Tujuan :
1. Mahasiswa mampu mempelajari struktur dan sistem
kristal, khususnya yang berkaitan dengan teknik mesin.
2. Mahasiswa dapat mengetahui struktur dan sistem kristal.
17
Pada kristal tunggal, atom atau penyusunnya
mempunyai struktur tetap karena atom-atom atau molekul-
molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola tiga
dimensi dan pola- pola ini berulang secara periodik dalam
rentang yang panjang tak berhingga. Polikristal dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal
yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk
yang membentuk benda padat. Struktur amorf menyerupai
pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola susunan
atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki tidak
teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena
proses pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom
tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya. Bahan
seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus yaitu memiliki
struktur yang identik dengan amorf. Secara ideal, susunan
polihedra koordinasi paling stabil adalah yang
memungkinkan terjadinya energi per satuan volume yang
minimum. Keadaan tersebut dicapai jika: 1. Kenetralan listrik
terpenuhi, 2. Ikatan kovalen yang diskrit dan terarah
terpenuhi, 3. Gaya tolak ion-ion menjadi minimal, 4.
Susunan atom serapat mungkin. Ikatan logam dapat
divisualisasikan secara sederhana sebagai sebaran ion positif
yang terikat satu sama lain oleh elektron yang seolah-olah
berfungsi sebagai perekat. Ion-ion positif yang saling tolak-
menolak ini tertarik oleh perekat tersebut yang dikenal
dengan istilah awan elektron.
Struktur kristal merupakan susunan atom-atom teratur
yang terdapat dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan susunan
tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus
memenuhiadanya ikatan atom yang terarah dengan posisi
susunan yang tepat. Struktur kristal pada logam terbagi atas:
1. Struktur Kristal Body Centered Cubic (BCC), 2. Kubik
berpusat muka (Face Centered Cubic /FCC), 3. Hexagonal Closed
Packed (HCP) dan 4. Struktur kristal Body Centered Tetragonal
(BCT).
18
B. STRUKTUR KRISTAL PADA LOGAM
19
digambarkan sebagai bola, faktor penumpukan atom
(atomic facking factor) dapat dihitung dengan formula:
voleme atom-atom dalam sel satuan volume sel satuan
dari hasil perhitungan diperoleh harga APF untuk sel
satuan BCC adalah 68%, artinya 68% dari volume sel
satuan BCC tersebut ditempati oleh atom-atom dan
sisanya sebesar 32% merupakan tempat kosong. Jadi
struktur kristal BCC bukan merupakan struktur yang
padat. Gambar 3.1 Struktur kristal kubik berpusat badan
(BCC).
20
Struktur kristal ini termasuk kristal kubus dimana
terdapat atom disetiap sudut kubus ditambah masing-
masing satu buah atom di setiap permukaan/sisi kubus.
Sifat ini banyak dijumpai pada logam seperti tembaga,
aluminium, perak dan emas. Contoh logam yang
mempunyai struktur kristal FCC antara lain Fe , Al, Cu,
Ni, Pb. Sel satuan FCC terdiri dari satu titik lattice pada
setiap sudut dan satu titik lattice pada setiap sisi kubus.
Setiap atom pada struktur kristal FCC dikelilingi oleh 12
atom, jadi bilangan koordinasinya adalah 12. Atom- atom
dalam struktur kristal FCC tersusun dalam kondisi yang
cukup padat. Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari
sel satuan FCC yaitu 74% dibandingkan denag APF sel
satuan BCC.
Sel satuan FCC mempunyai 8 x 1/8 (pada sudut
kubus) + 6 x ½ (pada pusat sisi kubut) = 4 atom per sel
satuan.
21
Gambar 3.3. Struktur kristal HCP
22
4. Struktur Kristal Body Centered Tetragonal (BCT)
Struktur kristal BCT merupakan struktur kristal
pada atom bersifat magnetis dan dapat diberi perlakuan
panas. Jenis struktur BCT ini memiliki tingkat kekerasan
yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada18 struktur
kristal ini terdapat fasa martensit yang bersifat kuat dan
keras. Sel satuan pada kristal BCT terletak pada pusat
kubus yang dikelilingi oleh tiga sumbu yang saling tegak
lurus akan tetapi memiliki panjang sumbu yang tidak
sama (sumbu a ≠ sumbu c). Gambar 3.4 Struktur kristal
BCT.
23
dari geometri sel satuan, ditemukan bahwa kristal
mempunyai tujuh kombinasi geometri yang berbeda. Pada
sebagian besar logam, struktur kristal yang dijumpai adalah:
kubus pusat sisi, FCC (face-centered cubic), kubus pusat ruang,
BCC (body-centered cubic) dan tumpukan padat heksagonal,
HCP (hexagonal close-packed). Beberapa logam, dan juga non-
logam, bisa mempunyai lebih dari satu struktur kristal,
fenomena ini disebut polimorfisme. Jika kondisi ini dijumpai
pada bahan padat elemental maka disebut alotropi.
Parameter lattice untuk beberapa jenis struktur kristal atom
logam. Struktur kristal yang umumnya terdapat pada logam
murni adalah BCC (body centered cubic), FCC (face centered
cubic) dan HCP (hexagonal closed packed). Namun untuk logam
paduan dan senyawa non logam struktur kristalnya sangat
komplek.
24
maka sel unit itu merupakan sel unit struktur kristal.
Rusuk dari suatu sel unit dalam struktur kristal haruslah
merupakan translasi kisi, yaitu vektor yang
menghubungkan dua simpul kisi. Jika sel unit disusun
bersentuhan antar bidang sisi, mereka akan mengisi
ruangan tanpa meninggalkan ruang kosong dan
membentuk kisi ruang. Satu kisi ruang yang sama
mungkin bisa dibangun dari sel unit yang berbeda; akan
tetapi yang disebut sel unit dipilih yang memiliki geometri
sederhana dan mengandung hanya sejumlah kecil simpul
kisi.
25
keadaan beku) adalah FCC, HCP, dan BCC.
b. Unsur grup VII. Atom Cl [Ne] 3s2 3p5, Br [Ar] 4s2 4p5,
J [Kr] 4d10 5s2 5p5, memuat 7 elektron di kulit
terluarnya (tingkat energi terluar). Oleh karena itu pada
umumnya mereka berikatan dengan hanya 1 atom dari
elemen yang sama membentuk molekul diatomik (Cl2,
Br2, J2); dengan ikatan ini masing-masing atom akan
memiliki konfigurasi gas mulia, delapan elektron di
kulit terluar. Molekul-molekul diatomik tersebut
berikatan satu dengan yang lain melalui ikatan
sekunder yang lemah, membentuk kristal. Ikatan antar
molekul yang lemah ini maka titik-leleh mereka
rendah.
c. Unsur grup VI. Atom S [Ne] 3s2 3p4, Se [Ar] 3d10 4s2
4p4, Te [Kr] 4d10 5s2 5p4, memiliki 6 elektron di kulit
terluarnya. Setiap akan mengikat dua atom lain untuk
memenuhi konfigurasi gas mulia dengan delapan
elektron di kulit terluar masing-masing. Ikatan
semacam ini dapat dipenuhi dengan membentuk
molekul rantai spiral atau cincin di mana setiap atom
berikatan dengan dua atom yang lain dengan sudut
ikatan tertentu. Molekul rantai spiral atau cincin ini
berikatan satu sama lain dengan ikatan sekunder yang
lemah membentuk kristal. Contoh ikatan telurium yang
membentuk spiral diberikan pada Gambar 3.4. Satu
rantaian spiral ikatan Te bergabung dengan spiral Te
yang lain membentuk kristal hexagonal. Gambar 3.4
Rantai spiral Te membentuk kristal hexagonal
d. Unsur Grup V. Atom P [Ne] 3s2 3p3, As [Ar] 3d10 4s2
4p3, Sb [Kr] 4d10 5s2 5p3, dan Bi [Xe] 4f 14 5d10 6s2 6p3
memiliki 5 elektron di kulit terluarnya dan setiap atom
akan berikatan dengan tiga atom lain dengan sudut
ikatan tertentu. Atom-atom berikatan membentuk
lapisan bergelombang dan lapisan-lapisan ini berikatan
satu dengan lainnya melalui ikatan yang lemah.
26
e. Unsur Grup IV. Pada Grup IV hanya unsur ringan
yang membentuk kristal dimana semua ikatan yang
menyatukan kristal adalah kovalen. Ikatan ini
merupakan hasil dari orbital hibrida sp3 tetrahedral
yang saling terkait dan membentuk kristal kubik pada
C (intan), Si, Ge, Sn. (lihat tentang hibridisasi). Sebagian
dari unsur grup ini dapat pula membentuk struktur
dengan ikatan kristal tidak kovalen, seperti pada grafit.
Atom-atom pada grafit terikat secara kovalen
heksagonal membentuk bidang datar yang terikat
dengan bidang yang lain melalui ikatan yang lemah.
Dalam hal ini ikatan kovalen terjadi antar orbital sp2
sedangkan ikatan antar bidang lebih bersifat ikatan
metal. Oleh karena itu grafit lebih mudah mengalirkan
arus listrik dan panas pada arah sejajar dengan bidang
ini dibandingkan dengan arah tegak lurus.
3. Kristal Ionik
Walau sangat jarang ditemui kristal yang 100% ionik,
namun beberapa kristal memiliki ikatan ionik yang sangat
dominan sehingga dapat disebut sebagai kristal ionik.
Contoh: NaCl, MgO, SiO2, LiF. Dalam kristal ionik,
polihedra anion (polihedra koordinasi) tersusun
sedemikian rupa sehingga tercapai kenetralan listrik dan
energi ikat per satuan volume menjadi minimum, seimbang
dengan terjadinya gaya tolak antar muatan yang sejenis.
Gaya tolak yang terbesar terjadi antar kation karena
muatan listriknya terkonsentrasi dalam volume yang kecil;
oleh karena itu polihedra koordinasi harus tersusun
sedemikian rupa sehingga kation saling berjauhan. Jika
polihedra koordinasi berdimensi kecil, di mana anion
mengelilingi kation bermuatan besar, maka polihedra
haruslah terhubung sudut ke sudut agar kation saling
berjauhan; hubungan sisi ke sisi sulit diharapkan apalagi
hubungan bidang ke bidang. Jika bilangan koordinasi
besar dan muatan kation kecil, atom-atom bisa tersusun
27
lebih rapat yang berarti hubungan sisi ke sisi bahkan
bidang ke bidang antar polihedron koordinasi bisa terjadi,
tanpa menyebabkan jarak antar kation terlalu dekat.
Kation membentuk polihedra koordinasi kation berbentuk
oktahedron, tetrahedron tegak, ataupun tetrahedron
terbalik. Pada kristal dengan karakter ionik yang sangat
dominan, posisi kation yang menempati sebagian dari
ruang sela yang tersedia adalah sedemikian rupa sehingga
terjadi jarak antar kation rata-rata menjadi maksimal. Pada
kristal yang tidak murni ionik, ikatan kovalen atau metal
menentukan juga posisi-posisi ion.
4. Kristal Molekul
Jika dua atau lebih atom terikat dengan ikatan
primer, baik berupa ikatan ion ataupun ikatan kovalen,
mereka membentuk molekul yang diskrit. Dalam
membentuk padatan kristal, ikatan yang terjadi antar
molekul sub-unit ini berupa ikatan yang kurang kuat.
Kristal yang terbentuk pada situasi ini adalah kristal
molekul, yang sangat berbeda dari kristal unsur dan
kristal ionik. Pada es (H2O), ikatan primernya adalah ikatan
kovalen dan ikatan sekunder antar sub unit adalah ikatan
dipol yang lemah. Atom O [He] 2s2, 2p4 memiliki enam
elektron di kulit terluar dan akan mengikat dua atom H
1s1. Oleh karena itu molekul air terdiri dari satu atom
oksigen dengan dua ikatan kovalen yang dipenuhi oleh
dua atom hidrogen dengan sudut antara dua atom
hidrogen adalah 104°. Dalam bentuk kristal, atom-atom
hidrogen mengikat molekul-molekul air dengan ikatan
ionik atau ikatan dipole hidrogen. Kebanyakan polimer
terbentuk oleh lebih dari dua macam atom, memiliki
ketidakteraturan yang membuat ia tidak mengkristal.
Walaupun demikian ada polimer yang berpenampang
simetris dan mudah mengkristal, seperti
polytetrafluoroethylene (Teflon).
28
D. STRUKTUR KRISTAL
Sering sekali perlu mengacu ke bidang dan arah
tertentu dalam suatu kisi kristal, misalnya untuk menyatakan
bahwa pengedepan (presipitasi) terjadi pada bidang-bidang
sejajar dengan sisi kubus, atau bahwa suatu logam memiliki
bagian paling lunak pada arah sejajar dengan diagonal kubus.
Agar sedehana, pernyataan-pernyataan seperti di atas
diungkapkan dalm notasi yang disebut system indeks Miller.
Dalam sistem itu dipilih tiga sumbu: X, Y, dan Z, yang
masing-masing sejajar dengan ketiga rusuk sel kristal. Untuk
menetapkan suatu bidang kristal kita perlu menentukan
perpotongannya dengan ketiga sumbu X, Y, dan Z, kemudian
mengambil kebalikannya (reciprocal/invers) dan menyamakan
penyebutya. Bentuk kebalikan perpotongan itu akan menjadi
h/n, k/n, l/n, sehigga bila bilangan bulat hkl ditulis dalam
kurung aka menyatakan indeks Miller untuk bidang
bersangkutan (h,k,l). Gambar 2.7 Indikasi Miller mengenai
bidang dalam kristal kubik, (a) (111), (b) (110), (c) (231).
Dalam sistem kristal lain misalnya tetragonal atau
orthorombus, notasi indeks Miller juga digunakan, namun
dalam kristal heksagonal notasi itu perlu dimodifikasi. Dalam
notasi Miller-Bravais kita mengunakan empat sumbu, tiga
diantaranya (X, Y, dan U) saling membentuk sudut 120o
sepanjang arah-arah susunan rapat pada bidang basal,
sementara sumbu keempat (Z) adalah sumbuh tegak lurus.
Perpotongan sebuah bidang dengan sumbu-sumbu itu
ditentukan seperti cara terdahulu, dan notasi untuk indeks
Miller- Bravais adalah (hkl). Gambar 2.8. memperlihatkan
beberapa bidang utama kristal heksagonal. Sekarang coba
jabarkan bidang yang ditampilkan pada Gambar 2.8. (c).
Titik-titik potong dengan sumbu-sumbu X, Y, U, dan Z di
situ berturut-turut adalah 1, 1, - 2 dan 1, sehingga kebalikan
masing-masing adalah 1, 1, -2, dan 1, jadi indeks Miller-Bravais
untuk menyatakan bidang ini adalah (1 1 2 1). Dari contoh ini
kita dapat melihat bahwa (h + k + l) sama dengan nol. Dan ini
merupakan ciri umum sistem kristal heksagonal Untuk arah-
29
arah kristalografi dalam sistem heksagonal boleh digunakan
tiga atau empat sumbu. Arah d3 yang dijabarkan dengan
sistem tiga sumbu atau sistem Miller mempunyai indeks
U, V, W . Gambar 2.8
Indikasi Miller-Bravais mengenai bidang dalam kristal
heksagonal, (a) bidang dasar {100}, (b) bidang prisma {1010},
dan (c) bidang pyramid {1121} Sistem Miller-Bravais untuk
notasi bidang-bidang dan arah-arah kristalografi memiliki
kelebihan dibanding sistem tiga indeks, karena bidang-
bidang dan arah-arah yang sma memiliki indeks-indeks yang
sama pula.
E. STRUKTUR NON-KRISTAL
Pada temperatur rendah, energi pada susunan non-
kristal tidaklah serendah energi pada susunan kristal untuk
komposisi material yang sama. Namun demikian struktur
nonkristal dapat dengan mudah terbentuk, dan ia juga stabil.
Struktur non-kristal tidaklah seratus persen tidak teratur.
Atom-atom dari padatan ini masih menunjukkan keteraturan
susunan dalam skala sub-unit. Akan tetapi susunan antar sub-
unit terjadi secara tak beraturan. Melihat strukturnya, material
non-kristal dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
utama, yaitu: struktur yang terbangun dari molekul
berbentuk rantai panjang; dan struktur yang terbangun dari
jaringan tiga dimensi. Molekul berbentuk rantai panjang akan
mudah saling berbelit dan membentuk material non-kristal
walaupun bagian-bagian tertentu dari rantai panjang ini
dapat tersusun sejajar membentuk susunan teratur. Pada fasa
cair mobilitas sangat rendah sehingga sekali materiaal ini
menjadi dingin, strukturnya akan tetap non-kristal, sebab
untuk membentuk struktur kristal diperlukan mobilitas atom
yang cukup agar penyusunan atau pengaturan kembali dapat
terjadi. Jaringan tiga dimensi terbentuk bila sub-unit berupa
polihedra koordinasi yang saling berikatan sudut. Ikatan
antar polihedron merupakan ikatan diskrit dengan karakter
kovalen yang dominan dan rantaian ini cukup fleksible
30
sehingga mudah saling berbelit satu sama lain. Hanya sedikit
polihedra dari rantaian ini yang dapat tersusun secara teratur
membentuk kristal; kebanyakan mereka tersusun secara tidak
teratur sehingga material yang terbentuk merupakan material
non-kristal.
Soal:
1. Show for the body-centered cubic crystal structure that the unit
cell edge length a and the atomic radius R are related through =
4R/2.
2. For the HCP crystal structure, show that the ideal ratio is 1.633.
3. Molybdenum has a BCC crystal structure, an atomic radius of
0.1363 nm, and an atomic weight of 95.94 g/mol. Compute and
compare its theoretical density with the experimental value
found inside the front cover.
4. Below is a unit cell for a hypothetical metal. (a) To which crystal
system does this unit cell belong? (b) What would this crystal
structure be called? (c) Calculate the density of the material,
given that its atomic weight is 141 g/mol.
31
DAFTAR PUSAKA
32