Anda di halaman 1dari 11

Sekedar Penjelasan Tentang

“Masalah Khilafiyah”
KH Imam Zarkasyi

Suatu pepatah mengatakan

‫َّاس أَ ْع َداء َما َج َهلُوا‬


ُ ‫الن‬
Manusia menjadi musuh dari apa yang tidak diketahuinya"

Seorang yang belum pernah melihat kucing, maka pertama kali melihatnya tentu akan takut
dan dianggap kucing itu musuhnya
Seorang yang tingginya hanya 1,5 m (seperti umumnya bangsa Indonesia) pada waktu
pertama kali melihat orang tingginya 2 m, lebah dari biasanya orang Indonesia, atau tingginya
kurang dari 1 m, berkulit putih (bule atau merah, dan sebagainya. Tentu akan terkejut, takut
mendekati, inengira bahwa itu bukan bangsa manusia
Apabila ada benda jatuh bersuara keras bagi orang yang belum kenal suara itu tentu akan
merasa takut, kalau-kalau itu bom, kalau-kalau ada orang melempari dan sebagainya. Akan tetapi
bagi orang yang sudah mengerti dan kenal akan suara itu, tentu akan segera menidakati dan
mengambilnya, karena dia tahu bahwa yang jatuh itu adalah durian yang sudah masak.
Orang yang sudah biasa memakai kopiah hitam, pada suatu ketika melihat orang yang
memakai kopiah yang tidak hitam, heran menganggapnya aneh, jelek dan lain sebagainya
Maka dari itu kita harus mempunyai ilmu pengetahuan sebanyak- hanyaknya, supaya tidak
terlalu mudah heran dan memusuhi sesuatu bukan semestinya. Itu artinya kita harus
berpengetahuan luas.

MASALAH KHILAFIYAH ITU APA?


Dalam kehidupan sosial keagamaan, kita sering menghadapi masalah-masalah yang
sensitif sekali yakni Masalah Khilafiyah.
Kita melihat ada orang sembahyang dengan memakai "Ushalli dan ada yang tidak; ada yang
memakai qunut tiap sembahyang subuh, ada yang tidak.
Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan paham tentang hukumnya, menurut
ajaran/ pengajian yang sampai kepada mereka.
Masalah-masalah khilafiyah itu hanya di dalam masalah furu' artinya cabang atau ranting
perintah-perintah agama, tidak mengenai pokok-pokoknya.
Tetapi banyak orang yang kurang dapat membedakan antara pokok dan yang bukan pokok,
sehingga banyak sekali yang mengira bahwa masalah furu' itu pokok. Atau banyak yang fanatik
kepada furu' yang telah dibiasakan, sehingga mengiranya atau menjadikannya bahwa itu pokok.
Seperti masalah ushalli sebelum takbiratu-l-ihram dan do'a qunut pada sembahyang subuh, padahal
kedua-duanya bukan pokok.
Jelasnya, tidak ada seorang pun ulama dunia ini yang mengatakan bahwa sembahyang
tanpa ushalli atau do'a qunut pada sembahyang subuh itu batal sembahyangnya. Dan tidak ada pula
seorang ulama yang mengatakan bahwa orang yang sembahyang memakai shalli atau do'a qunut
itu batal sholatnya.
Dengan contoh dan keterangan diatas, jelaslah perbedaan antara furu' dengan pokok atau
cabang dengan pokoknya.

MACAM-MACAMNYA
Masalah-masalah khilafiyah dalam islam, amat banyak sekali. Maklumlah furu' al-masail
Cabangnya permasalah tidak pernah berhenti, terus timbul dan timbul, bersama dengan
perkembangan kehidupan.
Orang yang mengikuti salah satu madzhab saja, masih menemui masalah-masalah
khilafiyah (dalam satu madzhab).

KAPAN MULAI ADA?


Adanya masalah khilafiyah ini, sudah sejak zaman sahabat. Maklumlah, bagaimana orang
banyak memahami suatu peraturan. Ini sudah lazim, selau terjadi pada segala peraturan.
Sebenarnya pada zaman Rasulullah pun ada perbedaan pendapat, hanya saja karena
Rasulullah ada, maka segala perbedaan itu segera ditanyakan kepada Rasulullah. Jawaban
Rasulullah itulah yang menyelesaikan perbedaan faham tadi baik itu dari wahyu (Al-Qur'an) atau
dari sabda Rasulullah (Hadits) sendiri.

MUNGKINKAH DIHABISKAN?
Ada yang mengira bahwa masalah khilafiyah itu bisa dihabiskan, sehingga semua umat
islam nanti hanya berfaham satu, sampai kepada masalah furu'.
Pikiran seperti ini tidak benar.
Tidak akan mungkin masalah-masalah khilafiyah itu ditiadakan. Dalam tiap-tiap madzhab
saja terdapat masalah-masalah khilafiyah lagi, artinya ulama-ulama Syafi'i sendiri umpamanya,
banyak yang berlainan (khilaf) pendapat antara satu sama lain.
Bahkan Imam Syafi'i sendiri pernah berfatwa yang berbeda. Kata Imam Syafi'i yang dahulu
"Qaulun Qodim" dan kata Imam Syafi'li yang kemudian "Qaulun Jadid". Kata Imam Syafi'i ketika
di Baghdad dan kata Imam Syafi'i ketika di Mesir
HANYA DALAM FURU
Karena masalah khilafiyah itu hanya dalam soal furu', maka tidak perlu ada permusuhan
atau perpecahan.
Sebaliknya kalau ada orang yang membesar-besarkan atau mempertajam masalah
khilafiyah, tentu orang itu antara dua:
a. Kebodohan yang terlalu,
b. Alat musuh islam yang hendak memecah belah umat islam.

KHILAF DI INDONESIA HANYA KECIL


Perbedaan faham antara umat islam dalam hukum fiqih di Indonesia khususnya sangat
kecil sekali.
Orang yang tidak tahu tentang islam, mengira bahwa perbedaan dalam masalah khilafiyah
(dalam hukum-hukum fiqih dalam madzhab fiqih) seperti perbedaan antara sekte-sekte dalam
agama Kristen.
Ini perkiraan yang tidak benar sama sekali.
Umat Islam Indonesia dalam hal yang pokok-pokok masih bersatu; satu masjid untuk
sembahyang dan dengan iman satu.
Lihat bagaimana sembahyang di Masjidi-l-Haram. Satu imam dalam satu masjid, diikuti
(dima'mumi) oleh orang-orang dari bermacam- macam madzab.
Dalam agama Kristen ada Katholik, ada Protestan dan ada lagi lebih dari tujuh puluh sekte-
sekte di Indonesia yang hampir tidak kenal mengenal satu sama lain. Gerejanya pun sendiri-
sendiri, bahasanya pun sendiri-sendiri.

BAWA-BAWA ISTILAH AHLISUNNAH WAL JAMA'AH


Banyak orang yang keliru tentang apa yang dimaksud dengan istilah Ahlisunnah Wal
Jama'ah.
Masih ada orang yang mengira bahwa orang yang sembahyang tidak persis seperti dia,
tidak benar dan harus ditentang atau bukan Ahlisunnah Wal jama'ah itu dalam I'tidad; bukan dalam
urusan hukum fiqih. Sampai ada yang mengira bahwa orang yang bermadzhab Syafi'i itu
bermaksud salaf.
Semuanya itu salah
Pembagian firqoh firqoh islam dalam segi pokok-pokok agama (Usuluddin) atau dalam hal
aqiqah adalah sebagai berikut:
PEMBAGIAN MADZHAB DALAM AQIQAH
Seluruh umat Islam terbagi menjadi dua:
a. Ahlisunnah Wal Jama'ah
b. Bukan Ahlisunnah Wal Jama'ah
Ahlisunnah Wal Jama'ah terbagi pula menjadi dua:
a. Salaf
b. Khalaf
Aliran salaf memahami ayat-ayat Al-Qur'an dengan cara yang sangat hati-hati dalam memakai
ta'wil.
Aliran khilaf memahami ayat-ayat itu juga dengan ta'wil yang lebih berani. Umpanya:
Mengartikan perkataan Istawa dengan arti Jalasa atau duduk. Aliran salaf mengartikan duduk, ya
duduk, tetapi duduknya Tuhan tidak seperti makhluq.
Aliran Khalaf mengartikan Istawa itu dengan ta'wil, artinya, "menguasainya".
Demikian pula perbedaan dalam mengartikan kata yadun Aliran salaf mengartikan yadun, ya
tangan, tetapi tangan Allah tidak sepeti tangan makhluq
Aliran khilaf mengartikan yadun dengan kekuasaan"
Diantara ulama salaf jalah IMAM MALIK BIN ANAS san IMAM AHMA BIN HAMBAL
Asal arti Salaf ialah yang dahulu.
Asal arti Khalaf ialah yang datang kemudian.
Adapun ulama-ulama Khalaf terbagi menjadi dua:
1. Asy'ary
2. Maturidy

A. Asya'ary ialah yang mengajarkan atau mendidik IMAN dengan jalan akal, sehingga
dengan demikian membuat hukum akal wajib - mustahul - jaiz - dan lain sebagainya.
Dan membuat perincian sifat-sifat wajib bagi Allah sebanyak 20, yang mustahil bagi Allah
sebanyak 20, dan jaiz bagi Allah sebanyak satu.
Tetapi jangan lupa:
1. Bahwa sifat-sifat Allah di dalam Al-Qu'an itu bukan hanya 20 (dua puluh).
2. Kekuasaan akal untuk memahami aqiqah, sangat terbatas.

Jadi aqiqah pokok ialah yang Naqly, artinya yang diambil dari wahyu, Al-Qur'an dan Al-
Hadits.
B. Maturidy sama dengan asy'ary hanya bedanya sifat waji Allah hanya 13 (tiga belas)
Yang bukan Ahlisunnah pun terbagi menjadi banyak sekali. Diantaranya:
1. Mu'tazilah
2. Syi'ah
3 Bahariyah
4. Qodariyah
5. Jabariyah
6. Khawarij
7. Ahmadiyah
8. Dan masih banyak lagi

Dalam golongan Syiah masih terbagi lagi menjadi berpuluh-puluh madzab dan iman.
Jumlah itu bisa banyak dan mungkin akan lebih banyak lagi, karena merupakan faham yang
berbeda-beda yang timbul dan atau ditimbulkan oleh musuh Islam.
Diantara pengikut Syiah ialah jama'ah Islamiyah yang dianut oleh rakyat Agha Khan di
negara Pakistan

KHILAFIYAH DARI SAHABAT


Ada hadits yang menjelaskan bahwa para sahabat yang disebut namanya, dijanjikan atau
ditentukan atau diberitakan oleh Rasulullah bahwa mereka akan masuk surga.
Hadits itu sebagai berikut:

‫ عشرة ل اجلنة النيب يف اجلنة و‬: ‫ ى رسول هللا صلى هللا عليه و سلم أن مسعته يقول‬:‫وعن سعيد بن زيد رضي هللا قال‬
‫أبو ب كر يف اجلنة وطلحة يف اجلنة وعمر يف اجلنة النيب يف اجلنة و عثمان يف اجلنة و مستعد بن مالك يف اجلنة وعبد‬
‫ سعيد ابن زيد وقال املشهد رجل منهم مع‬: ‫ من هو ؟ قال‬: ‫ فقالوا‬: ‫ اجلنة ولو شدت تسميت العاشرة قال‬. ‫الرمحان‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يعد منه وجهه خري من عمل أحدكم ولو عمر عمر نوح رواح ابو داود وابن ماجة و‬
‫الرتمذي وصححه ورواه الرتمذي عن عبد الرمحن بن عوف عن عبدالرمحن بن عوف رضى هللا عنه أن النيب صلى هللا‬
‫ أبو بكر يف اجلنة وعمر يف اجلنة وعلى يف اجلنة و عثمان يف اجلنة و طلحة يف اجلنة و الزبري بن العوام‬:‫عليه وسلم قال‬
. 1‫الرمحن بن عوف يف اجلنة وسعيد بن زبري بن عمرو بن تقيل يف اجلنة وأبو عبيدة بن اجلراح يف اجلنة‬
ّ ‫يف اجلنة وعبد‬
.‫ وقدم فيه عثمان على على رضى هللا عنهما‬،‫ورواه أبو بكر بن خيثمة‬. ‫رواه اإلمام أمحد يف مسنده‬

Padahal diantara mereka itu, seperti Khalifah Umar bin Khattab berbuat sesuatu yang
menjadi khilaf, yaitu tidak memotong tangan orang yang mencuri pada waktu terjadi paceklik
Sahabat Khalifah Usman bin Affan memakai adzan tambahan sebelum adzan jum'at.
Adzan jum'at menjadi 2 kali. Dan lain-lainnya banyak.
Dengan mengingat hal-hal tersebut diatas nyatalah masalah khilafiyah itu tidak ada
hubungannya dengan masuk surga. Jadi mengerjakan masalah khilafiyah atau meninggalakannya
bukanlah merupakan hal yang pokok.
Alhamdulillah dengan kemajuan zaman dan lancarnya hubungan komunikasi antar umat
islam, menjadikan pergaulan dunia islam dan percakapan hukum islam menjadi lebih dekat lagi;
dengan kata lain memudahkan saling pengertian. Juga dengan keluasan ilmu para ulama, suasana
tasamuh dalam masalah khilafiyah menjadi lebih mudah.
Mari kita perhatikan beberapa contoh:
1. Sekitar tahun 1930 khilaf antara khutbah jum'at dengan bahasa daerah/ Indonesia atau
diterjemahkan masih sangat besar dan rupanya adanya yang membesar-besarkan.
Maklum pada waktu itu dibawah jajahan Belanda dan ada orang yang mempertajam
khilaf itu.
Sekarang Alhamdulillah hampir sudah tidak ada lagi percakapan tentang itu. Bahkan baru-
baru ini telah diadakan mu tamar masjid di Makkah yang dihadiri oleh ulama-ulama dari negeri-
negeri islam, memutuskan bahwa khutbah jum'at memakai bahasa daerahnya masing masing
diperbolehkan/ dibenarkan. Hanya syarat dan rukun- rukunnya tetap memakai bahasa arab.
2. Orang yang sembahyang tarawih di Masjid Madinah: Mula-mula iman sembahyang
tarawih di makmumi oleh seluruh yang ada di dalam masjid.
Setelah mendapat 8 (delapan) rakaat, yang madzabnya sebanyak 8 (delapan) rakaat mundur
meneruskan sendiri witirnya. Sedangkan imam berjalan terus sampai 20 rakaat.
Orang yang bermadzab 20 rakaht mundur meneruskan witirnya sendiri. Sedangkan imam
berjalan terus sampai 36 (tiga puluh enam) rakaat.

1
Muhammad bin Muhammad Abdu-l-Izzi Al-hanafi, SHARHU-L-AQIDAH AT- TAHAWIYYAH, Al-Maktabu-l-Islami
Li-t-tiba'ah wa-n-nashr, cetakan III, halaman 488-489 Diantara mereka terdapat Umar bin Khattabs, Usman bin
Affan dan Lain-lain.
Demikian sembahyang terawih berjalan aman tanpa ganggu- mengganggu, tanpa salah-
menyalahkan.
3. Orang yang telah haji sekarang, akan mengalami dan melihat. sembahyang di Masjidil
Haram dengan satu imam, sedang yang makmum orang dari beraneka ragam madzab

CATATAN 1:
Bagaimana tasamuhnya Imam Syafi'i sendiri.
Pada suatu ketika Imam Syafi'i setelah bermukim di Mesir berziarah ke Baghdad. Di
Baghdad mendapat sambutan dari pengikut- pengikut beliau, dan dipojokkan untuk menjadi imam
sembahyang shubuh.
Ketika Imam Syafi'i menjadi imam sembahyang shubuh ternyata beliau tidak memakai
qunut. Sesudah itu, ribut-ributlah pengikutnya dan bertanya, mengapa Imam Syafi'i tidak memakai
qunut?
Maka Imam Syafi'i menjawab kepada mereka "taadduban"

Bacalah cerita ini dalam kitab ‫الوحدة اإلسالمية‬


Jadi Imam Syafi'i bukan plin-plan, tetapi karena beliau tahu bahwa masalah qunut bukan
masalah pokok. Sedang Imam Syafi'i sendiri lama hidup dan belajar di Baghdad, sampai pada
waktu beliau berziarah itu, masih banyak guru dan pengikut gurunya yang tidak sefaham dengan
beliau disitu.

CATATAN II
Mungkin disengaja atau tidak, mitip dengan peristiwa itum ketua umum Majelis Umum
Indonesia -HAMKA ketika berziarah dan berdakwah di kota Blitar.
Ketika itu diminta untuk menjadi imam shubuh, beliau bertanya bagaimana biasanya imam
di masjid ini, padai qunut atau tidak? Dijawaboleh mereka "pakai".
Maka pak Hamka pun menjadi imam shubuh lengkap dengan do'a qunut shubuhnya.
Padahal pak Hamka sendiri termasuk pemimpin Muhammadiyah yang biasa tidak memakai qunut.
Tetapi beliau tahu bahwa bukan mutlaq diperintahkan dan bukan mutlaq dilarang.
Jadi rupanya pak Hamka tahu bahwa qunut bukanlah pokok.

CATATAN III:
Pernah terjadi rombongan tamu yang terdiri dari 9 (Sembilan) orang datang ke Pondok
Modern. Diantara anggota rombongan itu ada Alumni Pondok Modern.
Mula-mula percakapan baik-baik saja dalam membicarakan usaha- usaha memajukan
agama. Tetapi sampai pada suatu hal mereka mengatakan, "sayang pak, anak-anak alumni Pondok
Modern Gontor ini kurang semangat, atau melempem kalau diajak berjuang" kami bertanya:
"berjuang bagaimana?" dijawab: "berjuang memurnikan ajaran islam", ketika itu kami jawab: "apa
yang saudara maksudkan dengan dengan perjuangan memurnikan ajaran islam itu?". Dijawab:
"itu.....memberantas bid'ah dan kekolotan".
Rupanya mereka ini hal hendak berjuang dalam segi masalah khilafiyah. Maka ketika itu
pemimpin Pondok Modern Darussalam Gontor menjawab "kalau begitu maksud saudara, memang
kami larang anak kami berjuang cara demikian. Saudara hendak memurnikan ajaran istam itu,
memakai cara mana? Cara Nahdlatul Ulama kah? Atau cara Persis kah? Atau cara
muhammadiyalı?".
"saudara-saudara yang mempertahankan ushalliy itu juga untuk maksud memurnikan
ajaran islam". Kaum PERSIS (persatuan islam) memberantas ushalli) dan sebagainya itu, pun
untuk memurnikan ajaran agama islam".

CATATAN IV:
Pada suatu ketika sidang Majelis Ulama se-Jawa Timur di Surabaya. Ketika mempertajam
masalah khilafiyah, maka K.H. Ahmad Shiddiq tokoh Nahdlatul Ulama se-Jawa Timur dari Jember
berkata:
"sudahlah, masalah itu jangan dibicarakan lagi. masalah khilafiyah sudah ada sejak zaman
bahcola (dahulu), artinya tidak ada gunanya lagi kita mengusik masalah khilafiyah itu".

CATATAN V:
Bagi Imam Syafi'i dalam kitabnya Al-Mizanu-l-kubra, membuat tafsiran sebagai tafsiran
sebagai berikut:
1. Hanya membasahi sebagian kepala dalam berwudhu betul.
2. Dengan membasahi seluruh kepala juga betul.

Yang pertama itu dianggap sudah melaksakan ayat perintah Allah: ‫هللا‬ ‫ اتقوا‬sedangkan yang
kedua itu dianggap melaksanakan ayat seterusnya ‫تقاته‬ ‫حق‬
Maka kita yang mendengar dan melihat hal-hal serupa itu, tidak usah ramai-ramai
membesar-besarkan, mempertajam perbedaan itu.
KITAB-KITAB:
Sebenarnya telah banyak kitab-kitab yang menjelaskan kedudukan masalah khilafiyah ini.
Semua itu dapat menimbulkan dan meningkatkan tasamuh (sikap berlapang dada) bagi
sesame umat islam dalam masalah khilafiyah.
Diantara kirab-kitab itu ialah:

1 ‫لعبد الرمحن اجلازري‬ ‫فقه على املذاهب األربعة‬


2 ‫للشعران‬ ‫امليزان الكربى‬
3 ‫للشيخ رشيد رضا‬ ‫الوحدة اإلسالمية‬
4 ‫البن رشيد‬ ‫بداية اجملتهد‬
5 ... ‫للدكتور عبد هللا ابن عبد احملسن الرتكي‬ ‫أسباب اختالف الفقهاء‬
Dan lain sebagainya.

PENUTUP KHULASHAH
Wal hasil kita ummat islam harus berlapang dada, bermurah hati. bertasamh sesama ummat
islam yang berbeda faham dalam hal khilafiyah Kalau pemerintah, juga agama islam
menganjurkan tasamuh dengan orang yang berlainan agama, lebih wajib lagi ummat islam sesama
Andaikata bersitegang urat leher dengan orang kafir yang hendak menundukkan kita, ada
pantasnya,
Seperti bunyi ayat:

‫أ َِشدَّاءُ َعلَى ال َكفَّا ِر ُر َمحَاء بَْي نَ ُه ْم‬


Jangan terbalik karena hasutan dajjal dan musuh, yang menjadikan ummat islam lebih
bermusuhan dengan sesama Islam dari pada dengan orang kafir.
Orang yang sudah mau sembahyang, lalu sembahyang itu belum sama benar dengan
sembahyang kita... tidak usah kita musuhi, tidak usah kita marahi, tidak usah kita ejek.
Kalau benar yang dianjurakan itu jalan Allah, ayat yang berbunyi:

‫ْأدعُ إىل سبيل ربك ابحلكمة واملوعظة احلسنة‬


Masih berlaku sampai sekarang.
Sekali lagi, jelasnya, ayat itu masih berlaku sampai sekarang, yang artinya harus bijaksana.
Dan bagaimana sikap kita dalam mendidik anak-anak. Dalam mengajarkan sembahyang,
dalam ilmu pendidikan... dilarang membawa mesalah-masalah khilafiyah Jangankan masalah
Khilafiyah menjelaskan antara yang sunat dan yang wajib saja belum diperlukan.
Yang pokok, anak kita ajari bersembahyang dengan sebaik mungkin.
Apabila anak itu nanti bertambah dewasa, dapat dijelaskan mana yang sunnat, mana yang
wajib, mana yang makruh dan mana pula yang membatalkan.
Itulah sebabnya dalam muqoddimah kitab fiqih jilid I di KMI Pondok Modern Darussalam
Gontor, dijelaskan: "guru tidak boleh menerangkan mesalah khilafiyahı".
Demikian mendidik menurut ilmu jiwa yang sudah disepakati oleh ahli pendidikan dan ahli
ilmu jiwa.
Apabila anak didik menjadi dewasa dan telah membaca sendiri pendapat-pendapat para
ulama beserta dalil masing-masing, akan tahu sendiri kedudukan masalah khilafiyah itu.

PERLU PENJELASAN
Berhubungan dengan masih adanya anak-anak (orang-orang) yang kurang mengerti apa
yang dimaksud dalam istilah masalah khilafiyah, maka masih dirasa perlu penjelasan.
Yang dimaksud istilah masalah khilafiyah, ialah masalah-masalah yang diperselisihkan
hukum-hukum oleh para ulama dalam urusan fiqih. Itupun bukan dalam segala bidang ilmu fiqih,
tetapi hanya masalah furu' (cabang-cabang) dan disebut juga sebagai masalah ijtihadiyah. Jadi
tidak semua perbedaan faham dapat dinamakan masalah khilafiyah
Seandainya ada yang memperselisihkan dalam bidang ilmu daruriyat, seperti masalah
bidang raka'at dalam sembahyang fardu, atau wajibnya puasa, zakat dan haji: semua itu tidak
termasuk masalah khilafiyah.
Begitu pula perselisihkan dalam bidang aqidah (antara tauhid dan syirik dalam bidang
politik, atau perbedaan antara ahli sunnah dan kaum Syi'ah, atau perbedaan faham antara macam-
macam firaq semua itu tidak termasuk masalah khilafiyah.
Sebagai contoh masalah khilafiyah, dengan segala penjelaskan terdapat beribu-ribu
masalah dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Ruysd.
Mengenai sebab-sebab timbulnya masalah khilafiyah ada dibukukan dalam kitab Asbaabul
Khilafiyah karangan Dr. Abdul Muhsin At-Turky.
Dalam buku itu dijelaskan pula tentang pokok-pokok pangkalnya perselisihan sampai
kepada cabang rantingnya. Masalah Khilafiyah
Tentang bagaimana agar umat islam bersatu, dan tidak digangguoleh masalah khilafiyah,
dapat dibaca kitab: Alwihdah Al-Islamiyah karangan Rasyid Rida.
Mengenai bagaimana bentuk-bentuk khilaf pada zaman sahabat, zaman tabi'in dan sampai
pula kepada iman-iman madzab, dan bagaimana seharusnya orang awan pada zaman sekarang,
dapat dibaca kitab Al- Ansaf fi bayani asbabi-i-khilaf karangan ad Dahlawi.
Akhirnya kami ulangi, kita harus berlapang dada dalam menemui bermacam-macam
masalah khilafiyah. Ini berarti kita harus tahu yang mana masalah khilafiyah itu, dengan niat atau
maksud dapat beribadah dengan ikhlas seta semata-mata niat lillah

Anda mungkin juga menyukai