Disusun Oleh:
AYU DIAN SHINTAWATI
XI MIPA 1
SMAN 1 CIKARANG UTARA
A. TUJUAN:
C. Cara kerja
1. Siapkan plat tetes dan letakkan potongan kertas lakmus merah dan biru pada setiap
lekukan.
2. Teteskan lar NaCl 1M pada dengan lakmus biru, lanjutkan pada lakmus merah. Amati
perubahan warna pada lakmus dan catat pada lembar pengamatan.
3. Ulangi untuk larutan yang lain.
D. DATA PENGAMATAN
Hidrolisis garam adalah reaksi antara salah satu ion garam dengan air yang membentuk
larutan dengan sifat asam atau basa. Jadi, terjadi reaksi penguraian antara kation dan anion garam
dengan air dalam suatu larutan.
Setelah saya melakukan praktikum Kimia mengenai hidrolisis garam, saya dapat mengetahui,
bahwa suatu garam dapat membentuk larutan bersiat asam atau basa apabila direaksikan dengan air.
Pada praktikum kali ini penulis menggunakan kertas lakmus berwarna merah dan biru. Setelah
dilakukan uji coba antara beberapa larutan garam dengan lakmus merah dan biru dihasilkan 3 larutan
yang bersifat netral, 2 larutan bersifat basa dan 3 larutan bersifat asam. Diantaranya ialah, lar NaCl,
lar Na2SO4, lar MgSO4, yang bersifat netral. Lar CH3COONa, Lar CaCO3, yang bersifat basa. Lar
NH4Cl, lar (NH4)2SO4, lar Al2(SO4)3 yang bersifat asam.
Sebagai pembuktian dari sifat-sifat larutan tersebut, dapat ditinjau dari asalnya. Contoh, NaCl
yang dimana Na berasal dari NaOH (basa kuat) dan Cl berasal dari HCl (asam kuat) yang dimana
apabila hidrolisis garam kedua larutan berasal dari zat kuat (hidrolisis total) maka sifatnya akan
netral.Contoh lainnya, CaCO3 yang dimana Ca berasal dari Ca(OH)2 (basa kuat) dan CO3 yang berasal
dari H2CO3 (asam lemah) sehingga larutan hanya terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat basa
karena zat yang kuat merupakan zat basa. Contoh lain, NH4Cl yang dimana NH4 yang berasal dari
NH4OH (basa lemah) dan Cl yang dimana berasal dari HCl (asam kuat) sehingga larutan hanya
terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat asam karena zat yang kuat merupakan zat asam.
Selain ditinjau melalui asalnya, hidrolisis garam dapat ditinjau melalui reaksi pembentukan
garam, contoh: NaCl → Na+ + Cl- , Na+ + H2O ⇌ X , Cl- + H2O ⇌ X, dari reaksi pembentukan ini
dapat diketahui bahwasanya tidak terjadi reaksi hidrolisis. Sebab, kedua garam sama sama berasal dari
zat kuat, yakni basa kuat (NaOH) dan asam kuat (HCl). Contoh lainnya, CH3COONa → CH3COO- +
Na+ , CH3COO- + H2O ⇌ CH3COOH + OH-, bersifat basa karena tersisa OH- dan Na+ + H2O ⇌ X.
Pada reaksi pembentukan ini terjadi hidrolisis Sebagian (parsial) dan bersifat basa karena yang tersisa
dari reaksi tersebut merupakan OH- dan Na+ tak dapat ber-reaksi dengan H2O karena berasal dari basa
kuat (NaOH). Dan, untuk contoh hidrolisis garam bersifat asam dapat ditinjau melalui senyawa NH4Cl
seperti berikut: NH4Cl → NH4+ + Cl-, NH4+ + H2O ⇌ NH4OH + H+ , Cl- + H2O ⇌ X. Dapat dilihat
dari reaksi ini yang tersisa adalah H+ (asam) maka garam bersifat asam dan reaksi hidrolisis yang
terjadi ialah reaksi hidrolisis Sebagian (parsial).
E. Dokumentasi
Figure 1 Lar. garam sebelum direaksikan Figure2 Lar. garam direaksikan dengan lakmus merah
Dari praktikum tentang hidrolisis garam yang telah dilakukan, saya mendapatkan kesimpulan
bahwasanya garam akan memiliki sifat asam atau basa jika direaksikan dengan air yakni melalui
proses reaksi penguraian antara kation dan anion garam dalam suatu larutan. Untuk dapat menentukan
sifat garam apakah bersifat asam atau basa, dapat ditentukan dengan cara meninjau garam dari asalnya
dan melalui reaksi pembentukan garam. Dan dari praktikum ini juga dihasilkan bahwa terdapat 3
larutan yang bersifat netral (NaCl, Na2SO4, MgSO4), 2 larutan bersifat basa (CH3COONa, CaCO3),
dan 3 larutan bersifat asam [ NH4Cl, (NH4)2SO4, Al2(SO4)3 ].