Anda di halaman 1dari 76

ANALISA SISTEM PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL

DENGAN 3 METODE (ROLLING SPHERE, PROTECTION ANGLE DAN


MESH) STUDI KASUS GEDUNG INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

TUGAS AKHIR

Oleh:

Anisa Erma Putri


NIM. 2019310059

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO SARJANA


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2021
ANALISA SISTEM PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL
DENGAN 3 METODE (ROLLING SPHERE, PROTECTION ANGLE DAN
MESH) STUDI KASUS GEDUNG INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi SarjanaTeknik Elektro

Oleh:

Anisa Erma Putri


NIM. 2019310059

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO SARJANA


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2021

i
Analisa Sistem Proteksi Sambaran Petir Eksternal Dengan 3 Metode (Rolling
sphere, Protection angle Dan Mesh) Studi Kasus Gedung Institut Teknologi Padang

Anisa Erma Putri


2019310059
Program Studi Teknik Elektro Sarjana

ABSTRAK

Petir merupakan salah satu fenomena alam yang dapat menimbulkan resiko bahaya
terhadap kehidupan manusia. Sifatnya yang suka menyambar benda yang paling dekat
dengan awan dapat mengakibatkan kerusakan peralatan pada gedung, kebakaran dan
bahkan korban jiwa. Begitupun di kampus Institut Teknologi Padang yang memiliki
gedung-gedung tinggi seperti gedung B, C, D, E dan F. Namun belum memiliki sistem
proteksi sambaran petir yang baik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kembali sistem proteksi sambaran petir eksternal pada gedung B dan E
serta menrancang sistem proteksi petir untuk gedung C, D dan F dengan menggunakan
tiga metode yaitu protection angle, rolling sphere dan mesh, dalam upaya mencegah
resiko bahaya sambaran petir. Analisa mengacu kepada standar PUIPP, IEC 1024-1-
1/SNI 03-7015-2004 dan IEC 62305-3. Selain itu software pendukungyang digunakan
dalam analisa dan evaluasi adalah SketchUp 2016 dan fitur GUI MATLAB R2009a. Dari
hasil evaluasi kondisi sistem proteksi kampus ITP, yang memiliki sistem proteksi petir
hanya gedung B dan E saja dengan jumlah 4 air terminal dan telah memenuhi standar
IEC 62305-3. Sedangkan hasil analisa sistem proteksi dengan ketiga metode pada gedung
C, D dan F dihasilkan rancangan dengan jumlah air terminal pada gedung C = 4 air
terminal, D Tahap I =5 air terminal, D Tahap II=1air terminal, dan gedung F=6 air
terminal. Dalam proses analisa diketahui bahwa metode yang paling baik digunakan
adalah rolling sphere. Selain itu jenis dan ukuran dari down conductor serta terminasi
bumi kampus ITP telah memenuhi standar SNI 03-7015-2004.
Kata Kunci: Petir, Protection angle, Rolling sphere, Mesh, Air terminal

ii
Analysis Of External Lightning Protection System With 3 Methods (Rolling sphere,
Protection angle And Mesh) Case Study Of Institut Teknologi Padang’s Building

Anisa Erma Putri


2019310059
Bachelor of Electrical Engineering Study Program

ABSTRACT

Lightning is one of the natural phenomena that can pose a risk of danger to human life.
Its nature that likes to grab objects closest to the cloud can cause damage to equipment
in buildings, fires, and even fatalities. Likewise, the Institut Technologi Padang campus
has tall buildings such as buildings B, C, D, E and F. However, it does not yet have a
good lightning strike protection system. In terms of the height of the building and the
function of the building, the ITP campus has a possible risk of being exposed to the danger
of a lightning strike. Therefore, this study aims to re-evaluate the external lightning strike
protection system in buildings B and E and design a lightning protection system for
buildings C, D and F using three methods, namely protection angle, rolling sphere and
mesh, in an effort to prevent the risk of a strike hazard. lightning.The analysis refers to
the PUIPP standard, IEC 1024-1-1/SNI 03-7015-2004 and IEC 62305-3. In addition, the
supporting software used in the analysis and evaluation is SketchUp 2016 and the GUI
feature of MATLAB R2009a. From the results of the evaluation of the current condition
of the ITP campus protection system that has a protection system, only B and E buildings,
which amount to 4 air terminals, have met the IEC-62305-3 standard. Whereas based on
PUIPP standards and IEC 1024-1-1 buildings C, D and F must also be installed with a
lightning strike protection system. For this reason, with SketchUp 2016 software using 3
methods of protection angle, rolling sphere and mesh, the ITP campus lightning strike
protection system was designed with the results B, C and E = 4 air terminals, D Phase I
= 5 air terminals, D Phase II = 1 air terminal, and building F=6 air terminal. In the
analysis process, the best method used is the rolling sphere. In addition, based on the SNI
03-7015-2004 standard, the ITP campus down conductors and earth terminations have
met existing standards.

Key words: Lightning, Protection angle, Rolling sphere, Mesh, Air terminal

iii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA SISTEM PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL DENGAN 3


METODE (ROLLING SPHERE, PROTECTION ANGLE DAN MESH) STUDI KASUS
GEDUNG INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :

4x3

Anisa Erma Putri


NIM. 2019310059

Padang, 6 Oktober 2021


Disahkan Oleh: Disetujui Oleh:
Ketua Program Studi Pembimbing
Teknik Elektro Sarjana

Andi M Nur Putra, M.T. Yusreni Warmi, Dr. Eng.


NIDN.1028108801 NIDN.1021107202
Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Teknik

Maidiawati, Dr. Eng


NIDN.1005057201

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISA SISTEM PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL DENGAN 3


METODE (ROLLING SPHERE, PROTECTION ANGLE DAN MESH) STUDI KASUS
GEDUNG INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

Disusun Oleh :

Anisa Erma Putri


2019310059

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada :

30 September 2021

Susunan Dewan Penguji

Ketua,

Yusreni Warmi, Dr.Eng.


NIDN:1021107202

Anggota

PENGUJI I PENGUJI II

Ir. Zulkarnaini, M.T. Andi M Nur Putra, M.T.


NIDN : 1005036202 NIDN : 1028108801

v
PERNYATAAN KEASLIAN ISI
LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Anisa Erma Putri


NIM : 2019310059
Program Studi : Teknik Elektro Sarjana
Judul TA : Analisa Sistem Proteksi Sambaran Petir Eksternal Dengan 3
Metode (Rolling Sphere, Protection Angle, dan Mesh) Studi
Kasus Gedung Institut Teknologi Padang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang telah


saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan duplikasi, serta
tidak mengutip sebahagian atau seluruhnya karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan sumbernya.

Padang, 6 Oktober 2021

Anisa Erma Putri

vi
HALAMAN PERUNTUKAN

“Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”


“Segala Puji Bagi Allah yang dengan Nikmat-Nya segala hal yang baik jadi sempurna”
(Hadist)

Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu Allah SWT. Tuhan semesta alam yang
menciptakanku dengan bekal yang begitu teramat sempurna. Taburan cinta, kasih
sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan ku kekuatan, kesehatan, semangat
pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu pengetahuan serta cinta yang pasti
ada disetiap ummat-Mu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya
tugas akhir ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selaluku limpahkan keharibaan
Rasulullah Muhammad SAW.

Ku persembahkan tugas akhir ini untuk orang tercinta dan tersayang atas
kasihnya yang berlimpah.

<Ayah dan Ibu>

Teristimewa Ayah (Eri) dan Ibu (Maria) tercinta, tersayang, terkasih, dan
yang terhormat. Kupersembahkan sebuah tulisan dari didikan kalian yang ku
aplikasikan dengan ketikan hingga menjadi barisan tulisan dengan beribu kesatuan,
berjuta makna kehidupan, tidak bermaksud yang lain hanya ucapan TERIMA KASIH
yang setulusnya tersirat dihati yang inginku sampaikan atas segala usaha dan jerih
payah pengorbanan untuk anakmu selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang dapat ku
berikan dari bangku kuliahku yang memiliki sejuta makna, sejuta cerita, sejuta
kenangan, pengorbanan, dan perjalanan untuk dapatkan masa depan yang ku inginkan
atas restu dan dukungan yang kalian berikan. Tak lupa permohonan maaf ananda yang
sebesar-sebesarnya, sedalam-dalamnya atas segala tingkah laku yang tak selayaknya
diperlihatkan yang membuat hati dan perasaan papa dan mama terluka, bahkan teriris
perih.

<Saudara>

Sebagai tanda terima kasih, ku persembahkan karya kecil ini untuk saudaraku (Rizky
Wahyudha Putra, S.T.). Terima kasih atas bantuan doa, dukungan serta waktu yang
diluangkan dalam memberikan nasihat, motivasi, masukan, inspirasi dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga doa dan hal baik selalu bersama kita.

vii
Ibu Yusreni Warmi, M.T Dr.Eng. selaku dosen pembimbing tugas akhir, terima kasih
banyak buk, sudah begitu banyak membimbing selama ini, sudah menasehati,
mengajari, membimbing dan kesabaran Ibu akan selalu terukir dihati.

Bapak Ir. Zulkarnaini, M.T. selaku dosen penguji tugas akhir, terima kasih banyak
pak, sudah begitu banyak memberikan arahan selama ini, sudah menasehati, mengajari,
memnguji dan ajaran bapak akan diingat selalu.

Bapak Andi M Nur, S.T., M.T. selaku dosen penguji tugas akhir, terima kasih banyak
pak, sudah begitu banyak memberikan arahan selama ini, sudah menasehati, mengajari,
memnguji dan ajaran bapak akan diingat selalu.

Teruntuk teman-teman mahasiswa transfer elektro 2019, teman-teman teknik elektro


angkatan 2017 dan 2018, Terima kasih motivasi-nya, semangat-nya, bantuannya,
bimbingannya juga selama pembuatan skripsi ini. Dan maaf kalau selama ini banyak salah baik
sengaja maupun tidak disengaja. Semangat juga untuk segera meraih gelar Sarjana Tekniknya.

Tak lupa, sahabat seperjuangan, sependeritaan (Mahasiswa Transfer Elektro) Putri Anugrah
Sukma, Sherly Septa Mirza, Widya Oktaviana, Ridho Ilham, Fauzan Alkarim, Veby
Vedro Wanda, Hilham Yatriendi perkuliahan akan tidak ada rasa jika tanpa kalian, pasti
tidak ada yang akan dikenang, tidak ada yang diceritakan pada masa depan. Kuucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah
pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir
tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

Never give up!

Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua. Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan..
Atas segala kekhilafan dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.
Skripsi ini kupersembahkan.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul: “Analisa Sitem Proteksi
Sambaran Petir Eksternal dengan 3 Metode (Rolling Sphere, Protection Angle dan
Mesh) Studi Kasus Gedung Institut Teknologi Padang” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana pada Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi
Padang.

Dalam penyusunan tugas akhir ini ada hambatan serta rintangan yang penulis hadapi
namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak baik secara moril maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. H. Hendri Nofrianto, M.T., selaku Rektor Institut Teknologi Padang.
2. Ibu Maidiawati, Dr. Eng., selaku Dekan Fakultas Teknik Institut Teknologi Padang.
3. Bapak Andi M Nur Putra, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro Program
Sarjana Institut Teknologi Padang.
4. Ibu Yusreni Warmi, Dr. Eng., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama menyelesaikan Tugas Akhir.
5. Bapak Ir. Zulkarnaini, M.T.,selaku penguji dalam Sidang Tugas Akhir.
6. Bapak Andi M Nur Putra, M.T., selaku penguji dalam Sidang Tugas Akhir.
7. Bapak Ir. Zulkarnaini, M.T., selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan
pengarahan selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Elektro dan Staf Fakultas Teknik Institut
Teknologi Padang.
9. Orang tua dan saudara yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini.
10. Teman-teman Mahasiswa Transfer Angkatan 2019 yang selalu memberikan
dukungan dan bantuan.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis sampai laporan ini selesai tepat pada
waktunya.

ix
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan, namun penulis berusaha semaksimal mungkin agar penelitian ini dapat
mencapai kesempurnaan seperti apa yang di inginkan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Padang, 6 Oktober 2021


Penulis

Anisa Erma Putri

x
DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR ............................................................................................................... i


ABSTRAK ....................................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ISI ................................................................................. vi
HALAMAN PERUNTUKAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 4
1.5 Batasan Masalah................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
2.1 Studi Literatur ..................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Petir................................................................................................... 7
2.3 Penyebab Terjadinya Petir .................................................................................. 7
2.4 Indikator Petir ................................................................................................... 10
2.5 Pengertian Hari Guruh ...................................................................................... 11
2.6 Tingkat Kebutuhan Bangunan Terhadap Sistem Proteksi ................................ 11
2.7 Sistem Proteksi Eksternal ................................................................................. 15
2.7.1 Air terminal (Terminasi Udara ) .................................................................... 16
2.7.2 Down conductor ........................................................................................ 26
2.7.3 Sistem Grounding atau Terminasi Bumi .................................................. 27
2.8 Kampus Institut Teknologi Padang .................................................................. 30
2.8.1 Sistem Proteksi Eksternal Kampus Institut Teknologi Padang ................ 32
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 36

xi
3.1 Deskripsi Penelitian .......................................................................................... 36
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 36
3.3 Data yang dibutuhkan ....................................................................................... 36
3.4 Metode Pengambilan Data................................................................................ 37
3.5 Diagram Alir Penelitian .................................................................................... 37
3.6 Metode Perhitungan dan Pengolahan Data ....................................................... 39
3.7 Jadwal Penelitian .............................................................................................. 41
3.8 Data Bangunan ................................................................................................. 42
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................................. 43
4.1 Hari Guruh ........................................................................................................ 43
4.2 Spesifikasi Penangkap Petir ITP ....................................................................... 43
4.3 Data bangunan .................................................................................................. 44
4.4 Penentuan Kebutuhan Bangunan Akan Proteksi Petir Berdasarkan PUIPPP .. 46
4.5 Penentuan Kebutuhan Bangunan Gedung B Akan Proteksi Petir Berdasarkan
IEC 1024-1-1. ................................................................................................... 53
4.6 Metode terminasi Udara Berdasarkan IEC 62305-3-3 ..................................... 61
4.7 Evaluasi Perancangan Sistem Proteksi Kampus ITP dengan 3 Metode ........... 98
4.8 Perhitungan Down conductor ......................................................................... 101
4.9 Pengukuran Sistem Terminasi Bumi atau Grounding .................................... 102
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 104
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 105
Lampiran 1 .................................................................................................................. 107
Lampiran 2 .................................................................................................................. 110
Lampiran 3 .................................................................................................................. 112

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Sambaran Petir Indonesia...................................................................... 1


Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Awan .......................................................................... 8
Gambar 2.2 Pemisahan Muatan ........................................................................................ 9
Gambar 2.3 Step leader dan Upward streamer .............................................................. 10
Gambar 2.4 Air terminal ................................................................................................. 17
Gambar 2.5 Protection angle Method............................................................................. 18
Gambar 2.6 Penentuan Sudut Proteksi ........................................................................... 19
Gambar 2.7 Sudut Proteksi Terhadap Bidang Acuan .................................................... 19
Gambar 2.8 Rolling sphere Method ................................................................................ 22
Gambar 2.9 Perancangan Menggunakan Rolling sphere Method ................................... 22
Gambar 2.10 Perancangan Air terminal Pada Struktur Bangunan Rumit ...................... 23
Gambar 2.11 Kedalaman Penetrasi Rolling sphere ........................................................ 23
Gambar 2.12 Jaringan Air terminal ................................................................................ 26
Gambar 2.13 Elektroda Batang ....................................................................................... 28
Gambar 2.14 Kombinasi Elektroda ................................................................................ 29
Gambar 2.15 Kampus ITP .............................................................................................. 30
Gambar 2.16 Gardu Tipe Portal ITP ............................................................................... 31
Gambar 2.17 Panel MDP ................................................................................................ 31
Gambar 2.18 Genset ....................................................................................................... 32
Gambar 2.19 Panel SDP gedung E ................................................................................. 32
Gambar 2. 20 Air terminal Gedung B............................................................................. 33
Gambar 2.21 Gedung C (kiri) dan gedung D (kanan) .................................................... 33
Gambar 2.22 Air terminal Gedung E .............................................................................. 34
Gambar 2.23 Gedung F ................................................................................................... 34
Gambar 2.24 Elektroda Batang ....................................................................................... 35
Gambar 3.1 Diagram Alir................................................................................................39
Gambar 3.2 Peta Kampus Institut Teknologi Padang......................................................42
Gambar 4.1 Tampilan Nilai PUIPP gedung B di GUI MATLAB .................................. 47
Gambar 4.2 Tampilan Nilai PUIPP gedung C di GUI MATLAB .................................. 48
Gambar 4.3 Tampilan Nilai PUIPP gedung D di GUI MATLAB.................................. 49
Gambar 4.4 Tampilan Nilai PUIPP gedung E di GUI MATLAB .................................. 50
Gambar 4.5 Tampilan Nilai PUIPP gedung F di GUI MATLAB .................................. 51
Gambar 4.6 Tampilan Aplikasi Standar IEC 1024-1-1 di Gedung B ............................. 54
Gambar 4. 7 Tampilan Aplikasi Standar IEC 1024-1-1 di Gedung C ............................ 55
Gambar 4.8 Tampilan Aplikasi Standar IEC 1024-1-1 di Gedung D Tahap I ............... 56
Gambar 4.9 Tampilan Aplikasi Standar IEC 1024-1-1 di Gedung D Tahap II .............. 56
Gambar 4.10 Tampilan Aplikasi Standar IEC 1024-1-1 di Gedung E ........................... 57
Gambar 4.11 Tampilan Aplikasi Standar IEC 1024-1-1 di Gedung F ........................... 58
Gambar 4.12 Ukuran Atap Gedung B ............................................................................ 61
Gambar 4. 13 Tampilan Aplikasi Standar IEC 62305-3 untuk gedung B ...................... 62
Gambar 4.14 Tampilan Perhitungan Sudut Proteksi Gedung B Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 63

xiii
Gambar 4.15 Gedung B Tampak Isometri dengan Metode Protection angle ................ 64
Gambar 4.16 Gedung B Tampak Depan dengan Metode Protection angle ................... 64
Gambar 4. 17 Tampilan Perhitungan Rolling sphere gedung B Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 65
Gambar 4.18 Gedung B Tampak Depan dengan Metode Rolling sphere ...................... 66
Gambar 4.19 Area Proteksi Gedung B Tampak Depan .................................................. 67
Gambar 4.20 Gedung B Tampak Depan dengan Metode Mesh ..................................... 68
Gambar 4.21 Gedung B Tampak Samping Dengan Metode Mesh ................................. 68
Gambar 4.22 Ukuran Atap Gedung C ............................................................................ 69
Gambar 4.23 Tampilan Aplikasi Standar IEC 62305-3 untuk gedung C ....................... 70
Gambar 4.24 Tampilan Perhitungan Sudut Proteksi Gedung C Berbasis GUI .............. 70
Gambar 4.25 Gedung C Tampak Isometri Dengan Metode Protection angle ............... 71
Gambar 4.26 Gedung C Tampak Depan Dengan Metode Protection angle .................. 71
Gambar 4.27 Tampilan Perhitungan Rolling sphere gedung C Berbasis GUI ............... 72
Gambar 4.28 Gedung C Tampak Depan dengan Metode Rolling sphere ...................... 73
Gambar 4. 29 Area Proteksi Gedung C Tampak Depan ................................................. 73
Gambar 4.30 Gedung C Tampak Depan Dengan Metode Mesh .................................... 74
Gambar 4.31 Gedung C Tampak Samping Dengan Metode Mesh ................................. 75
Gambar 4.32 Ukuran Atap Gedung D Tahap I (A) dan Tahap II (B) ............................. 76
Gambar 4.33 Tampilan Aplikasi Standar IEC 62305-3 untuk gedung D Tahap I.......... 76
Gambar 4.34 Tampilan Aplikasi Standar IEC 62305-3 untuk gedung D Tahap II ........ 77
Gambar 4.35 Tampilan Perhitungan Sudut Proteksi Gedung D Tahap I Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 78
Gambar 4.36 Tampilan Perhitungan Sudut Proteksi Gedung D Tahap II Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 78
Gambar 4.37 Gedung D Tahap I Dan II Tampak Isometri Dengan Metode Protection
angle................................................................................................................................ 79
Gambar 4.38 Gedung D Tahap I dan II Tampak Depan dengan Metode Protection
angle................................................................................................................................ 79
Gambar 4.39 Tampilan Perhitungan Rolling sphere gedung D Tahap I Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 80
Gambar 4.40 Gedung D Tahap I Tampak Depan dengan Metode Rolling sphere ......... 81
Gambar 4.41 Area Proteksi Gedung D Tahap I ............................................................. 81
Gambar 4.42 Tampilan Perhitungan Rolling sphere gedung D Tahap II Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 82
Gambar 4.43 Gedung D Tahap II Tampak Depan dengan Metode Rolling sphere........ 83
Gambar 4.44 Area Proteksi Gedung D Tahap II Tampak Depan ................................... 83
Gambar 4.45 Gedung D Tahap I Dan II Tampak Depan Dengan Metode Mesh ........... 84
Gambar 4.46 Gedung D Tahap I dan II Tampak Samping dengan Metode Mesh ......... 85
Gambar 4.47 Ukuran Atap Gedung E ............................................................................. 85
Gambar 4.48 Tampilan Aplikasi Standar IEC 62305-3 untuk Gedung E ...................... 86
Gambar 4.49 Tampilan Perhitungan Sudut Proteksi Gedung E Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 87
Gambar 4.50 Gedung E Tampak Isometri dengan Metode Protection angle ................ 87
Gambar 4. 51 Gedung E Tampak Depan dengan Metode Protection angle .................. 88

xiv
Gambar 4.52 Tampilan Perhitungan Rolling sphere Gedung E Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 89
Gambar 4.53 Gedung E Tampak Depan dengan Metode Rolling sphere ....................... 89
Gambar 4.54 Area Proteksi Gedung E Tampak Depan .................................................. 90
Gambar 4.55 Gedung E Tampak Depan dengan Metode Mesh ..................................... 91
Gambar 4.56 Gedung E Tampak Samping dengan Metode Mesh .................................. 91
Gambar 4.57 Ukuran Atap Gedung F ............................................................................. 92
Gambar 4.58 Tampilan Aplikasi Standar IEC 62305-3 untuk Gedung F ....................... 93
Gambar 4.59 Tampilan Perhitungan Sudut Proteksi Gedung F Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 93
Gambar 4.60 Gedung F Tampak Isometri dengan metode Protection angle ................. 94
Gambar 4.61 Gedung F Tampak Depan dengan Metode Protection angle .................... 94
Gambar 4.62 Tampilan Perhitungan Rolling sphere Gedung F Berbasis GUI
MATLAB........................................................................................................................ 95
Gambar 4.63 Gedung F Tampak Depan dengan Metode Rolling sphere ....................... 96
Gambar 4.64 Area Proteksi Gedung F Tampak Depan .................................................. 96
Gambar 4.65 Gedung F Tampak Depan dengan Metode Mesh ..................................... 97
Gambar 4.66 Gedung F Tampak Samping dengan Metode Mesh .................................. 97
Gambar 4.67 Tampak Atas dengan Protection angle ..................................................... 98
Gambar 4.68 Tampak Atas dengan Rolling sphere ........................................................ 99
Gambar 4.69 Tampak Atas dengan Mesh ..................................................................... 100

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai A (Isi Bangunan)................................................................................... 12


Tabel 2.2 Nilai B (Konstruksi Bangunan) ...................................................................... 12
Tabel 2.3 Nilai C (Tinggi Bangunan) ............................................................................. 13
Tabel 2.4 Nilai D (Situasi Bangunan) ............................................................................. 13
Tabel 2.5 Nilai E (Hari Guruh Per Tahun) ..................................................................... 13
Tabel 2.6 Nilai R (Penaksiran Bahaya Petir) .................................................................. 14
Tabel 2.7 Tingkat Proteksi .............................................................................................. 15
Tabel 2. 8 Sudut Proteksi Berdasarkan Level Atau Tingkat Proteksi ............................ 20
Tabel 2.9 Ukuran Kedalaman Penetrasi Rolling sphere ................................................. 24
Tabel 2.10 Radius Rolling sphere Berdasarkan Tingkat Atau Level Proteksi ............... 25
Tabel 2.11 Ukuran Mesh Sesuai Dengan Tingakt Proteksi ............................................ 25
Tabel 2. 12 Ukuran Minimum Bahan Yang Dipakai Sebagai Konduktor ...................... 26
Tabel 2.13 Jenis Bahan Dan Luas Penampang Terminasi Udara, Conductor dan
Pembumian ..................................................................................................................... 30
Tabel 3.1 Penjadwalan Kegiatan......................................................................................41
Tabel 4.1 Spesifikasi Penangkap Petir ITP ..................................................................... 43
Tabel 4.2 Data karakteristik Gedung B .......................................................................... 44
Tabel 4.3 Data Karakteristik Gedung C.......................................................................... 44
Tabel 4.4 Data Karakteristik Gedung D ......................................................................... 45
Tabel 4.5 Data Karakteristik Gedung E .......................................................................... 45
Tabel 4.6 Data Karakteristik Gedung F .......................................................................... 46
Tabel 4.7 Tingkat kebutuhan bangunan akan proteksi berdasarkan PUIPP ................... 52
Tabel 4.8 Tingkat Kebutuhan Bangunan Akan Proteksi Berdasarkan IEC 1024-1-1 Dan
SNI 03-7015-2004 .......................................................................................................... 60
Tabel 4.9 Evaluasi Kehandalan Sistem Proteksi Petir Terpasang Kampus ITP ........... 100
Tabel 4.10 Rancangan Air terminal Gedung Kampus ITP ........................................... 101
Tabel 4.11 Nilai Tahanan Terminasi Bumi di Panel SDP dan Distribusi..................... 103

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Berdasarkan letak geografisnya Indonesia berada di kawasan beriklim tropis yang
menyebabkan tingginya kelembaban dan pemanasan di Indonesia,sehingga memiliki
curah hujan disertai petir yang tinggi (Pratama, 2013). Hal tersebut juga didukung oleh
data Badan Meteorologi dan Geofisika Indonesia, sambaran petir yang terjadi di beberapa
provinsi Indonesia pada tahun 2020 terlihat cukup serius, seperti pada peta sambaran
petir dibawah ini.

Gambar 1.1 Peta Sambaran Petir Indonesia


(Sumber : Iswanudin,2021)

Terkhusus daerah Sumatera Barat, jumlah sambaran petir total yang terjadi pada tahun
2020 yaitu bekisar antara 450.000-600.000 dalam setahun (BMKG, 2020). Hal ini
menjadikan daerah Sumatera Barat memiliki potensi sambaran petir tertinggi kedua di
pulau Sumatera diikuti provinsi Riau. Tentu saja hal ini berdampak negatif terhadap
aktifitas pembangunan dan keselamatan masyarakat yang berada di provinsi tersebut

1
termasuk kampus Instititut Teknologi Padang (ITP). Kampus ITP merupakan kampus
teknik yang berlokasi di Padang, Sumatera Barat. Bangunan kampus ini terdiri dari
beberapa gedung tinggi yang lebih tinggi dari bangunan sekitarnya. Gedung-gedung
tersebut terdiri dari laboratorium, gedung rektorat dan arsip kampus, serta perpustakaan.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat program studi teknik yang ada di ITP menggunakan
peralatan listrik dalam jumlah yang cukup besar disetiap pratikum di laboratorium, juga
gedung penting seperti rektorat dan pengarsipan.
Sambaran petir dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan bertingkat
seperti hotel, rumah betingkat, bangunan sekolah, rumah sakit, bangunan telekomunikasi
dan listrik atau bangunan tinggi lainnya. Hal ini dikarenakan petir mempunyai sifat
menyambar benda yang tinggi atau paling dekat dengan awan. Besar kecilnya efek
gangguan yang ditimbulkan akibat sambaran tergantung kepada tinggi dan luas area
bangunan tersebut. Selain itu kerugian fatal yang diakibatkan sambaran petir adalah
terjadinya kerusakan pada peralatan dan bahkan dapat menimbulkan korban jiwa (J.
Ginting, 2012).
Saat ini sistem penangkal petir di kampus ITP hanya dipasang di beberapa gedung
saja seperti gedung B dan E. Namun sistem penangkal petir yang terpasang pada gedung
tersebut ada yang masih berfungsi dan ada yang tidak berfungsi lagi sebagaimana
mestinya. Ini menjadi indikasi bahwa radius perlindungan dari penangkal sambaran petir
yang terpasang tentu belum bisa melindungi semua gedung penting yang ada di ITP.
Selain itu tingkat hujan disertai petir yang sering terjadi belakangan ini di daerah Padang,
akan beresiko terhadap kemungikanan terjadinya sambaran petir pada gedung-gedung
tinggi yang dimiliki kampus ITP seperti laboratorium yang menggunakan peralatan listrik
yang cukup besar. Apabila tidak diantisipasi kemungkinan akan merusak peralatan listrik
yang ada dan mengancam keselamatan jiwa yang berada dalam gedung. Untuk itu perlu
adanya evaluasi mengenai pemasangan dan perhitungan terhadap proteksi petir secara
eksternal.
Sistem proteksi sambaran petir eksternal merupakan sistem proteksi minimal yang
seharusnya dimiliki oleh gedung-gedung tinggi yang beresiko terkena sambaran petir.
Sistem proteksi ini terdiri dari tiga bagian penting yaitu air terminal, down conductor,
dan grounding. Ketiga komponen ini berfungsi melindungi gedung dari luar, menangkap
dan menghantarkan petir untuk dinetralisir ke bumi sehingga gedung dan isi gedung tidak

2
terkena efek berbahaya dari sambaran petir tersebut (Saragih et al., 2020). Sistem
instalasinya dipasang pada atap gedung yang diproteksi dan pemasangannya harus
mengikuti aturan pemasangan sistem proteksi eksternal. Beberapa metode yang
digunakan dalam menentukan level, lokasi dan jumlah pemasanagan sistem proteski
sambaran petir eksternal diantaranya Protection angle Method, Rolling sphere Method
dan Mesh method. Dari ketiga metode ini akan didapatkan jumlah serta lokasi
pemasangan proteski yang tepat agar dapat befungsi secara maksimal (Principles &
Management, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan sebuah analisa sekaligus evaluasi
terhadap sistem proteksi sambaran petir eksternal pada bangunan tinggi kampus ITP.
Dalam hal ini gedung atau bangunan kampus ITP yang digunakan adalah gedung B,C,D,E
dan F. Pengujian akan dilakukan menggunakan tiga metode perancangan penangkal petir
yaitu Rolling sphere, Protection angle dan Mesh yang mengacu pada standar IEC 62305-
3-3, PUIPP (Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir) dan IEC 1024-1-1 (International
Electrotechnical Commision) serta SNI 03-7015-2004 yang telah ditetapkan. Hasil yang
ingin dicapai berupa perbandingan ke 3 metode tersebut untuk menemukan metode yang
paling efektif dalam proses analisa sistem proteksi petir eksternal di gedung kampus ITP.
Sehingga gedung kampus ITP memiliki sistem proteksi yang baik dalam meminimalisir
bahaya sambaran petir. Untuk itu perlu dibuat tugas akhir ini dengan judul ANALISA
SISTEM PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL DENGAN 3 METODE
(ROLLING SPHERE, PROTECTION ANGLE DAN MESH) STUDI KASUS
GEDUNG INSTITUT TEKNOLOGI PADANG.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah:


1. Bagaimana kehandalan sistem proteksi sambaran petir di kampus ITP?
2. Bagaimana hasil dari analisa proteksi sambaran petir menggunakan tiga metode ?
3. Apa metode yang paling efektif dalam melakukan analisa sistem proteksi sambaran
petir?
4. Apakah sistem proteksi sambaran petir di kampus ITP telah memenuhi standar IEC
62305-3-3, PUIPP dan IEC 1024-1-1 /SNI 03-7015-2004?

3
1.3 Tujuan

1. Mengetahui kondisi sistem proteksi sambaran petir eksternal yang telah terpasang
di gedung-gedung tinggi kampus ITP.
2. Mendapatkan hasil analisa tentang sistem proteksi sambaran petir eketernal di
kampus ITP dengan menggunakan metode protection angle, Rolling sphere dan
Mesh.
3. Mengetahui metode terbaik dari ketiga metode (Protection angle, Rolling sphere
dan Mesh) yang digunakan dalam menganalisa sistem proteksi sambaran petir
eksternal.
4. Mengetahui kondisi sistem proteksi sambaran petir eksternal kampus ITP
menggunakan standar yang telah ditetapkan dalam IEC 62305-3-3, PUIPP dan IEC
1024-1-1 /SNI 03-7015-2004.

1.4 Manfaat

1. Penelitian berupa analisa ini diharapakan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang sistem proteksi sambaran petir eksternal.
2. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang sistem proteksi
sambaran petir eksternal.
3. Analisa yang didapat diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi atau pertimbangan
dalam perencanaan sistem proteksi sambaran petir pada gedung kampus ITP
kedepannya.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah adalah:


1. Analisa dilakukan pada sistem proteksi sambaran petir eksternal pada gedung
kampus ITP.
2. Gedung kampus ITP yang digunakan adalah gedung B - gedung F
(laboratorium,perpustakaan,rektorat,dll).
3. Analisa menggunakan 3 metode yaitu Rolling sphere, Protection angle dan Mesh.

4
4. Acuan dalam analisa sistem proteksi sambaran petir adalah IEC 62305-3-3, PUIPP
(Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir) dan IEC 1024-1-1 (International
Electrotechnical Commision) /SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-7015-2004.
5. Software yang digunakan untuk menggambar objek yang akan diuji adalah
SketchUp 2016.
6. Software yang digunakan dalam analisa perhitungan mengenai proteksi sambaran
petir pada gedung adalah fitur GUI Matlab R2009a.
7. Objek yang akan diuji, dirancang dan dievaluasi dengan ketiga metode adalah letak
dan jumlah air terminal pada gendung B-gedung F.
8. Pengujian dan evaluasi lainnya pada down conductor dan sistem grounding
kampus ITP.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Literatur

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis berpedoman kepada beberapa penelitian
yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Berdasarkan penelitian (Sekti, 2015) dengan judul “Analisis Pengaman Eksternal
Gangguan Petir Di Stasiun Pemancar TVRI Semarang (Gombel)” cara menetukan tingkat
kebutuhan sebuah bangunan tinggi seperti stasiun pemancar TVRI terhadap sistem
proteksi sambaran petir eksternal menggunakan standarisasi perhitungan dan tabel tingkat
proteksi yang telah diatur . Perhitungan dan analisis data mengenai tingkat kebutuhan
bangunan ini menggunakan referensi PUIPP dan standar SNI 03-7015-2004. Sehingga
hasil perhitungan menunjukkan bahwa gedung stasiun pemancar TVRI memiliki level
atau tingkat kebutuhan proteski cukup tinggi dan perlu pemasangan sistem proteksi
eksternal pada gedung tersebut.
Penelitian selanjutnya oleh (Bagus Pratama et al., 2016) mengenai “Analisis
Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik”. Dalam penelitian
ini penentuan level kebutuhan proteksi sebuah bangunan yaitu pada Prilling Tower dan
DCS Building Pabrik 1 PT Petrokimia Gresik didasarkan kepada standar IEC 1024-1-1
dan IEC 62305-3.
Dalam penelitian “Perancangan External Lightning Protection Gedung Di
Komplek Pltg Gorontalo 100 Mw dengan Metode Rolling sphere, Protection angle, Dan
Collecting Volume” oleh (Bakhtiar et al., 2017) perancangan sistem proteksi sambaran
petir eksternal pada komplek PLT Gorontalo menggunakan perbandingan 3 metode
(Rolling sphere, Protection angle, dan cllecting volume). Metode yang digunakan
berfungsi untuk menentukan letak dan jumlah air terminal sistem proteksi yang akan
dipasang pada atap gedung komplek PLTG. Perhitungan standar pemasangan dan level
kebutuhan proteksi didasarkan pada standar IEC 62305-3-3 untuk metode Rolling sphere
dan Protection angle dan standar IEEE998-2012 untuk collecting volume.
Penelitian “Simulasi Penentuan Kebutuhan Bangunan Terhadap Sistem Proteksi
Petir Eksternal Pada Gedung Ict Center” oleh (Sriyanto et al., 2018). Dalam penelitian

6
ini membandingkan dua metode yaitu metode Rolling sphere dengan Protection angle
pada gedung Ict Medan. Simulasi data tingkat proteksi dilakukan dengan software matlab.
Penelitian dengan judul “ Analisis Kebutuhan Sistem Proteksi Sambaran Petir Pada
Gedung Bertingkat” oleh (Arif et al.,2020), membahas level proteksi sebuah gedung di
dataran tinggi dan bertingkat. Metode yang dipakai adalah metode Protection angle,
Rolling sphere dan Mesh. Penelitian ini membahas tentang analisa sekaligus perancangan
sistem proteksi sambaran petir eksternal berdarkan standar penangkal petir yang ada.
Lalu penelitian selanjutnya berjudul “Sistem Penangkal Petir Pada Gedung
Kemang Gallery Medan” oleh (Saragih et al., 2020). Dalam penelitian ini membahas
perancangan sistem proteskis eksternal pada gedung Kemang Gallery Medan dengan
metode elektrogeometri. Perancangan juga dilengkapi dengan jumlah dan jenis dari air
terminal, down conductor dan terminasi bumi yang dianjurkan untuk dipasang pada
gedung agar berfungsi dengan baik.

2.2 Pengertian Petir

Petir adalah sebuah fenomena alam berupa gelombang elektromagnetik dengan arus
dan tegangan yang sangat tinggi, yang bermula dari ionisasi hingga terjadinya loncatan
muatan. Proses terjadinya loncatan muatan biasa terjadi antara awan dengan benda yang
terdekat dengan awan misalnya saja bumi. Hal ini juga dikarenakan perbedaan potensial
antara awan dan bumi yang besar. Jadi semakin dekat benda yang ada di bumi dengan
awan maka probabilitis untuk terkena sambaran petir sangat besar (Bagus Pratama et al.,
2016).

2.3 Penyebab Terjadinya Petir

Tejadinya petir diawali dengan adanya muatan statis yang terjadi di awan yang
mengandung hujan. Awan terbentuk akibat adanya penguapan air yang terkandung oleh
udara dan terbawa sampai ke atmosfer. Proses penguapan air terjadi saat panas matahari
yang sampai ke bumi lalu diserap oleh tumbuhan, tanah, sungai dan lautan sehingga air
menguap ke udara. Ketika uap air semakin lama semakin tinggi terbawa ke atmosfer maka
akan terajdi proses pengembuanan atau kondensasi dan bahakan akan membentuk titik-
titik air. Hal ini dikarenakan semakin tinggi ke atas, suhu pada atmosfer semakin dingin.

7
Pengembunan dan titik-titik air inilah lama kelamaan akan membentuk awan (NOAA,
2021).

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Awan


(Sumber :Among Guru,2021)

Jika terjadi angin kencang atau badai, maka awan akan tertiup sehingga awan
mengalami pergeseran yang menyebabkan terjadinya benturan antara titik-titik air dengan
partikel udara. Benturan tersebuat akan mengakibatkan pemisahan muatan di awan.
Biasanya Muatan air positif akan berada diatas dan muatan air negatif berada di bawah
ataupun sebaliknya. Pergerakan dan pemisahan muatan yang terjadi secara teratur di awan
akan menimbulkan perbedaan potential baik antara awan dengan awan atau awan dengan
bumi. Perbedaan potensial yang semakin besar dan melebihi batas isolasi mengakibatkan
pembuangan muatan yang ditandai dengan adanya loncatan api. Peristiwa pembuangan
muatan yang disertai locatan api ini disebut dengan petir (NOAA, 2021).

8
Gambar 2.2 Pemisahan Muatan
(Sumber : Geosains,2016)

Sambaran petir berawal dari suatu yang disebut dengan leader atau lidah petir yang
bergerak ke bawah menuju bumi (down leader). Pergerakkan down leader menuju bumi
berbentuk langkah-langkah yang disebut Step leader. Step leader sering mengalami
perubahan dalam pergerakkannya yang mengakibatkan arah tujuannya tidak beraturan
dan patah. Lalu Step leader lama kelamaan akan membentuk lidah petir (Mifta Huzaman,
2019).
Saat badai bergerak di atas tanah, muatan negatif yang kuat di awan menarik muatan
positif dari dalam tanah. Step leader dengan muatan negatif turun dari awan mencari jalan
menuju tanah. Muatan positif ini naik ke objek tertinggi seperti pohon, tiang telepon, dan
rumah atau disebut dengan upward steamer. Ketika Step leader dan Upward streamer
berada pada jarak sambaran makan terjadi lah sambaran petir pada objek (Mifta
Huzaman, 2019).

9
Gambar 2.3 Step leader dan Upward streamer
(Sumber : NOAA,2021)

2.4 Indikator Petir

Indikator petir memuat karakter atau sebuah gambaran tentang petir (Hakim,
2017).
1. Bentuk gelombang arus petir
Bentuk gelombang akan menggambarkan seberapa besar arus, kenaikan arus, dan
panjang gelombang, sejauh waktu ekor.
2. Kerapatan sambaran petir (Ng).
3. Batas ini akan menunjukkan jumlah sambaran petir dalam satu tahun di wilayah
tertentu. Satuan sambaran petir ini dikomunikasikan sebagai sambaran / km2 /
tahun. Jumlah sambaran petir sesuai dengan jumlah hari guntur setiap tahun atau
dugaan Tingkat IsoKerounik (IKL).
4. Arus puncak (Imax)
Arus puncak digunakan untuk menentukan impuls petir, waktu muka(tf) dan waktu
ekor (tt). Terlebih lagi, ini digunakan untuk menentukan penurunan tegangan
tahanan ke pembumian dan peralatan yang disambar petir.
5. Kecuraman
Batas ini digunakan untuk menentukan kecepatan kenaikan arus petir per satuan
waktu (s / d). Semakin tingkat nilai arus per satuan waktu, semakin ekstrim bentuk
gelombang arus dan semakin terbatas panjang muka gelombang.

10
2.5 Pengertian Hari Guruh

Hari Guruh adalah jumlah periode gemuruh dalam setiap peristiwa dalam jarak
sekitar 15 Km dari stasiun pengamatan. Semakin banyak hari petir yang terjadi, bahaya
risiko dan kecelakaan karena sambaran petir semakin meningkat (Hakim, 2017).
Kekuatan sambaran petir harus secara konsisten diperhatikan setiap periode untuk
mengukur ukuran faktor bahaya sambaran di sekitar sana. Selain itu, pengamatan juga
berfungsi untuk menilai tingkat persyaratan struktur untuk jaminan petir. Berikut adalah
hal-hal yang diperlukan dalam menilai faktor bahaya sambaran:
1. iIKL (Tingkat Isokeraunik): jumlah hari guruh / tahun.
2. iTingkat Serangan Pencahayaan: menyatakan tingkat risiko serangan di daerah sekitar
(jumlah serangan ke tanah / km2 / tahun).

2.6 Tingkat Kebutuhan Bangunan Terhadap Sistem Proteksi

Sistem instalasi proteksi petir seharusnya dapat mengurangi dan mencegah


terjadinya bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir pada suatu bangunan. Hal ini
bertujuan untuk melindungi semua bagian yang ada di dalam bangunan baik manusia dan
peralatan dalam bangunan. Adapun cara penentuan tingkat kebutuhan bangunan akan
sistem proteksi berdasarkan (Mifta Huzaman, 2019),(Sriyanto et al., 2018) dan (Emmy et
al., 2004):
1. PUIPPP (Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir)
Menurut standar PUIPPP kebutuhan akan proteksi sambaran petir pada gedung dapat
ditentukan dengan memperhitungkan indeks-indeks yang telah ditentukan menurut
kondisi yang ada di gedung itu berdiri. Perkiraan bahaya sambaran petir (R) dapat
ditentukan sebagai berikut

R = A + B + C + D + E (1)......................................................................................(2.1)

Dimana :
R = penaksiran bahaya petir (tabel 2.6)
A = Isi Bangunan (tabel 2.1)
B = Konstruksi Bangunan (tabel 2.2)
C = Tinggi bangunan (tabel 2.3)

11
D = Situasi Bangunan (tabel 2.4)
E = Hari Guruh/Tahun (tabel 2.5)

Tabel 2.1 Nilai A (Isi Bangunan)

Penggunan dan Isi Indeks A

Bangunan tidak perlu di proteksi baik gedung ataupun isi nya -10

Objek jarang dipergunakan seperti gudang, menara dsb 0

Bangunan yang berguna untuk kegiatan sehari – hari 1

Bangunan yang kegunaannya penting (Gedung pemerintah, dsb) 2

Bangunan yang isinya terdapat banyak orang ( sekolah, tempat 3


ibadah, supermarket, hotel, dsb)

Bangunan yang sangat dibutuhkan dan berbahaya jika terbakar 5


(Gardu induk, rumah sakit, POM bensin, dsb)
Bangunan berbahaya yang dapat meledak 15

( Sumber : PUIPPP,1983)

Tabel 2.2 Nilai B (Konstruksi Bangunan)

Konstruksi Bangunan Indeks B

Seluruh bangunan tersebut dari logam dan mudah menyalurkan 0


listrik
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi 1
dengan atap logam
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi 2
dan atap bukan logam
Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3
( Sumber : PUIPPP,1983)

12
Tabel 2.3 Nilai C (Tinggi Bangunan)

Tinggi bangunan sampai dengan ...(m) Indeks C

6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
(Sumber : PUIPPP,1983)

Tabel 2.4 Nilai D (Situasi Bangunan)

Situasi Bangunan Indeks D

Di tanah datar pada semua ketinggian 0


Di kaki bukit sampai % tinggi bukit atau di pengunungan sampai 1
1000 meter
Di puncak gunung atau pengunungan yang lebih dari 1000 meter 2
( Sumber :PUIPPP,1983)

Tabel 2.5 Nilai E (Hari Guruh Per Tahun)

Hari Gurh Per Tahun Indeks E


2 0
4 1
6 2
8 3
16 4

13
32 5
64 6
128 7
256 8
(Sumber :PUIPPP,1983)

Tabel 2.6 Nilai R (Penaksiran Bahaya Petir)

Hasil Penjumlahan Perkiraan Bahaya Kebutuhan Proteksi


Semua Indeks (R)
<11 Sangat kecil Tidak dibutuhkan
11 Kecil Tidak dibutuhkan
12 Sedang Dibutuhkan
14 Besar Sangat dibutuhkan
>14 Sangat besar diharuskan
(Sumber :PUIPPP,1983)

2. IEC 1024-1-1 (International Electrotechnical Commision) dan SNI 03-7015-2004


tingkat proteksi didasarkan kepada nilai jumlah sambaran petir langsung setempat
(Nd) dan jumlah sambaran petir tahunan setempat ( Nc ) yang diperbolehkan. Secara
matematis perhitungan kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan setempat
adalah:

𝑁𝑔 = 0,04 𝑥 𝑇𝑑1,25 ......................................................................(2.2)

𝑁𝑑 = 𝑁𝑔 𝑥 𝐴𝑒 𝑥 10−6 ..............................................................................(2.3)

𝐴𝑒 = 𝑎𝑏 + 6ℎ(𝑎 + 𝑏) + 9. 𝜋 ℎ2.................................................................................(2.4)

Dimana :
a = Panjang atap gedung (m)
b = Lebar atap gedung (m)
h = Tinggi atap gedung (m)
Ae = Area Cakupan dari Struktur (m2)
Td = Jumlah Hari Gruh (/km2/tahun)

14
Ng = Kerapatan petir ke tanah (/tahun)
Nd = Frekuensi atau jumlah sambaran petir setempat per tahun (/ tahun)
Keputusan penetapan pemasangan sistem proteksi pada bangunan tergantung pada
nilai Nd dan Nc sebagai berikut:
a. Apabila Nd ≤ Nc tidak perlu sistem proteksi petir.
b. Apabila Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi :

𝑁𝑑
𝐸 ≥ (1 − ) 𝑥 100%........................................................................................(2.5)
𝑁𝑐

Tabel 2.7 Tingkat Proteksi

Tingkat Proteksi Efisiensi SPP

I 98%
II 95%
III 90%
IV 80%
(Sumber :BSN, 2004)

Keterangan:
E < 0% tidak diperlukan sistem proteksi petir
0% < E ≤ 80% berada pada tingkat proteksi IV
80% < E ≤ 90% berada pada tingkat proteksi III
90% < E ≤ 95% berada pada tingkat proteksi II
95% < E ≤ 98% berada pada tingkat proteksi I
E > 98% berada pada tingkat proteksi I dengan penambahan alat proteksi

2.7 Sistem Proteksi Eksternal

Sistem proteksi eksternal adalah sistem instalasi yang terpasang diluar bangunan
yang berfungsi sebagai penangkal petir dalam hal menangkap dan menghantarkan arus
petir ke tanah (Ugahari & Garniwa, 2009)

15
Pada dasarnya manfaat pemasangan penangkal sambaran petir terhadap bangunan
adalah melindungi isi dari sebuah bangunan tersebut. Termasuk manusia, perlatan listrik
atau peralatan penting lainnya. Prinsip kerja dari sistem penangkal petir sebagai berikut
(Hakim, 2017; Sriyanto et al., 2018) :
a. Menangkap Petir
Ketika terjadinya sambaran petir maka sistem ini akan menangkap petir dan dengan
cepat diperhitungan besaran petir untuk segera disalurkan.
b. Menyalurkan Petir
Sambaran petir yang telah ditangkap akan dialirkan ke tanah tanpa menimbulkan
efek induksi ke isi bangunan seperti manusia dan perlatan penting dalam bangunan.
c. Menampung petir
Tahap ini merupakan tahap netralisir dari sambaran petir yang telah disalurkan.
Sitem ini disebut dengan grounding.

Hal- hal harus diperhatikan dalam merancang sistem proteksi eksternal adalah
sebagi berikut:
1) Jenis, manfaat, denah dari bangunan seperti ukuran, bentuk, dan kemiringan atap.
2) Jumlah terminasi udara (air terminal) yang tepat agar sitem proteksi berjalan
dengan baik.
3) Kehandalan dari conductor penyalur (down conductor) untuk menyalurkan arus
petir ke bumi.
4) Ketepatan standarisasi pembumian (grounding) dengan nilai resistansi < 5 Ohm.

2.7.1 Air terminal (Terminasi Udara )

Terminasi udara berfungsi sebagai penangkap sambaran petir dalam sistem proteksi
eksternal dan membuangnya ke bumi tanpa membahayakan melalui conductor bawah dan
terminasi bumi (grounding). Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan sistem
terminasi udara yang dirancang dengan benar (Sriyanto et al., 2018). Bentuk fisik dari
terminasi udara berupa elektroda logam yang terpasang secara tegak ataupun mendatar.

16
Gambar 2.4 Air terminal
(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Penempatan teminasi udara juga harus diperhatikan agar dapat berfungsi dengan baik
dalam meminimalisir resiko sambaran petir pada bangunan. Berdasarkan BS EN / IEC 62305-
3-3 Standar pemosisian terminasi udara harus memenuhi persyaratan pemosisian yang telah
diatur. Ini menyoroti bahwa komponen terminasi udara harus dipasang di sudut, titik terbuka,
dan tepi struktur.
Terminasi udara bekerja dengan memperhatikan jarak sambar atau tingginya arus
petir. Dalam melaksanakan fungsinya terminasi udara dinyatakan dalam bentuk radius
atau jari-jari lingkaran proteksi terjauh yang masih dapat dilindungi terminasi udara.
Berikut beberapa metode dalam menentukan penempatan terminasi udara
(Principles & Management, 2008):

1. Protective Angle Method (Metode Sudut Lindung )


Protective Angle Method cocok untuk bangunan berbentuk sederhana. Namun
metode ini hanya berlaku sampai ketinggian yang sama dengan radius Rolling sphere dari
level proteksi petir yang sesuai.
Sudut pelindung yang diberikan oleh air terminal jelas merupakan konsep tiga
dimensional di mana batang tersebut diasosiasikan dengan kerucut pelindung dengan
menyapu garis AC pada sudut perlindungan 360 derajat penuh di sekitar batang udara.
Secara matematis dapat dirumuskan seperti di bawah ini:

𝑡𝑎𝑛 𝛼 = rp/h...............................................................................................................(2.6)

Dimana :
α = area Protection angle
h = tinggi dihitung dari titik conductor (m)

17
rp = radius proteksi (m)

Selain itu rumus menghitung luas daerah proteksi secara matematis adalah:

𝐴𝑝 = 𝜋 𝑟𝑝2 .................................................................................................................(2.7)

Dimana:
𝜋 = 22/7 atau 3.14
rp= radius proteksi (m)
Ap= area proteksi (m2)

Bagian yang dilindungi berada didalam kerucut seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Protection angle Method


(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Catatan :
1. air terminal rod
2. bangunan yang dilindungi
3. air terminal wire horizontal
4. Protection angle

Sudut perlindungan dari sebuah tiang udara (finial) pada suatu bidang acuan dapat
kita lihat pada gambar berkut.

18
Gambar 2.6 Penentuan Sudut Proteksi
(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Perhitungan sudut proteksi udara tergantung kepada jarak antara tinggi pelindung
dengan bidang acuan yang akan dilindungi seperti atap dan tanah. Contohnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Sudut Proteksi Terhadap Bidang Acuan


(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Catatan:
 Sudut proteksi α1 dihasilkan dari h1 dengan bidang referensi atap
 Sudut proteksi α2 dihasilkan dari h2=H+h1 dengan referensi tanah.

Dari gambar diatas dapat dijabarkan beberapa sudut proteksi berdasarkan tingkat
atau level proteksi pada tabel berkut ini.

19
Tabel 2. 8 Sudut Proteksi Berdasarkan Level Atau Tingkat Proteksi
Ketinggian Level I Level II Level III Level IV
(m) Sudut α Jarak (m) Sudut α Jarak (m) Sudut α Jarak (m) Sudut α Jarak (m)
1 71 2.90 74 3.49 77 4.33 79 5.14
2 71 5.81 74 6.97 77 8.66 79 10.29
3 66 6.24 71 8.71 74 10.46 76 12.03
4 62 7.52 68 9.90 72 12.31 74 13.95
5 59 8.32 65 10.72 70 13.74 72 15.39
6 56 8.90 62 11.28 68 14.85 71 17.43
7 53 9.29 60 12.12 66 15.72 69 18.24
8 50 9.53 58 12.80 64 16.40 68 19.80
9 48 10.00 56 13.34 62 16.93 66 20.21
10 45 10.00 54 13.76 61 18.04 65 21.45
11 43 10.26 52 14.08 59 18.31 64 22.55
12 40 10.07 50 14.30 58 19.20 62 22.57
13 38 10.16 49 14.95 57 20.02 61 23.45
14 36 10.17 47 15.01 55 19.99 60 24.25
15 34 10.12 45 15.00 54 20.65 59 24.96
16 32 10.00 44 15.45 53 21.23 58 25.91
17 30 9.81 42 15.31 51 20.99 57 26.18
18 27 9.17 40 15.10 50 21.45 56 26.68
19 25 8.86 39 15.39 49 21.86 55 27.13
20 23 8.49 37 15.07 48 22.21 54 27.53
21 36 15.26 47 22.52 53 27.87
22 35 15.40 46 22.78 52 28.16
23 36 16.71 47 24.66 53 30.52
24 32 15.00 44 23.18 50 28.60
25 30 14.43 43 22.31 49 28.76
26 29 14.41 41 22.60 49 29.91
27 27 13.76 40 22.66 48 29.99
28 26 13.66 39 22.67 47 30.03
29 25 13.52 38 22.66 46 30.03
30 23 12.73 37 22.61 45 30.00
31 36 22.52 44 29.94
32 35 22.41 44 30.90
33 35 23.11 43 30.77
34 34 22.93 42 30.61
35 33 22.73 41 30.43
36 32 22.50 40 30.21
37 31 22.23 40 31.50
38 30 21.94 39 30.77
39 29 21.62 38 30.47
40 28 21.27 37 30.14
41 27 20.89 37 30.90
42 26 20.48 36 30.51
43 25 20.05 35 30.11
44 24 19.59 35 30.81
45 23 19.10 34 30.35
46 33 29.87
47 32 29.37
48 32 29.99
49 31 29.44
50 30 28.87
51 30 29.44
52 29 28.82
53 28 28.18
54 27 27.51
55 27 28.02
56 26 27.31
57 25 26.58

20
58 25 27.05
59 24 26.27
60 23 25.47
(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

2. Rolling sphere Method (Metode bola bergulir)


Rolling sphere Method secara geometri digunakan untuk semua struktur bangunan
termasuk yang kompleks (gambar 2.6, 2.7 dan 2.8). Terminasi udara dipasang pada titik
uji bola bergulir pada bangunan yang diproteksi. Rolling sphere Method dinyatakan dalam
bentuk R yang merupakan jarak petir ke ujung penangkal petir. Secara matematis nilai R
berhubungan dengan besar arus petir seperti di bawah ini:

𝑅 = 𝐼0.75 ............................................................................................................................(2.8)

Dimana :
R = Jari-jari Rolling sphere (m)
I = Arus sambaran petir (kA)

Jika arus petir < I maka bangunan masih bisa menahan sambaran petir.
Jika arus petir > I maka sambaran petir akan ditangkap air terminal.
Mencari luas area proteksi :

𝐴𝑝 = 𝜋 𝑥 𝑟𝑝2 ...............................................................................................................(2.9)

Dimana :
Ap = Luas area proteksi (m2 )
rp = Radius proteksi (m)

Selain itu sudut dapat dicari dengan dengan persamaan Hasse dan Wiesinger seperti di
bawah ini:

𝛼 = 𝑠𝑖𝑛−1 (1 − ℎ𝑟)..........................................................................................................(2.10)

Dimana :
α = protectin angle
h = tinggi diukur dari titik conductor petir (m)

21
r = jari- jari lingkaran yang diproteksi (m)

Gambar 2.8 Rolling sphere Method


(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Air terminal yang dipasang pada titik sentuh Rolling sphere, disesuaikan dengan radius
yang dipilih.

Gambar 2.9 Perancangan Menggunakan Rolling sphere Method


(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Keterangan :
1. terminal wire
2. terminal rod
3. ukuran jala
4. Bola gulir
5. down conductor
6. grounding
7. h = tinggi air terminal diukur dari tanah

22
8. α = Protection angle
9. R = jari-jari bola bergulir

Gambar 2.10 Perancangan Air terminal Pada Struktur Bangunan Rumit


(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Keterangan :
1. Luasan diarsir , merupakan daerah penangkap petir yang perlu diproteksi.
2. Tiang yang dipasang pada bagian atas gedung.
Parameter- parameter yang terdapat pada Rolling sphere Method terdiri dari jarak sambar,
arus puncak, sudut proteksi dan daerah proteksi.
Selain itu salah satu faktor penentu dalam merancang sistem terminasi udara
bangunan adalah mengetahui kedalaman penetrasi Rolling sphere antar dua batang air
terminal (AXIS-India, 2020).

Gambar 2.11 Kedalaman Penetrasi Rolling sphere


(Sumber : AXIS-India,2020)

23
Untuk mengetahuinya dapat melakukan perhitungan seperti di bawah ini.

𝑑 2
𝑝 = 𝑟 − √𝑟 2 − (2 ) ..................................................................................................(2.11)

Keterangan :
p = jarak penetrasi (meter)
r = jari-jari bola menggelinding (meter)
d = jarak antara dua batang terminasi udara

Cara lain untuk mengukur kedalaman penetrasi Rolling sphere dengan menggunakan
tabel berikut ini.

Tabel 2.9 Ukuran Kedalaman Penetrasi Rolling sphere


d
Jarak antar air Level I Level II Level III Level IV
termination
2 0.03 0.02 0.01 0.01
4 0.1 0.07 0.04 0.03
6 0.23 0.15 0.10 0.08
8 0.4 0.27 0.18 0.13
10 0.64 0.42 0.28 0.21
12 0.92 0.61 0.4 0.30
14 1.27 0.83 0.55 0.41
16 1.67 1.09 0.72 0.54
18 2.14 1.38 0.91 0.68
20 2.68 1.72 1.13 0.84
23 3.64 2.29 1.49 1.11
26 4.80 2.96 1.92 1.43
29 6.23 3.74 2.40 1.78
32 8.00 4.62 2.94 2.17
35 10.32 5.63 3.54 2.61
(Sumber : AXIS-India,2020)

Berdasarkan ketetapan BS EN/ IEC 62305-3-3, radius dari Rolling sphere dibagi
berdasarkan tingkat atau level proteksi terhadap petir.

24
Tabel 2.10 Radius Rolling sphere Berdasarkan Tingkat Atau Level Proteksi

Level Proteksi Radius Rolling sphere


(m)
I 20
II 30
III 45
IV 60
(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

3. Mesh method
Metode ini yang paling umum dan banyak digunakan. Dalam BS EN/IEC 62305-3
empat ukuran jaring terminasi udara yang berbeda didefinisikan sesuai dengan tingkat
tabel berikut ini .

Tabel 2.11 Ukuran Mesh Sesuai Dengan Tingakt Proteksi

Level Proteksi Mesh size (m)


I 5x5
II 10 x 10
III 15 x 15
IV 20 x 20
(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Metode ini cocok untuk permukaan datar yang memerlukan perlindungan jika
kondisi berikut terpenuhi:
a. Conductor terminasi udara harus ditempatkan di tepi atap, di atas atap dan di
punggung atap dengan pitch lebih dari 1 dalam 10 (5,7 derajat).
b. Tidak ada instalasi logam yang menonjol di atas sistem terminasi udara.
Penelitian mengenai kerusakan akibat petir telah menunjukkan bahwa tepi dan sudut atap
paling rentan terhadap kerusakan sambaran. Jadi pada semua struktur terutama dengan
atap datar conductor perimeter harus dipasang sedekat mungkin dengan tepi luar atap.

25
Gambar 2.12 Jaringan Air terminal
(Sumber : IEC 62305-3-3,2012)

Daerah yang diproteksi adalah keseluruhan daerah yang ada di dalam jala-jala.
Ukuran jala sesuai tingkat proteksi yang dipilih.

2.7.2 Down conductor

Down conductor merupakan bagian dari sistem penangkal petir yang berfungsi
sebagai penghantar arus petir dari air terminal ke bagian terminasi pembumian. Down
conductor terdiri dari dua bagian yaitu (Principles & Management, 2008):
1. Pengahantar utama berfungsi khusus untuk mengahantarkan arus petir ke tanah.
2. Pengahantar pembantu berfungsi sebagai penghantar lain berupa pipa air hujan
logam dan dimaanfaatkan sebagai pengahantar arus petir ke tanah.

Tabel 2. 12 Ukuran Minimum Bahan Yang Dipakai Sebagai Konduktor

Tingkat Bahan Terminasi Conductor Pembumian


Proteksi Udara Penyalur (mm2)
(mm2) (mm2)
I sampai Cu 35 16 50
IV Al 70 25 -
Fe 50 50 80
(Sumber : SNI 03-7015-2004)

26
Pada sistem conductor luas penghantar arus petir menuju sistem terminasi bumi
dihitung berdaasarkan persamaan di bawah ini:

8.5 𝑥 10−6 𝑥𝑆
𝐴 = 𝐼√ 𝑇 ....................................................................................................(2.12)
log 10 ( +1)
274

Dimana :
A = Luas penampang penghantar (mm2)
I = Arus petir makssimum (kA)
S = Arus gangguan berlangsung (detik)
T = Temperatur conductor yang diizinkan (º C)

Lamanya arus gangguan sebesar 0,001 detik dan suhu atau conductor yang diizinkan
adalah 1000º C. Jika hasil perhitungan yang diperoleh lebih kecil daripada conductor yang
akan digunakan, dinyatakan bahwa jika luas penampang kabel yang akan digunakan
tidak ada, maka lebih baik menggunakan kabel atau kawat yang mendekati nilai yang
ditentukan dan tidak menggunakan kabel atau kawat yang lebih kecil dari hasil estimasi
(Setyawan Wahyu Pratomo ST, 2018).

2.7.3 Sistem Grounding atau Terminasi Bumi

Sistem grounding adalah suatu bagian yang mempunyai kapasitas untuk


mengalirkan listrik akibat petir sampai ke bumi atau tanah (Principles & Management,
2008). Besarnya nilai hambatan grounding adalah hambatan tidak lebih dari 5 ohm (jika
nilai hambatan lebih rendah akan lebih baik)(Arif Karta, Ir. Achmad Imam A Mpd.,
Mahendra Wiyartono S.T., M.T., Aditya Chandra H S.ST., n.d.). Ketetapan nilai kecil
dari 5 ohm tidak semua tanah dapat dipasang sistem prmbumian. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kualitas dari tanah sistem pembumian diantaranya :
1. Kandungan air

27
Jika air tanahnya dangkal atau mengandung banyak air, nilainya tahanannya tidak
sulit didapat. Hal ini disebabkan di sela-sela tanahnya mengandung banyak air,
sehingga konduktivitas baik.
2. Mineral
Zat mineral secara signifikan mempengaruhi tahanan karena lebih banyak logam
dan mineral.Semakin tinggi daya hantar listiknya
3. Permukaan tanah
Untuk daerah dengan permukaan berpasir akan sulit untuk mendapatkan tahanan
disipasi yang layak karena pada jenis tanah ini, air dan mineral akan mudah hanyut
dan tanah mudah kering.
Dalam menentukan besarnya resistansi pentanahan elektroda dapat dirumuskan
seperti di bawah ini:

𝜌 8𝐿
𝑅𝑏𝑡 = 2𝜋𝐿 (𝑙𝑛 − 1).................................................................................................(2.13)
𝑑

Dimana:
𝑅𝑏𝑡 = resistansi pentanahan elektroda batang (Ω )
𝜌 = resistansi tipe tanah (Ω.m )
𝐿 = panjang batang yang tertanam (m )
𝑑 = diameter elektroda batang ( m)

Gambar 2.13 Elektroda Batang


(Sumber :Atmawijaya,2021)

28
Gambar 2.10 merupakan contoh struktur elektoda batang tunggal. Secara matematis
dalam menentukan kombinasi elektroda batang yang dipasang paralel dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1+𝜆𝑎 𝜌
𝑅𝑛 = 𝑅 ( ) nilai 𝑎 = 2𝜋𝑅𝑠...................................................................................(2.14)
𝑛

Dimana :
𝑅𝑛 = kombinasi tahanan ( Ω )
𝑅𝑏𝑡 = Nilai tahanan satu batang ( Ω )
𝑠 = jarak antara batang ( m )
𝜌 = tahanan jenis tanah (Ω.m )
λ= faktor elektroda (Ω )
n = Jumlah elektroda

Gambar 2.14 Kombinasi Elektroda


(Sumber :Atmawijaya,2021)

Gambar 2.11 merupakan contoh pemasangan kombinasi elektroda paralel dengan jarak
yang berbeda.
Untuk menentukan jenis bahan dan luas penampang terminasi udara, down
conductor dan sistem pembumian dapat dilihat pada tabel berikut:

29
Tabel 2.13 Jenis Bahan Dan Luas Penampang Terminasi Udara, Conductor Dan
Pembumian

Tingkat Bahan Terminasi Conductor Pembumian


Proteksi Udara Penyalur (mm2)
(mm2) (mm2)
I sampai Cu 35 16 50
IV Al 70 25 -
Fe 50 50 80
(Sumber :SNI 03-7014.1-2004)

2.8 Kampus Institut Teknologi Padang

Institut Teknologi Padang merupakan suatu pergurun tinggi teknik swasta tertua di
kota Padang. Secara geografis letak kampus ini berada pada 0.900155°S 100.36397°E,
dengan alamat lengkapnya Jl. Gajah Mada Jl. Kandis Raya, Kp. Olo, Kec. Nanggalo,
Kota Padang, Sumatera Barat 25173. Konstruksi kampus Institut Teknologi Padang
terdiri dari 8 gedung yang memiliki fasilitas berupa laboratorium, gedung perkuliahan,
perkantoran, perpustakaan, gedung pusat kegiatan mahasiswa, aula, cafe dan mushola.

Gambar 2.15 Kampus ITP

Dalam sistem kelistrikan kampus Institut Teknologi Padang disuplai dari sebuah
gardu distribusi tipe portal yang berada di depan kampus. Gardu tipe portal ini merupakan
gardu distribusi tipe pasangan terbuka (out-door) yang ditopang dua tiang atau lebih.
Memiliki tegangan 20 KV/220-380 V. Gardu ini menjadi sumber listrik dari PLN ke

30
kampus Institut Teknologi Padang dalam membantu penerangan dan kelistrikan terhadap
fasilitas kampus. Untuk kampus Institut Teknologi Padang menerima daya 105 KVA di
jaringan tegangan rendah.

Gambar 2.16 Gardu Tipe Portal ITP

Dalam pendistribusian listrik kampus ITP memiliki satu panel MDP (Main
Distribution Panel) dengan arus income 150 A (gambar 2.14) berlokasi di samping
mushola. Lalu ITP juga memiliki 7 panel SDP (Sub Distribution Panel) di 7 gedung A-
F (gambar 2.16). Selain itu kampus ITP memiliki gangset 3 phase sendiri sebesar 150
KVA yang terletak antara gedung E dengan mushola (gambar2.15)

Gambar 2.17 Panel MDP

31
Gambar 2.18 Genset

Gambar 2.19 Panel SDP gedung E

2.8.1 Sistem Proteksi Eksternal Kampus Institut Teknologi Padang

Kampus Institut Teknologi Padang memiliki beberapa gedung tinggi yang


memiliki kemungkinan adanya resiko tersambar petir secara eksternal maupun internal.
Gedung- gedung tinggi ini sering digunakan untuk aktivitas pratikum, perkuliahan,
sentral data kampus. Tentu hal ini harus menjadi perhatian agar aktivitas dapat terus
berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan berupa sambaran petir.
Gedung tinggi ITP yang menjadi pengujian tugas akhir ini adalah gedung B -
gedung F. Gedung B merupakan gedung pratikum teknik sipil beserta perkuliahan dan
ruang dosen teknik sipil. Dalam sistem proteksi eketernal gedung ini memiliki 4 buah air

32
terminal dengan sistem pemasangan konvesional yaitu trisula. Air terminalnya memiliki
panjang ±40 cm.

Gambar 2. 20 Air terminal Gedung B

Gedung C merupakan gedung perpustakaan dan ruang dosen yang tidak memiliki
alat penangkal petir. Begitupun dengan gedung D yang merupakan tempat pengarsipan
namun tidak memiliki penangkal petir.

Gambar 2.21 Gedung C (kiri) dan gedung D (kanan)

Pada gedung E yang merupakan gedung pratikum teknik elektro dan tenik listrik
yang tentunya sangat memerlukan proteksi petir. Sistem proteksi eksternal pada gedung
ini cukup baik dibandingkan dengan gedung lainnya karena masih berfungsi sesuai
fungsinya masing-masing. Air terminal gedung ini berjumlah 4 buah, jenis air terminal
atau rod yang digunakan BC 16 dengan tinggi ±35 cm.

33
Gambar 2.22 Air terminal Gedung E

Gedung F merupakan gedung laboratorim komputer dan mesin. Gedung ini masih
terlihat adanya pemasangn penangkal petir namun tidak berfungsi lagi. Air terminal yang
pernah terpasang memiliki tinggi ±30 cm.

Gambar 2.23 Gedung F

Sistem grounding atau pembumian kampus Institut Teknologi Padang berupa


elektroda batang yang ditanam di tanah gedung B, E, F, dan mushola kecuali gedung A,
C dan D. Hal ini menjadikan gedung A, C dan D rentan terhadap kebocoran arus
disebabkan tidak adanya sistem pembumian yang baik. Spesikasi elektroda yang ditanam
di kedalaman ± 5-10 m adalah elektroda batang luas penampang 50 mm2, panjang
elektroda bervariasi 2- 4m. Elektroda yang ditanam disetiap gedung B, E, F, dan mushola

34
masing-masing berjumlah 3 elektroda batang. Salah satu contohnya seperti gambar di
bawah ini.

Gambar 2.24 Elektroda Batang

Untuk sistem grounding atau pembumian lainnya masih terkendala dikarenakan


saat ini kondisi disekitar gedung ITP, jenis tanah yang digunakan sebagai media
grounding telah banyak ditimbun atau dicor. Tentu saja hal ini mengurangi daya kerja
sistem penangkal petir dan belum diketahui masih dalam kondisi baik atau tidak. Perlu
adanya evaluasi dan analisa lanjut mengenai sistem pentanahannya.

35
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisa sekaligus evaluasi


mengenai sistem proteksi sambaran petir eksternal pada gedung kampus Intitut Teknologi
Padang. Dalam proses analisa penelitian ini akan membandingkan 3 buah metode yaitu
Rolling sphere, Protection angle dan Mesh. Ketiga metode ini didasarkan pada standar
IEC 62305-3-3 tentang proteksi petir dan mengacu kepada standar PUIPP , IEC 1024-1-
1 (International Electrotechnical Commision) serta SNI 03-7015-2004. Perancangan dan
evaluasi lainnya berupa perhitungan down conductor dan sistem pembumian. Software
yang digunakan dalam proses pengkajian tugas akhir ini akan menggunakan SketchUp
2016 sebagai media gambar penentu penempatan sistem proteksi eksternal. Software
lainnya adalah MATLAB R2009a sebagai pengolah perhitungan dengan tampilan fitur
GUI.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan dan analisa, maka
sebagai lokasi kajian untuk pengambilan data-data tersebut pada kampus Institut
Teknologi Padang.

3.3 Data yang dibutuhkan

Untuk melakukan penelitian tentang analisa sistem proteksi sambaran petir


eksternal dengan perbandingan 3 metode (Rolling sphere,Protection angle, dan Mesh)
studi kasus Institut Teknologi Padang, penulis membutuhkan data yang akan menunjang
hasil penelitian. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Data luas bangunan kampus Institut Teknologi Padang meliputi panjang, lebar dan
tinggi bangunan.

36
2. Data kondisi sistem proteksi sambaran petir eketernal pada gedung B-F kampus
Institut Teknologi Padang.
3. Data kondisi dari sistem down conductor dan grounding kampus Institut Teknologi
Padang.
4. Data nilai kerapatan sambaran pertahun per km kota Padang terkhusus daerah
kampus Institut Teknologi Padang.

3.4 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan untuk menunjang hasil penelitian antara
lain:
1. Observasi
Melakukan observasi atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan
di analisa dan evaluasi. Observasi berupa data bangunan (panjang, lebar, dan tinggi)
bangunan, sistem pentanahan dan data hari guruh kota Padang .
2. Wawancara
Melakukan wawancara dengan pihak terkait seperti pihak kampus Institut
Teknologi Padang dalam melengkapi data pengujian. Selain itu melakukan
wawancara dengan pihak BMKG Geofisika Padang Panjang dalam hal kondisi
curah petir kota Padang.
3. Studi pustaka
Mempelajari hal hal teoritis yang berkaitan dengan hal yang akan diuji, dianalisa,
dan di evalusi. Hal teroritis ini berupa jurnal-jurnal terdahulu atau penelitian-
penelitian sebelumnya seperti standar- standar yang telah ditetapkan sebagai
referensi untuk proses analisa dan evaluasi. Standar yang dipakai diantaranya IEC
62305-3-3, PUIPP 1983, IEC 1024-1-1 dan SNI 03-7015-2004.

3.5 Diagram Alir Penelitian

Berikut ini merupakan digaram alir penelitian dalam analisa sistem proteksi petir
eksternal pada gedung Institut Teknologi Padang dengan perbandingan ke tiga metode
yang meliputi Protection angle, Rolling sphere, dan Mesh.

37
Mulai

Pengambilan Data

Ukur p x l x t bangunan
Data Curah petir/tahun (Td)

Pengolahan Data

Membuat Aplikasi dengan Program


Berbasis GUI MATLAB R2009a

Aplikasi Perhitungan Aplikasi Perhitungan


Standar PUIPP Standar IEC 1024-1-1

Tidak -Hitung kerapatan petir (Ng)


Perlu -Hitung luas area proteksi (Ae)
Proteksi - Hitung -frekuensi sambaran (Nd)

Tidak
Ya Apakah Tidak perlu
Nd> Nc proteksi

Ya

Hitung
E = 1-(Nc/Nd)

Penentuan Level Proteksi

Aplikasi Perhitungan Standar IEC 62305-3

Metode Rolling sphere Metode Protection angle Metode Mesh

B A C

38
B A C

Perancangan dengan SketchUp 2016

Perhitungan dan evaluasi kondisi down


conductor dan sistem grounding ITP

Analisa hasil dan evaluasi sesuai standar

Ya Ya Ya
Standar Standar IEC Standar SNI
PUIPP 1024-1-1 03-7015-2004

Tidak
D Tidak Tidak
Sesuaikan dengan Sesuaikan dengan hasil Sesuaikan dengan hasil
perhitungan perhitungan IEC1024-1-1 perhitungan SNI 03-7015-2004
PUIPP

Membuat Laporan

D
Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir

3.6 Metode Perhitungan dan Pengolahan Data

Metode perhitungan, pegolahan data dan analisa data dilakukan dengan pengukuran
data bangunan secara langsung (panjang, lebar, dan tinggi), perhitungan tingkat
kebutuhan bangunan terhadap proteksi, perhitungan sistem proteksi berupa jumlah dan
lokasi air terminal, perhitugan dan evaluasi kondisi dari down conductor dan sistem
grounding kampus ITP . Pengukuran data bangunan (panjang, lebar dan tinggi) dilakukan
secara manual menggunakan meteran, perhitungan tingkat kebutuhan bangunan terhadap
proteksi menggunakan referensi PUIPP 1983, IEC 1024-1-1/SNI 03-7015-2004,
perhitungan sistem proteksi berupa jumlah dan lokasi penempatan air terminal
menggunakan perbandingan 3 buah metode yaitu Protection angle, Rolling sphere, dan

39
Meshberdasarkan standar IEC 62305-3-3 serta perhitungan dan evaluasi kondisi dari
down conductor dan sistem grounding menggunakan referensi SNI 03-7015-2004.
Adapun langkah-langkah perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Mengukur panjang, lebar dan tinggi bangunan kampus Institut Teknologi Padang
yaitu gedung B- gedung F dengan meteran.
2. Mengolah data spesifikasi penangkal petir yang telah terpasang pada beberapa
gedung sebagai acuan dalam perancangan dan evaluasi data.
3. Membuat aplikasi perhitungan standar PUIPP dan IEC 1024-1-1 dengan program
berbasis GUI MATLAB R2009a.
4. Running program PUIPP menghitung nilai penaksiran bahaya petir (R) per
bangunan menggunakan standar PUIPP berupa penjumlahan nilai indeks A, B, C,
D , E dan F dengan otput berupa tampilan aplikasi berbasis GUI MATLAB.
5. Running program IEC 1024-1-1 menghitung jumlah sambaran petir setempat (Ng),
luas wilayah bangunan (Ae), dan nilai frekuensi sambaran petir (Nd) dengan data
Iso Kreaunic Level (IKL) dan jumlah kerapatan petir/tahun (Td).
6. Menentukan perlu atau tidaknya sebuah bangunan dipasang sistem proteksi
eksternal dengan membandingkan nilai frekuensi sambaran petir (Ng) dengan nilai
frekuensi sambaran petir yang ditetapkan (Nc).
7. Jika perlu proteksi (Nd>Nc) maka selanjutnya menghitung nilai efisiensi tingkat
atau level kebutuhan bangunan terhadap sistem proteksi (E).
8. Membuat aplikasi perhitungan standar IEC 62305-3 dengan program berbasis GUI
MATLAB R2009a.
9. Running program standar IEC 62305-3 mengenai metode protection angle dan
Rolling sphere yang meliputi radius proteksi (R), arus minimal yang dapat diterima
air terminal (I), area proteksi (Ap), sudut proteksi (α ), dan jumlah air terminal (n)
pada setiap gedung dan menggambar pada bangunan. Metode Mesh melakukan
analisa sistem proteksi dengan memperhatikan tingkat/level proteksi hasil
perhitungan dan menyesuaikan dengan tabel 2.8 dalam menentukan ukuran jala
/Mesh.
10. Menggambar bangunan gedung B-gedung F menggunakan software SketchUp
20016 berdasarkan data pengukuran.

40
11. Menghitung luas down conductor (A) yang seahrusnya digunakan.
12. Menghitung tahanan pentanahan atau grounding (R).
13. Melakukan analisa terhadap hasil yang didapat dari gambar SketchUp dan
perhitungan serta mengevaluasi hasil yang didapat terhadap kondisi sistem proteksi
sambaran petir eksternal di kampus Institut Teknologi Padang.

3.7 Jadwal Penelitian

Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian :


1. Tahapan persiapan
Tahapan persiapan mecakup :
a. Menyusun proposal
b. Membuat instrumen penelitian (wawancara, observasi)
2. Tahapan pengumpulan data
3. Tahapan penulisan laporan hasil penelitian.

Tabel 3.1 Penjadwalan Kegiatan

April-September
April Mei Juni Juli Agustus September
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Diskusi
masalah
penelitian
2 Pemilihan
dan
pemahaman
judul
3 Penulisan
proposal
penelitian
4 Sidang
seminar
proposal
5 Observasi
dan
wawancara
6 Pengumpulan
data

41
7 Investigasi
dan
perhitungan
8 Pengolahan
data dan
finishing
9 Seminar hasil
10 Sidang Tugas
Akhir

3.8 Data Bangunan

Pengambilan data penelitian diperoleh dari kampus Institut Teknologi Padang. Data
tersebut meliputi data karakteristik bangunan di Institut Teknologi Padang (gedung b-
gedung F), dan data karakteristik petir kota Padang.

Gambar 3.2 Peta Kampus Institut Teknologi Padang


(Sumber : ITP,2021)

42
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan menggunakan penerapan ketiga metode,


dapat disimpulkan bahwa:

1. Kondisi sistem proteksi sambaran petir eksternal kampus Institut Teknologi Padang
yang telah terpasang hanya pada gedung B dan E dan masih berfungsi dengan baik.
2. Hasil analisa dan rancangan menggunakan metode protection angle dan Rolling
sphere menunjukkan bahwa jumlah pemasangan air terminal pada gedung B, C dan
E dipasang 4 air terminal, D Tahap I =5 air terminal, D Tahap II= 1 air terminal,
dan gedung F sebanyak 6 air terminal. Sedangkan metode Mesh menerapkan
pemasangan konduktor disepanjang atap masing-masing gedung.
3. Metode Rolling sphere merupakan metode yang memberikan analisa paling baik
terhadap sistem proteksi eksternal sambaran petir pada gedung, dengan
memberikan informasi yang jelas terhadap bagian gedung yang perlu proteksi dan
bagian gedung yang telah terproteksi.
4. Hasil perhitungan standar PUIPP dan IEC 1024-1-1 menunjukkan bahwa gedung B
dan E telah memenuhi standar kebutuhan bangunan terhadap sistem proteksi
sambaran petir eksternal, sedangkan gedung C, D dan F belum memenuhi standar
PUIPP dan IEC 1024-1-1. Selain itu dengan terpasangnya 4 air terminal pada
masing–masing gedung B dan E saat ini, disimpulkan telah mampu memproteksi
area gedung B dan E sesuai standar IEC 62305-3 . Untuk pemasangan down
conductor dan teminasi bumi yang digunakan di ITP juga telah memenuhi standar
SNI 03-7014.1-2004, sesuai tabel 2.13.

104
DAFTAR PUSTAKA

Arif Karta, Ir. Achmad Imam A Mpd., Mahendra Wiyartono S.T., M.T., Aditya Chandra
H S.ST., M. T. (2020). Analisis Kebutuhan Sistem Proteksi Sambaran Petir Pada
Gedung Bertingkat. Jurnal Teknik Elektro , Vol. 09 No 03.

AXIS-India. (2020). Rolling sphere Method for Lightning Protection


<URL : https://axis-india.com/2020/08/rolling-sphere-method/>.
Bagus Pratama, R., Yulistya Negara, I. M., & Fahmi, D. (2016). Analisis Sistem Proteksi
Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik. Jurnal Teknik ITS, Vol. 2.

Bakhtiar, M. M., Warsito, A., & Syakur, A. (2017). Perancangan External Lightning
Protection Gedung Di Komplek Pltg Gorontalo 100 Mw Dengan Metode Rolling
sphere, Protection angle, Dan Collecting Volume. Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
Universitas Diponegoro,Vol. 19 No. 3.

BMKG. (2020). Peta Sambaran Petir Tahun 2020.


<URL : https://www.bmkg.go.id/geofisika-potensial/peta-sambaran petir>

Emmy, Iskanto, E., Luden, H. M., Industri, F., Teknik, J., & Petra, U. K. (2004).
Penerapan Metode Jala Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi
Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra.
Jurnal Teknik Elektro Universitas Kristen Petra. Vol 4 No. 1. Hal 1–9.

Hakim, Z. (2017). Masjid Raya Mujahidin Menggunakan Metode Bola Bergulir ( Rolling
sphere Method ). Jurnal Teknik Elektro Universitas Tanjungpura, Hal 1–7.

J. Ginting. (2012). “Analisa Efek Tegangan Induksi Karena Sambaran Petir Pada Area
Operasional Pt . X”. Jurnal Teknik Universitas Indonesia.

Mifta Huzaman, S. (2019). Studi Analisa Perencanaan Sistem Proteksi Petir Eksternal
Pada Pembangunan Rsud Langensar. Universitas Siliwangi.

NOAA. (2021). What causes lightning? NOAA.GOV.


<URL : https://scijinks.gov/lightning/>

Principles, G., & Management, R. (2008). BS EN / IEC 62305 Lightning protection

105
standard Key points Guide to BS EN / IEC 62305. Vol 44, Hal 1–107.

R., Z. (2013). “External Lightning Protection System for Main Office Building in the Area
with High Lightning Density,” Procedia Technol., Vol 11.

Saragih, B., Siburian, J. M., & Purba, J. L. (2020). Sistem Penangkal Petir Pada Gedung
Kemang Gallery Medan. Jurnal Teknik Elektro, Vol 9 No 1.

Sekti, D. W. (2015). Petir Di Stasiun Pemancar Tvri Semarang.Universitas Negeri


Semarang Repository, Vol.11.

Setyawan Wahyu Pratomo ST, M. T. (2018). Perancangan Sistem Penangkal Petir


Eksternal Pada Airnav Indonesia Cabang Yogyakarta. Jurnal Teknik Universitas
Islam Indonesia.

Sriyanto, N. N., Warsito, A., Syakur, A. (2018). Proteksi Petir Eksternal Pada Gedung
Ict Center. Transient-Jurnal Ilmiah Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Vol. 7.

Ugahari, Y., & Garniwa, I. (2009). Metode Collection Volume Studi Kasus Gedung
Fakultas Teknik. Depok. Jurnal Teknik Universitas Indonesia, Vol 1 Hal 1–7.

106
Lampiran 1. Program Perhitungan Kebutuhan Proteksi Petir Berdasrakan PUIPP
dengan GUI MATLAB R2009a.

%M-File Gui1
function varargout = PUIPP3(varargin)

% Begin initialization code - DO NOT EDIT


gui_Singleton = 1;
gui_State = struct('gui_Name', mfilename, ...
'gui_Singleton', gui_Singleton, ...
'gui_OpeningFcn', @PUIPP3_OpeningFcn, ...
'gui_OutputFcn', @PUIPP3_OutputFcn, ...
'gui_LayoutFcn', [] , ...
'gui_Callback', []);
if nargin && ischar(varargin{1})
gui_State.gui_Callback = str2func(varargin{1});
end

if nargout
[varargout{1:nargout}] = gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});
else
gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});
end

function PUIPP3_OpeningFcn(hObject, eventdata, handles, varargin)

% Choose default command line output for PUIPP3


handles.output = hObject;

% Update handles structure


guidata(hObject, handles);

% Program Panel 1
function uipanel1_SelectionChangeFcn(hObject, eventdata, handles)
switch get(get(handles.uipanel1,'SelectedObject'),'Tag')
case 'radiobutton1', set(handles.edit4,'String','-10');
case 'radiobutton2', set(handles.edit4,'String','0');
case 'radiobutton3', set(handles.edit4,'String','1');
case 'radiobutton4', set(handles.edit4,'String','2');
case 'radiobutton5', set(handles.edit4,'String','3');
case 'radiobutton6', set(handles.edit4,'String','5');
case 'radiobutton7', set(handles.edit4,'String','15');
end

% Program Panel 2
function uipanel2_SelectionChangeFcn(hObject, eventdata, handles)
switch get(get(handles.uipanel2,'SelectedObject'),'Tag')
case 'radiobutton8', set(handles.edit5,'String','0');
case 'radiobutton9', set(handles.edit5,'String','1');
case 'radiobutton10', set(handles.edit5,'String','2');
case 'radiobutton11', set(handles.edit5,'String','3');
end

% Program Panel 3
function uipanel3_SelectionChangeFcn(hObject, eventdata, handles)

107
switch get(get(handles.uipanel3,'SelectedObject'),'Tag')
case 'radiobutton12', set(handles.edit6,'String','0');
case 'radiobutton13', set(handles.edit6,'String','2');
case 'radiobutton14', set(handles.edit6,'String','3');
case 'radiobutton15', set(handles.edit6,'String','4');
case 'radiobutton16', set(handles.edit6,'String','5');
case 'radiobutton17', set(handles.edit6,'String','6');
case 'radiobutton18', set(handles.edit6,'String','7');
case 'radiobutton19', set(handles.edit6,'String','8');
case 'radiobutton20', set(handles.edit6,'String','9');
case 'radiobutton21', set(handles.edit6,'String','10');
end

% Program Panel 4
function uipanel4_SelectionChangeFcn(hObject, eventdata, handles)
switch get(get(handles.uipanel4,'SelectedObject'),'Tag')
case 'radiobutton22', set(handles.edit7,'String','0');
case 'radiobutton23', set(handles.edit7,'String','1');
case 'radiobutton24', set(handles.edit7,'String','2');
end

% Program Panel 5
function uipanel5_SelectionChangeFcn(hObject, eventdata, handles)
switch get(get(handles.uipanel5,'SelectedObject'),'Tag')
case 'radiobutton25', set(handles.edit8,'String','0');
case 'radiobutton26', set(handles.edit8,'String','1');
case 'radiobutton27', set(handles.edit8,'String','2');
case 'radiobutton28', set(handles.edit8,'String','3');
case 'radiobutton29', set(handles.edit8,'String','4');
case 'radiobutton30', set(handles.edit8,'String','5');
case 'radiobutton31', set(handles.edit8,'String','6');
case 'radiobutton32', set(handles.edit8,'String','7');
case 'radiobutton33', set(handles.edit8,'String','8');
end

% Program Pushbutton 1
function pushbutton1_Callback(hObject, eventdata, handles)
A=str2num(get(handles.edit4,'string'));
B=str2num(get(handles.edit5,'string'));
C=str2num(get(handles.edit6,'string'));
D=str2num(get(handles.edit7,'string'));
E=str2num(get(handles.edit8,'string'));

R=A+B+C+D+E

set(handles.edit1,'string',R);

if R<=10
set(handles.edit2,'string','Sangat Kecil');
set(handles.edit3,'string','Tidak Dibtuhkan');
elseif R==11
set(handles.edit2,'string','Kecil');
set(handles.edit3,'string','Tidak Dibutuhkan');
elseif R==12
set(handles.edit2,'string','Sedang');
set(handles.edit3,'string','Dibutuhkan');
elseif R==13
set(handles.edit2,'string','Besar');

108
set(handles.edit3,'string','Sangat Dibutuhkan');
elseif R==14
set(handles.edit2,'string','Besar');
set(handles.edit3,'string','Sangat Dibtuhkan');
else R>=15
set(handles.edit2,'string','Sangat Besar');
set(handles.edit3,'string','Diharuskan');
end

% Program PushButton 2 mereset data


function pushbutton2_Callback(hObject, eventdata, handles)
set(handles.edit1,'string',' ');
set(handles.edit2,'string',' ');
set(handles.edit3,'string',' ');
set(handles.edit4,'string',' ');
set(handles.edit5,'string',' ');
set(handles.edit6,'string',' ');
set(handles.edit7,'string',' ');
set(handles.edit8,'string',' ');

% Program ouput
function varargout = PUIPP3_OutputFcn(hObject, eventdata, handles)
varargout{1} = handles.output;

109
Lampiran 2. Program Perhitungan Proteksi Petir Berdasarkan IEC1024-1-1 Berbasis
GUI MATLAB R2009a.

% M-File Gui1
function varargout = gui1(varargin)

% Inisialisasi Gui

gui_Singleton = 1;
gui_State = struct('gui_Name', mfilename, ...
'gui_Singleton', gui_Singleton, ...
'gui_OpeningFcn', @gui1_OpeningFcn, ...
'gui_OutputFcn', @gui1_OutputFcn, ...
'gui_LayoutFcn', [] , ...
'gui_Callback', []);
if nargin && ischar(varargin{1})
gui_State.gui_Callback = str2func(varargin{1});
end

if nargout
[varargout{1:nargout}] = gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});
else
gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});
end

% Opening gui1
function gui1_OpeningFcn(hObject, eventdata, handles, varargin)
handles.output = hObject;

% Update handles structure


guidata(hObject, handles);

% Program Pushbutton 1 (Data Input,perhitungan dan data output)


function pushbutton1_Callback(hObject, eventdata, handles)
p = str2double(get(handles.edit8,'string'));
l = str2double(get(handles.edit9,'string'));
tb = str2double(get(handles.edit1,'string'));
tf = str2double(get(handles.edit11,'string'));
Td = str2double(get(handles.edit12,'string'));
Nc = str2double(get(handles.edit21,'string'));

Ng=0.04*Td^1.25
Ae=(p*l)+(6*tb*(p+l))+ (9*3.14*tb^2)
Nd=Ng*Ae*10^-6
E=(1-(Nc/Nd))*100
E2=('-')

if Nd>Nc
set(handles.edit17,'string','Ya')
set(handles.edit19,'string',E)
if E<=80
set(handles.edit20,'string','IV')
elseif E<=90
set(handles.edit20,'string','III')

110
elseif E<=95
set(handles.edit20,'string','II')
else E>96
set(handles.edit20,'string','I')
end
else Nd<Nc
set(handles.edit17,'string','Tidak')
set(handles.edit19,'string',E2)
end

set (handles.edit13,'string',Ng);
set (handles.edit18,'string',Ae);
set (handles.edit16,'string',Nd);

% Program PushButton 2 (Mereset Data Input dan Output)


function pushbutton2_Callback(hObject, eventdata, handles)
set(handles.edit8,'string',' ')
set(handles.edit9,'string',' ')
set(handles.edit1,'string',' ')
set(handles.edit11,'string',' ')
set(handles.edit12,'string',' ')
set(handles.edit21,'string',' ')
set(handles.edit13,'string',' ')
set(handles.edit18,'string',' ')
set(handles.edit16,'string',' ')
set(handles.edit17,'string',' ')
set(handles.edit19,'string',' ')
set(handles.edit20,'string',' ')

% Menampilkan Output Running


function varargout = gui1_OutputFcn(hObject, eventdata, handles)
varargout{1} = handles.output;

111
Lampiran 3. Program Perhitungan Metode Protection angle dan Rolling sphere Dengan
Standar IEC 62305-3 Berbasis GUI MATLAB R2009a.

% M-File
function varargout = IECFix(varargin)

% Inisialisasi
gui_Singleton = 1;
gui_State = struct('gui_Name', mfilename, ...
'gui_Singleton', gui_Singleton, ...
'gui_OpeningFcn', @IECFix_OpeningFcn, ...
'gui_OutputFcn', @IECFix_OutputFcn, ...
'gui_LayoutFcn', [] , ...
'gui_Callback', []);
if nargin && ischar(varargin{1})
gui_State.gui_Callback = str2func(varargin{1});
end

if nargout
[varargout{1:nargout}] = gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});
else
gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});
end

%Opening
function IECFix_OpeningFcn(hObject, eventdata, handles, varargin)

% Choose default command line output for IECFix


handles.output = hObject;

% Update handles structure


guidata(hObject, handles);

% Pushbutton 1 Protection angle bidang referensi Tanah


function pushbutton1_Callback(hObject, eventdata, handles)
tb=str2double(get(handles.edit1,'string'));
tf=str2double(get(handles.edit2,'string'));
tp=str2double(get(handles.edit3,'string'));

h=tb+tf
set(handles.edit8,'string',h);

i=str2num(get(handles.edit8,'string'));
e=round(i)

if e==1&tp==1
set(handles.edit4,'string','71');
elseif e==1&tp==2
set(handles.edit4,'string','74');
elseif e==1&tp==3
set(handles.edit4,'string','77');
elseif e==1&tp==4
set(handles.edit4,'string','79');

112
elseif e==2&tp==1
set(handles.edit4,'string','71');
elseif e==2&tp==2
set(handles.edit4,'string','74');
elseif e==2&tp==3
set(handles.edit4,'string','77');
elseif e==2&tp==4
set(handles.edit4,'string','79');

elseif e==3&tp==1,tf==3
set(handles.edit4,'string','66');
elseif e==3&tp==2,tf==3
set(handles.edit4,'string','71');
elseif e==3&tp==3,,tf==3
set(handles.edit4,'string','74');
elseif e==3&tp==4,tf==3
set(handles.edit4,'string','76');

elseif e==4&tp==1
set(handles.edit4,'string','62');
elseif e==4&tp==2
set(handles.edit4,'string','68');
elseif e==4&tp==3
set(handles.edit4,'string','72');
elseif e==4&tp==4
set(handles.edit4,'string','74');

elseif e==5&tp==1
set(handles.edit4,'string','59');
elseif e==5&tp==2
set(handles.edit4,'string','65');
elseif e==5&tp==3
set(handles.edit4,'string','70');
elseif e==5&tp==4
set(handles.edit4,'string','72');

elseif e==6&tp==1
set(handles.edit4,'string','56');
elseif e==6&tp==2
set(handles.edit4,'string','62');
elseif e==6&tp==3
set(handles.edit4,'string','68');
elseif e==6&tp==4
set(handles.edit4,'string','71');

elseif e==7&tp==1
set(handles.edit4,'string','53');
elseif e==7&tp==2
set(handles.edit4,'string','60');
elseif e==7&tp==3
set(handles.edit4,'string','66');
elseif e==7&tp==4
set(handles.edit4,'string','69');

113
elseif e==8&tp==1
set(handles.edit4,'string','50');
elseif e==8&tp==2
set(handles.edit4,'string','58');
elseif e==8&tp==3
set(handles.edit4,'string','64');
elseif e==8&tp==4
set(handles.edit4,'string','68');

elseif e==9&tp==1
set(handles.edit4,'string','48');
elseif e==9&tp==2
set(handles.edit4,'string','56');
elseif e==9&tp==3
set(handles.edit4,'string','62');
elseif e==9&tp==4
set(handles.edit4,'string','66');

elseif e==10&tp==1
set(handles.edit4,'string','45');
elseif e==10&tp==2
set(handles.edit4,'string','54');
elseif e==10&tp==3
set(handles.edit4,'string','61');
elseif e==10&tp==4
set(handles.edit4,'string','65');

elseif e==11&tp==1
set(handles.edit4,'string','43');
elseif e==11&tp==2
set(handles.edit4,'string','52');
elseif e==11&tp==3
set(handles.edit4,'string','59');
elseif e==11&tp==4
set(handles.edit4,'string','64');

elseif e==12&tp==1
set(handles.edit4,'string','40');
elseif e==12&tp==2
set(handles.edit4,'string','50');
elseif e==12&tp==3
set(handles.edit4,'string','58');
elseif e==12&tp==4
set(handles.edit4,'string','62');

elseif e==13&tp==1
set(handles.edit4,'string','38');
elseif e==13&tp==2
set(handles.edit4,'string','49');
elseif e==13&tp==3
set(handles.edit4,'string','57');
elseif e==13&tp==4
set(handles.edit4,'string','61');

elseif e==14&tp==1
set(handles.edit4,'string','36');

114
elseif e==14&tp==2
set(handles.edit4,'string','47');
elseif e==14&tp==3
set(handles.edit4,'string','55');
elseif e==14&tp==4
set(handles.edit4,'string','60');

elseif e==15&tp==1
set(handles.edit4,'string','34');
elseif e==15&tp==2
set(handles.edit4,'string','45');
elseif e==15&tp==3
set(handles.edit4,'string','54');
elseif e==15&tp==4
set(handles.edit4,'string','59');

elseif e==16&tp==1
set(handles.edit4,'string','32');
elseif e==16&tp==2
set(handles.edit4,'string','44');
elseif e==16&tp==3
set(handles.edit4,'string','53');
elseif e==16&tp==4
set(handles.edit4,'string','58');

elseif e==17&tp==1
set(handles.edit4,'string','30');
elseif e==17&tp==2
set(handles.edit4,'string','42');
elseif e==17&tp==3
set(handles.edit4,'string','51');
elseif e==17&tp==4
set(handles.edit4,'string','57');

elseif e==18&tp==1
set(handles.edit4,'string','27');
elseif e==18&tp==2
set(handles.edit4,'string','40');
elseif e==18&tp==3
set(handles.edit4,'string','50');
elseif e==18&tp==4
set(handles.edit4,'string','56');

elseif e==19&tp==1
set(handles.edit4,'string','25');
elseif e==19&tp==2
set(handles.edit4,'string','39');
elseif e==19&tp==3
set(handles.edit4,'string','49');
elseif e==19&tp==4
set(handles.edit4,'string','55');

elseif e==20&tp==1
set(handles.edit4,'string','23');
elseif e==20&tp==2
set(handles.edit4,'string','37');
elseif e==20&tp==3
set(handles.edit4,'string','48');

115
else e==20&tp==4
set(handles.edit4,'string','54');
end

g=str2num(get(handles.edit4,'string'));

b=tand(g)
r=b*h
A=pi*r^2

set(handles.edit5,'string',r);
set(handles.edit6,'string',A);

% Pushbutton 2 Protection angle bidang referensi atap


function pushbutton2_Callback(hObject, eventdata, handles)
tb=str2double(get(handles.edit1,'string'));
tf=str2double(get(handles.edit2,'string'));
tp=str2double(get(handles.edit3,'string'));

if tf==1&tp==1
set(handles.edit10,'string','71');
elseif tf==1&tp==2
set(handles.edit10,'string','74');
elseif tf==1&tp==3
set(handles.edit10,'string','77');
elseif tf==1 &tp==4
set(handles.edit10,'string','79');

elseif tf==2&tp==1
set(handles.edit10,'string','71');
elseif tf==2&tp==2
set(handles.edit10,'string','74');
elseif tf==2&tp==3
set(handles.edit10,'string','77');
elseif tf==2 &tp==4
set(handles.edit10,'string','79');

elseif t3==1&tp==1
set(handles.edit10,'string','66');
elseif t3==1&tp==2
set(handles.edit10,'string','71');
elseif t3==1&tp==3
set(handles.edit10,'string','74');
else tf==3 &tp==4
set(handles.edit10,'string','76');

end

g1=str2num(get(handles.edit10,'string'));

h1=tf
b1=tand(g1)
r1=b1*h1

116
A1=pi*r1^2

set(handles.edit11,'string',r1);
set(handles.edit12,'string',A1);
set(handles.edit14,'string',h1);

% Pushbutton3 Metode Rolling sphere


function pushbutton3_Callback(hObject, eventdata, handles)
tb=str2double(get(handles.edit1,'string'));
tf=str2double(get(handles.edit2,'string'));
tp=str2double(get(handles.edit3,'string'));

if tp==1
set(handles.edit16,'string','20');
elseif tp==2
set(handles.edit16,'string','30');
elseif tp==3
set(handles.edit16,'string','45');
else tp==4
set(handles.edit16,'string','60');
end

d=str2num(get(handles.edit16,'string'));
pi=3.14
A2=pi*d^2
h2=tb+tf
S=asin (1-(h2/d))
P=S*180/pi
I=d^1.3333
set(handles.edit17,'string',A2);
set(handles.edit18,'string',P);
set(handles.edit19,'string',I);

%menampilkan output
function varargout = IECFix_OutputFcn(hObject, eventdata, handles)
varargout{1} = handles.output;

117
118
119
120

Anda mungkin juga menyukai