Anda di halaman 1dari 4

Anggota kelompok:

1. Anggie Dwi Nurul Putri (A0B023041)

2. Zuhry Najib Ramadhani (A0B023052)

3. Sucyanda Amalya (A0B023048)

4. Hanifatuz Zahro Maharani (A0B023036)

5. Avif Hidayat (A0B023038)

6. Alif Rahmanu (A0B023011)

7. Aryasetya Raditya Wijaya (A0B023053)

8. Maulani Rizqi Saputri (A0B023062)

9. Hawa Fitri Nur'aini (A0B023018)

10. Larasati Dewi Saputri (A0B023009)

11. Afif Dwi Farhanulloh (A0B023045)

12. Al Farel Ghozzali (A0B023035)

SILA KE 4

*HISTORIS*

Sila ke-4 Pancasila memiliki sejarah yang cukup panjang. Sila ke-4 ini pertama kali diungkapkan oleh
Presiden Soekarno pada sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Sila ke-4 ini kemudian diresmikan sebagai salah satu sila
dalam Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945. Sila ke-4 mengandung nilai-nilai demokrasi dan
kerakyatan, dimana negara Indonesia didasarkan pada permusyawaratan dan perwakilan. Sila ke-4 juga
menekankan pentingnya musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan, serta mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat. Dalam sila ke-4, simbolnya adalah kepala banteng yang
melambangkan tenaga rakyat serta mewakili hewan sosial yang sering berkumpul. Sila ke-4 Pancasila
juga mengandung asas kejujuran dan asas kerakyatan. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus
memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke-4 Pancasila agar dapat
membangun negara yang demokratis dan sejahtera.

Sila ke-4 merupakan salah satu dari lima sila Pancasila yang menjadi landasan filosofis negara Indonesia.
Hal ini diterjemahkan sebagai "Demokrasi dipandu oleh kebijaksanaan batin dalam kebulatan suara
yang timbul dari musyawarah di antara perwakilan".

. Nilai sejarah Sila ke-4 terletak pada penekanannya pada demokrasi sebagai bentuk pemerintahan
yang berdasarkan pada kehendak rakyat dan berpedoman pada kebijaksanaan.
. Berikut beberapa pengertian dan nilai Sila ke-4:

Permusyawaratan : Artinya menggunakan musyawarah untuk mufakat dalam merumuskan


dan memutuskan sesuatu berdasarkan kehendak rakyat. Proses pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan secara bersama-sama melalui jalan kebijaksanaan.

Keputusan berdasarkan kejujuran : Artinya mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab dan
kejujuran. Dalam mengambil keputusan bersama, harus ada kejujuran bersama juga.

Asas kerakyatan : Artinya rakyat memegang kedaulatan penuh kecuali yang sudah jelas dinyatakan dalam
UUD 1945. Kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui wakil rakyat di DPR.

Demokrasi : Sila ke-4 menekankan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang berdasarkan pada
kehendak rakyat dan berpedoman pada kebijaksanaan. Proses pengambilan keputusan hendaknya
dilakukan secara bersama-sama melalui jalan kebijaksanaan.

*LANDASAN*

Makna Sila ke-4 Pancasila

Sila ke-4 Pancasila menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Berarti, yang dikedapankan prinsip bermusyawarah untuk mufakat
melalui wakil - wakilnya dan badan-badan perwakilan dalam memperjuangkan mandat rakyat. Bila
dicermati, arti dan makna Sila ke-4 sebagai berikut:

a. Hakikat sila ini adalah demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

b. Pemusyawaratan, yaitu membuat putusan secara bulat, dengan dilakukan secara bersama
melalui jalan kebikjasanaan.

c. Melaksanakan keputusan berdasarkan kejujuran. Keputusan secara bulat sehingga


membawa konsekuensi kejujuran bersama. Nilai identitas adalah permusyawaratan.

d. Terkandung asas kerakyatan, yaitu rasa kecintaan terhadap rakyat, memperjuangkan cita-cita
rakyat, dan memiliki jiwa kerakyatan. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu yang memperhatikan
dan
menghargai aspirasi seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan, menghargai perbedaan,
mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
Pernyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional,
cerdas, terampil, berhati-nurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya.

Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat)
melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat merupakan
sistem demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang-orang yang profesional berintergritas melalui
sistem musyawarah (government by discussion).

*FILOSOFIS*

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berfalsafah Pancasila, oleh karena itu setiap nilai-nilai
dalam sila-sila Pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana sila ke-4 Pancasila menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”. Berarti, yang dikedepankan prinsip bermusyawarah untuk
mufakat melalui wakil-wakilnya dan badan-badan perwakilan dalam memperjuangkan mandat rakyat.
Pandangan ini memberikan justifikasi bahwa demokrasi di republik ini dijalankan melalui mekanisme
Pemilu (pemilihan umum).

Demokrasi yang berkedaulatan rakyat dalam pelaksanaanya perlu dijiwai dan diintegrasikan dalam sila-
sila yang lainnya dengan disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan sesuai martabat dan harkat kemanusiaan, menjamin dan memperkokoh
persatuan bangsa dan dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan social. Adanya demokrasi yang
berjiwa Pancasila menyebabkan warga negara saling memandang, menghormati, menerima dan
kerjasama
dalam bentuk kesatuan demi kepentingan bersama antara "masyarakat" atau "negara".

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat di kehidupan mahasiswa

1) Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menciptakan dan membangun alam pemikiran bangsa
Indonesia yang memiliki akar nilai serta jati diri budaya bangsa Indonesia sehingga Pancasila sebagai
ideologi bangsa memiliki karakteristik yang berbeda dengan ideologi lainnya.

2) Pancasila sebagai sistem filsafat secara mendasar diletakkan dalam jiwa bangsa Indonesia agar dapat
memajukan harga diri dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka baik secara
materiil maupun spiritual.

3) Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar acuan mahasiswa dalam menghadapi
tantangan dan dinamika globalisasi serta revolusi industri yang dapat melunturkan semangat
kebangsaan, cinta tanah air, nasionalisme, serta nilai -nilai luhur ideologi.

4) Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi penopang yang kuat sebagai way of life untuk menjadi
pedoman hidup yang mengatur tata cara berpikir dan bertingkahlaku secara seimbang dan harmonis,
hal ini berperan untuk menangkal tingkah laku amoral dan lemahnya mental seseorang.
*PENERAPAN PADA KEHIDUPAN SEHARI HARI PADA MAHASISWA*

Implementasi Sila IV : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijakanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan.

Penerapan suatu kebiasaan untuk melakukan musyawarah dan diskusi bersama terkait dengan berbagai
hal merupakan cerminan yang tepat dalam implementasi sila ke-4:

1. Rapat UKM

2. Diskusi dalam kelas

3. Musyawarah penunjukkan ketua BEM

4. Pemilihan ketua Senat

Mahasiswa dll

Anda mungkin juga menyukai