,
sehingga terjadi efek antikolinergik yang berakibat berkurangnya motilitas
dan dan kontraksi saluran pencernaan
e. Hyosiamin  Perangsang sistem syaraf pusat, digunakan untuk meringankan
spasmae atau kolik saluran uroginetal dan tukak lambung  mekanisme
dengan cara memblok aksi dari asetilkolin

Pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan perlintasan dan


pengeluaran tinja dari kolondan rectum atau memudahkan BAB. Pencahar
bermanfaat untuk konstipasi karena efek samping obat, untuk mengeluarkan parasit
(cacing) setelah pemberian antielmintik atau untuk mengosongkan saluran
pencernaan. Ada beberapa saluran penceranaan yaitu:

1. Pencahar pembentuk masa


Pencahar ini meringankan konstipasi dengan membentuk masa gel di usus
besar yang menyebabkan retensi air dan distensi. Adanya massa yang besar
dan encer di usus besar akan merangsang peningkatan peristaltik dan
memacu BAB secara alami.
Jenis pencahar ini adalah agar, metilselulosa, dan psilium
2. Pencahar stimulant
Pencahar stimulant menyebabkan iritasi sehingga memacu peningkatan
peristaltic. Karena mamacu peristaltic dengan realatif kuat.
Contoh pencahar ini bisakodil, natrium dokusat, dioktil sulfosuksinat,
fenolftalin, dan gliserol.
3. Pelunak tinja
Golongan pencahar ini akan membentuk emulsi dengan tinja menyebabkan
tinja menjadi lebih lunak. Tinja yang lunak akan mudah dikeluarkan.
Contoh golongan ini Na-dokusat, minyak mineral.
4. Pencahar osmotic
Pencahar ini membentuk massa dengan cara menarik air dalam usus sehingga
tinja menjadi lebih encer.
Contoh golongan ini MgSO4 (garam inggris), Mg(OH)2, dan laktulosa.
Sumber : Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar untuk mahasiswa farmasi dan
keperawatan. Leskonfi.

161. Asuhan kefarmasian merupakan tanggung jawab apoteker melaksanakan


asuhan terapi pada penggunaan obat seperti amlodipin tablet untuk mencapai
manfaat optimal guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Apakah yang
dimaksud dengan manfaat optimal??
Jawab:
a. Kualitas hidup pasien meningkat
b. Produktivitas pasien meningkat
c. Memperlambat proses penyakit
d. Mengidentifikasi gejala penyakit
e. Mengidentifikasi penyakit

(Medscape)
Jenis obat Calcium-channel blocker (antagonis kalsium)
Golongan Obat keras
Manfaat Mengatasi hipertensi dan serangan angina
Bentuk sediaan tablet
2.5 mg
5 mg
10 mg

Dosis 5 mg dalam sehari, dapat ditingkatkan 2,5 mg/hari


PO setiap 7-14 hari namun tidak lebih dari 10
mg/hari. Dosis pemeliharaan 5-10 mg/hari PO.
dosis dimulai 2,5 mg/hari PO untuk pasien dengan
penurunan fungsi hati.
Anak: tdk boleh < 6 thn. Untuk ≥6 thn : 2,5-5
mg/hari PO

Amlodipine bekerja dengan cara melemaskan dinding dan melebarkan


diameter pembuluh darah. Efeknya akan memperlancar aliran darah
menuju jantung dan mengurangi tekanan darah dalam pembuluh.
Umumnya dosis awal amlodipine adalah 5 mg per hari. Ini bisa
ditingkatkan ke dosis maksimum yaitu 10 mg per hari.
Terapi amlodipine yang ditangani dengan baik, akan mencegah
perkembangan kea rah penyakit-penyakit kardiovaskular lainnya seperti
serangan stroke, serangan jantung, dan penyakit ginjal.

162. Ada seorang apoteker bekerja di industri ingin mengambil minyak atsiri
dari kulit jeruk dengan ekstraksi. Metode ekstraksi apa yang tepat?
a. Destilasi
b. Ekstraksi pelarut
c. Maserasi
d. Perkolasi
e. Sokletasi
Jawabannya adalah a. Destilasi
Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berujud cairan,
yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji
maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap, tetapi dapat
juga diperoleh dengan cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa
dan secara enzimatik.
Ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti pengepresan dingin, menggunakan bahan pelarut,
maupun dengan distilasi. Cara yang sederhana dan mudah dilakukan
adalah dengan metode distilasi uap/air.
a. Proses distilasi merupakan salah satu cara atau metode pemisahan
komponen cair-cair yang saling melarut dan mudah menguap, yang
bergantung pada distribusi dari beragam komponen-komponen
diantara fasa uap dan cair. Pemisahan secara distilasi digunakan
untuk komponen-komponen campuran yang memiliki perbedaan
titik didih yang cukup jauh, apabila titik didihnya berdekatan
pemisahan secara distilasi tidak dapat dilakukan karena struktur
kimia dan tekanan uap komponen yang hampir sama. Persyaratan
dasar untuk proses pemisahan dengan distilasi yaitu komposisi
uapnya berbeda dari komposisi cairannya, dimana uap akan berada
dalam kesetimbangan dengan cairan pada titik didihnya.
Cara penyulingan minyak atsiri, pertama-tama adalah
memasukkan bahan baku dari tanaman yang mengandung
minyak ke dalam ketel pendidih atau ke dalam ketel
penyulingan dan dialiri uap. Air yang panas dan uap, tentu
akan mempengaruhi bahan tersebut sehingga di dalam ketel
terdapat dua cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri. Kedua
cairan tersebut didihkan perlahan-lahan hingga terbentuk
campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak.
Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin
dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap tadi kembali
mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat
pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air
berdasarkan berat jenisnya. Prinsip dasar metode destilasi
adalah uap dari air digunakan untuk mengangkat minyak atsiri
dari dalam jaringan kulit jeruk dan kemudian didinginkan
dengan air mengalir.
b. Metode ekstraksi pelarut (solvent extraction) digunakan untuk
memperoleh minyak atsiri yang terlalu sedikit untuk diperas atau
terlalu rentan terhadap panas untuk didestilasi. Pada metode ini
digunakan pelarut seperti heksan atau karbon dioksida superkritis
untuk mengekstraksi minyak atsiri. Ekstrak yang diperoleh dari
pelarut heksan atau pelarut hidrofobik lainnya dinamakanconcretes,
yang mengandung campuran minyak atsiri, lilin (wax), resin, dan
senyawa larut minyak lainnya dari tanaman.
Pelarut lain, yakni etil alkohol, digunakan untuk memisahkan
komponen minyak atsiri dari concretes. Alkohol dihilangkan melalui
proses destilasi tahap kedua, meninggalkan komponen minyak atsiri
yang dinamakan absolute.
c. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya
merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol
encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam
buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Langkah
kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah
menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil
sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini
dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu
tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-
pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air” (contohnya air
sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat “tidak
campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar
atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan
pelarut non air atau pelarut non-polar.
Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam
dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh
dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan
penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari)
sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang
berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya
perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan
muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju
keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif
di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti,
setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat
aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama,
yaitu masing-masing 50%.

d. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan


melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam
suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik
seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-
sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa,
adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
e. Soxhletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen
yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-
ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih
sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke
kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian
pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan
membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi
pelarut dalam pipa siphon sama dengan tinggi pelarut di selongsong.
Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke
dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan
efek siphon. Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke
dalam labu setelah tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan
pipa siphon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang
berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya.
Sehingga sampel yang berada di bawah akan terekstraksi lebih
banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi menjadi tidak
merata. Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi
kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan
penyari telah mencapai permukaan siphon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi
sirkulasi.
Tetapi kelemahan dari metode soxhletasi adalah sampel
sampel yang digunakan harus sampel yang digunakan harus sampel
yang tahan panas atau tidak dapat digunakan pada sampel yang tidak
tahan panas. Karena sampel yang tidak tahan panas akan teroksidasi
atau tereduksi ketika proses sokletasi berlangsung.

163. Seorang pasien umur 45 tahun mengeluh radang, nyeri, mual, muntah. Obat apa
yang tepat ?
a. Paracetamol d. Indometasin
b. Asam mefenamat e. Natrium diklofenak
c. Piroksikam
Jawab : e. Natrium diklofenak
Alasan :
Karena dilihat dari kondisi pasien yang mengeluh radang, nyeri maka
untuk menghilangkan keluhan tersebut, obat yang tepat untuk dikonsumsi oleh
pasien adalah obat golongan NSAID, yaitu Natrium Diklofenak yang mana
obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri. Obat ini merupakan
NSAID terkuat daya antiinflamasinya dengan efek samping kurang kuat dan
lebih poten dibandingkan obat lainnya (indometasin dan piroxicam).
Mekanisme Kerja : Derivat fenilasetat ini menghambat siklo-oksigenase
(COX)1 dan (COX)2, dengan demikian menghambat sintesis
prostaglandin.
Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit rematik (termasuk Juvenile
arthritis) dan gangguan obat skelet lainnya; gout/pirai akut;
nyeri paskah bedah.
Dosis : Dewasa : 150 – 200 mg; Anak-anak : -
Jadwal Pemberian dosis : 3 – 4 kali sehari, Extended Release : 2 kali sehari
ES : Konstipasi, edema, nyeri kepala, dan mual
Adapun keluhan minor pasien, seperti mual, dispepsia, anorexia, nyeri
abdomen,perut kembung, dan diare pada 10 - 60% pasien, maka untuk
meminimalisir hal tersebut NSAID (Natrium diklofenak) dapat diminum
bersama makanan atau susu, kecuali untuk tablet salut enterik tidak bisa
diminum bersama susu atau antasid. Hai ini juga dijelaskan bahwa NSAID
golongan Nonacetylated salicylates (seperti : salisilat) dan partially selective
NSAID (seperti : etodolac, nabumetone, meloxicam, diklofenak, dan
celecoxib) dapat menurunkan toksisitas dari saluran percernaan.

- Paracetamol
Derivat asetanilida ini bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin
pada SSP. Hal ini menerangkan efek antipiretik fan analgesiknya. Namun
efeknya kurang terhadap siklo-oksigenase jaringan perifer, yang
mengakibatkan aktivitas anti-inflamasinya lemah.
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam
Dosis : 325 – 650 mg tiap 4 jam PRN atau 1000 mg tiap 6-8 jam,
dosis maks 4000 mg sehari
ES : PCT dengan dosis besar menyebabkan persediaan glutation
di hati berkurang dan N-asetil-benzokuinoneimin bereaksi
dengan grup sulfhidril protein hati membentuk ikatan
kovalen yang mengakibatkan terjadinya nekrosis hati.

- Asam Mefenamat
Derivat –antranilat bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin di
jaringan tubuh, menghambat minimal 2 isoenzim siklooksigenase,
siklooksigenase (COX)1 dan (COX)2. Obat ini tidak mempunyai anti-
inflamasi dibandingkan dengan obat NSAID yang lain.
Indikasi : Nyeri dan radang pada rheumatoid arthritis (termasuk
juvenille arthritis) dan gangguan otot skelet lainnya,
dismenorhea, dan gout.
Dosis : Dewasa : awal 500 mg, 250 tiap 6 jam (maks 7 hari)
Dosis maksimal 1000 mg/hari
ES : Gangguan lambung-usus

- Piroksikam
Derivat-benzothiazin ini bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin
di jaringan tubuh, menghambat minimal 2 isoenzim siklooksigenase,
siklooksigenase (COX)1 dan (COX). Piroxicam berkhasiat sebagai analgetik,
antipiretik, dan anti radang kuat yang bekerja lama (dengan t ½ = 14-158 jam
(rata-rata 50 jam) sehingga pemberiannya sekali sehari.
Indikasi : arthritis rheumatoid, spondilitis ankilosa, dan osteoartritis.
Dosis : Dewasa : 10 – 20 mg
Anak-anak :-
Jadwal pemberian dosis : sekali per hari
ES : Nyeri kepala, nyeri abdomen, diare, mual, muntah, edema,
konstipasi, dan demam.
- Indometasin
Derivat – indolasetat ini berkhasiat amat kuat, disamakan dengan diklofenak,
tetapi lebih sering menimbulkan efek samping, khususnya efek ulcerogen dan
perdarahan.
Mekanisme Kerja : Derivat - indolilasetat ini bekerja menghambat
siklooksigenase secara reversibel.
Indikasi : Menghilangkan gejala inflamasi dan nyeri pada RA,
arthritis deformans, periatritis pada bahu, dan sindroma
leher-bahu-lengan.
Dosis : Dewasa : 50 – 200 mg
Anak-anak : 2 – 4 mg/kg (maks 200 mg)
Jadwal pemberian dosis : extended release sekali per hari
ES : Terjadi sampai pada 50% penderita yang diobati, sekitar
20% ditemukan efek samping yang tidak bisa
ditoleransi. Kebanyakan efek samping ini berhubungan
dengan dosis, sering terjadi gangguan lambung-usus dan
efek-efek sentral, seperti nyeri kepala, perasaan kacau,
rasa lelah, dan depresi.

164. Seorang laki-laki 70 tahun, dengan keluhan hipertensi dan ulkus pepti,
mendapat obat dari dokter kaptropil (1x1), antasida (2x1), omeprazole(1x1).
Setelah 7 hari pasien di cek ke dokter terjadi kegagan pada hipertensi padahal
sebelumnya keberhasilan pasien pada kaptropil. Apa yang menyebabkan
kegagalan pada kaptropil tersebut?

a. Hambatan metabolisme kaptropil oleh antasida

b. Hambatan metabolisme kaptropil oleh omeprazole

c. Hambatan distribusi kaptropil oleh antasida

d. Hambatan distribusi kaptropil oleh omeprazole

e. Hambatan absorbsi kaptropil oleh antasida

Jawaban : e. Hambatan absorbsi kaptropil oleh antasida


Golongan obat antihipertensi :
 DIURETIK
Diuretik merupakan ‘initial drug choices’, obat ini biasanya menjadi pilihan
untuk terapi awal HIPERTENSI yang tidak disertai dengan komplikasi / kondisi
khusus. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan cairan
dan garam. Minum diuretik menyebabkan frekuensi miksi (kencing) jadi
meningkat.
Contoh diuretik adalah HCT ('Hydro Chloro Tiazid').
Diuretik sering dikombinasikan dengan OBAT ANTI HIPERTENSI dari
golongan lain. Saat ini sudah tersedia HCT dengan OBAT ANTI
HIPERTENSI golongan lain dalam satu sediaan tablet.
 GOLONGAN ‘ACE-INHIBITOR’
Yaitu 'Angiotensin-Converting Enzyme' (ACE) Inhibitor. Obat ini mencegah
'konstriksi' (pengkerutan) pembuluh darah akibat formasi hormon 'angiotensin
II' dengan cara memblokade enzim ACE, mencegah pembentukan angiotensin I
menjadi angiotensin II.
Contoh obat golongan ini : Kaptopril.
 GOLONGAN ‘ANGIOTENSIN-II RECEPTOR BLOCKERS’
Obat ini akan secara langsung memblokade aksi hormon angiotensin II. Obat ini
dapat digunakan bila penggunaan ACE inhibitor menimbulkan keluhan / efek
samping.
Contoh obat golongan ini : Valsartan, Telmisartan, Olmesartan.
 GOLONGAN ‘BETA BLOCKER’ (PENYEKAT BETA)
Obat golongan ini memblokade aksi 'adrenalin' pada sistem saraf otonom,
sehingga menurunkan frekuensi jantung (heart's rate) dan curah jantung (heart's
output). Golongan 'beta blocker' juga akan mengurangi beban jantung.
Contoh obat golongan ini : Propanolol, Atenolol.
 GOLONGAN ‘CALCIUM CHANNEL BLOCKER’
Obat ini melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan kapiler menurun. Obat
ini mencegah masuknya 'Calsium' ke jaringan melalui 'Calcium Channel'
sehingga akan me'relaksasi' (mengendurkan) dinding pembuluh darah arteri dan
menurunkan kontraksi jantung.
Contoh obat golongan ini : Verapamil, Diltiazem, Nifedipine.
 GOLONGAN ‘DIRECT RENIN INHIBITOR’ (DRI)
Obat golongan ini merupakan OBAT ANTI HIPERTENSI terbaru, memiliki
efek menghambat hormon renin dari ginjal.
Contoh obat golongan ini: Aliskiren
Golongan Obat Peptic Ulcus:
 Antasida
Antasida bekerja sebagai antiulkus peptikum dengan cara menetralisasi asam
lambung, menonaktifkan pepsin dan mengikat garam empedu. Selain itu
aluminium yang terkandung dalam antasida juga akan menekan pertumbuhan
bakteri Helicobacter pylori (HP) dan meningkatkan pertahanan mukosa. Salah
satu efek yang kurang menyenangkan dari antasida adalah kinerjanya yang
tergantung pada dosis, garam magnesium (Mg) menyebabkan diare osmotik,
sedangkan garam alumunium (Al) menyebabkan sembelit (konstipasi). Efek
diare umumnya lebih dominan pada sediaan antasida yang mengandung garam
Mg dan Al. Kandungan Al dalam antasida (kecuali Al fosfat) berinteraksi
membentuk garam yang tidak larut dengan fosfor dan mengakibatkan penurunan
absorpsi fosfor, sehingga beresiko mengakibatkan hipofosfatemia. Kondisi
hipofosfatemia ini akan mudah dialami pasien-pasien dengan asupan nutrisi
rendah fosfor, seperti pada penderita gizi buruk atau alkoholisme. Penggunaan
bersama antasida yang mengandung Al dengan sukralfat akan semakin
meningkatkan resiko hipofosfatemia dan toksisitasnya.
Antasida dengan kandungan Mg tidak boleh digunakan pada pasien dengan
bersihan kreatinin (creatinine clearence) kurang dari 30 ml/menit karena
ekskresinya akan terhambat. Hiperkalsemia dapat terjadi pada pasien yang
menerima terapi kalsium karbonat (CaCO3) lebih dari 20 g/hari pada pasien
dengan fungsi ginjal normal atau lebih dari 4 g/hari pada pasien gagal ginjal.
Sindrom alkali susu (hiperkalsemia, alkalosis, batu ginjal, peningkatan nitrogen
urea darah (blood urea nitrogen (BUN)), dan peningkatan konsentrasi kreatinin
serum) dan muntah berkepanjangan dapat terjadi pada pasien dengan asupan
nutrisi tinggi kalsium pada pasien alkalosis sistemik.
Antasida juga dapat mengubah pola absorpsi dan ekskresi beberapa obat jika
diberikan secara bersamaan. Interaksi bermakna dapat terjadi jika antasida
diberikan secara bersamaan dengan suplemen besi, tetrasiklin, warfarin,
digoksin, kuinidin, isoniazid, ketokonazol, dan florokuinolon. Interaksi ini dapat
dicegah dengan cara memisahkan pemberian antasida dengan obat-obat tersebut
diatas dengan selang waktu sekurang-kurangnya 2 jam.
Antasida memiliki durasi kerja yang pendek, sehingga diperlukan frekuensi
pemberian antasida yang sering untuk mendapatkan efek netralisasi asam
lambung yang terus menerus. Dosis tipikal antasida adalah 4x2tablet atau 4x1
sendok makan setiap setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian antasida
setelah makan meningkatkan durasi kerjanya dari 1 jam menjadi 3 jam.
 Antagonis Reseptor H2 (H2 Receptor Antagonist/ H2RA)
Kelompok obat ini terdiri dari famotidin, nizatidin, ranitidin dan simetidin.
Obat-obat ini dapat diberikan dalam dosis harian tunggal ataupun terbagi dua,
terutama diberikan setelah makan malam atau menjelang tidur malam.
Pemberian obat ini dalam 2 dosis memberikan keuntungan berupa penekanan
produksi asam lambung pada siang hari dan dalam mengatasi nyeri ulkus pada
siang hari.
Para perokok umumnya memerlukan terapi obat ini dengan dosis yang lebih
tinggi atau dengan durasi pengobatan yang lebih lama. Obat ini dieliminasi
diginjal, sehingga pada pasien dengan gagal ginjal memerlukan penyesuaian
dosis dengan pengurangan dosisnya.
Keempat jenis obat H2RA ini mempunyai tingkat keamanan yang sama baik
pada penggunaan jangka panjang maupun jangka pendek. Trombositopenia
adalah efek hematologi reversibel yang paling umum yang dapat terjadi selama
terapi H2RA.
Simetidin menghambat beberapa isoenzim CYP450 sehingga menimbulkan
banyak interaksi dengan obat-obat lain seperti teofilin, lidokain, fenitoin dan
warfarin. Sedangkan ranitidin tidak memiliki ikatan yang kuat dengan isoenzim
CYP450 dibandingkan dengan simetidin, sehingga potensi interaksinya lebih
kecil. Inilah alasan ranitidin lebih sering digunakan daripada simetidin.
Famotidin dan nizatidin tidak berinteraksi dengan obat-obat yang dimetabolisme
hepatik pada isoenzim CYP450. Karena H2RA bekerja dengan menurunkan
sekresi asam dan meningkatkan PH intragastrik, maka obat-obat ini dapat
menurunkan ketersediaan hayati obat-obat yang absorpsinya tergantung PH
yang lebih rendah seperti ketokonazol.
 Inhibitor Pompa Proton (Proton Pump Inhibitor/ PPI)
PPI terdiri dari omeprazole, esomeprazole, rabeprazole, pantoprazole dan
lanzoprazole. Kerja PPI tergantung dosis. Obat ini bekerja dengan menghambat
sekresi asam lambung basal dan terstimulasi. Penekanan asam lambung
meningkat selama 3 sampai 4 hari pertama terapi dengan PPI dimulai, sebagai
akibat semakin banyaknya pompa proton yang dihambat. Setelah terapi
dihentikan, pemulihan sekresi asam lambung memerlukan waktu 3-5 hari.
Karena PPI hanya akan menghambat pompa proton yang aktif mensekresikan
asam, maka terapi dengan PPI ini akan efektif bila diberikan pada waktu 15-30
menit sebelum makan.
PPI diformulasikan dalam bentuk granul bersalut enterik sensitif PH yang
kemudian dikemas dalam kapsul gelatin (omeprazole, esomeprazole, dan
lanzoprazole), bubuk (lanzoprazole), tablet disintegrasi cepat (lanzoprazole),
atau tablet salut enterik (rabeprazole, pantoprazole dan omeprazole yang dijual
bebas). Produk intravena juga tersedia untuk zat aktif pantoprazole,
lanzoprazole dan esomeprazole, namun masih dalam proses menunggu
persetujuan FDA. Salut enterik sensitif PH tersebut akan mencegah degradasi
dan protonasi prematur zat aktif dalam caira lambung yang asam. Lapisan
enterik akan melarut dalam duodenum dengan PH lebih dari 6 sehingga zat aktif
obat terlepas dan akhirnya diabsorpsi secara sistemik.
Semua PPI memberikan efek penyembuhan terhadap ulkus yang sama jika
diberikan dalam dosis terapi yang direkomendasikan. Ketika diberikan dosis
yang lebih tinggi, maka dosis harus dibagi untuk menghasilkan efek kontrol
asam lambung selama 24 jam. Penyesuaian/penurunan dosis tidak perlu
dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal atau geriatrik, kecuali pada pada
pasien dengan penyakit hati yang parah penyesuaian dosis diperlukan.
Penggunaan PPI jangka pendek (kurang dari 12 minggu) pada semua jenis akan
memberikan efek merugikan yang sama. Karena PPI bekerja dengan
meningkatkan PH intragastrik, maka obat ini dapat menghambat absorpsi obat-
obat yang absorpsinya tergantung PH seperti ketokonazole dan digoksin.
Omeprazole selektif menghambat sitokrom P450 isoenzim 2C19 dihati dan
menyebabkan penurunan eliminasi fenitoin, diazepam dan R-warparin.
Lanzoprazole dapat meningkatkan sedikit metabolisme teofilin, yang mungkin
terjadi melalui induksi CYP1A. Rabeprazole dan pantoprazole tidak
memberikan pengaruh yang signifikan pada kinerja enzim sitokrom (CYP)
sehingga potensi interaksinya dengan obat-obat yang dimediasi enzim tersebut
relatif rendah.
Semua PPI meningkatkan konsentrasi gastrin serum. Tingginya konsentrasi
gastrin ini biasanya masih berada dalam kisaran normal dan akan kembali pada
kondisi baseline sekitar 1 bulan setelah terapi PPI dihentikan. Penggunaan PPI
juga dapat mengakibatkan hiperplasia enterochromaffin (ECL). Penggunaan PPI
jangka panjang juga berkaitan dengan kanker lambung pada pasien positif
infeksi HP.
 Sukralfat
Sukralfat harus diberikan saat perut kosong untuk mencegah pengikatan protein
dan fosfor dalam makanan. Hindari penggunaannya dalam dosis besar beberapa
kali perhari. Lakukan pembatasan selang waktu konsumsi makanan dengan obat
ini untuk mencegah interaksinya. Sembelit adalah efek merugikan yang paling
sering terjadi dengan penggunaan obat ini. Mual, pusing dan mulut kering
jarang terjadi. Kejang dapat terjadi pada pasien dialisis yang menerima terapi
sukralfat dan antasida mengandung Al. Penggunaan jangka panjang dapat
mengakibatkan hipofosfatemia. Penggunaan bersama sukralfat dengan
florokuinolon oral, fenitoin, digoksin, teofilin, kuinidin, amitriptilin,
ketokonazole, dan warfarin dapat menyebabkan penurunan ketersediaan hayati
obat-obat tersebut.
 Prostaglandin
Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 sintetis yang menghambat sekresi
asam lambung dan memperbaiki pertahanan mukosa. Efek antisekretorik
dihasilkan pada dosis 50-200 mcg. Sedangkan pada dosis lebih dari 200 mcg
dapat memberikan efek sitoprotektif. Karena efek proteksi dihasilkan pada dosis
yang lebih tinggi itu berarti bahwa efek proteksi ini tidak tergantung kerja
antisekretoriknya. Walaupun tidak direkomendasikan oleh FDA, namun dosis
4x200 mcg atau 2x400 mcg dalam penyembuhan ulkus peptikum dan duodenum
memberikan efek yang sebanding dengan H2RA atau sukralfat.
Diare merupakan efek merugikan yang paling sering terjadi dalam terapi obat
ini yang terjadi pada sekitar 10-30% pasien. Nyeri abdomen, mual, pusing dan
sakit kepala juga sering menyertai diare selama terapi misoprostol. Pemberian
obat ini bersama atau setelah makan dan menjelang tidur dapat mengurangi
resiko diare. Misoprostol dapat mengakibatkan kontraksi uterus sehingga
membayakan bila digunakan saat hamil.
 Bismuth
Bismuth subsalasilat adalah satu-satunya sediaan garam bismuth yang tersedia
di Amerika Serikat. Mekanisme penyembuhan ulkus yang paling mungkin
adalah melalui efek antibakteri, efek lokal gastroproteksi, dan stimulasi sekresi
prostaglandin endogen. Garam bismuth tidak menghambat sekresi asam
lambung atau pun menetralisasikannya. Garam bismuth subsalasilat dinyatakan
aman dengan sedikit efek merugikan jika digunakan pada dosis yang
direkomendasikan. Karena insufisiensi ginjal dapat menurunkan ekskresi
bismuth, maka penggunaan bismuth pada pasien gagal ginjal harus disertai
peringatan. Bismuth subsalisilat dapat meningkatkan sensitivitas terhadap
salisilat dan penyakit pendarahan, sehingga harus ada peringatan terhadap
pasien yang juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa
selama terapi bismuth subsalasilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna
hitam.

Interaksi obat
Antasida memiliki interaksi dengan obat lain dimana :
Antasida berpengaruh pada penyerapan/absorbsi obat : efek obat menurun
Penanggulangan : digunakan setelah 1 atau 2 jam sebelum dan setelah
penggunaan antasida

165. Levofloksasin merupakan antibiotik golongan....


a. Aminoglikosida

b. Kuinolon

c. Penisilin

d. Makrolida

e. Sefalosporin
Jawaban : B

Penggolongan antibiotik

a. Antibiotik golongan Beta-Laktam

Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan penisilin, golongan


sefalosporin, golongan karbapenem,dan golongan monobaktam.

 Golongan penicillin

Diperoleh dari jamur Penicillinum chrysogenum. Penisilin


termasuk antibiotik golongan betalaktam, karena mempunyai rumus
bangun dan struktur seperti cincin Betalaktam yang merupakan syarat
mutlak untuk menunjukan khasiatnya.

Terdapat empat golongan senyawa penicillin yaitu

1. Penicillin alami, bersifat sensitif terhadap penisilinase dan


berspektrum sempit hanya pada bakteri gram positif.
Contohnya penisillin G dan penisilin V.

2. Resisten terhadap penisilinase, produk sintesis yang


resisten terhadap enzim betalaktamase, dan berspektrum
sempit hanya pada bakteri gram positif. Contohnya
methisilin, oksasilin, kloksasilin.

3. Aminopenisilin, bersifat sensitif terhadap penisilinase dan


berspektrum lebih luas. Contoh amoksisilin dan ampisilin.

4. Turunan penisilin lain dengan spektrum diperluas.


Golongan penisilin ini aktif terhadap pseudomonas dan
klebsiella. Namun tidak efektif terhadap bakteri gram
positif. Contohnya mezlosilin dan piperasilin.

 Golongan Sefalosporin

Golongan Sefalosporin merupakan antibiotik golongan B-


laktam yang memiliki efek bakterisidal (mematikan bakteri) dengan
cara mengganggu sintesis selaput peptidoglycan dari dinding sel
bakteri. Sefalosporin sendiri dibagi menjadi beberapa generasi
berdasarkan kemampuan antibakterial yaitu :
1. Sefalosporin generasi pertama
Generasi pertama adalah agen antibiotik dengan spektrum
luas, baik untuk kuman gram positif maupun gram negatif, namun
kemampuanya untuk kuman gram negatif masih jauh di bawah
generasi ketiga.contohnya cefadroxil,cefalexin,dansefazolin.

2.Sefalosporin generasi II

Sefalosporin generasi ini mampu melawan gram positif dan


memiliki spektrum gram negatif yang lebih kuat dibandingkan
generasi pertama.contohnya sefaklor, sefamandol, sefoksitin.

3.Sefalosporin generasi III :

Generasi ini memiliki spektrum luas sebagai antibakteri


dengan kemampuan melawan kuman gram negatif yang lebih baik
dibandingkan generasisebelumnya. Contoh ceftriakson, cefoperazone,
ceftazidim, cefotaxim, ceftizoxim

4.Sefalosporin generasi IV

Generasi keempat ini memiliki spektrum luas dengan


kemampuan melawan bakteri gram positif sama seperti generasi
pertama, mampu melawan kuman gram negatif, dapat melewati barier
otak, dan efektif dalam menangani meningitis.Contoh : cefepime,
cefpirome

 Golongan karbapenem

karbapenem merupakan antibiotika golongan beta laktam


yang baru, contohnya imipenem dan meropenem. Keduanya hanya
bisa diberikan secara intravena. Imipenem mempunyai spektrum yang
sangat luas dan aktif baik terhadap bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif.

 Golongan monobaktam

Monobaktam merupakan antibiotik golongan beta laktam baru,


mempunyai struktur beta laktam monosiklik. Berspektrum sempit dan
sangat resisten terhadap beta laktamase. Contohnya aztreonam.

b. Antibiotik golongan aminoglikosida,

Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan


Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya
mengandung dua atau tiga gula-amino di dalam molekulnya, yang saling
terikat secara glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama
banyak bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan
sejumlah kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid, berdasarkan
dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di
dalam sel. Contohnya streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan
paranomisin.

c. Antibiotik golongan tetrasiklin,

Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena


dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya
berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya
luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan gram negatif serta
kebanyakan bacilli. Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif
terhadap mikroba khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata
trachoma dan penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya.
Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
d. Antibiotik golongan makrolida,

Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap


terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G.
Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman,
sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau
sering dapat menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak teratur, agak sering
menimbulkan efek samping lambung-usus, dan waktu paruhnya singkat,
maka perlu ditakarkan sampai 4x sehari. Contohnya eritromisin,
azitromisin, claritromisin.

e. Antibiotik golongan klindamisin

Antibiotik golongan klindamisin dihasilkan oleh srteptomyces


lincolnensis (AS 1960). Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja
lebih sempit daripada makrolida,n terutama terhadap kuman gram positif dan
anaerob. Berhubung efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila
terdapat resistensi terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.

f. Antibiotik golongan kuinolon,

senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada fase


pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase
kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan. Golongan ini hanya dapat
digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi. Contohnya
ciprofloksacin, levofloksacin, onofloksacin, dan ofofloksacin.

g. Antibiotik golongan kloramfenikol

kloramfenikol mempunyai spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis


terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida
kuman. Contohnya kloramfenikol.

h. Kombinasi Antimikroba

Karena kerja dari dua antimikroba Trimetropim dan Sulfametoksazol


dalam menghambat reaksi enzimatik obligat berurutan sehingga kombinasi
antimikroba ini memberikan efek sinergi. Kombinasi ini lebih dikenal dengan
nama Kotrimoksazol.
i. Antibiotika Golongan Lain
Antiobiotika golongan lain yang ada di Indonesia adalah klindamisin,
metronidazol, colistin, tinidazol, fosfomycin, teicoplanin, vancomycin dan
linezolid.
 Klindamisin
Digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Seperti infeksi pada
saluran nafas, septikemia, dan peritonitis.. Klindamisin juga dapat
digunakan untuk infeksi pada tulang yang disebabkan staphylococcus
aureus. Sediaan topikalnya dalam bentuk Klindamisin posfat
digunkan untuk jerawat yang parah.
 Metronidazol
Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang
sensitif karena beberapa organisme memiliki kemampuan untuk
mengurangi bentuk aktif metronidazol di dalam selnya. Secara
sistemik metronidazol digunakan untuk infeksi anaerobik,
trikomonasis, amubiasis, lambiasis dan amubiasis hati.
 Colistin
Colistin digunakan dalam bentuk sulfat atau kompleks
sulfomethyl, colistimetate. Tablet Colistin sulfat digunakan untuk
mengobati infeksi usus atau untuk menekan flora di kolon. Colistin
sulfat juga digunakan dalam bentuk krim kulit, bubuk dan tetes mata.
Colistimethat digunakan untuk sedian parenteral dan dalam bentuk
aerosol untuk pengobatan infeksi paru-paru.
 Tinidazol
Tinidazol merupakan kelompok antibiotika azol. Mekanisme
kerjanya dengan cara masuk ke dalam sel mikroba dan berikatan
dengan DNA. Dengan cara ini mikroba tidak dapat berkembang biak.
Tinidazol adalah antibiotika khusus yang digunakan untuk
menghentikan penyebaran bakteri anaerob. Bakteri ini biasanya
menginfeksi lambung, tulang, otak dan paru-paru.

 Teicoplanin
Teicoplanin merupakan kelompok antibiotika dari
glikopeptida. Bakteri memiliki dinding sel luar yang dipertahankan
oleh molekul peptidoglikan.Teicoplanin bekerja dengan mengunci
formasi dari peptidoglikan. Dengan cara tersebut dinding bakteri
menjadi lemah sehingga bakteri mati. Teicoplanin digunakan untuk
infeksi serius pada hati dan darah. Teicoplanin tidak dapat diserap di
lambung sehingga hanya diberikan dengan cara infus atau injeksi.
 Vancomycin
Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan
perkembangan bakteri. Vancomycin digunakan untuk mengobati
infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala digabung dengan
antibiotika lain. Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan
gangguan hati atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan
penisilin. Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat
digunakan untuk mencegah endocarditis pada pasien yang telah
melakukan operasi gigi atau operasi saluran nafas atas (hidung atau
tenggorokan).
Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi
serius kalau obat lain tidak berguna. Walaupun demikian, obat ini
dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk
merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi
pada pasien yang berumur lanjut.
 Linezolid
Linezolid digunakan untuk mengobati infeksi termasuk
pneumonia,infeksi saluran kemih dan infeksi pada kulit dan darah.
Linezolid termasuk golongan antibiotika oxazolidinon.Cara kerja
dengan menghentikan perkembang biakan bakteri.
j. Golongan Linkosamid
Golongan ini kadang digunakan sebagai pelengkap dalam mengatasi
kuman yang tahan terhadap penisilin.
k. Golongan Polipeptida
Golongan polipeptida dikenal aktif terhadap bakteri gram negative
seperti pseudomonas. Golongan ini diantaranya terdiri dari polimiksin, A, B,
C, D, E.

l. Golongan Antimikobakterium
Banyak digunakan untuk melawan mikobakterium. Diantaranya yang
termasuk dalam golongan ini adalah etambutol, dapson, streptomisin, INH,
dan rifampisin, yang dikenal untuk menyembuhkan TBC dan penyakit lepra.

166.Seorang pasien laki-laki berusia 4 tahun menderita penyakit diabetes melitus


tipe 2 selama 2 tahun. Ia mengkomsumsi metformin dan glibenklamid, sudah
berlangsung 3 bulan. Hasil lab menunjukan kadar glukosa puasa 100 mg/dl,
dan HbA 1c 6,3%. Apa rekomendasi yang tepat untuk pasien?

Jawaban: A. Melanjutkan meminum metformin dan glibenklamid

Alasan: Kadar gula darah sudah normal , Biasanya penderita diabetes dalam
keadaan berpuasa mempunyai kadar gula darah ≥ 126 mg/dl atau pada 2 jam
setelah makan ≥ 200 mg/dl atau HbA1c ≥ 8% . Jika kadar glukosa 2 jam
setelah makan > 140 mg/dl tetapi lebeih kecil dari 200 mg/dl dinyatakan
glukosa toleransi lemah.

Diabetes Melitus?
(DM) adalah penyakit kelainan metabolik Yang dikarakteristikkan dengan
Hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun
keduanya. Diagnosis penyakit diabetes Melitus selain berdasarkan aspek klinis
yang meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, sangatlah diperlukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium yang paling sederhana adalah pemeriksaan gula darah.Tahapan
preanalitik dan interpretasi hasil pemeriksaan gula darah sangatlah perlu
diperhatikan agar didapatkan hasil yang bermakna sehingga diagnosis diabetes
melitus dapat ditegakkan dan sebagai monitoring hasil pengobatan.

HbA1c?
HbA1c yang lebih dikenal dengan hemoglobin glikat adalah salah satu fraksi
hemoglobin didalam tubuh manusia yang berikatan dengan glukosa secara
enzimatik. Hal ini dapat dimengerti jika kadar glukosa yang berlebih akan
selalu terikat didalam hemoglobin, juga dengan kadar yang tingggi. Akan
tetapi kadar HbA1c yang terukur sekarang atausewaktu
mencerminkan kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lampau (sesuai dengan
umur sel darah merah manusia kira-kira 100-120 hari), sehingga hal ini dapat
memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang
lalu. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita juga dapat mengetahui seberapa
besar kepatuhan dalam berobat pada penderita DM. Selain dapat memberikan
informasi mengenai kepatuhan berobat penderita DM, juga dapat memprediksi
kemungkinan terjadinya komplikasi dan prognosis (dugaan perbaikan).
Berapakah nilai rujukan kadar HbA1c ? Sebenarnya pada manusia normal,
terdapat juga keterikatan antara hemoglobin dengan glukosa tetapi dalam
jumlah yang normal yaitu sekitar 4-6%, pada penderita DM yang diprediksi
memiliki kerentanan terhadap terjadinya komplikasi adalah 8-10%.

167. Seorang laki-laki berumur 46 tahun mengkonsumsi asetilsalisilat untuk


mengurangi sakit kepalanya seminggu ini. Dia mengalami keracunan
salisilat, apakah gejala keracunan itu?

a. Hipertensi
b. Batuk
c. Myopia

Jawab: a. Hipertensi
Keracunan aspirin dapat terjadi jika obat ini dipakai dalam dosis
yang tidak pantas, atau selama periode waktu yang lama. Jika dosis
harian normal aspirin menumpuk dalam tubuh dari waktu ke waktu
dapat menyebabkan gejala disebut overdosis kronis. Overdosis kronis
biasa terlihat pada pasien yang lebih tua saat cuaca panas.

Keracunan kronis dapat meliputi:


1) Kelelahan
2) Sedikit demam
3) Kebingungan
4) Kolaps
5) Denyut jantung yang cepat
6) Napas cepat tak terkendali (Hiperventilasi)

Gejala keracunan akut dapat meliputi:

1) Perut tidak enak dan sakit perut


2) Mual
3) Muntah, dapat menyebabkan tukak lambung atau iritasi perut yang
dikenal sebagai gastritis
Keracunan yang parah dapat menyebabkan:
1) Dering ditelinga
2) Tuli sementara
3) Hiperaktif
4) Dehidrasi
5) Kantuk
6) Pusing
7) Kejang
8) Koma
Asetilsalisilat atau anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah
golongan obat yang bekerja terutama di perifer yang berfungsi
sebagai analgesik (pereda nyeri), antipirektik (penurun panas) dan
antiinflamasi (anti radang).
Mekanisme kerja obat Asetilsalisilat yaitu menghambat
biosintesis prostaglandin dari asam arakhidonat melalui
penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase. Asam Asetilsalisilat
merupakan inhibitor irreversibel siklooksigenase (COX). Asam
arakhidonat mulanya merupakan komponen normal yang disimpan
pada sel dalam bentuk fosfolipid dan dibebaskan dari sel penyimpan
lipid oleh asil hidrosilase sebagai respon adanya noksi . Asam
arakidonat kemudian mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur
siklooksigenase yang membebaskan prostaglandin, prostasiklin,
tromboksan. Alur lipoksigenase yang membebaskan leukotrien dan
berbagai substansi seperti HPETE (Hydroperoxieicosatetraenoic).
Prostaglandin yang dihasilkan melalui jalur siklooksigenase berperan
dalam proses timbulnya nyeri, demam dan reaksi-reaksi peradangan.
Selain itu, prostaglandin juga berperanan penting pada proses-proses
fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi berbagai organ.
Pada selaput lendir saluran pencernaan, prostaglandin berefek
protektif dengan meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap
iritasi mekanis, osmotis, termis atau kimiawi. Karena prostaglandin
berperan dalam proses timbulnya nyeri, demam, dan reaksi
peradangan, maka Asam Asetilsalisilat melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase mampu menekan gejala-gejala
tersebut.
Asetilsalisilat pada hipertensi berguna untuk mencegah terjadinya
mani-festasi klinis dari kardiovaskular, tetapi dapat menyebabkan
terjadi pengerasan dinding arteri dan terjadinya penurunan
kemampuan hemostasis juga kekakuan pembuluh darah. Secara
umum, resiko per-darahan meningkat dengan bertambahnya dosis
aspirin.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
mengkonsumsi asetilsalisilat secara terus menerus dapat
menimbulkan keracunan salah satu gejala manifestasi klinisnya yaitu
hipertensi. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh
denyut jantung yang cepat sehingga kuncup jantung mengeluarkan
volume darah yang tinggi akibatnya tekanan darah pun meningkat
sehingga obat asetilsalisilat tidak dapat dikonsumsi secara terus-
menerus.
Hipertensi juga dapat menjadi penyebab jantung berdetak lebih
kencang. Jika seseorang mengalami hipertensi, maka dinding arteri
akan semakin sempit dan tebal. Oleh sebab itu, aliran darah akan sulit
melewati arteri hingga perlu upaya yang keras untuk melewatinya.
Semakin keras upaya darah melewati arteri maka detak jantung pun
akan semakin kencang.
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal
adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi
pembuluh darah perifer dan kardiak output.
Tanda dan Gejala Hipertensi
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala
saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur akibat
kerusakan retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap
karena kerusakan susunan saraf pusat, Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,
sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain-lain.
Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
1. Faktor usia
Sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah
di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
2. Jenis kelamin
Sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada
laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika
seorang wanita mengalami menopause.
3. Riwayat keluarga
Merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang
dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang
hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.
4. Garam dapur
Merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3
gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah. Garam mempunyai sifat menahan air.
Mengkonsumsi garam lebih atau makanmakanan yang diasinkan
dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari
pemakaian garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal
ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan
makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi.
5. Merokok
Merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu
darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu dadarah
hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan
member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap
rokok menggantikan iksigen dalam darah. Hal ini akan
menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa
untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan
jaringan tubuh.
6. Aktivitas
Sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang kurang aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja
lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri.
7. Stress
Sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi.

168. R/Vaselin 30%


Asetilsalisilat 20 g
Emlgator 2g
Aqua ad 100 ml

Fase minyak % HLB HLB yang dibutuhkan


Vaselin 30 8 30/50 X 8 = 4,8
Asetilsalisilat 20 15 20/50 X 15 = 6
Total 50 10,8

Jumlah emulgator yang digunakan


Tween 60 15
Span 60 5

Tween 60 = 15 5,8

10,8

Span 60 = 5 4,2
10
KETT :

15 – 10,8 = 4,2

10,8 – 5 = 5,8

Perbandingan Tweem 60 dan Span 60 = 5,8 : 4,2

= Tween 60 yang dipakai = 5,8/10 X 2 g = 1,66 (1,2)

= Span 60 yang dipakai = 4,2/10 X 2 g = 0,84

Jawabannya C . 1,2 : 0,8

Metoda Aligasi

HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance) adalah nilai untuk


mengukur efisiensi surfaktan. semakin tinggi nilai HLB surfaktannya maka
semakin tinggi nilai kepolarannya, untuk emulsi yang akan diemulsikan
surfaktan terdapat nilai HLB yang disebut HLB butuh minyak, diperlukan nilai
HLB yang cocok agar emulsi menjadi stabil, oleh sebab itu diperlukan
perhitungan HLB. cara perhitungan HBL.

Aligasi adalah suatu metode aritmetika yang digunakan menyelesaikan masalah


yang berkaitan dengan pencampuran sediaan dengan kekuatan yang berbeda.

169. Seorang wanita 56 tahun didiagnosa dokter terkena kolesterolimia dengan hasil
pemeriksaan lab kadar kolesterol 290 mm/Hg. LDL 224 mm/Hg, HDL 55
mm/Hg. Dokter memberikan obat simvastatin 10 mg sekali satu hari, informasi
apa yang disampaikan kepada pasien tentang cara penggunaan obat pasien?

Jawab : simvastatin diminum pada malam hari sebelum tidur karena pada saat
tidur tidak ada asupan makanan. Sehingga akan terjadi peningkatan
metabolisme kolesterol. Simvastatin bekerja menghambat enzim HMG-CoA
reduktase yang berperan dalam biosintesis kolesterol di hati sehingga tidak akan
terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
Kolesterolimia atau disebut juga dyslipidemia adalah peningkatan salah satu
atau lebih kolesterol, kolesterol lipid, fosfolipid, atau trigliserida.

Hiperlipidemia dapat disebabkan oleh faktor primer (genetik) dan factor


sekunder. Faktor primer disebut juga hiperlipidemia familial. Faktor sekunder
berhubungan dengan adanya masalah kesehatan dan gaya hidup.

Tipe hiperlipidemia :

Patofisiologi : Peningkatan kolesterol total dan LDL dan penurunan kolesterol


HDL berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner. Kerusakan
primer pada hiperkolesterol familial adalah ketidakmampuan pengikatan LDL
thd reseptor LDL atau kerusakan pencernaan kompleks LDL-R ke dalam sel
setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pd kurangnya degradasi LDL oleh
sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol, dgn jumlah kolesterol total dan
LDL tidak seimbang dengan kurangnya reseptor LDL.

Klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida


Tujuan terapi : Penurunan kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko
pertama atau berulang dari infark miokardial, angina, gagal jantung, stroke iskemia,
atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer.

Anjuran obat dalam pengobatan :


Penggolongan obat:

1. Inhibitor Hmg Coa Reduktase (atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin,


rosuvastatin, dan simvastatin)

Golongan ini bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase


yang berperan dalam biosintesis kolesterol di hati. Sebagai monoterapi, inhibitor
HMG-CoA reduktase merupakan obat penurun kolesterol total dan LDL yang
paling kuat dan paling dapat ditoleransi. memiliki dua efek samping mayor tapi
relatif tidak biasa terjadi yaitu peningkatan enzim-enzim hati dan kelainan otot
(mialgia, miopati, dan rabdomiolisis).
2. Resin asam empedu ( kolestiramin, kolestipol, colesevalam)

MK : Resin pengikat asam empedu yang bermuatan sangat positif mengikat


asam empedu yang bermuatan negatif. Ukurannya yang besar membuat
kompleks yang terbentuk tak diserap di usus dan selanjutnya akan dieksresikan
melalui feses. Jumlah asam empedu yang sangat sedikit di saluran pencernaan
berdampak pula pada simpanan asam empedu hati. Hal ini akan memicu hati
untuk meningkatkan sintesa asam empedu yang bersumber dari kolesterol
kolestrol hati akan menurun
3. Niasin atau asam nikotinat, mengurangi sintesis hepatik VLDL yang akan
mengarah pada pengurangan sintesis LDL. Niasin juga meningkatkan HDL
dengan mengurangi katabolismenya. Prinsip penggunaan niasin adalah untuk
hiperlipidemia campuran atau agen sekunder dalam terapi kombinasi untuk
hiperkolesterolemia. Merupakan agen primer atau alternatif untuk pengobatan
hipertigliseridemia dan dislipidemia diabetik.

Dosis awal 10-20 mg/hari sebagai terapi tunggal pd malam hari.


ES : konstipasi terjadi kurang dari 10 %, peningkatan kadar aminotransferase
dalam serum (terutama alanin aminotransferase), peningkatan kadar kreatini
kinase, miopati, dan jarang rabdomiolisis.
4. Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat, klofibrat)

Golongan ini efektif dalam menurunkan VLDL namun sebaliknya, peningkatan


LDL mungkin terjadi dan nilai kolesterol total mungkin relatif tidak berubah.
Gemfibrozil menurunkan sintesis VLDL dan apolipoprotein B serta
meningkatkan laju pemindahan lipoprotein kaya trigliserida dari plasma.
Konsentrasi HDL juga dapat meningkat sekitar 10-15%. Terapi tunggal efektif
dalam penurunan VLDL, tapi akibatnya terjadi peningkatan LDL dan kadar
kolesterol total akan cenderung berubah.
Dosis fenofibrat 300 mg/hari, dpt ditingkatkan mjd 400 mg.
5. Ezetimibe

Ezetimibe mengganggu absorbsi kolesterol dari membran fili saluran cerna,


mekanisme baru yang membuatnya menjadi pilihan baik untuk terapi tambahan.
Obat ini dapat digunakan baik dalam terapi tunggal atau digunakan bersama
statin.
Dosis 10mg 1 kali/hari, tunggal atau bersama dgn statin atau fenofibrat.
6. Suplementasi minyak ikan

Makanan tinggi omega-3 asam lemak rantai panjang-tidak jenuh (dari minyak
ikan), lebih dikenal dengan asam eikosapentanoat (EPA), menguarangi
kolesterol, trigliserida, LDL, dan VLDL dan dapat meningkatkan kolesterol
HDL.
Pasien yg diobati untuk gangguan sekunder, gejala penyakit jantung
aterosklerosis, seperti angina atau iskemia yg menyebabkan nyeri seperti kram,
dapat meningkat dari bulan ke tahun.

170. Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap
jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan
kedalam tiga kategori yakni :

1. Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving
drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk
mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang
termasuk jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
2. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh
obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotic, obat
gastrointestinal, NSAID dan lain lain.
3. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang
digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease),
perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang
mahal namuntidak mempunyai kelebihan manfaat disbanding perbekalan
farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah
vitamin, suplemen dan lain-lain.

Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan :

1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia.


2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital agar
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat
3. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria
penentuan VEN. Dlm penentuan kriteria perlu mempertimbangkan
kebutuhan masing-masing spesialisasi.

171. Seorang perempuan usia 25 tahun mengalami nyeri lambung, mual muntah
berlebihan dan penurunan bobot badan. Pasien juga mempunyai riwayat
maag kronis. Dokter menyarankan pasien untuk tes lab, hasilnya adalah
pasien mengalami ulkus peptikum yang disebabkan oleh H. Pylori. Terapi
yang diberikan adalah…
a. Antasida, Ranitidin, Omeprasol
b. Ranitidin, Omeprazol, Sukralfat
c. Antasida, Sukralfat, Omeprazol
d. Sukralfat, Kanamyicin, Ranitidin
e. Omeprazol, Kanamycin, Metronidazol

Jawaban :
(e) Karena pengobatan efektif dengan 2 macam kombinasi antibiotic dan PPI

Ulkus Peptikum
 Definisi
Ulkus peptikum (UP) adalah kerusakan pada lapisan mukosa, sub mukosa
sampai lapisan otot saluran cerna yang disebabkan oleh aktifitas pepsin
dan asam lambung.

 Etiologi
Infeksi bakteri H. pylori dan penggunaan obat anti inflamasi non steroid
(NSAID) menjadi penyebab utama terjadinya tukak lambung.
 H. pylori melemahkan lapisan lendir yang melindungi bagian dalam
lambung dan usus duabelasjari, sehingga zat asam menembus sampai ke
lapisan yang sensitif dibawahnya. Keduanya, bakteri dan zat asam
menggaggu lapisan dalam ini sehingga menyebabkan luka, atau tukak.
H. pylori dapat bertahan hidup di dalam larutan asam lambung karena
bakteri itu mengeluarkan semacam enzim yang menetralisir asam.
Mekanisme ini memungkinkan bakteri H. pylori dapat menjalar sampai ke
balik lapisan pelindung lambung yang berupa lendir itu. Sesampai di sana,
dengan bantuknya yang seperti spiral dia dapat membenamkan diri
diantara lapisan lendir di dinding lambung.
 NSAID dapat menyebabkan tukak lambung melalui 2 cara :
mengiritasi epitelium lambung secara langsung atau melalui
penghambatan sintesis prostaglandin. Namun, penghambatan sintesis
prostaglandin merupakan faktor dominan penyebab tukak lambung oleh
NSAID. Prostaglandin merupakan senyawa yang disintesis di mukosa
lambung yang melindungi fungsi fisiologis tubuh seperti fungsi ginjal,
homeostasis, dan mukosa lambung.
 Faktor lain yang memicu tukak lambung adalah kebiasaan merokok dan
stress. Mekanisme yang terjadi belum diketahui pasti namun diduga
produksi prostaglandin pada lambung dihambat sehingga perlindungan
terhadap mukosa lambung berkurang dan resiko tukak meningkat. Stress
dapat memicu tukak lambung karena dalam kondisi stress sangat
dimungkinkan orang akan melakukan tindakan yang beresiko terjadinya
tukak lambung seperti merokok, mengkonsumsi obat NSAID atau alkohol.
Selain itu diperkirakan dalam kondisi stress, hormon adrenalin akan
meningkat produksinya mengakibatkan produksi asam oleh reseptor
asetilkolin meningkat pula, efeknya asam lambung pun juga meningkat.
 Manifestasi Klinik
1. Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam hari.
Nyeri biasanya terletak di area tengah epigastrium, dan sering bersifat
ritmik
2. Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di malam hari)
sering menjadi tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling
sering terjadi
3. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus gaster.
Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
4. Nyeri sering hilang-timbul : nyeri sering terjadi setiap hari selama
beberapa minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan
selanjutnya
5. Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster. Penambahan
berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum akibat
makan dapat meredakan rasa tidak nyaman

 Mekanisme Penyakit/ Patofisiologi


Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh
ketidakseimbangan antara faktor-faktor pencernaan, seperti asam lambung
dan pepsin dengan produksi mukous, bikarbonat dan aliran darah.
Makanan yang masuk ke lambung akan dicerna secara kimiawi dengan
bantuan enzim pepsin dan renin serta asam lambung (HCl). Pada orang
sehat, terdapat suatu keseimbangan antara enzim dan asam lambung
dengan daya tahan mukosa lambung (lapisan lendir pada lambung).
Artinya keberadaan enzim dan asam lambung tidak menimbulkan
gangguan pada lapisan mukosa lambung. Mereka hidup bertetangga
dengan baik, sehingga suasana damai tercipta dalam rongga lambung. Bila
terjadi gangguan keseimbangan, maka akan terjadi kerusakan pada
mukosa yang menimbulkan rasa sakit (nyeri). Bila gangguan ini terjadi
terus menerus, maka terjadi luka pada lapisan mukosa lambung.
Rasa nyeri ini disebabkan oleh rangsangan asam lambung terhadap
lapisan mukosa lambung, sehingga ujung-ujung syaraf yang ada padanya
lebih peka terhadap rasa nyeri. Rasa nyeri ini biasanya dirasakan di daerah
ulu hati dan terasa jelas sehingga bisa ditunjukkan dengan pasti lokasinya.
Kadang-kadang nyeri ini dirasakan di dinding dada depan atau bisa juga di
punggung. Selain nyeri, rangsangan asam lambung tadi juga
mengakibatkan munculnya rasa mual. Nyeri ini akan terasa saat lambung
kosong dan hilang setelah diisi makanan.

 Penatalaksanaan
 Medikamentosa
 Hindari rokok dan makanan yang menyebabkan nyeri
 Antasida untuk terapi simtomatik
 Bloker H2 (ranitidin, cimetidine)
 PPI (omeprazole)
 Bismuth koloidal
 Ampisilin atau tetrasiklin + metronidazole (efektif melawan Helicobacter
pylori)
 Re-endoskopi pasien dengan ulkus gaster setelah 6 minggu karena
terdapat risiko keganasan
 Pembedahan
 Hanya diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan
komplikasi.
 Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini
jarang digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi
Billroth I
 Ulkus duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana
pada perforasi dan biopsi.
 Perdarahan : kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh
darah yang rusak
 Stenosis pilorik : gastroenterostomi

Obat – obat yang diberikan dikelompokkan berdasarkan mekanisme


kerjanya :

 Menghambat sekresi atau produksi asam lambung


Dibagi menjadi 4 golongan menurut mekanisme kerjanya
a. H2-blockers, Obat-obat ini menempati reseptor histamin-H2 secara efektif
disekitar permukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan
pepsin berkurang. Contoh golongan obat ini ialah simetidin, ranitidin,
famotidin, dan roxatidin).
Wanita hamil dan menyusui tidak boleh menggunakan obat simetidin,
ranitidin, dan nizatidin, karena dapat melintasi plasenta dan mencapai air
susu. Cimetidin dan Ranitidin merupakan antihistamin paenghambat
reseptor Histamin H2 yang berperan dalam efek histamine terhadap
sekresi cairan lambung. Berdasarkan dari mekanisme kerja kedua obat
tersebut kita akan melihat profil dari masing-masing obat tersebut.
 Menetralkan asam lambung adalah antasida.
Antasida diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa perih
akibat suasana lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam
lambung. Asam lambung dilepas untuk membantu memecah protein.
Lambung, usus, dan esophagus dilindungi dari asam dengan berbagai
mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam ataupun mekanisme
perlindungan kurang memadai, lambung, usus dan esophagus rusak oleh
asam memberikan gejala bervariasi seperti nyeri lambung, rasa terbakar,
dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya.
Umumnya antasida merupakan basa lemah. Biasanya terdiri dari zat aktif
yang mengandung alumunium hidroksida, madnesium hidroksida, dan
kalsium. Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang
dapat mengurangi kelebihan gas.
 Memberi perlindungan terhadap mukosa lambung adalah sukralfat.
Sukralfat
Pengobatan ulkus peptikum mulai ditujukan untuk memperkuat
mekanisme defensif mukosa lambung duodenum, yakni dengan obat-obat
sitoproteksi. Obat sitoproteksi bermula dari prostaglandin didefinisikan
sebagai obat yang dapat mencegah atau mengurangi kerusakan mukosa
lambung atau duodenum oleh berbagai zat ulserogenik atau zat penyebab
nekrosis, tanpa menghambat sekresi atau menetralkan asam lambung. Jadi,
obat sitoproteksi dapat mencegah kerusakan mukosa lambung secara acid-
mediated (misalnya aspirin) maupun secaraacid-independent (misalnya
oleh alkohol). H-bloker tidak termasuk obat sitoproteksi yang efektif
untuk mencegah kerusakan mukosa yang acid-mediated.
 Membunuh mikroorganisme H. pylori adalah klaritromisin, amoksisilin,
metronidazol
Metronidazol
Metronidazole memiliki aktivitivas yang tinggi terhadap bakteri anaerob
dan protozoa. Metronidazol melalui per rectal adalah alternatif efektif
terhadap rute intravena bila rute per oral tidak mungkin.

Tata Laksana Terkini Infeksi H. pylori


 Tata laksana awal yang paling sering digunakan yaitu triple therapy yang
terdiri dari PPI, amoksisilin dan klaritromisin yang diberikan 2 kali sehari
selama 7-14 hari. Metronidazol dapat digunakan untuk menggantikan
amoksisilin pada pasien yang alergi terhadap penisilin.2 Variasi dalam
lamanya terapi bergantung pada pola resistensi H. pylori yang berbeda di
setiap daerah. Untuk wilayah Eropa dan Asia Pasifik dianjurkan lama
eradikasi ini 7 hari sementara American College of Gastroenterology
(ACG) menganjurkan lama eradikasi 14 hari. Dosis yang digunakan
adalah amoksisilin 2x1g/hari, klaritromisin 2x500 mg/hari. dan omeprazol
2x20 mg/hari.6Ada pula yang menggunakan pantoprazol karena
pantoprazol memiliki kemungkinan interaksi obat yang lebih kecil
dibandingkan dengan PPI lainnya.7 Studi HYPER menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara efektivitas regimen triple
therapy 7 hari dengan regimen triple therapy 14 hari
 Tata Laksana Lini Kedua untuk Kegagalan Lini Pertama
Walaupun efektivitas regimen triple therapy untuk eradikasi H. pylori
cukup tinggi, masih ditemukan sekitar 20% pasien yang menunjukkan
adanya infeksi H. pylori pascaregimen. Kegagalan tata laksana dengan lini
pertama merupakan tanda adanya resistensi H. pylori terhadap salah satu
antibiotik yang digunakan. Resistensi terhadap klaritromisin merupakan
yang paling sering walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya resistensi
terhadap antibiotik yang lain. Ketika tata laksana dengan lini pertama
gagal, maka digunakan lini kedua yang sering disebut dengan quadruple
therapy. Quadruple therapy terdiri dari kombinasi PPI, bismuth
subsalisilat, metronidazol, dan tetrasiklin. Efektivitas regimen quadruple
therapy mencapai 93%, sementara efektivitas regimen triple therapy
sekitar 77%. Dosis regimen quadruple therapy ini adalah omeprazol 2x20
mg/hari, bismuth subsalisilat 4x525 mg/hari, metronidazol 4x250 mg/hari,
dan tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 10-14 hari.3 Permasalahan utama
pada regimen quadruple therapy ini adalah jadwal konsumsi obat yang
rumit dan insiden efek samping yang lebih besar. Bila masih terdapat
kegagalan dalam eradikasi H. pylori dengan regimen quadruple therapy,
maka dianjurkan untuk menggunakan regimen lini ketiga yaitu kombinasi
levofloksasin, amoksisilin, dan PPI selama 10 hari. Kegagalan eradikasi
dengan lini kedua dapat mencapai 20%. Penggunaan kultur untuk
mengetahui resistensi dalam praktik sehari-hari masih kontroversial
karena selain prosedurnya rumit, juga makan waktu dan biaya. Dosis yang
digunakan untuk levofloksasin adalah 2x500 mg/hari, amoksisilin 2x1 g/
hari, dan omeprazol 2x20 mg/hari.3Levofloxacine-based triple therapy
(levofloksasin, amoksisilin, dan PPI) seringkali disebut sebagai regimen
lini ketiga. Gisbert et al membandingkan levofloxacine-based triple
therapy (levofloksasin 2x500 mg/hari, amoksisilin 2x1 g/hari, dan
omeprazol 2x20 mg/hari) dengan rifabutin 2x150 mg/hari, amoksisilin 2x1
g/hari, dan omeprazol 2x20 mg/hari pada masing-masing 20 pasien
dengan riwayat gagal eradikasi H. pylori dengan lini pertama dan kedua,
dan terlihat bahwa nilai eradikasi dengan levofloksasin lebih tinggi
dibandingkan dengan rifabutin (85% vs. 45%). Sementara itu, Gatta et al
juga memperlihatkan keberhasilan eradikasi levofloxacine-based triple
therapy mencapai 92% pada 151 pasien dengan infeksi H. pylori yang
persisten dengan lini pertama dan kedua.
172. Seorang apoteker bekerja di bagian produksi obat tradisional, ingin
memperoleh minyak atsiri oleum citri (citrus lemon) dengan menggunakan
ekstraksi, metode apakah yang sesuai ?
a. destilasi c. maserasi
b. ekstraksi pelarut d. perkolasi

Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan
dengan beberapa sifat yaitu sangat mudah menguap bila dibiarkan diudara
terbuka, memiliki bau khas seperti tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna
tetapi memiliki warna gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran.
Karena sifatnya yang mudah menguap minyak atsiri sering disebut sebagai
minyak menguap atau minyak eteris
Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian penting
atau perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini ditujukan pada
aroma atau essence yang dikeluarkan oleh beberapa tumbuhan (misalnya
rempah-rempah, daun-daunan dan bunga).

Cara isolasi minyak atsiri


Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: penyulingan
(distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap
(solvent extraction), ekstraksi dengan lemak.
1. Metode penyulingan
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara
sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri
khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih.
Oleh karena itu, sering disebut penyulingan
langsung.
Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen
minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak
yang diperoleh.
b.Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air
penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang
digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1
atmosfer.
c. Penyulingan dengan air dan uap
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di
atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan
air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas
model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas.
Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan
dengan uap dan tidak dengan air panas.
2. Metode pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri
yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung
minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan.
Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini.
3. Ekstraksi dengan pelarut menguap
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan
mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air,
terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya
bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga.
Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra klorida dan
sebagainya.
4. Ekstraksi dengan lemak padat
Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk
mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.

Ekstraksi
merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan
berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses
ekstraksi dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah
dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi.
Penggunaan sampel segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang dig selama
penyarian kedalam membran sel tumbuhan secara difusi akan berlangsung lebih
cepat, selain itu juga mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer berupa
resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan.
Penggunaan sampel kering dapat mengurangi kadar air didalam sampel
sehingga mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas anti
mikroba.

Beberapa macam metode ekstraksi :


1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara
merendam sampel dalam pelarut yang sesuai selama 3×5 hari.

Prinsip maserasi :
Pelarut akan menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
sehingga akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan yang di luar sel, maka senyawa kimia yang terpekat didesak
ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Kecuali dinyatakan lain, dilakukan
dengan merendam 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat
kehalusan tertentu, dimasukkan kedalam bejana. Tambahkan pelarut sebanyak
70 bagian sebagai penyari, tutup dan biarkan 3-5 hari pada tempat yang
terlindung cahaya. Diaduk berulang- ulang serta diperas, cuci ampas dengan
cairan penyari secukupnya, hingga didapatkan hasil maserasi sbyk 100 bagian.
Pindahkan kedalam bejana tertutup dan biarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari.

Keuntungan :
Teknik pengerjaan dan alat yang digunakan sederhana serta dapat digunakan
untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang- ulang senyawa bahan alam
dengan menggunakan alat soklet. Sokletasi merupakan teknik penyarian dengan
pelarut organik menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan sampel
ditempatkan secara terpisah.

Prinsip sokletasi :
Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga penyarian
lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyarian telah
selesai maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya berupa ekstrak
yang mengandung komponen kimia tertentu. Penyarian dihentikan bila pelarut
yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan
pereaksi yang cocok.

Keuntungan :
 Sampel terekstraksi secar sempurna, karena dilakukan berulang kali dan
kontinu.
 Pelarut yang digunakan tidak akan habis, karena selalu didinginkan dengan
kondenser dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan.
 Proses ekstraksi lebih cepat (wkt nya singkat)
 Pelarut yang digunakan lebih sedikit.

Kelemahan :
 Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas (senyawa
termobil), contoh : Beta karoten.

Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus dihentikan
adlh :
 Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi
 Jika pelarut bening, maka diuji dengan meneteskan setetes pelarut pada kaca
arloji dan biarkan menguap. Bila tidak ada lagi bercak noda, berarti sokletasi
telah selesai.
 Untuk mengetahui senyawa hasil penyarian (kandungannya) , dapat dilakukan
dengan tes identifikasi dengan menggunakan beberapa pereaksi.

3. Perkolasi
Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat
menggunakan alat perkolator.

Prinsip perkolator :
 Dilakukan dg merendam 10 bagian sampel dg derajat kehalusan tertentu dg
cairan penyari sebyk 2,5- 5 bagian, perendaman sekurang-kurangnya selama 3
jam dalam bejana tertutup.
 Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dlm perkolator, sambil sesekali ditekan
secara hati-hati, tuang dg cairan penyari secukupnya hingga cairan penyari
menetes (bahan harus terendam cairan penyari).
 Tutup perkolator biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes selam 1
ml/menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian perkolat.
 Tutup dan biarkan selama 2 hari ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya.
 Pada cara ini pelarut dialirkan melewati sampel sehingga penyarian lebih
sempurna. Tapi metoda ini membutuhkan pelarut yang relatif banyak.

4. Digesti
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan
menggunakan pemanasan pada suhu 30-40oC. Metoda ini digunakan untuk
simplisia yang tersari baik pada suhu biasa.

5. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan
air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan
cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan
kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air
selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi
panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

6. Dekokta
Proses penyarian dengan metoda ini hampir sama dengan infus, perbedaanya
terletak pada lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta
membutuhkan waktu pemanasan yang lebih lama dibanding metoda infus, yaitu
30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90oC. Metoda ini jarang digunakan
karena proses penyarian kurang sempurna dan tidak dapat digunakan untuk
mengekstraksi senyawa yang termolabil.
7. fraksinasi
Fraksinasi merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia
ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut
yang tidak bercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda

Tujuan fraksinasi :
Tujuan fraksinasi adalah memisahkan senyawa-senyawa kimia yang ada di
dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa-senyawa yang
bersifat non polar akan tertarik oleh pelarut non polar seperti heksan &
pertolium eter. Senyawa yg semipolar seperti golongan terpenoid dan alkaloid
akan tertarik oleh pelarut semi polar seperti etil asetat & DCM. Senyawa-
senyawa yang bersifat polar seperti golongan flavonoid dan glikosida akan
tertarik oleh pelarut polar seperti butanol dan etanol.

173. Seorang ibu ke apotek untuk membeli paracetamol untuk anaknya (BB 12,5
kg). apoteker memberikan paracetamol syr 250 mg/5 ml. Dosis paracetamol
adalah 10 mg/kg BB. Berapa ml paracetamol yang diberikan untuk
pemberian satu kali?
a. 2,5 ml d. 5 ml
b. 3 ml e. 7,5 ml
c. 4 ml
Jawab :
A. 2.5 ml
*Dicari dosis pct utk anak (BB 12,5 kg)
Dosis pct anak (BB 12,5 kg) = BB x Dosis Pct
= 12,5 kg x 10 mg/kg BB
= 125 mg
*Cari ml
125 mg/ml = 250mg/5ml
= 625/250
= 2,5 ml

Soal 174 :

Suatu industri farmasi minuman kaleng yang mengandung aspartam,


as.benzoat, dan kafein di analisis oleh KCKT dengan colom c18, fase gerak
metanol 20% dan panjang gelombang 220nm-270nm. Hasil analisis
menunjukan bahwa aspartam lebih kecil dari kafein dan as. Benzoat lebih
besar dari pada kafein. Bagaimana cara membaca spektrum dalam KCKT ?

a. Aspartam, as.benzoat, kafein d. Aspartam, kafein, as.benzoat


b. Kafein, as.benzoat, aspartam e. Kafein as.benzoat, aspartam
c. As.benzoat, aspartam, kafein

Alasan dan jawabannya !!

Pada KCKT digunakan kolom (C18) yang tlah dimodifikasi yaitu silika
hidrokarbon yang bersifat non-polar seperti dengan oktadesilsilana sebagai
fase diam pada KCKT yang paling populer digunakan (ODS atau C18) yang
kebanyakan pemisahannya dengan fase terbalik karna hasil modifikasi pada
rantai karbonnya. Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam
mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah,
sedang, maupun tinggi. Memisahkan senyawa polar dan non polar, biasanya
menggunakan fase balik dimana fase gerak lebih polar dari pada fase diam.
(Johnson, 1991).
Mekanisme pemisahan yang terjadi didasarkan pada kompetensi antara
fase gerak dan sampel berikatan dengan kolom. Zat yang keluar terlebih
dahulu, adalah zat yang yang lebih polar dari pada zat yang lainnya, sedangkan
zat yang tertahan lebih lama dari kolom, merupakan zat yang lebih non polar
(Meyers, 2000).

Senyawa polar :
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berkaitan
tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda. Ciri senyawa
polar dapat larut dalam air dan pelarut lain,

Senyawa non polar :


adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada
unsur-unsur yan membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berkaitan
mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama. Ciri senyawa non
polar Tidak larut dalam air atau pelarut polar lain.

ASPARTAM (polar)
Senyawa yang aspartam adalah peptida yang mengandung asam amino
fenilanin dan asam aspartat dengan gugus metal ester pada fenilalanin.
Pemerian :
Secara fisik aspartam sebagaian besar berbentuk serbeuk putih.
kelarutan :
Larut kedalam air dan lebih larut dalam asam dibandingkan dalam larutan
minyak dan lemak. Lebih larut dalam suhu panas dari pada suhu dingin.

KAFEIN (semi polar)


Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid, yaitu senywa
yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan
dalam tanaman.
Kafein adalah suatu senyawa senyawa organik yang mempunyai nama lain
yaitu kafein, tein, atau 1,3,7-trimetilxantin.
Pemerian :
Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak
mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234 oC-239 oC dan menyublim
pada suhu yang lebih rendah.
Kelarutan :
kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi serikit larut dalam air
dingin dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya dapat membentuk
garam dengan basa kuat (Abraham, 2010).
ASAM BENZOAT (non-polar)
Sifat-sifat asam benzoat adalah sebagai berikut (Anonim, 1995) : Bobot
molekul 122,12, mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C7H6O2 dihitung terhadap zat anhidrat.
pemerian :
hablur berbentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau, biasanya bau
benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah
menguap dalam uap air,
kelarutan :
sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam
eter.

Jawaban !
Berdasarkan kelarutannya atau sifat kepolaranya maka senyawa yang
akan terdeteksi lebih dulu pada spektrum KCKT adalah ? D. Aspartam, kefein,
as.benzoat
Alasan karna pada KCKT yang di gunakan sebagai fase gerak adalah
metanol 20% (polar) dan fase diam colom c18 (non-polar) mekanisme
pemisahan yang terjadi didasarkan pada kompetensi antara fase gerak dan
sampel berikatan dengan kolom. Zat yang keluar terlebih dahulu, adalah zat
yang yang lebih polar dari pada zat yang lainnya, sedangkan zat yang tertahan
lebih lama dari kolom, merupakan zat yang lebih non polar. (Meyers, 2000).

Jika pilihan jawaban lainnya


A. Aspartam, as.benzoat, kafein : dilihat dari sifat kepolaran serta kelarutannya di
dalam air maka aspartam lebih larut dalam air, (polar) dari pada as.benzoat
tidak larut dalam air (non-polar) kafein sedikit larut dalam air (semi polar).
B. Kafein, as.benzoat, aspartam : dilihat dari sifat kepolaran serta kelarutannya
maka kafein sedikit larut dalam air (semi polar), as.benzoat tidak larut dalam
air (non-polar), aspartam larut dalam air (polar).
C. As.benzoat, aspartam, kafein : dilihat dari sifat kepolaran serta kelarutannya
maka as.benzoat tidak larut dalam air (non-polar), aspartam larut dalam air
(polar), kafein sedikit larut dalam air (semi polar).
E. Kafein, as.benzoat, aspartam : dilihat dari sifat kepolaran serta kelarutannya
maka kafein sedikit larut dalam air (semi polar), as.benzoat tidak larut
dalam air (non-polar), aspartam larut dalam air (polar).

175. Seorang Pria Usia 50 tahun menderita hipertensi. Pria tersebut mempunyai
riwayat asma. Obat apa yang harus dihindari ?
a. HCT d. Enalapril
b. Propanolol e. Nifedipin
c. Salbutamol

Jawab :
b. Propanolol
Alasan :
Karena propanolol termasuk obat Non-selektif Beta bloker dimana
mekanisme kerjanya adalah memblok semua reseptor beta yang terdapat
pada otot polos. Reseptor Beta 1 terdapat dijantung dan reseptor Beta 2
terdapat pada bronkus, pembulu darah, dan saluran cerna. Aktivasi reseptor
Beta 1 dapat menurunkan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah,
sedangkan aktivasi Beta 2 dapat menyebabkan bronkospasme sehingga tidak
boleh diberikan pada pasien asma.
Sedangkan salbutamol termasuk obat selektif reseptor Beta 2 pada bronkus,
karena efeknya hanya menghambat reseptor beta 2, maka salbutamol hanya
digunakan pada pasien asma dan tidak pada hipertensi.

Rencana kebutuhan obat 3 bulan = 3 x (jumlah


pemakaian rata2/bulan + stok kosong bulan
lalu + kebutuhan lead time + safety stock – sisa stok
bulan lalu)
- Kombinasi adalah suatu penggabungan antara metode analisa satu dan
metode analisa yg lain. Metode yang digunakan untuk menghasilkan
beberapa macam jenis produk yang dihasilkan dengan menggunakan faktor-
faktor produksi yang meliputi mesin, tenaga kerja serta bahan baku.
- Just in time : digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan
kanban. Dalam system ini, jenis dan jumlah unit yang diperlukan oleh proses
berikutnya, diambil dari proses sebelumnya, pada saat diperlukan.

176. Seorang anak didiagnosa oleh dokter typoid. Klorampenikol merupakan


antibiotik Pilihan pertama yang efektif mengobati thypoid, tetapi ada efek
samping yang harus dihindari dari klorampenikol yaitu..

a. Hepatotoksik
b. Nefrotoksik

Jawaban : Hepatotoksik
Uraian penjelasan :
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang mengenai
sistem retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung
empedu. Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi
(S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral. Demam tifoid endemis di
negara berkembang khususnya Asia Tenggara.1 Sebuah penelitian berbasis
populasi yang melibatkan 13 negara di berbagai benua, melaporkan bahwa
selama tahun 2000 terdapat 21.650.974 kasus
demam tifoid dengan angka kematian 10%. Insiden demam tifoid pada anak
tertinggi ditemukan pada kelompok usia 5-15 tahun. Indonesia merupakan
salah satu negara dengan insidens demam tifoid, pada kelompok umur 5-15
tahun dilaporkan 180,3 per 100,000 penduduk.
Pemberian antibiotik empiris yang tepat pada pasien demam tifoid sangat
penting, karena dapat mencegah komplikasi dan mengurangi angka
kematian.
Pilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan tifoid pada anak di Negara
berkembang didasarkan pada faktor efikasi, ketersediaan dan biaya.
Berdasarkan ketiga faktor tersebut,kloramfenikol masih menjadi obat
pilihan pertama pengobatan tifoid pada anak. Pemberian kloramfenikol
harus memenuhi peryaratan yaitu kadar Hb > 8 g/dL dan leukosit tidak
kurang dari 2000/µL, sehingga pengobatan demam tifoid ini beralih kepada
antibiotik selain kloramfenikol. Di samping itu pemakaian kloramfenikol
dapat menimbulkan efek samping berupa penekanan sumsum tulang
belakang dan yang paling ditakuti terjadi anemia aplastik. Serta dilaporkan
beberapa Negara terjadi Strain Multi Drug Resistance (MDR) terhadap
antibiotik kloramfenikol.
Berdasarkan African Journal of Biomedical Research (2000): Vol 3,
kloramfenikol ditemukan hepatotoksik. Untuk efek nefrototoksik, tidak ada
bukti kuat yang menunjukkan bahwa kloramfenikol adalah nefrotoksik.
Berdasarkan hal tersebut telah banyak yang mencari obat alternatif dalam
pengobatan demam tifoid diantaranya seftriakson dan siprofloksasin yang
paling banyak menjadi pilihan alternatif.
177. Salah satu pengaturan manajerial pelayanan kefarmasian adalah
perencanaan,saudara akan merencanakan pembelian vaksin hepatitis dengan harga
yg mahal dan jarang digunakan. Bagaimana anda melakukan analisa perencaannya?

a. Konsumsi

b. Kombinasi

c. Just in time

d. Analisa ABC

Jawaban : D
Alasan :
Dengan menggunakan analisis ABC dapat dikelompokkan obat menurut nilai
pemakaian dan nilai investasinya, sehingga lebih memudahkan di dalam
perencanaan dan pengendalian persediaannnya

Pustaka :

- Tujuan pelayanan farmasi RS adalah pelayanan farmasi yang paripurna,3


termasuk didalamnya adalah perencanaan pengadaan obat,4 sehingga dapat
meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan berupa : tepat pasien, tepat dosis,
tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Instalasi
farmasi harus bertanggung jawab terhadap pengadaan, distribusi dan
pengawasan seluruh produk obat yang digunakan di RS (termasuk
perbekalan kesehatan dan produk diagnostik), baik untuk pasien rawat jalan
maupun pasien rawat inap. Kebijaksanaan dan prosedur yang mengatur
fungsi ini harus disusun oleh instalasi farmasi dengan masukan dari staf RS
yang berhubungan ataupun komite-komite yang ada di RS.

- Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat sesuai
dengan kebutuhan.6 Keberhasilan perencanaan jumlah kebutuhan obat bisa
dicapai dengan melibatkan tim dan kombinasi dari berbagai metode. Metode
konsumsi merupakan salah satu metode standar yang digunakan untuk
perencanaan jumlah kebutuhan obat. Metode ini memberikan prediksi
keakuratan yang baik terhadap perencanaan kebutuhan obat. Namun
demikian tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan, karena metode ini
hanya meramalkan berapa jumlah kebutuhan obat yang akan direncanakan,
tidak dapat diketahui kapan saatnya harus memesan obat lagi. Disamping itu,
metode konsumsi juga tidak bisa memberikan informasi tentang perencanaan
obat berdasarkan prioritas nilai investasinya.
- Analisis ABC disebut juga sebagai analisis Pareto atau hukum Pareto 80/20
adalah salah satu metode yang digunakan dalam manajemen logistik untuk
membagi kelompok barang menjadi tiga yaitu A, B dan C. Kelompok A
merupakan barang dengan jumlah item sekitar 20% tapi mempunyai nilai
investasi sekitar 80% dari nilai investasi total, kelompok B merupakan
barang dengan jumlah item sekitar 30% tapi mempunyai nilai investasi
sekitar 15% dari nilai investasi total, sedangkan kelompok C merupakan
barang dengan jumlah item sekitar 50% tapi mempunyai nilai investasi
sekitar 5% dari nilai investasi total. Dengan pengelompokan tersebut maka
cara pengelolaan masing-masing akan lebih mudah, sehingga perencanaan,
pengendalian fisik, keandalan pemasok dan pengurangan besar stok
pengaman dapat menjadi lebih baik.

- Penggunan analisis ABC pada perencanaan obat dimaksudkan untuk


memprioritaskan perencanaan obat yang sering digunakan dan biasanya
jenisnya sedikit akan tetapi mempunyai biaya investasi yang besar. Maka
apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat mengendalikan obat
berarti sudah bisa mengendalikan 80% - 95% dari nilai obat yang digunakan
di RS.

- Metode Konsumsi yaitu metode perencanaan yang digunakan untuk


menghitung kebutuhan obat antibiotic fast moving selama tiga bulan.
1) Tujuan : menentukan kuantifikasi atau jumlah kebutuhan obat antibiotik
fast moving selama tiga bulan.
2) Cara menghitung sesuai rumus 1 :

178. Seorang laki-laki berusia 55 tahun masuk ke Unit Gawat Darurat dalam
keadaan sesak dan nyeri pada perut. Keluarga menyatakan bahwa pasien
adalah penderita DM-2, dua hari yang lalu mengalami demam dengan suhu
mencapai 39,50C. Berdasarkan pemeriksaan BGA dokter mendiagnosis
pasien DM-2 asidosis berat. Penanganan yang tepat untuk asidosisnya adalah
?

a. Infus NaCO3 d. Infus NaCl


b. Infus NaH2CO3 e. Infus CaCl2
C. Infus NaOH

Jawab :
A. Infus NaCO3
Alasan :
Pengertian dari asidosis sendiri adalah suatu keadaan dimana adanya
peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai penyakit
tertentu sehingga tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur
keseimbangan asam basa. Akibat tubuh tidak bisa mengeluarkan asam
sehingga menyebabkan kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat
adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
Penanganan untuk pasien diatas adalah dengan menggunakan Infus
NaCO3 karena NaCO3 bersifat basa sehingga dapat meningkatkan pH darah
menjadi normal.

179. Seorang wanita ( umur 45 tahun) mengalami hiperlipidemia, kemudian


dokter meresepkan obat simvastatin 20 mg 1 x 1 sehari yang digunakan pada
malam hari. Apa upaya yang dilakukan apoteker dalam memberikan informasi
mengenai obat tersebut?
a. Terjadinya pembentukan lemak pada malam hari
b. Terjadinya penyerapan lemak pada malam hari
c. Terjadinya penguraian lemak pada malam hari

JAWABAN

a. Terjadinya pembentukan lemak pada malam hari

PENJELASAN

Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol, kolesterol


ester, fosfolipid atau trigliserid. kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid dibawa
dalam darah sebagai kompleks lipid dan protein, dikenal dengan lipoprotein.
Peningkatan kolesterol total dan LDL (Low Density Lipoprotein) dan
penurunan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) berhubungan dengan
perkembangan penyakit jantung koroner
Diaknosa Hiperlipidemia aterogenik yang tepat membutuhkan penentuan
abnormalitas lipoprotein yang spesifik dan pengobatan diarahkan untuk
memperbaiki kelainan lipoprotein, bukan hanya menurunkan kadar total
kolesterol dan tigliserida plasma saja

Obat yang tersedia di Indonesia untuk terapi hiperlidip (generik) :


1. Golongan Statin : simvastatin, lovastatin, pravastatin : Cara kerjanya adalah
menghambat kerja dari enzim HMG coA. Enzim ini berguna dalam pembuatan
kolesterol. Saat mengonsumsi statin, tidak dianjurkan diminum bersamaan
dengan antibiotik erytromicyn. Obat ini diminum saat menjelang tidur, karena
pembuatan kolesterol paling banyak terjadi saat malam hari.

2. Golongan Fibrat : gemfibrozil, fenofibrat, clofibrat : Cara kerja cukup rumit,


sehingga tidak saya terangkan disini. Penggunaan obat ini adalah pilihan terapi
nomor 2 setelah statin. Penggunaannya tidak boleh digabung dengan statin ,
karena dapat meningkatkan kadar statin dalam tubuh dan dapat menimbulkan
keracunan. Fibrat ini lebih baik dikonsumsi setelah makan, karena lebih efektif
jika ada makanan. Jika Anda menderita gangguan hepar atau ginjal. Misalnya
di lembar hasil test laoratorium nilai SGOT dan SGPT atau nilai Serum
Kreatinin dan BUN tidak dalam batas normal, Anda disarankan tidak
menggunakan obat ini..

3. Dolongan Niasin. : Cara kerjanya adalah menurunkan LDL dan


menigkatkan HDL. Sangat baik jika dikombinasikan dengan golongan statin.
Obat ini baik jika dikonsumsi malam hari menjelang tidur. Minum obat ini
tidak boleh dengan air panas. Bisanya banyak "suplemen" (bukan "obat") yang
diresepkan dokter yang mengandung Niasin, sangat perlu diawasi
penggunaannya.

Komposisi:
SIMVASTATIN 5 mg
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Simvastatin.....................................5 mg

SIMVASTATIN 10 mg
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Simvastatin.....................................10 mg

SIMVASTATIN 20 mg
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Simvastatin.....................................20 mg

Cara Kerja Obat:


Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol
(hipolipidemik) dan merupakan hasil sintesis dari hasil permentasi Aspergillus
terreus. Secara in vitro simvastatin akan dihidrolisis menjadi metabolit aktif.
Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut dengan cara menghambat kerja
3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), di
mana enzim ini mengkatalisis perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat
yang merupakan langkah awal dari sintesis kolesterol.

Farmakologi:
Simvastatin adalah senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang
mempunyai mekanisme kerja menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-
koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebagai katalis
dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA reduktase bertanggung jawab
terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat.
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa
kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein (LDL)
yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga
menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High
Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.

Indikasi:
Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dulu penyebab
hiperkolesterolemia sekunder (misal: diabetes melitus tidak terkontrol,
hipertiroidisme, sindroma nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif,
alkoholisme serta terapi dengan obat lain) dan lakukan pengukuran profil lipid
total kolesterol, HDL kolesterol dan trigliserida.
Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia
primer, bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non farmakologik saja
tidak memadai.
Simvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan
rasio LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL. Meskipun mungkin
bermanfaat mengurangi kolesterol LDL yang meninkat pada penderita dengan
hiperkolesterolemia campuran dan hipertrigliseridemia (dengan
hiperkolesterolemia sebagai kelainan utama), namun simvastatin belum diteliti
pada kelainan utama berupa peningkatan kadar Chylemicron.

Kontraindikasi:
 Pasien yang mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal fungsi
hati.
 Pasien yang mengalami peningkatan jumlah serum transaminase yang
abnormal.
 Pecandu alkohol.
 Bagi wanita hamil dan menyusui.
 Hipersensitif terhadap simvastatin.

Dosis:
Penderita harus melakukan diet pengurangan kolesterol baku sebelum dan
selama memulai pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan diet
selama pengobatan dengan simvastatin.
Dosis awal 10 mg/hari sebagai dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk
pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari.
Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai
maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari).
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu
dan dosis disesuaikan dengan respon penderita. Pada pasien yang diobati
dengan obat-obat imunosupresan bersama HMG-CoA reduktase inhibitor,
dosis simvastatin yang dianjurkan adalah terendah.
Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol
plasma < 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan
dosis simvastatin.

Penderita gangguan fungsi ginjal:


Pemberian simvastatin tidak perlu penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak
diekskresi ginjal secara bermakna. Simvastatin efektif diberikan dalam bentuk
tunggal, atau bersamaan dengan Bile Acid Sesquestran akan lebih efektif.

Efek samping:

 Sakit kepala, konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue,
nyeri dada dan angina.
 Astenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema
terisolasi.

Peringatan dan perhatian:

 Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati.


Pemeriksaan level transaminase dalam serum, termasuk ALT (SGPT) harus
dilakukan sebelum pengobatan, setiap 6 minggu dan 12 minggu setelah
pengobatan atau penaikan dosis dan kemudian secara berkala setiap 6 bulan.
 Pemberian simvastatin harus dihentikan bagi pasien yang mengalami
peningkatan serum transaminase 3 kali lebih besar diatas normal.
 Efek pada otot: pasien harus diminta segera melaporkan bila mengalami nyeri
otot, lemah atau lemas.
 Segera hentikan pengobatan bila terjadi peningkatan kadar creatinine
phosphokinase.
 Myopathy harus dipertimbangkan pada penderita dengan myalgia, otot lemah
dan / atau peningkatan kadar creatinine phosphokinase (10 x batas normal
atas).
 Pengobatan dengan HMG-CoA reduktase inhibitor harus ditunda atau
dihentikan pada penderita dengan gejala akut dan serius yang cenderung
merupakan myopathy, atau merupakan faktor predisposisi untuk
perkembangan gagal ginjal akut sekunder karena adanya rhabdomyolisis.
 Penggunaan pada anak-anak: keamanan dan efektifitas penggunaan
simvastatin pada anak-anak dan remaja belum diketahui, karena itu pemberian
simvastatin tidak dianjurkan.
 Penderita dengan homozygous familial hypercholesterolemia tidak memiliki
reseptor LDL, pengobatan simvastatin kurang berhasil.
 Pada penderita hipertrigliseridemia, simvastatin hanya berkhasiat menurunkan
trigliserida terbatas dan tidak diindikasikan untuk hiperlipidemia tipe I, IV, V.

Interaksi obat:
Bila simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin, gemfibrozil
dan niacin dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadi myopathy dan
rhabdomyolisis.

 Bila simvastatin dikombinasikan dengan warfarin akan meningkatkan aktivitas


warfarin sebagai antikoagulan.
 Pemberian simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan
aktivitas jantung akan meningkat.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

SIMPANLAH DITEMPAT KERING, PADA SUHU DIBAWAH 30oC

180. Seorang laki-laki 57 tahun menderita sakit gigi. Seorang apoteker


menyaranakan obat untuk laki-laki tersebut adalah ...
a. Ibuprofen 400mg, 15 tablet
b. Ibuprofen 600mg, 25 tablet
c. Ibuprofen 500mg, 10 tablet
d. Asam mefenamat 500mg, 25 tablet
e. Natrium diklofenak 50mg, 10 tablet.
Jawab :
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam kerusakan tersebut. Nyeri digolongkan sebagai gangguan sensorik positif.
Patofisiologi Nyeri :
Proses rangsangan yang menimbulkan nyeri bersifat destruktif terhadap jaringan
yang dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri. Serabut saraf ini
disebut juga serabut nyeri, sedangkan jaringan tersebut disebut jaringan peka nyeri.
Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor adalah ujung saraf
tidak bermielin A delta dan ujung saraf C bermielin. Distribusi nosiseptor bervariasi
di seluruh tubuh dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di
jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi. Nosiseptor yang terangsang oleh stimulus
yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Stimulus ini disebut sebagai
stimulus noksius. Selanjutnya stimulus noksius ditransmisikan ke sistem syaraf
pusat, yang kemudian menimbulkan emosi dan perasaan tidak menyenanggan
sehingga timbul rasa nyeri dan reaksi menghindar.
Nyeri odontogenik adalah nyeri yang berasal dari pulpa gigi atau jaringan
periodonsium. Nyeri periodonsium merupakan nyeri dalam somatik. Penyebab nyeri
ini bervariasi, antara lain inflamasi atau trauma oklusi, impaksi gigi, akibat tindakan
profilaksis, perawatan endodonsia, ortodonsia, preparasi mahkota, kontur gigi yang
tidak tepat, atau trauma pembedahan. Dapat pula disebabkan penyebaran inflamasi
pulpa melalui foramen apikalis.
Dalam kasus diatas, si pasien yang mengalami sakit gigi belum tentu atau
bahkan diduga menderita nyeri odontogenik. Hal ini belum bisa dipastikan karena
data dari soal tersebut hanyalah terbatas, yaitu hanya menyatakan bahwa pasien
menderita sakit gigi. Namun, salah satu penyebab utama rasa sakit adalah karena
adanya radang/ inflamasi. Sehingganya, pada pilihan jawaban yang diberikan, semua
obat yang tertera termasuk dalam golongan NSAID (Non-Steroidal Anti-
inflammatory), yaitu obat ibuprofen, asam mefenamat dan natrium diklofenak.
Ketiga obat ini bersifat NSAID non selektif.
Obat antiinflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau
mengurangi peradangan, aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu
menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-
sel leukosit ke daerah radang dan menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel
tempat kedudukannya.
 Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenilpropionat. Menurut Katzung
dalam buku farmakologi dasar dan klinik tahun 2002 bahwa ibuprofen oral
sering diresepkan dalam dosis yang lebih kecil (2400mg/hari). Pada dosis ini,
ibuprofen efektif sebagai analgesik tapi tidak sebagai anti-inflamasi. Sedangkan
dalam medscape, dosis untuk nyeri yaitu 200-400mg PO setiap 4-6 jam, dan
tidak lebih dari 1200mg, atau sesuai petunjuk dokter. Dalam pilihan jawaban
disini, ibuprofen diberikan dalam pilihan 3 dosis yang berbeda, yaitu 400mg
sebanyak 15 tablet, 600mg sebanyak 25 tablet, dan 500mg sebanyak 10 tablet.
Pada pilihan yang pertama, jika seandainya mengikuti dosis, maka dalam sehari
diberikan 3x, jadi sebanyak 15 tablet dapat habis dalam 5 hari (1200mg/hari).
Pada pilihan kedua, jika seandainya mengikuti dosis, maka dalam sehari
diberikan 2x, jadi sebanyak 25 tablet dapat habis dalam 12 hari (1200mg/hari),
dan untuk pilihan yang ketiga, jika seandainya mengikuti dosis, maka dalam
sehari diberikan 2x sehari, jadi sebanyak 10 tablet dapat habis dalam 5 hari
(dengan dosisnya masih lebih rendah dibandingkan pilihan pertama, yaitu hanya
1000mg/hari).
 Diklofenak adalah suatu turunan asam fenilasetat yang relatif tidak selektif
sebagai penghambat COX. Dosisnya untuk dewasa 100-150mg/hari dalam 2-3
dosis terbagi. Dalam pilihan jawaban disini, Natrium diklofenak diberikan dalam
dosis 50mg sebanyak 10 tablet, jika seandainya dalam sehari diberikan 3x, jadi
sebanyak 10 tablet dapat habis dalam 3 hari (150mg/hari).
 Asam mefenamat merupakan obat yang menghambat kedua COX. Adapun dosis
untuk nyeri akut yaitu 500mg PO sekali dan 250mg PO setiap 6 jam (Jika perlu)
dan jangan digunakan lebih dari 7 hari. Dalam pilihan jawaban disini, asam
mefenamat diberikan dalam dosis 500mg sebanyak 25 tablet, jika seandainya
dalam sehari diberikan 3x, jadi sebanyak 25 tablet dapat habis dalam 8 hari. Ini
sudah tidak sesuai dengan aturan yang tertera dalam literatur bahwa pemakaian
asam mefenamat tidak bisa lebih dari 7 hari.
Jawabannya yaitu E. Natrium diklofenak 50mg, sebanyak 10tablet. Hal ini
dikarenakan jangka waktu penggunaan obat Na-diclofenak lebih pendek yaitu hanya
3 hari, dibandingkan penggunaan obat lainnya. Dilihat juga dari kondisi pasien yang
telah lanjut usia, dimana ketiga obat ini sebenarnya masuk dalam kriteria beers
(beer’s list), sehingga penggunaanya perlu dibatasi atau dikurangi pada orang tua.
Selain itu dilihat juga dari fungsi metabolisme dari pasien yang sudah lanjut usia,
sehingga penggunaan obat sebaiknya dalam jangka pendek. Dalam hal ini yang
paling disarankan yaitu natrium diklofenak.

181. Jawaban C

Pemusnahan untuk tablet alprazolam, karena tidak memenuhi syarat kadar. Pada
pemusnahan bentuk sediaan solid isinya harus digerus dengan air kemudian dibuang
dan kemasannya langsung ditimbun dalam tanah.

Cara Pemusnahan Perbekalan Farmasi Dengan Penimbuan

Berdasarkan UU Republik Indonesia No7 Tahun 1963, yang dimaksud dengan


perbekalan keehatan dibidang farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan
obat, obat asli indonesia. Bahan obat asli indonesia, alat kesehatan, kosmetik dan
sebagainya.

Pemusnahan Dengan Cara Penimbunan

Pemusnahan dengan cara penimbunan dapat dilakukan dengan cara ditimbun di


dalam tanahdiman sebelumnya seluruh produk yang akan dimusnakan dikeluarkan
atau dilepaskan dari kemasan primernya sehingga produk tersebut dapat terurai di
tanah.

Sediaan solid (tablet, kapsul, serbuk, kaplet)


Pada pemusnahan bentuk sediaan solid isinya harus di gerus dengan air kemudian
langsung dibuang dan kemesannya langsung ditimbun di tanah. Atau dapat juga
dilakukan dengan mengeuarkan isinya kemudian melarutkan dalam air dan kemasan
dibakar.

Sediaan liquid

Untuk sediaan liquid terlebih dahulu isi dalam kemasan dibung lalu kemasan (botol)
di pecah kemudian ditimbun dalam tanah.

Sediaan semisolid

Dengan mengeluarkan isi sediaan dari kemasan kemudian diencerkan lalu dibuang.
Pembuangan cairan dilakukan di wastafel khusus pembuangan limbah. Kemudian
kemasan primernya ditimbun.

Pemusnahan resep

Resep yang akan dimusnahkan adalah resep yang sudah disimpan selama 3 tahun
atau lebih yang ditmbang terlebih dahulu. Pemusnahan ini dapat dilakukan dengan
memasukkan resep ke dalam air lalu resp itu hancur barullah ditimbun di dlam tanah.

182. Seorang anak perempuan usia 4 tahun sakit demam dan batuk. Dokter spesialis
anak meresepkan obat

R/ Paracetamol 125 mg

CTM 2 mg

Codein HCl 10 mg

M.f. pulv. Dtd. No. XX

S 3 dd pulv 1

Sediaan paracetamol yang tersedia yaitu paracetamol 500 mg. Berapa tablet
paracetamol yang dibutuhkan?

Jawab : e. 5 tablet

Obat dibuat puyer sebanyak 20

Paracetamol yang dibutuhkan = 125mg x 20 = 2500 mg


Paracetamol yang tersedia 500 mg

Tablet paracetamol yang dibutuhkan = 2500 mg : 500 mg = 5 tablet

183. seorang wanita datang ke dokter dengan keluhan pusing dan lemas. Selama 6
bulan terakhir ini, menstruasi sebulan 2 kali dengan volume yang lebih banyak dari
biasanya. Lalu beliau melakukan pengecekan kadar HB nya 8, dan di diagnosis oleh
dokter anemia normositik. Terapi yang tepat adalah..

a. Vitamin D d. eritropoietin

b. Vitamin B6 e. Zat Besi

c. Asam Folat

 Kadar normal Hemoglobin (HB) pada dewasa pria 13,5-18,0 gram/dL, pada
wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL.
 HB rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia. Sebab dan
rendahnya Hb antara lain pendarahan hebat,hemolisis,leukemia
leukemik.Dari obat obatan : obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin,
sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
 HB tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, diare.
Dari obat-obatan metildopa, dan gentamisin.
 Anemia normositik adalah jumlah sel darah merah abnormal rendah, namun
ukuran sel-sel nya normal. Kondisi ini dapat bawaan ataupun dapatan.
 Anemia normositik bawaan (congenital) disebabkan oleh pemecahan sel
darah merah. Penyakit kronis yang dapat menyebabkan anemia normositik
termasuk penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis dan tiroditis.
 Vitamin D berfungsi dalam proses kalsium, mengatur metabolisme Ca dan F,
bersama-sama hormone tiroid dan hormone paratiroid. Defisiensinya
menimbulkan penyakit rachitis ( tulang mudah bengkok ). Vitamin D
terdapat di dalam sayuran dan ragi.
 Berikut adalah beberapa penyakit yang berhubungan dengan defisiensi atau
kekurangan vitamin D:
. Osteoporisis
. Kanker
. Penyakit Parkinson
. Osteoarthritis
. Penyakit autoimun
. dll
 Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzim pada metabolisme protein dan asam-
asam amino. Defisiensi jarang terjadi, kecuali pada pasien terapi jangka
panjang dengan INH ( obat TBC ) Hidralazin, dan Penisilamin. Keadaan
defisiensi mual dan muntah.
 Manfaat vitamin B6 antara lain: Menguatkan sistem kekebalan tubuh,
Mencegah batu ginjal, Mengatur tekanan darah,
 Akibat kekurangan vitamin B6 antara lain: Depresi, terserang masalah kulit,
sariawan.
 Asam folat terdapat pada daun sayur-sayuran, dan kuning telur. Penting
dalam sintesis serin, metionin, glisin dan purin. Penggunaan nya pada ibu
hamil untuk npeningkatan poliferasi di dalam darah, kemudian anemia
megaloblaster.
 Kekurangan asam folat pada ibu hamil akan mengakibatkan kecacatan pada
janin. Dikarenakan asam folat merupakan salah satu vitamin yang menjaga
bayi dari kecacatan pada tubuhnya ketika lahir nanti.
 Eritropoietin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel khusus di ginjal
yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel darah
merah. Eritropoietin rekombinan digunakan untuk mengobati anemia pada
pasien gagal ginjal tahap akhir. Setelah itu eritropoietin juga dapat
meningkatkan hemoglobin ( HB).
 Hormon eritropoietin merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh
ginjal, yang berfungsi untuk merangsang produksi sel darah merah.
Eritropoietin
rekombinan dapat menyembuhkan gejala-gejala anemia dari pasien dengan
gagal
ginjal kronik. Eritropoietin akan dikeluarkan ketika kadar hemoglobin dan
hematokrit turun. Sebagian kelainan tersebut dihubungkan dengan penurunan
sekresi hormon
eritropoietin. Kadar eritropoietin, walaupun di sekitar normal, memiliki
hubungan
dengan derajat anemia, mengindikasikan hubungannya dengan defisiensi
eritropoietin terhadap anemia pada kelainan-kelainan kronis. Akibat
gangguan
sintesis eritropoietin pada sel-sel ginjal dapat diperkirakan karena
penghambatan
sitokin. Anemia yang disebabkan karena gangguan sintesis eritropoietin
umumnya
gagal bereaksi terhadap terapi zat besi.
 Zat Besi berfungsi utama : bergabung dengan protein dan tembaga yang akan
membentuk hemoglobin ( transport O2 dari paru paru ke jaringan yang
membutuhkan ). Penting pula untuk pembentukan myoglobulin ( pengangkut
O2 di dalam otot) dan berfungsi sebagai pencegahan anemi ferriprive.
 Jawaban pada pertanyaan ini adalah D (eritropoietin)

184. Laki-Laki 50 tahun menderita diare hebat disertai muntah. Dibawa ke Rumah
Sakit dalam kondisi dehidrasi berat. Pemeriksaan lebih ;anjut gagal ginjal akut. Apa
penyebab kondisi tersebut?

a. prarenal d. intrinsik

b. postrenal e. nekrosis

c. fungsional

jawaban : A. prarenal

karena :

- Prarenal adalah jenis yang paling umum dari gagal ginajl akut ( 60%-70%
dari semua kasus). Ginjal tidak menerima cukup darah untuk menyajring
molekul-molekul yang tidak diperlukan tubuh (seperti toksin).
Dalam ,keadaan ini mdapat disebebkan oleh dehidrasi, muntah, diare atau
kehilangan darah.
- Postrenal adalah dapat disebut sebagai gagal ginjal obstruktif adalah gagal
ginjal karena sering disebabkan oleh seesuatu yang menghalangi
penghapusan urin (obstruksi) yang diproduksi oleh ginjal. Ini adalah
penyebab paling langka dari gagal ginjal akut ( 5%-10%dari semua kasus).
Masalah ini dapat dikembalikan, kecuali halangan hadir cukup lama untuk
menyebabkankerusakan pada jaringan ginjal. Obstruksi salah satu atau kedua
ureter dapat disebabkan oleh batu ginal, kanker organ saluran kemih, atau
struktur dekat saluran kemih yang dapat menghambat arus keluar urin, obat-
obatan, dan faktor perdisposisi lainnya.
- Fungsional dasar ginjal disebut nefron yang berfungsi sebagai regulator air
dan zatterlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring
darah, kemudian mereabsorbsi cairan yang masih diperlukan tubuh. Molekul
dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorbsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil yang
dieksresikan ini disebut dengan urine.
- Intrinsic adalah gagal ginjal akut yangdapat disebabkan oleh penyakit-
penyakit yang menyerang glomeruli, tubulus renal, interstitum, atau
vaskulatur. Penyebab yang paling lazim adalah nekrosis tubulus akut yang
terjadi berlanjutnya proses patofisiologi yang sama dan menyebabkan
hipoperfungsi prerenal.
- Nekrosis adalah kematian patologis satu atau lebih sel ireversibel atau
sebagian jaringan atau organ yang terjadi ketika sel cedera berat dalam
waktu lama dimana sel tidak mampu beradaptasi lagi atau memperbaiki
dirinya sendiri (hemostatis)

185. SEORANG APOTEKER SEDANG MEMERIKSA LOGO OBAT DI


APOTIK. TERGANTUNG LOGO OBAT APAKAH YANG DIBAWAH INI

a. Obat tradisional
b. Jamu
c. Fitofarmaka
d. Bahan alam
e. Obat herbal terstandar

JAWABAN :

E. Obat Herbal Terstandar

PENJELASAN :

Obat Herbal Terstandar adalah obat dari bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya
telah distandarisasi. Jadi, OHT ini tingkatanya sudah lebih tinggi dibandingkan
jamu. Yang terakhir, Fitofarmaka merupakan obat dari bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan uji
klinik. Bahan baku dan produk jadinya juga telah distandarisasi. Nah, obat yang
sudah tergolong fitofarmaka inilah yang boleh digunakan dalam praktek kedokteran
dan pelayanan kesehatan formal. Sayangnya, di Indonesia obat herbal yang
tergolong fitofarmaka ini masih sangat sedikit jumlahnya. Salah satu alasannya
karna biaya yang dibutuhkan untuk uji klinik dan pra klinik ini cukup mahal.
Sebagian besar obat herbal Indonesia masih berupa jamu meskipun sudah dikemas
dengan kemasan yang modern seperti kapsul dan puyer.

186.

187. Seorang pasien pergi ke dokter dengan penyakit hipertensi, DM, dan gout,
lalu mendapatkan terapi captopril, glibenklamid, propanolol, allopurinol,
metformin. Lalu setelah menggunakan obat tersebut pasien menderita batuk-
batuk. Obat apakah yang menyebabkan efek samping tersebut.
A. Captopril
B. Glibenklamid
C. Propanolol
D. Allopurinol
E. Metformin

Penjelasan :
A. Captopril
Captopril merupakan salah satu terapi farmakologi hipertensi. Captopril
termasuk dalam golongan ACE Inhibitor. Mekanisme kerjanya membantu
produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah
arteri). Mencegah perubahan angitensin I menjadi angiotesin II. Mencega
degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis senyawa vasodilator lainnya
termasuk prostaglandin E dan prostasiklin.
Efek samping yang ditimbulkan adalah persistensi batuk kering,
neutropenia dan agranulosit, proteinuria dan gagal ginjal akut.
B. Glibenklamid
Merupakan salah satu terapi farmakologi DM golongan sulfonilurea.
Mekanisme kerjanya bekerja merangsang sekresi insulin pada pankreas
sehinga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Efek
samping yang sering terjadi yaitu gejala-gejala hipoglikemia, Merasa mual,
Nyeri ulu hati, Sembelit atau konstipasi, Mengalami diare, Berat badan
naik.
C. Propanolol
Propranolol adalah obat yang digunakan untuk mengatasi sejumlah masalah
pada jantung. Obat ini dapat membantu mencegah ritme jantung yang tidak
normal pada penderita aritmia, melindungi jantung dari serangan jantung,
meredakan nyeri dada pada penderita angina, dan menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
Propranolol masuk ke dalam kelompok obat penghambat beta. Obat ini
memiliki efek pada pembuluh darah dan jantung. Propranolol dapat
menurunkan aktivitas otot jantung sehingga detak dan tekanan jantung akan
menjadi lebih rendah. Propranolol juga bisa digunakan untuk mencegah
serangan migrain. Selain itu, obat ini juga dapat meredakan gejala
menggigil dan detak jantung cepat pada penderita gangguan tiroid dan
gangguan kecemasan. Efek sampingnya antara lain Detak jantung
melambat, Gangguan tidur, Tubuh terasa lelah, Sesak napas, Tangan dan
kaki terasa dingin, Batuk basah atau batuk yang disertai lendir.
D. Allopurinol
Allopurinol merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi kadar asam
urat pada plasma dan/atau urin ketika kadar asam urat tinggi secara
signifikan. Obat ini diindikasikan pada pasien dengan hiperurisemia (kadar
asam urat berlebih) yang kronik, penyakit ginjal yang disebabkan oleh asam
urat, batu asam urat pada saluran kemih, dan kondisi – kondisi lain yang
berhubungan dengan kadar asam urat yang berlebih seperti hiperurisemia
yang berhubungan dengan obat – obatan untuk pasien kanker. Akan tetapi,
allopurinol tidak digunakan pada kasus serangan asam urat (gout) akut
karena obat ini tidak memiliki efek anti-nyeri dan efek anti-radang serta
efek yang meningkatkan pembuangan asam urat yang tinggi melalui ginjal
dapat memperpanjang serangan nyeri. Reaksi hipersensitivitas (alergi)
merupakan kontraindikasi penggunaan obat ini. Perhatian khusus juga perlu
diberikan pada kasus dengan reaksi kulit dan pasien yang sedang dalam
kondisi hamil dan menyusui.
Efek samping yang paling sering muncul dengan penggunaan allopurinol
adalah reaksi kulit berupa bercak kemerahan yang gatal (1,3%) yang angka
kejadiannya lebih sering pada pasien dengan gagal ginjal. Mual (1,3%),
gagal ginjal (1,2%), dan muntah (1,2%) merupakan efek samping yang juga
cukup sering terjadi. Efek samping lain seperti nyeri sendi, kelainan darah,
kelainan elektrolit, kelainan jantung, buang air kecil dengan darah,
keracunan hati, gatal – gatal, sampai sindrom steven johnson juga pernah
ditemui.
E. Metformin
Metformin adalah obat penurun gula darah bagi penderita kencing manis
(diabetes). Terdapat beberapa golongan obat diabetes. Metformin termasuk
dalam golongan obat yang bekerja menghambat pembentukan gula di dalam
hati. Di antara berbagai obat diabetes, metformin adalah obat lini pertama,
artinya bagi penderita diabetes tanpa komplikasi berat metformin adalah
obat pertama yang akan diresepkan. Metformin juga sangat cocok untuk
penderita diabetes dengan tubuh gemuk.
Metformin adalah obat diabetes yang aman. Beberapa efek samping berikut
pernah dilaporkan tetapi angka kejadiannya sangat jarang, yakni: Diare;
Banyak buang gas; Rasa lelah; Nyeri-nyeri otot; Infeksi saluran nafas
bagian atas; Gula darah rendah (hipoglikemia); Penurunan kadar vitamin B-
12 dalam tubuh; Sulit buang air besar; Sakit maag.
Jawaban yang benar adalah A karena efek samping dari captropil yang
merupakan golongan ACE Inhibitor adalah batuk kering.

188. Tablet asetosal pada saat pencetakan mengalami capping. Bahan tambahan
apakah yang harus ditambahkan?

a. Pengisi d. Pelincir

b. Pengikat e. Pelicin

c. Penghancur

Jawab :

b. Pengikat

alasan :

Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan
tablet.

Penyebab :

- Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus

· Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya
udara yang terjebak antara pons dan die

- Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)

- Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan
bahan cair dan tidak mudah menguap

- Zat pengikat yang kurang tepat.

- Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)

Penanggulangannya :

· Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan


pengikat atau tidak cocok.
· Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC,
LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan
kekompakan tablet.

· Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.

Soal 189
Pria berumur 60 tahun mengeluhkan gatal dan ruam di ketiak dan paha dan terdapat
bercak putih di permukaan kulit. Sebagai apoteker, obat apakah yang akan anda
sarankan?
a). Anti inflamasi b). Antibiotik c). Anti jamur
Jawab

(C) ANTI JAMUR

Pembahasan jawaban
Berdasarkan ciri-ciri pada soal di atas dapat disimpulkan bawha bapak tersebut
terkena infeksi kulit jenis panu. Panu adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia Furfur. Jamur ini juga ditemukan pada kulit yang sehat,
namun baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebih. Beberapa faktor yang
dapat meningkatkan angka terjadinya pitiriasis versikolor, di antaranya adalah
turunya kekebalan tubuh, faktor temperatur, kelembapan udara, hormonal dan
keringat. Nama lainnya adalah Tinea Versikolor atau Pityriasis Versicolor. Penyakit
jamur ini adalah penyakit kronis yang di tandai dengan bercak putih sampai coklat
yang bersisik di sertai dengan rasa gatal terutama pada waktu berkeringat. Bercak
putih tersebut disebabkan oleh asam dekarboksilase yang di hasilkan oleh jamur
yang bersifat kompetitif inhibitor terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek
sitotoksik terhadap melanosit yang menghasilkan pigmen warna pada kulit.Penyakit
ini terutama di temukan pada daerah yang menghasilkan banyak keringat dan pada
daerah yang tertutup pakaian yang bersifat lembab. Biasanya menyerang badan,
ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Penyakit ini bisa
menular lewat persentuhan kulit yang terinfeksi jamur penyebab panu, atau juga dari
pakaian yang terkontaminasi jamur.
Terapi Obat
 KLOTRIMAZOL1 %
Kegunaanobat: untuk infeksi jamur pada kulit
 MIKONAZOLENITRAT2 %
Kegunaan Obat :
Untuk infeksi ringan akibat jamur pada kulit seperti panu, kutu air, kadas
kurap dan infeksi jamur pada kuku
 ASAMUNDESILENAT, SENGUNDESILENAT, KALSIUMPROPIONAT,
NATRIUMPROPIONAT
Kegunaan obat: Untuk mengobati penyakit kulit luar yang ditimbulkan oleh
jamur misalnya panu, kadas, kurap, kutu air.

190.

191. Seorang pasien asma menerima terapi aminofilin. Bagaimana mekanisme kerja
obat aminofilin tersebut ?

Jawab : Aminofilin bekerja sebagai bronkodilator, dengan cara menginhibisi


fosfodiesterase (yang kemudian meningkatkan kadar cAMP), menginhibisi influks
ion kalsium ke dalam otot polos, antagonis prostaglandin, stimulasi katekolamin
endogen, antagonis reseptor adenosine dan inhibisin pelepasan mediator dari sel
mast dan leukosit (ISO FARMAKOTERAPI, hal 472).

192. Pasien hamil 3 bulan dan sedang mendapatkan terapi TB. Obat yang diminum
adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Obat
manakah yang beresiko bagi pasien tersebut ?

a. Rifampisin d. Streptomisin

b. INH e. Etambutol

c. Pirazinamid

JAWAB : d. Streptomisin

Streptomisin tidak dapat digunakan pada kehamilan, hal ini karena


streptomisin bersifat permanen ototoksik dan dapat menembus barier plasenta.
Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.

Rifampisin, dapat menyebabkan gangguan saluran cerana meliputi mual,


muntah, anoreksia, dan warna kemerahan pada urin.

Isoniazid, dapat menyebabkan kejang, hiperglikemia, reaksi hipersensitivitas


seperti eritema multiporme, dan ginekomastia.

Pirazinamid, dapat menyebabkan hepatotoksisitas termasuk demam anoreksia,


hepatomegal, ikterus, gagal hati.

Etambutol, dapat menyebabkan gangguan penglihatan.


193. Seorang pria berumur 45 tahun menderita hipertensi diberikan kaptopril 25 mg
2x1.

Dengan tekanan darah 195/90. Berapakah tekanan darah yang harus Dicapai
setelah emberin obat tersebut?

Jawaban: B. 120/80 karena pada orang dewasa normal tekanan darah


normalnya adalah 120/80, sehingga diharapkan dapat normal kembali apabila
tekanan darahnya turun setelah pemberian kaptopril. Hal itu juga karena
rentang usia tersebut belum termasuk ke dalam kategori lanjut usia.

Captopril merupakan obat umum yang digunakan untuk menurunkan tekanan


darah. Obat ini merupakan obat golongan ACE (Angiotensin Converting
Enzyme) inhibitor. Captopril dapat digunakan bersamaan dengan obat anti
hipertensi golongan lain untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jadi
dari namanya pun sudah dapat dimengerti bahwa captopril menghambat kerja
enzim yang mengubah angiotensin. Angiotensin II merupakan suatu zat aktif
yang mengakibatkan vasokonstriksi (mengecilnya pembuluh darah). Jadi
secara logika, bila zat yang mengakibatkan pembuluh darah mengecil
dihambat, maka pembuluh darah akan “tetap besar” sehingga tekanan di dalam
pembuluh darah itu pun tidak meningkat. Hal ini tentu saja dapat dijelaskan,
karena secara hukum fisika, tekanan akan meningkat bila luas penampangnya
mengecil dan tekanan akan menurun bila luas penampangnya besar.

Captopril tidak hanya menurunkan tekanan darah namun juga melindungi


jantung. Obat ini merupakan obat yang sangat baik pada pasien hipertensi
dengan gangguan jantung seperti gagal jantung atau pasca serangan jantung.
Untuk masalah ini tidak ada obat yang memiliki efektifitas lebih tinggi
daripada obat golongan ACEI termasuk captopril sehingga captopril
merupakan salah satu obat “dewa” bagi penderita hipertensi karena harganya
yang murah dan sudah teruji sekian lama dapat menurunkan angka morbiditas.

Captopril tersedia dalam bentuk sediaan 12,5 mg, 25 mg, dan 50 mg. Captopril
diminum sehari 3 kali setiap 8 jam. Sebaiknya obat ini dikonsumsi dalam
keadaan perut kosong atau 1 jam sebelum makan. Dosis captopril yang
diberikan oleh dokter akan berdasarkan target tekanan darah yang ingin
dicapai. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka efek samping pun akan
semakin besar namun disaat yang bersamaan akan dapat memberikan
keuntungan yang lebih baik bagi sang pasien.

Untuk mendapatkan efek pengobatan yang maksimal, captopril perlu


dikonsumsi 3 kali sehari atau selang 8 jam. Hal ini terkadang menjadi kendala
besar bagi individu aktif karena ketaatan minum obat yang baik merupakan
salah satu kunci penting keberhasilan pengobatan hipertensi. Namun dengan
berkembangnya dunia farmasi, saat ini terdapat obat golongan ACEI yang
dapat bekerja 24 jam penuh sehingga hanya perlu diminum sekali sehari
(Lisinopril). Efek pengobatan obat ini sama dengan captopril. Kendalanya
hanya satu: mahal, karena obat ini tidak dijual dalam sediaan generik.

Penggunaan captopril tidak dianjurkan untuk ibu hamil (terutama trimester


kedua dan ketiga karena dapat mengakibatkan gangguan hingga kematian pada
janin) atau ibu menyusui. Gunakanlah kontrasepsi bila mengkonsumsi
captopril dan informasikan segera kepada dokter Anda bila ternyata Anda
hamil.

Capropril juga tidak biasa diberikan pada pasien dengan gagal ginjal. Perlu
diketahui bahwa salah satu efek samping pemberian captopril adalah terjadinya
kenaikan kreatinin. Dokter akan secara berkala memeriksa kemungkinan
terjadinya efek samping ini. Efek samping lain yang paling umum adalah batuk
kering. Efek samping ini tidak berbahaya. Pada beberapa individu, efek
samping batuk ini sangat mengganggu sehingga dia enggan untuk
mengkonsumsi captopril. Selain captopril ada juga obat golongan yang sama
dengan efek samping batuk yang minimal, sayangnya obat ini dibandrol
dengan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan captopril.

Jadi tidak perlu takut untuk mengkonsumsi captopril dan bila ada keluhan
setelah mengkonsumsi captopril segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda
untuk mengetahui apakah keluhan yang Anda rasakan memang akibat
captopril. Jika tidak, akan sangat menguntungkan bagi Anda untuk terus
mengkonsumsi obat ini.
Sebaiknya obat captopril diminum sebelum makan atau 1-2 jam setelah makan.
Minumlah dengan air putih dengan suhu ruangan. Minumlah sesuai dengan
anjuran dokter, bila dokter mengatakan 3×1, artinya minumlah captopril setiap
8 jam. Untuk mendapatkan efek terapi yang maksimal, minumlah di waktu
yang sama tiap harinya.

194. R/ aminofilin 150 mg

Ctm 2 mg

Prednison 4 mg

M.f. pulv dtd XVII

S. 3 dd 1

Berapa ctm yg diambil ?

A. 2
B. 4
C. 6
D. 8
Jawab

Dosis 1 tab ctm = 4 mg

Yg akan dibuat 2 mg x 17 = 34 mg

34 mg : 4 mg = 8.5 –> d. 8 tablet

195. Seorang salesman hendak k aptk mengantar pesanan obat,di faktur tersebut
berisi obat alprazolam 1mg sebanyak 2 box. Siapa yg berwenang menerima
faktur tersebut?

a. Petugas bagian gudang

b. Kasir

c. Apoteker pengelola apotek

d. Tenaga teknik kefarmasian


e. Asisten apoteker

Penjelasan : saya memilih jawaban c karena apoteker pengelola apotek


merupakan penganggung jawab dalam segala bentuk kegiatan di apotek
termasuk dalam pemesanan barang. Kalau dilapangan, biasanya yang
bertugas untuk menerima faktur adalah petugas bagian gudang (a). Tetapi
Apoteker pengelola apotek lah yang mensetujui penerimaan barang tersebut.

Kasir (b) bertugas untuk melayani dalam pelayanan administrasi keuangan .

Tenaga teknis kefarmasian (c) (sarjana farmasi, Ahli madya farmasi, dan
analisis farmasi) dan asisten apoteker (d) Hanya bertugas dalam kegiatan
kefarmasian di dalam apotek seperti dispensing , compounding, dan analisis
obat dan bahan baku.

196. seorang laki-laki berusia 42 tahun dengan berat badan 72 kg mendapat


injeksi tobramisin dosis 2 mg/kg i.m sekali sehari. Profil farmakokinetika obat
menunjukkan 90% dosis terdapat pada urin dengan bentuk tak berubah dengan
klirens total 135 ml/menit. Berapa nilai klirens obat ini ?

a. 106

b. 112

c. 116

d. 122

jawab :

klirens merupakan suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa


mempermasalahkan mekanisme prosesnya.

Diketahui klirens total = 135 ml/menit


Konsetrasi obat dalam urin = 90%

90
Maka nilai klirens obat ¿ x 135 ml /menit
100

= 121,5 ml/menit ≈ 122 ml/menit


Jadi klirens obat dari klirens total yaitu sebesar 122 ml/menit
197. Sesuai Permenkes No.917/MENKES/PER/X/1993 Tentang Daftar Wajib
Obat Jadi, bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan
yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi yang terdiri dari :
1. Obat bebas,
Yaitu obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat bebas dalam
kemasannya ditandai dengan lingkara berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam.
Contohnya: asetosal, OBH, antasida, dan termasuk juga Vitamin C (maka
jawaban dari soal no. 197 adalah A)
2. Obat bebas terbatas (W)
Obat dalam golongan ini relative aman selama pemakaiannya mengikuti aturan
pakai yang ada, bisa didapat tanpa resep dokter. Penandaan golongan ini
adalah adanya lingkaran berwarna biru dengan 6 peringatan khusus.
Contohnya: CTM, Mebendazol, obat flu kombinasi, dll.
3. Obat keras (G, gevaarlijk=berbahaya)
Adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Dditandai
dengan lingkaran berwarna merah yang terdapat huruf “K” di dalamnya
menyentuh garis tepi berwarna hitam.
4. Obat Wajib Apotek (OWA)
Menurut KepMenKes No.347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib
Apotek, yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien
di apotek tanpa resep dokter. Contoh obat golongan ini dapat dilihat pada
lampiran dari Kepmenkes yang telah disebut di atas.
5. Obat narkotika
Merupakan kelompok obat paling berbahaya karena dapat menimbulkan adiksi
(ketergantungan), maka dari itu peredaran dan pemakaiannya diawasi secara
ketat. Contohnya: opium, coca, morfin, dll

6. Obat psikotropika
Menurut UU Psikotropika No.6 thn 1997 pasal 1, psikotropika adalah zat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada mental dan perilaku. Dibagi atas:
- Golongan I, hanya untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk tujuan
pengobatan. Contoh: metilendioksi metamfetamin, LSD, dll.
- Golongan II, III, dan IV dapat digunakan asalkan sudah didaftarkan. Namun
kenyataannya hanya sebagian dari gol.IV saja yang telah terdaftar, seperti
diazepam, lorazepam, fenobarbital, klordiazepoksida, dll

198. Seorang pria berumur 41 tahun mengalami DM tipe 2, diberikan terapi


metformin selama 4 bulan. Car mengontrol kadar gula dalam darah yang baik
adalah
B. Pengontrolan kadar glukosa darah puasa

Alasan
Tes glukosa dalam darah puasa adalah pengukuran tingkat glukosa darah
seseorang setelah orang tsbtidak makan selama 8-10 jam. Tes ini digunakan
untuk mendiagnosis pra diabetes dan diabet. Tes ini juga digunakan untuk
memantau pasien diabetes

Teori tentang dibetes


Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap
diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus
dicurigai adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
 poliuria (banyak berkemih)
 polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
 polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
 penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat
diperiksa keluhan tambahan DM berupa:
 lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
 penglihatan kabur
 penyembuhan luka yang buruk
 disfungsi ereksi pada pasien pria
 gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin


saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari
pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi
dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan
glucometer, seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau
lebih kriteria dibawah ini :
 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
 Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200
mg/dL
 Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Keterangan
 Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
 Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
 TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan
glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam
dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang
dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak
masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes.
Yang termasuk ke dalamnya adalah
 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil
pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan
kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140
mg/dL
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa
plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199
mg/dL

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM:
Bukan Belum Pasti
DM DM DM
Plasma
Kadar glukosa vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu Darah
(mg/dL) kapiler <90 90-199 ≥200
Plasma
Kadar glukosa vena <100 100-125 ≥126
darah puasa Darah
(mg/dL) kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia – PERKENI tahun 2011

Referensi:
http://diabetesmelitus.org/gejala-diabetes-melitus/DiabetesMelitus.org

Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun


tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin
yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya
kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor
genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan dalam
prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan faktor genetik,
namun faktor genetik lebih banyak berperan pada kejadian diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan


lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang
juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan
dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi
(hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor
lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah
makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita
diabetes tipe 2.
 Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau
adik)
 Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
 Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl)
atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
 Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
 Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan
berat lahir lebih dari 4.500 gram
 Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
 Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
 Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal
 Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
 Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga
resistensi insulin
Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta
membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi
insulin). Karena plasenta terus berkembang selama kehamilan, produksi
hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi insulin yang
telah terjadi.

Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih
banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang
terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar
glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.
Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar
gula darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan
berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada orang-


orang yang memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah
untuk memperlambat timbulnya DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil
insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan
pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM tipe 2 dibedakan menjadi
faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
Usaha pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat
dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat
anggota keluarga menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi
dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari
2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid
dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak
sehat tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh
pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi glukosa
(GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.

Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah


dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan,
dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang
dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes paling
berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian, penurunan
berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2.
Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari
karbohidrat kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.
Asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150
menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki
resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar
HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain olah
raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan
memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar
daripada menggunakan mobil, dll.

Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa,


dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan
DM tipe 2. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.
199. pada gudang penyimpanan terdapat larutan konsentrat yang tidak boleh
disimpan pada ruang pelayanan kecuali di ruang ICU larutan tersebut adalah:

a. injeksi doksorubisin

b. infus ringer laktat

c. h2o2

d. dextrose 5%

jawab: A. Injeksi Doksorubisin, obat ini merupakan agen kemoterapi golongan


antibiotik antrasiklin yang secara luas digunakan sebagai obat anti kanker.
(termasuk sitostatika )

berdasarkan daftar permenkes no 58 tentang standar pelayanan kefarmasian di


RS, ada beberapa jenis obat yang masuk karegori high alert. Yaitu:

1. Kategori LASA
2. Elektrolit konsentrasi tinggi
3. Sitostatika.

Untuk point B. Infus Ringer Laktat


NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali diUnit
Perawatan Intensif (ICU). Ringer laktat merupakan larutan yang mengandung
KCl, CaCl2, dan NaCl. Seperti yang kita ketahui bahwa elektrolit yang penting
dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Itu semua ada dalam
infus ringer laktat. Namun kandungan NaCl nya tidak 0,3%

Untuk point D. Dextrose 5%, memang merupakan salah satu contoh obat yang
masuk dalam kategori high alert, namun dengan konsentrasi 20% atau lebih
tinggi, dan dengan sifat hipertonis.

Untuk point C. H2O2,

200. Seorang pria 50 thun ke klinik memeriksa hemodialisis rutin,pria itu


mempunyai penyakit hipertensi,dan gagal ginjal kronik, hasil lab Hb 10,5 dan
serum Fe normal, dokter mendiagnosis anemia nerkolisis karena kronik
a. Zat besi
b. Asam folat
c. Injeksi eritopoietin alfa
d. Injeksi Fe dekstran
e. Vitamin B12

Pembahasan :
Manifestasi klinik :
Perkembangan dan kemajuan gagal ginjal kronik (CKD) tidak dapat
diprediksi. Pasien dengan kondisi CKD tahap 1 atau 2 umumnya tidak
mengalami gejala atau gangguan metabolic yang umumnya dialami pasien
CKD tahap 3 sampai 5 yakni anemia, hiperparatiroid sekunder, gangguan
kardiovaskular, malnutrisi, serta abnormalitas cairan dan elektrolit yang
merupakan petanda kerusakan fungsi ginjal.
Penyebab utama anemia pada pasien Chronik Kidney Disease (CKD) atau End
Stage Renal Disease (ESRD) adalah defisiensi eritroprotein. Faktor lain yang
berkontribusi adalah penurunan siklus hidup sel darah merah, kehilangan darah
dan defisiensi besi.
Anemia / Hematinika
Anemia adalah keadaan ketika kadar eritrosit (sel darah merah) atau
hemoglobin (Hb) berada di bawah normal. Kadar Hb normal pada wanita
dewasa adalah 12,0 – 16,0 g/dl dan 13,0 – 17,5 g/dl pada laki-laki.
Pembentukan sel darah merah terjadi di dalam sumsum tulang yang pipih.
Untuk membentuk sel darah merah tersebut dibutuhkan zat besi, Vit B12 dan
asam folat. Zat besi untuk membentuk hemoglobin, sedangkan vitamin B12
dan asam folat untuk membentuk sel darah merah. Zart-zat tersebut di peroleh
dari makanan dan ditimbun dalam jaringan, terutama hati dan sumsum tulang.
Klasifikasi anemia :
1. Anemia ferriprive / anemia hipokrom / anemia mikrosit / anemia sekunder
(defisiensi zat besi)
Anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Tanda-tanda anemia
ferriprive adalah kadar Hb di bawah normal (hipokrom), ukuran eritrosit lebih
kecil (mikrosit) dari ukuran normal.
2. Anemia megaloblaster / anemia makrosit / anemia hiperkrom / anemia primer
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat.
Tanda-tanda anemia megaloblaster adalah sel darah merah membesar
(makrosit) dengan kadar Hb normal atau lebih tinggi (hiperkrom). Dalam
keadaan lebih berat disebut anemia pernisiosa (penurunan absorbs B12)

3. Anemia lain-lain
Anemia yang tidak ada hubungannya dengan kekurangan zat pembentukan sel
darah merah. Yang termasuk golongan ini :
a. Anemia aplastic adalah anemia yang ditandai dengan eritrosit atau unsur darah
lainnya tidak terbentuk. Penyebabnya antara lain factor keturunan (disebut
juga anemia aplastik primer); rusaknya sumsum tulang akibat efek samping
obat seperti kloramfenikol dan sitostatika (disebut juga anemia aplastic
sekunder).
b. Anemia hemolitik adalah anemia yang ditandai dengan adanya kerusakan
eritrosit, Hb dilrutkan dalam serum dan diekskresikan malalui urin, misalnya
pada malaria tropika.
c. Anemia Meiloptisik adalah anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum
tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan
pelepasan eritroid pada tahap awal.
d. Anemia normositik contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti
gangguan ginjal
Pengobatan anemia penyakit kronis
 Pengobatan anemia penyakit kronis kurang spesifik dibandingkan pengobatan
anemia lainnya dan harus difokuskan pada memperbaiki penyebab yang
reversible. Terapi besi tidak efektif jika terdapat inflamasi. Transfusi sel darah
merah efektif tetapi harus dibatasi pada kondisi transport oksigen yan tidak
mencukupi dn kadar hemoglobin 8 – 10 g/dl.
 Epoetin alfa dapat dipertimbangkan, terutama jika status kardiovaskular
membahayakan; tetapi respon dapat terganggu pada pasien dengan anemia
penyakit kronis.
 Epoetin alfa biasanya di toleransi dengan baik. Hipertensi yang terlihat pada
pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir , jarang terjadi pada pasien
dengan AIDS.
Mekanisme kerja obat :
a. Zat besi : Besi merupakan komponen hemoglobin, myoglobin dan beberapa
enzim. Besi terutama disimpan sebagai hemosiderin atau ferritin teagregasi,
ditemukan pada system retikuloendotelial dan hepatosit. Defisiensi besi dapat
mempengaruhi metabolisme otot, produksi panas, metabolism ketokolamin,
dan dikaitkan dengan masalah perilaku atau proses belajar pada anak.
Indikasi : Defisiensi besi, suplemen besi, penggunaan tidak berlabel :
suplementasi besi dapat diperlukan oleh kebanyakan pasien yang menerima
terapi epoetin.
b. Asam folat : Folat eksogen dibutuhkan untuk sintesis nucleoprotein dan
pemeliharaan eritropoiesis normal. Asam folat menstimulasi produksi sel darah
merah, sel darah putih, dan platelet pada anemia megaloblastik.
Indikasi : Anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam folat.
c. Eritopoietin alfa : epoetin alfa menstimulasi eritropoiesis pada pasien anemia
yang sedang menjalani dialisi.
Indikasi : Pengobatan anemia yang berkaitan dengan gagal ginjal kronis,
pengobatan anemia yang berkaitan dengan terpi zidovudin pada pasien yang
terinfeksi HIV, pengobatan anemia pada pasien kenker yang menjalani
kemoterapi, penurunan transfuse darah allogenik pada pasien yang dioperasi.
KI : Hipertensi yang tak terkendalikan
ES : Kenaikan tekanan darah yang berkaitan dengan dosis atau hipertensi
memburuk.
d. Fe Dekstran : Besi dekstran yang bersirkulasi dibuang dari plasma oleh system
retikuloendotelial yang membagi kompleks menjadi komponen besi dan
dekstran. Besi segera terikat pada protein membentuk hemosiderin atau
ferritin. Besi ini mengisi hemoglobin dan penyimpanan besi yang kosong.
Indikasi : Defisiensi besi, penggunaan tidak berlabel : suplementasi besi dapat
dibutuhkan oleh kebanyakan pasien yang menerima terapi epoetin.
e. Vitamin B12 : Vitamin B12 penting untuk pertumbuhan, reproduksi sel,
hemstopoiesis, dan sintesis nucleoprotein dan myelin. Vitamin B12 berperan
dalam pembentukan sel darah merah melalui aktivasi koenzim sam folat.
Indikasi : Defisiensi vitamin B12, peningkatan kebutuhan vitamin B12.

Pasien sebaiknya di monitor apabila potensial mengalami komplikasi,


misalnya hipertensi, yang harus ditangani sebelum memulai penggunaan agen
eritropoietin.
Agen eritropoietin ditoleransi dengan baik. ES utama yang sering muncul
adalah hipertensi.

Berdarkan penjelasan diaatas, maka jawaban yang benar untuk sosl tesebut
adalah :
c. Injeksi eritopoietin alfa

Anda mungkin juga menyukai