Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Luh Triska Adelia

NIM : 2206013376

Tugas 1
Analisa Kerusakan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “kerusakan”! Sebutkan kondisi umum dari
kerusakan material!
Kerusakan adalah ketidakmampuan suatu sistem/komponen untuk berfungsi dengan
semestinya. Kondisi umum dari kerusakan antara lain:
a. Tidak dapat berfungsi total/sebagian.
b. Masih dapat menjalankan fungsinya namun kondisinya meragukan atau tidak aman.
c. Tidak dapat dioperasikan lagi.

2. Sebutkan beberapa penyebab kerusakan yang umum terjadi ada suatu material teknik!
Penyebab kerusakan pada material teknik antara lain :
a. Kesalahan dalam desain
b. Kesalahan dalam memilih material
c. Ketidaksempurnaan material
d. Kesalahan pada proses produksi/fabrikasi
e. Kesalahan dalam perakitan (assembling)
f. Kondisi operasi yang tidak sesuai
g. Kesalahan dalam perawatan (maintenance)

3. Buatlah analisis kerusakan pada “Jam Tangan” saudara yang biasa dipakai sehari-hari!
Dalam analisis ini ditentukan 4 aspek yang biasanya menjadi penyebab kerusakan jam tangan
yang digambarkan pada Gambar 1.

Material Usia jam tangan

Kerusakan jam
tangan

Perawatan Pemakaian

Gambar 1. Diagram fishbone kerusakan jam tangan


Jam tangan yang dianalisis adalah merk DW Petite yang sudah digunakan selama 3 tahun.
Material yang digunakan pada jam tangan DW Petite dapat dilihat pada Gambar 2.

Tali leather 316L


Stainless
Steel
Mineral
crystal

Gambar 2. Material jam tangan DW Petite


Sumber: https://www.jamtangan.com/

Beberapa kerusakan yang sering terjadi antara lain:


a. Bagian ujung tali.
Berdasarkan urutan pemakaian, material yang terlebih dahulu mengalami kerusakan adalah
bagian ujung tali. Pemakaian jam tangan dipasang melingkari pergelangan tangan, jarum
pengunci dimasukkan pada lubang yang sesuai dan sisa tali dimasukkan dalam strap
pengikat. Bentuknya kurang-lebih akan seperti Gambar 3 di mana ujung tali akan
bergesekan dengan kepala tali dan dua buah strap pengikat.

Gambar 3. Contoh pemakaian jam tangan


b. Lubang tali yang sering digunakan.
Lubang mengalami perubahan bentuk karena dorongan dari ujung jarum dan tarikan yang
terjadi ketika pemasangan jam dikencangkan untuk menyesuaikan dengan lingkar
pergelangan tangan. Gambar 4 menunjukan lubang tali yang sering digunakan adalah yang
paling longgar di antara lubang lainnya.
Gambar 4. Kerusakan pada lubang tali
c. Bagian tali.
Tali terbuat dari material kulit. Kerusakan bagian tali dapat disebabkan karena bagian
belakang tali jam berkontak langsung dengan kulit tangan yang berkeringat atau basah.
Sedangkan bagian depan biasanya terkena air saat pengguna mencuci tangan. Bagian tali
ini mengalami kerusakan berupa material kulit menjadi kering dan berubah warna seperti
yang ditunjukan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerusakan pada bagian tali


d. Bagian Casing.
Material casing/bingkai jam merupakan rose gold double plating 316L stainless steel.
Gambar 6 menunjukan pada casing bagian depan tidak terdapat goresan yang terlihat
karena warnanya yang mengkilap, sedangkan pada casing belakang mesin jam terdapat
goresan-goresan kerusakan.

Gambar 6. Kerusakan pada bagian casing


4. Pelajaran apa yang diperoleh dari teknik kerusakan (failures engineering)?
Dengan mempelajari teknik kerusakan maka dapat diketahui:
a. Jenis-jenis dan mekanisme kerusakan yang sering terjadi pada suatu sistem/komponen,
misal karena korosi, kelebihan beban, fatigue, crack, patah, dan sebagainya.
b. Penyebab kerusakan/kegagalan pada suatu sistem/komponen.
c. Dapat menentukan tindakan pencegahan/perawatan untuk meminimalisir risiko
kegagalan/kerusakan.
d. Menentukan rekomendasi perbaikan terhadap jenis-jenis kegagalan/kerusakan.

5. Di bidang material (manufacture), ada istilah Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA). Jelaskan konsep dan ruang lingkup dari FMEA dan kegunaannya, berilah
contoh di lapangan berikut resikonya!
a. Konsep dan kegunaan FMEA
FMEA merupakan suatu metodologi yang digunakan untuk menganalisa masalah kualitas
yang muncul sejak di tahap pengembangan. Dengan begitu tindakan koreksi dapat
langsung diambil dan desain bisa langsung diperbaiki. FMEA awalnya mengklasifikasikan
jenis failure mode yang terjadi, lalu menentukan dampaknya terhadap produksi untuk
selanjutnya menjalankan tindakan koreksi.
Dalam menjalankan FMEA, ada 3 variabel utama, yakni:
− Severity, yakni rating yang mengacu pada besarnya dampak serius dari suatu potensial
failure mode.
− Occurrence, yakni rating yang mengacu pada beberapa banyak frekuensi potential
failure terjadi.
− Detection, yakni mengacu pada kemungkinan metode deteksi yang sekarang dapat
mendeteksi potential failure mode sebelum produk tersebut dirilis untuk produksi,
untuk desain, hingga untuk proses sebelum.
Metode FMEA menggunakan Risk Priority Number (RPN), yakni angka yang
menggambarkan area mana yang perlu jadi prioritas perhatian. RPN diukur berdasarkan 3
faktor diatas, severity, occurrence, & detection.
b. Ruang lingkup FMEA mencakup di antaranya:
− Proses  berfokus pada analisa proses manufaktur dan perakitan.
− Desain  berfokus pada analisa produk sebelum proses produksi.
− Konsep  berfokus pada analisa sistem atau subsistem dalam tahap awal desain
konsep.
− Perlengakapan  berfokus pada analisa desain mesin dan perlengkapan sebelum
melakukan pembelian.
− Servis  berfokus pada analisa jasa dari proses industri jasa sebelum diluncurkan ke
pelanggan.
− Sistem  berfokus pada analisa fungsi sistem secara global.
− Software  berfokus pada analisa fungsi software.
c. Contoh penerapan
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk mengkuantifikasi rekam data
kegagalan turbin gas. Data yang digunakan adalah rekam data harian dari turbin gas.
Analisis dilakukan pada sub system dari peralatan gas turbin. Failure mode biasanya
disajikan ke dalam tabel dikuantifikasi mengenai resikonya dengan menggunakan tiga
parameter yaitu severity, occurrence, dan detection. Selanjutnya dilakukan perhitungan
nilai RPN dan Critical RPN yang berfungsi sebagai batas untuk menentukan failure mode
mana sajakah memerlukan perhatian lebih. Failure mode yang RPN-nya melebihi nilai
RPN kritis diurutkan berdasarkan nilai RPN dari yang tertinggi untuk menentukan urutan
prioritasnya. Sehingga diperoleh gambaran mengenai mana yang harus diprioritaskan
terlebih dahulu ataupun memerlukan evaluasi.

6. Di bidang korosi, ada istilah yang disebut dengan Risk Based Inspection (RBI). Jelaskan
konsep dan ruang lingkup dari RBI dan kegunaannya, berilah contoh di lapangan berikut
resikonya!
a. Konsep dan kegunaan RBI
RBI adalah suatu proses manajemen dan penilaian resiko yang berfokus pada loss of
containment dari peralatan bertekanan di dalam fasilitas processing, karena
degradasi/deteriorasi material. Risk-Based Inspection (RBI) adalah sebuah metode yang
dapat digunakan untuk menentukan interval inspeksi dan jenis serta tingkat
inspeksi/pemeriksaan. Penilaian Risk-Based Inspection (RBI) menentukan risiko dengan
menggabungkan probabilitas dan konsekuensi dari kegagalan peralatan. Alasan mengapa
RBI menjadi pilihan bagi banyak organisasi adalah karena metode ini mampu memberikan
beberapa keuntungan antara lain:
− Efektivitas biaya: RBI memungkinkan untuk mengidentifikasi dan memfokuskan
inspeksi pada komponen atau sistem yang memiliki risiko yang lebih tinggi. Dengan
demikian, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya dan biaya secara efektif dan
efisien untuk meminimalkan risiko pada fasilitas yang mereka miliki.
− Prioritas inspeksi dan maintenance: RBI membantu organisasi dalam menentukan
prioritas inspeksi dan perawatan yang diperlukan pada suatu fasilitas berdasarkan
tingkat risiko yang dihasilkan. Hal ini memungkinkan organisasi untuk mengambil
tindakan preventif atau korektif pada komponen yang paling berisiko terlebih dahulu,
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan pada fasilitas.
− Mengurangi paparan turnaround (TAR): TAR melibatkan banyak pekerja dan
sebagian besar terlibat dalam operasi non-standar, seperti pembersihan, pembilasan,
pengelasan, dan perbaikan peralatan. Selain itu terdapat banyak peralatan untuk
bekerja dalam ketinggian dan alat berat lainnya yang dapat meningkatkan risiko
sebuah insiden.
b. Ruang lingkup RBI
RBI biasanya diterapkan untuk peralatan statis (static equipment), seperti sistem
perpipaan, bejana tekan, tangki, dan heat exchanger. Ruang lingkup RBI mencakup
beberapa komponen dan tahapan utama:
− Identifikasi aset kritis yang paling penting dalam menjaga keberlanjutan operasi dan
keselamatan untuk dilakukan tindakan RBI.
− Evaluasi potensi kegagalan (PoF) dan konsekuensi kegagalan (CoF) analisis terhadap
berbagai faktor seperti usia, kondisi, jenis material, lingkungan kerja, dan lainnya.
− Pemeringkatan risiko yang dapat berupa risiko tinggi, sedang, atau rendah.
− Pengembangan strategi inspeksi dengan memerhatikan aset dengan risiko tinggi
mungkin memerlukan inspeksi lebih sering dan bervariasi, sedangkan aset dengan
risiko lebih rendah dapat diinspeksi dalam interval yang lebih panjang.
− Strategi pengambilan tindakan korektif atau perbaikan jika diperlukan.
− Melakukan RBI siklus selanjutnya berdasarkan hasil inspeksi terbaru, perubahan
dalam kondisi operasional, atau perubahan dalam penilaian risiko.
c. Contoh penerapan
Melakukan assessment pada sebuah separator di industri gas dan minyak bumi. Analisis
RBI biasanya dilakukan pada bagian komponen sehingga separator tersebut akan dibagi
menjadi beberapa komponen seperti head, shell dan nozzle. Pada setiap komponen akan
dilakukan identifikasi damage mechanisms yang sesuai dengan jenis material, fluida yang
mengalir dan kondisi operasi, untuk menghitung nilai dari probability of failure (PoF).
Risiko setiap komponen dihitung berdasarkan nilai PoF dan CoFnya. Komponen yang
memiliki risiko tertinggi akan menjadi representatif untuk mementukan jadwal, metode
dan efektivitas inspeksi serta menentukan usulan/rekomendasi tindakan mitigasi. Inspeksi
biasanya berupa Ultrasonic Testing untuk mengetahui ketebalan aktual dari kompononen,
sedangkan rekomendasi dapat berupa melakukan recoating atau penggantian material
apabila kondisi peralatan sudah tidak layak.
Referensi:
1. API RP 581, 2016. Risk Based Inspection Methodology, 3rd Edition. Washington D.C: API
Publishing Service.
2. Hassan, D. A., 2013. Review of The Global Oil And Gas Industry: A Concise Journey From
Ancient Time to Modern World. Petroleum Technology Development Journal, Volume 3, pp.
123-141.
3. https://www.jamtangan.com diakses pada 3 September 2023 14.15 WIB
4. Prof. Dr. Ir. Winarto, MSc. Modul pembelajaran Introduksi Analisa Kerusakan. DTMM
FTUI.
5. Muzakki, A., et al, 2020. Penerapan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
Untuk Mengkuantifikasi Rekam Data Kegagalan Turbin Gas. Data, https://air.eng.ui.ac.id/
diakses pada 3 September 2023 14.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai