Anda di halaman 1dari 4

Downloaded from: justpaste.

it/harin

l'enfant terrible
KIM HARIN
SEOUL, 10 OKTOBER 2007
{played by 허윤진 of Le Sserafim}

{Latar Belakang}
Seniman sering menjadi korban kesalahpahaman, dan sepertinya aku berutang penjelasan pada
Mama mengapa aku berakhir dalam daftar Murid-Murid Bermasalah Wright dan harus mengikuti
program Hwarang Camp, atau dalam versi nyatanya aku berbohong akan mengikuti exchange
program ke Jepang selama tiga bulan, yang disambut penuh antusiasme pun rasa penasaran
karena seorang aku mustahil terlibat dalam program pendidikan semacam ini, kecuali mungkin
tersedia reward berupa panggilan membeli Birkin tanpa melewati waiting list, dan aku yakin
kebohongan ini cepat atau lambat akan terkuak karena meskipun Jinhyuk, personal assistant
Mama, yang menerima informasi ini dari guruku (Mama dan Papa terlalu sibuk dengan urusannya)
adalah orang yang terpercaya dan tidak ember, koneksi Mama dan Papa dengan Wright dapat
menggoyahkan sandiwaraku dengan mudah, seperti dalam skenario overthinking-ku dimana Miss
Jihye, pelatih klub teater sekolah, kelepasan bicara akan nasibku setelah melihat reproduksi lukisan
Klimt di ruang tamu rumah kami di Apgujeong tempat Mama biasa mengadakan pesta eksklusifnya,
atau ketika Papa menyadari bahwa tagihan kartu kreditnya tidak sebengkak bulan-bulan lalu, dan
saat itulah mereka akan menyadari bahwa anak semata wayangnya tidak ke Jepang apalagi
menempuh exchange program, melainkan diasingkan ke Paju, dan harapan akan benih-benih
character development dalam anak mereka kembali terbuang sia-sia.

Oke, oke, aku mengerti, aku memang bukan anak baik-baik yang datang sekolah tepat waktu,
menyontek PR Siwoo bila lupa mengerjakan, mematahkan hati beberapa cowok, dan mengganti
kemeja sekolah yang membuat kulitku gatal dengan kemeja desainer (in my defense, Vivienne
Westwood underneath the boring school blazer is a better combination), tapi percayalah Bapak dan
Ibu Guru yang terhormat, aku bukanlah murid bermasalah.

Aku adalah banyak hal; orang menyebutku manja, berasumsi diriku adalah pusat dunia, menjadi
satu-satunya keturunan Mama dan Papa yang tidak diizinkan untuk menjadi pemangku kebijakan di
perusahaan media dan hiburan milik keluarga dewasa nanti karena dikhawatirkan akan membawa
bisnis menuju likuiditas, tidak seperti sepupu-sepupuku yang punya kesempatan sama, apalagi
digadang-gadang menjadi penerus karena jalan hidupnya lurus bagai anak panah (Yes, Minhyuk,
I’m talking about you). Tapi sekali lagi, terlepas dari itu semua aku bukan anak bermasalah.

L’enfant terrible. Kedengarannya lebih keren dibandingkan anak bermasalah.


Sesungguhnya Mama dan Papa tidak mengharapkan apa-apa dariku. Kurasa mereka juga sadar
diri merupakan contoh yang buruk. Mama adalah sosialita yang tergila-gila pada reputasi, yang hobi
mengadakan pesta hanya untuk tamu undangan seleksinya sehingga banyak orang berlomba-
lomba agar diundang, sementara Papa menghabiskan malam-malam di bar dengan kawan dan
kolega yang sarat asap dan wiski, ditemani perempuan-perempuan yang berharap mencium
semerbak harta dari kerah bajunya. Mereka akan pulang setelah mengantongi kemenangan yang
otomatis menghapus kecurangan satu sama lain. Akulah produk mereka berdua. Mama pernah
berkata “Kamu masih muda, sayangku, habiskan waktumu untuk bersenang-senang,” dan
kuanggap sebagai lampu hijau untuk, well, bersenang-senang, dan bersenang-senang dalam
kamusku adalah berbelanja! Namun, aktivitas ini lebih banyak mengundang pandangan sebelah
mata dibandingkan apresiasi.

Lantas mengapa berbohong alih-alih mengadu keputusan Wright kepada Mama dan Papa dengan
segala koneksinya?

Well, first of all, technically, I did wrong, dan tertangkap basah, tapi menurutku tidak dalam skala
besar hingga aku harus didisiplinkan. Aku tahu Hwarang dan reputasinya yang legit, tapi mendengar
namanya saja membuatku bergidik karena yang kubayangkan adalah kamp dimana pengawas
berwajah garang dalam balutan kain paling suram akan memantau kami dimanapun dan kapanpun,
murid-murid berbaris rapi dan lurus, skedul yang rigid, dan seragam kami terpoles tanpa noda dan
tanpa cela dari ujung kepala hingga ujung kaki, alias kami akan dibentuk menjadi robot!!! Akan lebih
baik bila Papa menyita kartu kreditku daripada harus diasingkan menuju kamp.

Kedua, aku tidak yakin bagaimana reaksi Mama dan Papa setelah mendengar keputusan sekolah.
Bagaimana kalau mereka setuju? Bukannya membantuku keluar dari situasi tapi malah memihak
sekolah? Mungkin Hwarang Camp adalah jalan supaya hidupku sama lurusnya dengan Minhyuk
sehingga Mama dan Papa bisa mencabut kebijakan para BoD dan memberiku kesempatan.
Mungkin Hwarang Camp bisa membantu menyiapkan masa depanku tanpa mereka ambil pusing.

Ketiga, aku tidak yakin Mama akan memaafkanku jika tahu apa yang sudah kuperbuat. Terlepas
dari gaya hidupnya yang glamor, Mama ada patron seni. Mama menjunjung tinggi karya seni dalam
segala bentuk, terutama lukisan, begitu tingginya hingga Mama menolak menjadikan lukisan
sebagai wadah mencuci uang (kurasa ini sudah menjadi rahasia umum kalangan berduit), dan
memegang prinsip bahwa karya seni harus dinikmati oleh siapa saja dari semua kalangan, oleh
publik, terlepas memiliki pemahaman apresiasi seni atau tidak. Contrary to popular belief, Mama
tidak memiliki banyak koleksi lukisan pribadi, salah satu karya fenomenal dalam rumah kami adalah
tiruan terbaik Portrait of Bloch-Baucher I karya Gustav Klimt yang sengaja Mama pesan karena
begitu cinta mati, sebab Mama gagal memenangkan penggalangan dananya di tahun 2011.
Sebagian besar lukisan-lukisan yang Mama raih dari penggalangan dana disalurkan kembali pada
museum-museum seni di penjuru Korea Selatan. Nyatanya, pesta-pesta eksklusif yang Mama
adakan bertujuan untuk mengenalkan seniman-seniman baru di bawah maupun di luar naungan
yayasan seninya kepada orang-orang yang memahami betul nilai mereka. Atau mengadakan
pameran terbatas dari hasil penggalangan dana sebelum dilepas kepada publik. But of course, yang
namanya Mama tentu diadakan semegah mungkin.

Jadi, sebenarnya apa yang menyebabkan aku diasingkan ke Hwarang Camp dan kemungkinan
diabaikan oleh Mama seumur hidup? Beberapa minggu lalu diadakan ujian matematika, dan tentu
saja pelajaran ini lebih sulit dari membedakan teal dan turquoise. Kami semua tahu betapa
galaknya guru matematika, bahkan Siwoo sumber contekanku sangat amat enggan melakukannya
kali ini. Aku ditinggal sendiri memikirkan cara berjuang melawan angka-angka itu. Pada saat itulah
aku memahami kecintaan Mama pada lukisan Klimt yang menatapku balik dari dinding ruang tamu.
Aku mengambil kertas dan pensil dan mereplika Madam Bloch-Baucher. Alih-alih spiral, aku mengisi
lekukannya dengan ax+by=c sedemikian rupa mungkin hingga menyerupai garis. Serat-serat yang
membentuk gaun Madam Bloch-Baucher kuubah ke dalam a1x1 + b1y1 + c1z1 = d1 atau ax2 + by
= c. Tumpukan persegi kumanfaatkan menjadi garis x dan y. Dari jauh, kurasa aku melakukan tiruan
yang cukup bagus. Hanya perlu mendekat sedikit untuk menemukan hidden gem alias contekan
matematikaku.

Satu hari sebelum ujian dimulai, aku memasang replika Klimt di dinding kelas yang sedekat
mungkin dengan kursiku, memastikan aku bisa membaca rumus-rumus tersembunyi di sana. Tidak
ada yang menaruh perhatian dari tiruan mahakaryaku, jika ada yang bertanya untuk apa,
kukatakan, “Kelas ini sungguh membosankan dan tidak menginspirasi, aku hanya memolesnya
sedikit.”

Di hari ujian, kami mendapat kabar bahwa guru matematika tidak bisa menjaga ujian karena sakit,
dan sebagai gantinya, kami akan diawasi oleh guru seni. Awalnya aku tidak ambil pusing karena
Siwoo mungkin masih mau memberiku contekan, kalau pun tidak berhasil aku masih punya Madam
Bloch-Baucher.

Sebuah kesalahan (atau ketidakberuntungan?) akan realisasi yang terlambat datang ketika guru
seni mendekati tiruanku di tengah-tengah ujian. Mulanya aku tersenyum ketika guru seni memuji
tiruanku, bahkan ingin mengungkapkan dengan bangga bahwa aku yang membuatnya, sampai
akhirnya “Tunggu, apa di soal kalian memerlukan rumus m(x-x1) = y-y1?” dan gumamam afirmasi
terdengar di dalam kelas. Satu per satu rumus-rumus yang berhasil dipecahkan dimuntahkan, dan
kembali dikonfirmasi oleh seisi kelas. “Jadi, siapa yang membuat lukisan atau lebih cocok disebut
sontekan ini?”

Well, I like the attention but definitely not this time!

{Personaliti}
Kutempuh jalur yang pernah dilewati oleh Antoinette, Wilde, dan Hollywood di tahun 1920. Dalam
ekses, dalam kobaran api yang megah dan membara! Penuh energi, penuh drama, dan gemerlap
cahaya hingga sanggup menyilaukan siapapun yang melihatnya. Atau setidaknya itulah aku yang
aku bayangkan. Di mata orang, mungkin aku adalah gadis hedonis dan materialistis yang hobi
berbelanja. Anggapan yang tidak salah tapi terdengar begitu tercela dan sesegera mungkin butuh
peremajaan. Dengan segalanya yang berlebihan dariku, bukan jarang orang lain menganggapku
arogan, padahal ini hanya bentuk ekspresi diri.

Bakatku tidak hanya berhenti pada membeli dan mengenakan koleksi RTW desainer ternama, tetapi
sanggup membedakan faux Gucci bag and the authentic one. Kadar kepercayaan diriku melampaui
langit-langit kecuali dalam kasus bad hair day. Rajin mengganti cat kuku sesuai dengan mood di
hari itu.

Cukup kreatif untuk menghasilkan replika lukisan Klimt dan menggunakannya untuk kepentingan di
luar nalar. Well-versed in pop culture. Berlidah tajam sebagai sajian kejujuran untukmu karena
taburan gula halus hanya cocok dimakan dengan bomboloni. Jika kamu menemukanku sedang
menatapmu dari atas ke bawah dan memasang muka tidak percaya, anggap saja itu caraku untuk
berkata “hai” padamu. Manja? Well, Mama dan Papa bekerja siang dan malam bukan supaya
hidupku sengsara, bukan?

{Trivia}

Spent four years of my elementary school days in New York and was forced to stay in Seoul
ever since.
A fashion police by heart. Ngga akan segan menatapmu penampilanmu dari atas ke bawah.
I can guess what brand you're wearing, or if you're wearing a faux. Nothing misses my eyes,
darling.
The only theraphy I go regularly is retail theraphy.
Romcoms are my ultimate comfort movies. I do enjoy watching any kind of movies, tho.
I like receiving gifts.
Golongan darahku O.

Anda mungkin juga menyukai