Anda di halaman 1dari 59

Modul 9

Pengolahan dan Pelaporan


Hasil Penilaian
Dra. Ida Lestari, M.Pd.

PEN D A HU L UA N

A. MANFAAT DAN RELEVANSI

Pada modul terdahulu, Anda telah belajar pengertian, prinsip, serta


perencanaan alat pengumpulan data dalam rangka mengevaluasi hasil dan
proses pembelajaran. Pengolahan hasil ujian merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari perencanaan dan proses pembelajaran pada umumnya sebab
efektivitas kegiatan pembelajaran salah satunya diwarnai oleh efektivitas
pengolahan hasil ujian itu sendiri. Kegiatan pembelajaran akan dipandang
efektif jika didukung oleh kegiatan pengolahan hasil belajar yang efektif
pula. Sayangnya, masih ada guru yang melakukan pengolahan hasil ujian
secara asal-asalan, sekadar untuk bukti bahwa mereka mampu memberi nilai
kepada murid-muridnya.
Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga
pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan guru, yaitu tahap koreksi, tahap
pemberian nilai, dan tahap penentuan kedudukan siswa dalam kelompoknya.
Ketiga pekerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi
dari setiap guru selaku evaluator.
Pada bagian modul ini, Anda akan belajar menganalisis data yang telah
dikumpulkan dan menafsirkannya sesuai dengan tujuan penilaian. Salah satu
tugas guru dalam evaluasi adalah melakukan analisis dan penafsiran terhadap
hasil pengukuran ataupun penilaian. Pada Kegiatan Belajar 1, Anda akan
belajar (a) pengertian pengolahan, (b) tujuan pengolahan, (c) prinsip
pengolahan, (d) pendekatan pengolahan dan prosedur pengolahan nilai, (e)
contoh penganalisisan dan penafsiran hasil penilaian yang berupa tes (esai
ataupun objektif), serta (f) praktik penganalisisan dan penafsiran hasil
penilaian berdasarkan ketuntasan.
9.2 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan belajar (a) tujuan dan prinsip
pelaporan, (b) pengolahan, serta (c) tujuan pengolahan.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat
berlatih mempraktikkan penyekoran dan penafsiran hasil penilaian. Secara
khusus, setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai
hal-hal berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan, prinsip, dan pendekatan
pengolahan hasil (penentuan kualitas).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah penganalisisan dan penafsiran
hasil penilaian yang berupa tes (esai ataupun objektif), penilaian unjuk
kerja, portofolio, serta penilaian proses yang berupa deskripsi munculnya
perilaku.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan prinsip pelaporan hasil
penilaian.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk pelaporan hasil
penilaian.

B. DESKRIPSI/CAKUPAN MATERI MODUL

Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan


penyusunan alat penilaian menyimak. Modul ini penting dipelajari karena
dengan memahami prinsip penilaian menyimak, seorang guru dapat
menyusun alat penilaian menyimak secara tepat.
Materi yang akan Anda pelajari mencakup (1) konstruk kemampuan
menyimak dan sasaran penilaian menyimak serta (2) ragam kemampuan
menyimak dan alat penilaiannya.

C. SUSUNAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran terdiri atas lima tahap. Tahapan pembelajaran


dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.
Kegiatan Belajar 1: pendekatan dalam penilaian kemampuan menyimak,
konstruk kemampuan menyimak, serta contoh penilaian
menyimak yang sesuai dengan konstruk dan yang tidak
sesuai dengan konstruk.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.3

Kegiatan Belajar 2: ragam tingkatan kemampuan menyimak contohnya alat


penilaian hasil dalam pembelajaran menyimak, alat
penilaian proses dalam penilaian menyimak
penilaiannya, serta perencanaan penilaian hasil dan
proses dalam pembelajaran menyimak.
9.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

KEGIATAN BELAJAR 1

Pengolahan Hasil Penilaian

P engolahan hasil ujian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


perencanaan dan proses pembelajaran pada umumnya. Bacalah dengan
saksama paparan berikut!

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PENGOLAHAN HASIL


PENILAIAN

Pengertian pengolahan adalah pemberian nilai dengan cara


menerjemahkan informasi deskriptif ke dalam angka atau simbol lain yang
menunjukkan kualitas kinerja siswa. Setelah diperoleh skor, kemudian diolah
dengan cara dibandingkan kriteria tertentu. Permendiknas Nomor 20 Tahun
2007 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik. Dengan demikian, ada dua substansi penting yang harus dicermati
pendidik dalam konteks penilaian, yaitu proses pengumpulan dan proses
pengolahan. Pengumpulan hasil belajar siswa dilakukan melalui ulangan,
baik ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
maupun ulangan kenaikan kelas.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian pendidik belum
melaksanakan proses pengumpulan dan pengolahan hasil belajar dengan baik
dan benar. Terdapat sinyalemen bahwa dalam proses pengumpulan dan
pengolahan hasil belajar siswa, pendidik tidak mencermati kompetensi dasar
dan indikator. Akibatnya, pendidik kesulitan dalam menyimpulkan
keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Oleh karena itu, diperlukan
desiminasi yang berkelanjutan berkaitan dengan penilaian hasil belajar
sehingga ada persamaan persepsi dan kesatuan langkah dalam
implementasinya. Oleh sebab itu, penilaian hasil belajar lebih merupakan
proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh pendidik untuk
memberikan keputusan tentang hasil belajar peserta didik berdasarkan
tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan
peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang tercantum dalam standar isi.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.5

Penilaian hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan melalui


langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi, pengolahan, dan penggunaan informasi, baik untuk tindak lanjut
bagi perbaikan kualitas pembelajaran maupun untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilaksanakan
melalui berbagai teknik, seperti tes tertulis yang digunakan untuk mengukur
aspek kognitif, tes praktik untuk mengukur aspek keterampilan, dan
observasi atau pengamatan untuk menilai aspek afektif.
Tujuan pengolahan adalah mengomunikasikan makna informasi tentang
pembelajaran dan prestasi murid. Secara khusus, pengolahan nilai
mengandung empat tujuan dasar berikut (Airasian, 2001).
1. Administratif
Hasil pengolahan yang berupa nilai atau grade membantu menentukan
ranking kelas murid, kelulusan, dan apakah murid bisa naik ke kelas
selanjutnya atau tidak.

2. Informasional
Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang tua,
dan pihak lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid. Sebuah
grade atau nilai merepresentasikan penilaian guru terhadap seberapa baik
murid dalam memenuhi tujuan instruksional dan target pembelajaran.

3. Motivasional
Strategi yang baik adalah membantu murid agar termotivasi secara
intrinsik. Walaupun demikian, dalam dunia pendidikan tempat nilai
diberikan, banyak murid belajar keras karena mereka termotivasi secara
ekstrinsik, yakni ingin mendapat nilai tinggi dan takut nilai rendah.

4. Pedoman
Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus
dan level tugas yang tepat bagi murid. Nilai memberi informasi tentang
murid mana yang butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang akan
tepat bagi murid.
9.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

B. PRINSIP PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN

Terdapat beberapa prinsip pengolahan hasil pengolahan. Bacalah prinsip


penilaian berikut dengan saksama.

1. Pengolahan Bersumber dari Beragam Bukti Belajar


Pengolahan hasil belajar perlu mempertimbangkan bukti belajar yang
berbeda-beda. Bukti belajar yang berbeda-beda diberi bobot yang sesuai.
Pemberian grade kategori tidak hanya untuk penilaian hasil, tetapi juga
penilaian proses (aspek afektif). Guru tidak boleh hanya mengolah kualitas
siswa berdasarkan ujian semata. Pertimbangan berbagai bukti belajar dan
pembobotannya dicontohkan berikut. Misalnya, digunakan sumber
pengolahan dari berbagai bukti belajar berikut dengan pembobotan tertentu.
Tes utama 20%
Ujian akhir 25%
Ulangan 20%
PR 5%
Laporan oral 10%
Proyek 20%

Banyak guru tidak menggunakan pekerjaan rumah sebagai komponen


untuk penilaian. Salah satu alasannya adalah ketika nilai murid tergantung
pada PR atau tugas lain yang dikerjakan di luar kelas, orang tuanya mungkin
ikut membantu atau bahkan mengerjakan sendiri tugas itu agar anaknya dapat
nilai yang bagus. Alasan lain adalah murid dengan lingkungan rumah yang
lebih baik akan lebih diuntungkan. Sebagaimana dengan aspek penilaian
kelas lainnya, penilaian Anda harus menyintesiskan informasi-informasi
untuk mendapatkan nilai murid. Jika seorang murid tidak mengerjakan
beberapa tugas, beberapa guru menurunkan nilai murid.

2. Keterbukaan Sistem Cara Pengolahan


Prinsip lain dalam pengolahan hasil adalah adanya keterbukaan sistem
yang digunakan pada pengolahan. Dengan keterbukaan cara pengolahan,
semua orang bisa mengontrol jika terdapat kesalahan.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.7

C. PENDEKATAN PADA PENETAPAN NILAI DAN KELULUSAN


HASIL BELAJAR

PAP (criterion referenced evaluation) mencoba menafsirkan hasil tes


yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah
ditetapkan. Patokan ini biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai
dan digunakan sebagai “standar kelulusan”. Standar kelulusan ini di dalam
PAP bersifat ajek dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, PAP
ini dikenal pula dengan nama “standar mutlak”.
Berhubung standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya siswa
yang lulus dan memperoleh nilai tinggi akan mencerminkan prestasi siswa
sekaligus juga mencerminkan penguasaannya terhadap bahan pelajaran.
Sebagai konsekuensi logis penggunaan standar mutlak ini, sangat mungkin
terjadi bahwa sebagian besar siswa dalam satu kelompok lulus dengan nilai
tinggi, sebagian besar siswa tidak lulus karena nilainya di bawah standar
minimal, atau jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dan rendah mungkin
pula berimbang. Hasil pengolahan yang demikian jika digambarkan dalam
bentuk kurva akan berwujud kurva juling positif, kurva juling negatif, dan
kurva normal.
Penafsiran hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan
membandingkan nilai hasil tes yang diperoleh siswa dengan patokan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi, kriteria yang dipergunakan untuk
menetapkan besarnya patokan itu sendiri hingga kini belum ada kesepakatan.
Oleh karena itu, selama ini setiap lembaga/sekolah biasanya bersepakat untuk
membuat patokan yang akan diberlakukan di tempat masing-masing.
Pendekatan acuan patokan (PAP) pada umumnya digunakan untuk
menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran. Pengujian tingkat penguasaan
bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang berorientasi pada tujuan
dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu, nilai seorang siswa yang
ditafsirkan dengan standar mutlak menunjukkan tingkat penguasaan riilnya
terhadap bahan pelajaran dan juga merupakan standar pencapaian indikator
sesuai dengan standar ketuntasan belajar.
Agar nilai yang diperoleh siswa dapat berfungsi seperti yang diharapkan,
yaitu mencerminkan tingkat penguasaan siswa, alat tes yang dipergunakan
harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi kelayakan, kesahihan,
maupun ketepercayaannya. Butir-butir tes yang disusun harus sesuai dengan
tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diberikan. Pendekatan PAP
9.8 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

memiliki beberapa kelebihan yang meliputi (1) hasil PAP merupakan umpan
balik yang dapat digunakan guru sebagai introspeksi tentang program
pembelajaran yang telah dilaksanakan, (2) hasil PAP dapat membantu guru
dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang
topik/materi tertentu, serta (3) hasil PAP dapat pula membantu guru
merancang pelaksanaan program remedi.
PAN (norm referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan “standar
relatif” atau norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang
diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan hasil tes siswa lain
dalam kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang
diperoleh siswa dalam satu kelompok. Ini berarti standar kelulusan baru
dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada
kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat
digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang
digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes
sekarang atau yang akan datang. Jadi, setiap kali kita memperoleh data hasil
tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan antara norma
yang satu dan yang lainnya, mungkin saja akan ditemukan standar yang
sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan siswanya pintar-pintar,
norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya, jika siswanya kurang
pintar, standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini
disebut standar relatif.
Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal
walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok.
Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan kurva
normal, mean kurva yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda.
Sebagai konsekuensinya, seorang siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam
suatu kelompok mungkin akan memperoleh nilai rendah jika ia dimasukkan
dalam kelompok lainnya. Demikian pula sebaliknya.
Konversi didasarkan pada mean dan standar deviasi (SD) yang dihitung
dari hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk membuat standar
penilaian atau pedoman konversi, terlebih dahulu kita harus menghitung
mean dan SD-nya. Jika dihubungkan dengan skala penilaian, pedoman
konversi untuk PAN dapat mempergunakan berbagai skala, misalnya skala
lima, sembilan, sepuluh, dan seratus.
Berbeda dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk mengukur
kadar pencapaian tujuan dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.9

digunakan untuk fungsi prediktif serta meramalkan keberhasilan pendidikan


siswa di masa mendatang atau untuk menentukan peringkat/kedudukan siswa
dalam kelompok. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN yang
mencakup (1) hasil PAN dapat membuat guru bersikap positif dalam
memperlakukan siswa sebagai individu yang unik, (2) hasil PAN merupakan
informasi yang baik tentang kedudukan siswa dalam kelompoknya, serta (3)
PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada kriteria atau
patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang
telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian,
kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan norma untuk maksud khusus
tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik
masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik
dalam kegiatan belajar, serta untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili
sekolah dalam lomba antarsekolah.

D. LANGKAH PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN

Pada konteks pembelajaran berbasis kompetensi, kegiatan yang


dilakukan oleh pendidik pada tahap pengolahan adalah menganalisis hasil
penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu membandingkan hasil penilaian
masing-masing peserta didik dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk
penilaian yang dilakukan oleh pendidik, hasil penilaian masing-masing
peserta didik dibandingkan dengan KKM. Analisis ini bermanfaat untuk
mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik serta
untuk memperbaiki pembelajaran.
Nilai merefleksikan penilaian guru. Ada tiga hal utama yang perlu
dipertanyakan guru dalam melakukan pengolahan. Tiga hal tersebut adalah
(1) apa standar perbandingan yang akan digunakan untuk grading, (2) apa
aspek kinerja murid yang akan digunakan untuk menetapkan nilai, serta (3)
bagaimana guru memberi bobot pada jenis bukti yang berbeda dalam
menentukan nilai.
Kinerja murid bisa diberi nilai melalui perbandingan dengan kinerja
murid lain atau dengan standar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Grading berdasarkan pada norma (norm-referenced) adalah sistem grading
berdasarkan perbandingan kinerja murid dengan murid lainnya dalam kelas
9.10 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

atau kelas lainnya. Dalam sistem semacam ini, murid mendapatkan nilai
tinggi jika kinerjanya lebih baik ketimbang kinerja dari sebagian besar teman
sekelasnya dan murid mendapat nilai rendah jika kinerjanya lebih buruk.
Grading jenis ini biasanya disebut sebagai grading on the curve. Dalam
grading yang mengacu pada norma, skala grading menentukan persentase
murid yang mendapat nilai tertentu. Dalam kebanyakan kasus, skala dibuat
sehingga persentase murid terbesar akan mendapat nilai C.
Berikut ini pembagian nilai yang lazim dipakai: 15 persen A, 25 persen
B, 40 persen C, 15 persen D, dan 5 persen F. Dalam menentukan nilai,
instruktur atau pengajar sering melihat gap dalam range nilai. Jika enam
murid mendapat nilai 92 sampai 100 dan 10 murid mendapat 81 sampai 88
serta tidak ada nilai antara 88 dan 92; guru akan memberi nilai A untuk 92
sampai 100 dan B untuk 81—88. Grading berdasar norma ini telah dikritik
karena mengurangi motivasi murid, meningkatkan kecemasan mereka,
meningkatkan interaksi negatif di antara murid, dan menghambat
pembelajaran.
Ada pula membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditentukan.
Grading berdasarkan kriteria berarti murid mendapat nilai tertentu untuk
level kinerja tertentu, terlepas dari perbandingan dengan hasil murid lainnya.
Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga
pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan guru, yaitu tahap koreksi, tahap
pemberian nilai, dan tahap penentuan kedudukan siswa dalam kelompoknya.
Ketiga pekerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi
dari setiap guru selaku evaluator.
Pada tahap koreksi, yang seharusnya dilakukan guru adalah membaca
lembar jawaban siswa dengan teliti untuk melihat apakah jawaban mereka
sudah sesuai dengan tuntutan kunci jawaban atau belum, kemudian memberi
skor pada setiap lembar jawaban yang sudah dibaca. Dalam kacamata
Arikunto (2005: 275), “Hampir semua guru tidak menyenangi pekerjaan
koreksi dan membuat catatan tentang hasil prestasi siswa. Pekerjaan itu
membutuhkan ketekunan dan ketelitian yang luar biasa dan menuntut banyak
energi.” Benarkah demikian? Jika ya, wajar kalau mutu pendidikan di negara
kita terpuruk. Apalagi kalau yang malas mengoreksi itu adalah guru bahasa
Indonesia sebab guru bahasa, terutama dalam pembelajaran mengarang,
betul-betul dituntut mampu memberikan balikan terhadap karangan siswa
sampai pada hal-hal yang sekecil-kecilnya, seperti masalah titik dan koma.
Cara paling sederhana dalam menetapkan skor mentah (row score)
adalah menjumlahkan semua skor jawaban betul dari setiap butir soal. Bagi
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.11

siswa, skor ini belum dapat dianggap sebagai cerminan prestasi akademis
mereka. Oleh karena itu, menurut Arikunto (2005: 22), setiap guru
diwajibkan untuk mengubah skor itu menjadi skor berstandar 100.
Sesudah mengoreksi semua lembar jawaban siswa, pekerjaan selanjutnya
adalah melakukan pemberian nilai kepada siswa sesuai skor yang terdapat
pada setiap lembar jawaban yang sudah diperiksa. Pada tahap ini, skor
mentah dikonversikan menjadi nilai berstandar 100. Untuk mengonversikan
skor ke dalam nilai berstandar ini, guru terlebih dahulu perlu menetapkan
skor maksimum dari suatu ujian. Setelah itu menghitung nilai setiap siswa
dengan cara membagi skor perolehan dengan skor maksimum, kemudian
dikalikan 100%. Hasil perhitungan inilah yang kemudian ditetapkan sebagai
nilai masing-masing siswa.

Contoh A
Skor maksimum yang diharapkan dari suatu ujian adalah 40. Aya mendapat
 24 
skor 24. Ini berarti Aya sebenarnya hanya menguasai 60%   100%  dari
 40 
tuntutan ketuntasan belajar.

Contoh B
Skor yang diperoleh Azam adalah 36. Sesuai proses pengubahan skor yang
dilakukan terhadap Aya, itu berarti Azam layak mendapat nilai 90
 36 
  100%  karena dia menguasai 90% dari tuntutan.
 40 
Dengan mencermati kedua contoh sebelumnya, kiranya Anda dapat
membedakan antara skor dan nilai. Bagi Aya, 24 adalah skor perolehan,
sedangkan nilai yang layak diterimanya adalah 60. Begitu pula dengan Azam,
dia berhak mendapat nilai 90 walaupun skor perolehannya hanya 36.
Tahapan terakhir dari proses pengolahan hasil ujian, yaitu tahap
penentuan kedudukan siswa dalam kelompok. Pada tahap ini, pekerjaan
guru adalah membandingkan prestasi seorang siswa dengan prestasi siswa
lain dalam kelompok/kelasnya. Ada beberapa cara yang biasa digunakan
orang dalam menentukan kedudukan siswa dalam kelompok, di antaranya
dengan (1) ranking sederhana/simple rank, (2) rangking persentase/percentile
rank, serta (3) standar deviasi dan dengan z-score. Sajian berikut hanya akan
menyajikan cara penentuan kedudukan siswa dengan standar deviasi. Untuk
9.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

ini, biasanya para pakar evaluasi menggunakan PAP, PAN, dan gabungan
PAP dengan PAN.
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan proses pengumpulan dan
pengolahan penilaian. Langkah tersebut meliputi (1) menginformasikan
silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria
penilaian pada awal semester; (2) mengembangkan indikator pencapaian KD
dan pemilihan teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata
pelajaran; (3) mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih; (4) melaksanakan tes,
pengamatan, penugasan, dan bentuk lain yang diperlukan; (5) mengolah hasil
penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar
peserta didik; (6) mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik
disertai balikan/komentar yang mendidik; (7) memanfaatkan hasil penilaian
untuk perbaikan pembelajaran; (8) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran
pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk
satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai
cerminan kompetensi utuh; serta (9) melaporkan hasil penilaian akhlak
kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru
pendidikan kewarganegaraan yang digunakan sebagai informasi untuk
menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan
kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.
Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-
masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, sebaiknya
dipakai keduanya dengan cara bergantian. Perhitungan skor di atas masih
dalam bentuk skor mentah. Oleh karena itu, hasil perhitungannya perlu diolah
lagi guna menentukan nilai akhir. Setidaknya ada dua fungsi, yaitu
menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan
kelompoknya. Untuk menentukan batas kelulusan setidaknya dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal, dan batas lulus
purposif.

1. Batas Lulus Aktual


Batas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual yang dicapai
oleh kelompok siswa. Yang perlu dihitung adalah nilai rata-rata dan standar
deviasinya. Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X + 0,25SD.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.13

2. Batas Lulus Ideal


Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual karena batas
lulus ideal juga menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Bedanya, batas
lulus ideal rata-ratanya ditentukan setengah dari skor maksimum. Sementara
itu, simpangan baku sepertiga dari nilai rata-rata ideal.

3. Batas Lulus Purposif


Batas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan patokan sehingga
tidak perlu menghitung nilai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai dibuat
berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya, batas
kelulusan adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya, nilai
maksimum mahasiswa di kelas 80 maka batas kelulusannya adalah 75% × 80
= 60. Jadi, mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari
60, sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60 dinyatakan tidak
lulus.
Bacalah dengan saksama contoh pengolahan yang terdiri atas
pengoreksian dan pengolahan nilai.

a. Penyekoran lembar hasil pekerjaan siswa


Penyekoran tes objektif dilakukan dengan cara mencocokkan tiap butir
dengan kunci jawaban. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa
lembar jawaban tes objektif. Lembar jawaban diperiksa per orang.
Maksudnya, setelah selesai memeriksa hasil si A dan diberi skor, lalu
memeriksa punya si B, lalu si C, dan seterusnya. Lembar jawaban diperiksa
nomor demi nomor. Misalnya, satu lokal terdiri atas 30 orang maka
pemeriksaan lembar jawaban dilakukan mulai nomor satu pada seluruh
lembar jawaban esai. Setelah selesai, dilanjutkan dengan nomor dua untuk
seluruh lembar jawaban mahasiswa, demikian seterusnya. Apabila
dibandingkan cara pertama dengan cara kedua, cara kedua lebih objektif.
Sementara itu, cara pertama lebih subjektif. Oleh karena itu, sebaiknya untuk
memperoleh hasil yang lebih objektif, gunakan cara kedua. Contoh
penyekoran tes objektif dan esai dipaparkan berikut.
9.14 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

FORMAT 5.2 FORMAT LEMBAR KUNCI JAWABAN


Nama : ................................................
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
A B C D A B C D A B C D
1  21  41
2  22  42
3  23  43
4  24  44
5  25  45
6  26  46
7  27  47
8  28  48
9  29  49
10  30  50
11  31  51
12  32  52
13  33  53
14  34  54
15  35  55
16  36  56
17  37  57
18  38  58
19  39  59
20  40  60
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.15

FORMAT 5.2 LEMBAR JAWABAN DAN KUNCI JAWABAN


Nama : ................................................
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
A B C D A B C D A B C D
1  X 21  41
2  X 22  42
3  23  43
4 X  24  44
5  25  45
6  X 26  46
7  X 27  X 47
8 X  28  48
9 X  29  49
10  30 X  50
11 X  31  51
12  32  52
13  X 33  53
14 X  34  54
15  35  55
16 X  36  56
17 X  37  57
18  38  58
19 X  39  59
20  X 40  60

Penyekoran tes objektif lebih mudah. Penyekoran tes objektif dilakukan


dengan menyekor tiap butir tes objektif dibandingkan kunci jawaban yang
ditentukan. Memeriksa tes bentuk esai lebih sulit dibandingkan dengan
bentuk tes objektif. Siapa pun yang menilai lembar jawaban tes objektif
hasilnya pasti sama. Sementara itu, memeriksa tes esai hasilnya bisa berbeda
kalau yang memeriksa orangnya berbeda sekalipun kriteria jawaban yang
tepat sudah ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes
subjektif. Untuk menghindari faktor subjektivitas, sebaiknya sebelum
memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria/pedoman jawaban
yang benar.
9.16 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pemberian skor dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya


skala 1—4, 1—10, dan 1—100. Sebaiknya, jangan memberikan skor nol.
Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang
digunakan, hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku
sama untuk semua nomor soal. Setelah menetapkan skoring, langkah
selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran
soal. Sebaiknya, gunakan skala 1—10, misalnya soal yang mudah diberi
bobot 2, sedang bobotnya 3, dan soal yang sulit bobotnya 5.
Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti
cara di atas, setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan
skala pengukuran sehingga skala pengukuran tiap item tidak sama. Proses
penetapan skornya adalah skor setiap item diperoleh dengan cara nilai setiap
item dikali bobot dan jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item, lalu
dibagi dengan skor ideal. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diberikan contoh
perhitungan. Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal esai
sangat penting karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan.
Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya
berbeda. Amati pedoman penyekoran tes esai berikut.

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo


Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya
di pucuk-pucuk para
mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok
yang diburu
surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu


dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.

Satu demi satu yang maju tersadap darahnya


penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka

- Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!


Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.17

Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang


Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang

- Joko Pandan! Di mana ia?


Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia!


menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

- Joko Pandan! Di mana ia?


Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan


segala menyibak, bagi derapnya kuda hitam
ridla dada, bagi derunya dendam yang tiba

Pada langkah pertama keduanya sama baja


Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka


pesta bulan, sorak-sorai, anggur darah.

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang


Ia telah membunuh bapaknya.
karya WS Rendra

Soal
1) Tentukan tokoh pada puisi naratif tersebut!
2) Tentukan setting/latar terjadinya peristiwa pada puisi tersebut!
3) Simpulkan tema yang terdapat pada puisi tersebut!
4) Tentukan amanat yang terdapat pada puisi tersebut!
9.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

PEDOMAN PENYEKORAN
No Rubrik penilaian Skor
1 Latar/setting
▪ Di hutan, di malam hari, dan suasananya ramai 25
▪ Di hutan, di malam hari 10
▪ Di hutan 5
▪ Menyimpang
2 Tokoh
▪ Atmo Karpo, Joko Pandan, dan warga desa 25
▪ Atmo Karpo dan Joko Pandan 10
▪ Atmo Karpo 5
3 Tema
▪ Joko Pandan membunuh Atmo Karpo yang notabene 25
adalah ayahnya sendiri
▪ Joko Pandan membunuh perampok 10
▪ Joko Pandan bertarung dengan perampok 5
4 Amanat
▪ Kita harus menegakkan keadilan walaupun dengan
keluarga kita sendiri 25
▪ Kita harus membunuh perampok 10
▪ kita tidak boleh merampok 5

Berdasarkan pedoman penyekoran tersebut, tentukan skor untuk siswa


yang memiliki jawaban berikut.
a. Tokoh dalam puisi tersebut adalah Joko Pandan.
b. Setting yang terjadi di sebuah jalan desa.
c. Joko Pandan melawan perampok.
d. Amanat yang terkandung adalah jangan merampok.

b. Pengolahan skor menjadi nilai


Setelah skor didapatkan, perlu diolah menjadi nilai. Dengan kata lain,
diperlukan konversi hasil skoring menjadi nilai akhir. Kesalahan sering
terjadi pada pemberian nilai akhir, yaitu hasil skoring dianggap sebuah nilai
akhir. Padahal, seharusnya hasil skoring tersebut harus dikonversi dulu
menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah ditetapkan sebelumnya
dalam bentuk skala 1—4, skala 1—10, dan skala 1—100. Berikut akan
dibahas cara mengonversi hasil skor menjadi nilai akhir.
Cara konversi sederhana dapat dilakukan. Cara ini sangat sederhana dan
mengabaikan tingkat ketelitian dan keakuratan data. Tidak mustahil akan
terjadi kesalahan interpretasi karena cara ini mengabaikan tingkat varian
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.19

kemampuan mahasiswa. Misalnya, kriteria yang digunakan dalam bentuk


persentase. Nilai 10 apabila mencapai angka 100%.
Konversi dengan menggunakan mean dan standar deviasi juga dapat
digunakan. Cara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan tingkat
variansi hasil belajar sehingga nilai akhir sangat ditentukan oleh
kelompoknya. Apabila standar deviasinya kecil, interval nilainya juga kecil.
Sebaliknya, apabila standar deviasinya besar interval nilainya juga besar.
Konversi cara ini biasanya dilakukan untuk penilaian standar 10 dan standar
4 atau standar huruf. Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor
mentah menjadi standar 10 sebagai berikut.
M + 2,25 (SD) = 10
M + 1,75 (SD) = 9
M + 1,25 (SD) = 8
M + 0,75 (SD) = 7
M + 0,25 (SD) = 6
M – 0,25 (SD) = 5
M – 0,75 (SD) = 4
M – 1,25 (SD) = 3
M – 1,75 (SD) = 2
M – 0,25 (SD) = 1

Catatan : M = mean atau nilai rata-rata


SD = standar deviasi

Penetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan total nilai mandiri,


terstruktur, mid semester, dan semester. Setelah diperoleh totalnya, lalu
dikonversi menjadi huruf. Persoalan biasanya timbul saat menetapkan
interval nilai A, B, C, dan D. Untuk menetapkan interval, seharusnya dimulai
dari batas kelulusan. Misalnya, batas kelulusan adalah 60. Lebih dari atau
sama dengan 60 dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus. Maka itu,
perhitungan intervalnya adalah (a) hitung range skor tertinggi dengan skor
terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60, R = H – L =
100 – 60 = 40; (b) tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan
lulus minimal C (nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C berarti
banyaknya interval adalah 3); (c) menentukan rentang interval; dan (d)
membuat interval nilai.
9.20 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Jika kita menginginkan nilai plus dan minus diperhitungkan, proses


penetapan intervalnya adalah (a) hitung range skor tertinggi dengan skor
terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60, R = H – L =
100 – 60 = 40; (b) tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan
lulus minimal –C, nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A, A–, B+, B, B–,
C+, C, C–, itu berarti banyaknya interval adalah 9; (c) menentukan rentang
interval; dan (d) membuat interval nilai.
Dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin banyak interval yang
digunakan (menggunakan plus dan minus), nilai yang ditetapkan semakin
halus. Sebaliknya, semakin sedikit interval yang digunakan (tidak
menggunakan plus dan minus), nilai yang ditetapkan semakin kasar.

E. PENGOLAHAN DAN PENAFSIRAN HASIL ANALISIS BUTIR

Terdapat dua cara yang dapat digunakan dalam analisis butir


soal, yaitu analisis soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu,
teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan). Analisis
butir soal dilakukan berkaitan dengan (1) menentukan soal-soal yang cacat
atau tidak berfungsi baik serta (2) meningkatkan kualitas alat penilaian.
Manfaat penting dari analisis butir adalah mengetahui bagian/butir soal
yang paling banyak belum dikuasai siswa, rata-rata siswa menguasai, dan
butir yang telah dikuasai sebagian besar siswa. Amati hasil berikut.

JENIS ULANGAN : KLS/PROG.:


MATA PELAJARAN : TH. PEL. :
KOMPETENSI DASAR :
Skor dan Nomor Soal Skor
NO NAMA SISWA L/P NIS
1 2 3 4 5 Total
1 Adi Parmana Putra Kadek L 2991 1 0 1 1 0 3
2 Agus Ariadi Kadek L 2994 1 0 1 0 0 2
3 Agus Ciptawan Putu L 3033 0 1 1 1 1 4
4 Aria Kadek L 2728 1 0 0 0 1 2
5 Ayu Ketut Reptiliana P 3003 1 0 1 1 1 4
JML BENAR 4 1 4 3 3
JML PESERTA 5 5 5 5 5
TK. KESUKARAN 0.80 0.20 0.80 0.60 0.60
KRITERIA Md Sk Md Sd Sd
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.21

Dari data tersebut, disimpulkan bahwa soal nomor 2 yang paling belum
dikuasai siswa. Indikator yang diukur pada soal nomor 1 dan 3 sudah sangat
dikuasai siswa. Skor tertinggi yang dicapai siswa 4 dan skor terendah yang
dicapai siswa 1. Data tersebut bermanfaat bagi guru untuk mengetahui bagian
materi mana yang perlu ditekankan lagi dan mana yang sudah cukup.
Analisis tingkat kesukaran soal bentuk uraian dicontohkan berikut.
Skor dan Nomor Soal Skor
NO NAMA SISWA L/P NIS
1 2 3 4 5 Total
1 Adi Parmana Putra Kadek L 2991 8 4 1 8 1 22
2 Agus Ariadi Kadek L 2994 4 3 2 7 2 18
3 Agus Ciptawan Putu L 3033 6 2 1 6 2 17
4 Aria Kadek L 2728 3 3 0 4 1 11
5 Ayu Ketut Reptiliana P 3003 2 4 0 2 2 10
RERATA SKOR 4.60 3.20 0.80 5.40 1.60
SKOR MAKSIMAL 8 6 4 10 2
TK. KESUKARAN 0.58 0.53 0.20 0.54 0.80
KRITERIA Sd Sd Sk Sd Md

Dari data hasil tes uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator
yang diukur dengan soal nomor 3 belum dikuasai siswa. Indikator pada soal
nomor 5 dikuasai siswa dengan baik.

F. ANALISIS PENENTUAN KETUNTASAN SISWA

Setelah pelaksanaan ulangan, hasil ulangan diinformasikan kepada


peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang
belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi. Untuk sampai
pada simpulan tersebut, diperlukan langkah pengolahan hasil belajar. Salah
satu teknik strategis yang cepat dan mudah diterapkan dalam menganalisis
hasil belajar siswa adalah menerapkan program Microsoft Excel.
Langkah-langkah pengolahan hasil belajar dengan Excel antara lain
adalah 1) menyusun format sesuai dengan jumlah indikator dan butir soal,
2) menentukan KKM untuk masing-masing indikator dan kompetensi dasar,
3) menerapkan beberapa formula, serta 4) memasukkan hasil belajar siswa.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah seorang siswa sudah
tuntas dalam kompetensi dasar tertentu. Prinsip penilaian yang berorientasi
pada ketuntasan hasil mengharuskan seorang pendidik mengolah hasil belajar
siswa untuk menyimpulkan tuntas tidaknya seorang siswa menguasai tujuan
9.22 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

pembelajaran. Siswa yang belum tuntas dilakukan remedial, sedangkan yang


sudah tuntas dilakukan pengayaan.
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah
menganalisis hasil penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu
membandingkan hasil penilaian masing-masing peserta didik dengan standar
yang telah ditetapkan. Untuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik hasil
penilaian masing-masing peserta didik dibandingkan dengan KKM. Analisis
ini bermanfaat untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar
peserta didik serta untuk memperbaiki pembelajaran.
Langkah yang ditempuh untuk penentuan ketuntasan meliputi (a)
membandingkan hasil tes dengan kunci jawaban/pedoman, (b) menyekor tiap
aspek, (c) menjumlahkan skor perolehan siswa, (d) menentukan nilai siswa
(skor perolehan dibagi skor maksimal dikalikan seratus), dan (e)
membandingkan nilai akhir dengan KKM. Penjelasan tentang KKM
dipaparkan berikut. Bacalah dengan saksama.

1. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah
peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada setiap mata pelajaran.

2. Menyusun KKM
Panduan dalam menyusun KKM dipaparkan berikut.
a. KKM ditentukan oleh kesepakatan guru mata pelajaran berdasarkan hasil
analisis SWOT tentang kondisi siswa dan kondisi daya dukung
madrasah.
b. Nilai ketuntasan maksimal adalah 100.
c. KKM dapat ditentukan di bawah 75%, tetapi perlu terus dinaikkan dari
waktu ke waktu.
d. Jika siswa tidak tuntas, perlu diberi layanan remedial, sedangkan yang
sudah tuntas diberi pengayaan.
e. Kegiatan remedial adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan untuk
membantu siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan.
f. Remedial dilaksanakan setiap saat, baik pada jam efektif maupun jam
tidak efektif. Penilaian kegiatan remedial dapat melalui tes ataupun
penugasan.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.23

g. Nilai KKM dinyatakan dalam bilangan bulat 0—100.


h. Nilai KKM harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar siswa
(LHBS).

3. Cara Menghitung KKM


KKM merupakan target ketuntasan minimal untuk setiap aspek penilaian
mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh masing-masing madrasah. Untuk
menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM), dihitung berdasarkan tiga
komponen, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake. Karena semua
kompetensi dasar itu adalah esensial, pertimbangan hanya mencakup tiga
komponen tersebut.
Pada tingkat kesulitan dan kerumitan setiap KD yang harus dicapai oleh
siswa, terdapat tingkat kompleksitas tinggi apabila dalam pelaksanaannya
menuntut (i) SDM yang kompeten dan kreatif dalam melaksanakan
pembelajaran; (ii) waktu cukup lama karena perlu pengulangan; serta (iii)
perlu penalaran dan kecermatan yang tinggi dari siswa. Yang dimaksud
dengan kemampuan sumber daya pendukung, yaitu ketersediaan tenaga,
sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, BOP, manajemen
madrasah, serta kepedulian stakeholders madrasah.
KKM dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan kasar
menggunakan rentang nilai 1 sampai 3 dan secara lebih halus dengan
rentangan nilai dari 1 sampai 100 untuk setiap komponen yang dinilai dengan
menggunakan tabel penilaian sebagai berikut.

Tabel 9.1
Indikator dan Rentang Nilai Komponen KKM
No. Komponen Kategori Rentang kasar Rentang halus
penilaian
1. Kompleksitas Tinggi 1 54—60
Sedang 2 65—80
Rendah 3 81—100
2. Daya dukung Tinggi 3 81—100
Sedang 2 65—80
Rendah 1 54—60
3. Tingkat kemampuan rata- Tinggi 3 81—100
rata siswa (intake) Sedang 2 65—80
Rendah 1 54—60
9.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Misalnya, dengan menggunakan nilai rentang kasar, untuk pelajaran


matematika kompleksitasnya “tinggi” berarti nilainya 1, “daya dukung”
untuk melaksanakan pembelajaran matematika “tinggi”, dan intake dari nilai
rata-rata siswa “sedang”. Jika KD di dalam mata pelajaran memiliki kriteria
kompleksitas rendah, daya dukung tinggi, dan intake siswa sedang, nilai
KKM matematika adalah (3 + 3 + 2) : 9 × 100 = 88,9. Sementara itu, apabila
menggunakan nilai rentang halus untuk kompleksitas 58, daya dukung 96,
dan tingkat kemampuan 76; KKM untuk mata pelajaran matematika menjadi
(58 + 96 + 76) : 300 × 100 = 76,6. Apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan kriteria penilaian pada setiap komponen itu, penentuan nilai
tersebut dapat didiskusikan dalam forum musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP).

4. Informasi KKM pada Dokumen KTSP


Berdasarkan pertimbangan intake, kompleksitas mapel, dan daya dukung
yang dimiliki madrasah, semua mata pelajaran yang diajarkan di MTs-PSA
Al-Azhariyyah ditentukan oleh KKM sesuai dengan kondisi objektif
madrasah sebagaimana tertera pada Tabel 9.2. Kemudian, siswa yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal dari masing-masing mata pelajaran
harus mengikuti program perbaikan (remedial) sampai mencapai ketuntasan
minimal.

Tabel 9.2
Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran
KKM KKM
KKM
No. Mata Pelajaran KELAS KELAS
KELAS VII
VIII IX
1 Pendidikan Agama
Islam
a. Alquran-Hadis Penguasaan konsep 70 70 75
Membaca dan menulis
Sikap beragama
b. Fikih Penguasaan konsep
Keterampilan 70 70 70
beribadah
Sikap beragama
c. Akidah Akhlak Penguasaan konsep
Keterampilan 70 70 75
Sikap beragama
d. Sejarah Penguasaan konsep 70 70 75
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.25

Kebudayaan Sikap beragama


Islam
e. Bahasa Arab Mendengarkan
Berbicara 65 70 70
Membaca
Menulis
2. Pendidikan Penguasaan konsep 70 70 70
kewarganegaraan Praktik
3. Bahasa dan sastra Mendengarkan
Indonesia Berbicara 65 70 70
Membaca
Menulis
4. Bahasa Inggris Mendengarkan
Berbicara 62 63 65
Membaca
Menulis
5. Matematika Bilangan
Aljabar 62 63 64
Geometri dan
pengukuran
Peluang dan statistik
6. Pengetahuan alam Penguasaan konsep 65 68 70
(sains) Keterampilan sains
7. Pengetahuan sosial Penguasaan konsep 65 68 70
Keterampilan sosial
8. Kesenian Apresiasi 70 70 75
Kreasi
9. Pendidikan jasmani Permainan dan
olahraga 70 73 75
Pengembangan
Uji diri dan senam
Pilihan
10. Keterampilan (TIK) Pengetahuan 70 70 75
Praktik
11. Mulok : bahasa Mendengarkan
daerah Berbicara 65 70 70
Membaca
Menulis
Mulok : Penguasaan konsep
Keterampilan 70 70 70
Sikap beragama

Pengembangan diri tidak menggunakan KKM. Amati contoh penentuan


ketuntasan hasil belajar siswa berikut.
9.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Setelah tes dilakukan, guru harus menganalisis ketuntasan belajar yang


diukur dengan hasil tes yang dilakukan guru untuk masing-masing tahapan
ujian yang dilakukan.

Tabel 9.3
Nama Penentuan
Hasil penyekoran Kategori
ketuntasan
Asyanty 85 B (ada sedikit Tuntas (karena di
kesalahan penggunaan atas KKM)
ejaan)
Sunarti 87 A (pemilihan dan Tuntas (karena di
pengembangan isi unik atas KKM)
dan kreatif)
Arifin 65 D (pengembangan ide remedi (karena di
terbatas, kesalahan bawah KKM)
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan kata
dan tanda baca)
Demian 60 D (pengembangan ide Remedi
tidak ada, kesalahan
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan kata
dan tanda baca)
Ramly 80 B (sedikit kesalahan Tuntas
kepaduan dan kesatuan
ide)
Sidin Ali 86 B Tuntas
Rusgianto 75 B Tuntas
Tukas Imaroh 80 B Tuntas
Emi Sola 87 A Tuntas
Keterangan
1. KKM bahasa Indonesia 70.
2. Keputusan/simpulan remedi jika nilai siswa di bawah 70 dan di atas 70
dikategorikan tuntas.

Analisis ketuntasan dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik


telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu pada indikator yang
telah dikembangkan. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau
setelah pembelajaran berlangsung. Penilaian pencapaian sebuah indikator
dapat dijaring dengan berbagai jenis penilaian. Guru mendiagnosis hasil
ulangan harian peserta didik sebagai dasar untuk menentukan bentuk
kegiatan remedial. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.27

kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara


menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan
tugas pengumpulan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan
antara peserta didik dan guru serta dapat dilaksanakan di luar jam efektif.
Remedial hanya diberikan untuk KD yang belum tuntas.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap kompetensi dasar (KD)
diberikan skor 0%—100%. KKM ideal pencapaian masing-masing KD
adalah lebih besar atau sama dengan 75%, tetapi sekolah dapat menetapkan
KKM di bawah KKM ideal dengan catatan harus ditingkatkan secara
bertahap hingga mencapai KKM ideal (misalnya mulai dari 50%).
Pertimbangan yang digunakan sekolah dalam menentukan KKM di
sekolahnya adalah tingkat kemampuan akademis rata-rata peserta didik dan
ketersediaan daya dukung guru serta sarana dan prasarana. Dalam setiap KD,
pencapaian KKM merupakan syarat bagi peserta didik untuk melanjutkan
mengikuti proses pembelajaran untuk KD berikutnya. Apabila perolehan nilai
peserta didik pada satu KD masih di bawah KKM, peserta didik yang
bersangkutan belum menuntaskan KD tersebut dan harus mengikuti remedial.
Nilai ulangan harian ini tidak harus diperhitungkan dalam penentuan nilai
rapor.
Hasil analisis kemudian dideskripsikan dan ditetapkan implikasi
kebijakannya. Misalnya, siapa-siapa saja yang belum tuntas;
ketidaktuntasannya tersebut pada indikator berapa di KD berapa; apa bentuk
program remedial yang harus diikutinya; berapa lama program itu
dilaksanakan; bagaimana bentuk penilai dari hasil kegiatan remedial yang
dilakukannya; dan seterusnya.

G. PENENTUAN KENAIKAN KELAS/KELULUSAN DAN


KRITERIA KENAIKAN KELAS DAN KELULUSAN

Rata-rata KKM juga dijadikan bahan pertimbangan siswa untuk naik


kelas. Kenaikan kelas diartikan sebagai proses pengambilan keputusan bagi
peserta didik untuk naik atau tidak naik dari suatu tingkat kelas ke tingkat
kelas berikutnya yang didasarkan pada perolehan kualifikasi dan kompetensi
tertentu sesuai dengan jenjang yang dipersyaratkan dan melalui suatu proses
penilaian atau evaluasi yang komprehensif. Penentuan kriteria kenaikan kelas
diatur dengan mengikuti aturan dari pusat dan juga ditambahkan sendiri oleh
madrasah.
9.28 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rambu-rambu dalam menentukan kenaikan kelas sebagai berikut.


1. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas dan harus mengulang apabila
(a) tidak menuntaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar lebih
dari empat mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun pelajaran serta
(b) karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik,
emosi, atau mental, sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
2. Ketika mengulang di kelas yang sama, nilai peserta didik untuk semua
indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang ketuntasan
belajar minimnya sudah dicapai minimal sama dengan yang dicapai pada
tahun sebelumnya.

Kriteria umum kelulusan didasarkan pada ketentuan PP Nomor 19 Tahun


2005 Pasal 72 ayat (1), yakni peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah dengan aturan berikut.
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2. Memperoleh minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok, mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
3. Lulus ujian madrasah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Lulus ujian nasional.
5. Ketentuan formal lain yang dikeluarkan oleh pihak terkait berkenaan
dengan pelaksanaan ujian nasional akan menjadi acuan tambahan dalam
menentukan kriteria kelulusan.

Berdasarkan kriteria umum tersebut, madrasah menetapkan kriteria


kenaikan kelas/kelulusan dengan cara mengambil semua peraturan pusat dan
menambahkan hal-hal khusus dari madrasah. Dalam Box 05 berikut,
disajikan contoh peraturan kenaikan dan kelulusan pada dokumen KTSP
setelah ditambahkan hal-hal khusus sesuai dengan konteks madrasah.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.29

Tabel 9.4 Kriteria Kenaikan dan Kelulusan pada Sekolah X

Kriteria Kenaikan dan Kelulusan pada Sekolah X


1. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat berikut.
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang
diikuti.
b. Tidak terdapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada lebih dari
empat mata pelajaran pada semester yang diikuti.
c. Nilai minimal rata-rata 6,00 untuk mulok kepesantrenan.
d. Tidak ada nilai kurang dari 50,00 untuk salah satu atau lebih dari aspek penilaian
mata pelajaran.
e. Nilai rata-rata seluruh mata pelajaran pada semester itu lebih dari atau sama
dengan 6,00.
f. Memiliki nilai kepribadian minimal cukup untuk aspek kelakuan, kerajinan, kerapian,
dan kebersihan pada semester yang diikuti.
g. Memiliki nilai minimal cukup untuk aspek pengembangan diri yang diikuti.
h. Ketidakhadiran tanpa izin (alpa) maksimal 5% dari jumlah hari efektif (14 hari).
2. Peserta didik dinyatakan mengulang di jenjang kelas yang sama apabila terdapat hal
berikut.
a. Memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM) pada lebih dari
empat mata pelajaran.
b. Ada nilai kurang dari 50,00 untuk salah satu atau lebih dari aspek penilaian mata
pelajaran.
c. Nilai rata-rata seluruh mata pelajaran pada semester itu kurang dari 6,00.
d. Kepribadian dan pengembangan diri kurang dari cukup.
e. Karena alasan yang kuat, misalnya karena gangguan kesehatan fisik, emosi, dan
mental, sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang
ditargetkan.
f. Ketidakhadiran tanpa izin (alpa) lebih dari 5% dari jumlah hari efektif (>14).

Penetapan kenaikan kelas dihitung berdasarkan pencapaian hasil belajar


semester ganjil dan genap pada satu tahun ajaran dengan ketentuan berikut.
1. Jika capaian hasil belajar pada semester ganjil dan genap nilai suatu
pelajaran tuntas, untuk mata pelajaran tersebut dinyatakan tuntas.
2. Jika capaian hasil belajar pada semester ganjil dan genap nilai suatu
pelajaran tidak tuntas, untuk mata pelajaran tersebut dinyatakan tidak
tuntas.
9.30 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

3. Jika capaian hasil belajar mata pelajaran pada salah satu dari semester
ganjil dan genap tidak tuntas, ketuntasan mata pelajaran tersebut harus
dilakukan penghitungan pada mata pelajaran sebagai berikut.
a. Hitunglah nilai rata-rata capaian hasil belajar semester ganjil dan
genap pada mata pelajaran tersebut.
b. Hitunglah rata-rata KKM semester genap dan ganjil mata pelajaran
tersebut.
c. Jika nilai rata-rata capaian semester genap dan ganjil mata pelajaran
tersebut sama atau lebih besar dari rata-rata KKM, pelajaran tersebut
dinyatakan tuntas. Sebaliknya, apabila di bawahnya, dinyatakan
tidak tuntas seperti di bawah ini.

Tabel 9.5
Contoh Perhitungan yang Menunjukkan Tidak Tuntas

Semester KKM Nilai capaian hasil belajar


Ganjil 70 65
Genap 70 70
Rata-rata 70 67,5

Tabel 9.6
Contoh Perhitungan yang Menunjukkan Tuntas

Semester KKM Nilai capaian hasil belajar


Ganjil 70 65
Genap 70 85
Rata-Rata 70 75

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 ayat (1), peserta didik


dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan
menengah setelah
1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok, mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
3. lulus ujian/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi;
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.31

4. lulus ujian nasional;


5. memenuhi standar kelulusan UN yang berlaku pada tahun pelajaran
berjalan.
a) memiliki nilai rata-rata minimal 5,00 untuk seluruh mata pelajaran
yang diujikan dengan tidak ada nilai di bawah 4,25;
b) memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dengan
nilai dua mata pelajaran lain minimal 6,00;
c) predikat kelulusan dihitung dengan menggunakan formula berikut.

Formula Predikat kelulusan

A+ B+C
NK =
3

Dengan keterangan sbb :

▪ NK = Nilai rata-rata kelulusan


▪ A = Rata-rata nilai rapor semester 1 sampai IV
▪ B =Rata-rata nilai ujian tingkat Madrasah
▪ C = Rata rata nilai ujian nasional
▪ Predikat kelulusan berdasarkan kategori sebagai berikut.
▪ NK Lebih besar atau sama dengan 8,5 : Sangat baik
▪ NK Lebih besar atau sama dengan 7,5 dan kurang dari 8,5 : Baik
▪ NK Kurang dari 7,5 : Cukup
Contoh :
▪ A=8
▪ B=8
8 + 8 + 7
▪ C = 7, maka NK = = 7,33
3

Contoh Formula untuk Menetapkan Predikat Kelulusan (Tahun 2008)

Penentuan kelulusan tahun-tahun berikutnya mengikuti ketentuan


pemerintah yang berlaku pada tahun tersebut. Berikut pengolahan untuk
penentuan kenaikan kelas/kelulusan.

Ulhar + UTS + UAS + Tugas


Nilai rapor =
4
9.32 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan langkah yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan
hasil belajar siswa!
2) Bacalah hasil berikut dan tentukan ketuntasan tiap-tiap siswa jika KKM
80!

Penentuan
Nama Hasil Penyekoran Kategori
Ketuntasan
Asyanty 85 C (kesalahan Tuntas (karena di
penggunaan ejaan) atas KKM)
Sunarti 87 C (ada kesalahan Tuntas (karena di
pengembangan isi) atas KKM)
Arifin 65 D (pengembangan ide Remedi ( karena di
terbatas, kesalahan bawah KKM)
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan
kata dan tanda baca)
Demian 60 D (pengembangan ide Remedi
tidak ada, kesalahan
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan
kata dan tanda baca)
Ramly 80 B (sedikit kesalahan tuntas
kepaduan dan
kesatuan ide)
Sidin Ali 70 Kesalahan kepaduan Tidak tuntas
dan kesatuan ide
Rusgianto 75 Kesalahan kepaduan Tidak tuntas
dan kesatuan ide
Tukas Imaroh 80 C Tuntas
Emi Sola 87 C Tuntas
Keterangan
KKM bahasa Indonesia 80
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.33

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di


atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
1) Prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan hasil
penilaian yang berupa tes objektif sebagai berikut.
a. Melakukan penyekoran tiap butir berdasarkan kunci jawaban.
b. Menentukan skor perolehan siswa.
c. Menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor perolehan
dengan skor maksimal dan dikalikan 100.
d. Membandingkan nilai siswa dengan KKM.
e. Menyimpulkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
2) Penentuan ketuntasan dilakukan dengan membandingkan nilai yang
diperoleh siswa dengan KKM.
KKM bahasa Indonesia yang ditetapkan 80. Keputusan/simpulan remedi
jika nilai siswa di bawah 80 dan jika skor sama atau di atas 80
dikategorikan tuntas.
Jawaban dirangkum pada tabel berikut.

Pada standar penilaian, tugas menganalisis dan penafsiran hasil penilaian


dipaparkan pada tabel berikut.

Jenis-jenis Penilaian dan Tanggung Jawab


Pengumpul/
Jenis Ruang lingkup
Penilai penganalisis analisis
penilaian materi
libat
Pendidik Ulangan harian Pendidik KD
(penilaian proses
akhir KD)
Pendidik Ulangan tengah Beberapa KD atau SK
Pendidik
(koordinasi semester
(internal/pengendalian
satuan (penilaian akhir
mutu)
pendidikan) beberapa KD atau
akhir sebuah SK)
Ulangan akhir Pendidik Dapat berupa beberapa KD
semester ganjil atau SK
(komprehensif,
seluruh
kompetensi dalam
satu semester)
9.34 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pengumpul/
Jenis Ruang lingkup
Penilai penganalisis analisis
penilaian materi
libat
Ulangan kenaikan Pendidik SKL yang dipelajari pada
kelas/akhir tahun yang bersangkutan
semester genap
Satuan - Ujian sekolah - Sekolah. - Mata pelajaran kelompok
pendidikan (internal/pengendalian iptek yang tidak diujikan
mutu) dalam UN
Aspek kognitif agama
dan akhlak mulia serta
kewarganegaraan dan
kepribadian

- Penilaian akhir - Rapat dewan pendidik - Aspek afektif agama dan


akhlak dan akhlak mulia serta
kepribadian kewarganegaraan dan
kepribadian
Pemerintah Ujian nasional Pemerintah Seluruh SKL ujian nasional
(UN)

R A NG KU M AN

Prinsip pengolahan hasil ada dua, yaitu menggunakan berbagai


sumber bukti belajar dan menggunakan keterbukaan. Pengolahan hasil
penilaian bisa menggunakan pendekatan acuan patokan atau pendekatan
acuan norma. Pendekatan PAP memiliki beberapa kelebihan yang
meliputi (1) hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat digunakan
guru sebagai introspeksi tentang program pembelajaran yang telah
dilaksanakan, (2) hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan
keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi
tertentu, serta (3) hasil PAP dapat pula membantu guru merancang
pelaksanaan program remedi. Pendekatan acuan norma PAN (norm
referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan “standar relatif” atau
norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh
siswa dengan membandingkannya dengan hasil tes siswa lain dalam
kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang
diperoleh siswa dalam satu kelompok. Ini berarti standar kelulusan baru
dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan
kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak
dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar
yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.35

hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi, setiap kali kita
memperoleh data hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
pengolahan hasil yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada
kriteria atau patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan
oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan
norma untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti
untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba
antarsekolah.
Prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan
kompetensi dasar adalah (a) melakukan penyekoran berdasarkan kunci
jawaban/rambu penyekoran ataupun rubrik, (b) menentukan skor
perolehan siswa, (c) menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor
perolehan dengan skor maksimal dan dikalikan 100%, (d)
membandingkan nilai siswa dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal),
serta (e) menyimpulkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada kriteria
atau patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan oleh
kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan
norma untuk maksud tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk
memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba
antarsekolah.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Prinsip pengolahan hasil penilaian adalah menggunakan ....


A. tes subjektif dan objektif
B. lembar pengamatan dan jurnal
C. berbagai sumber dan transparan
D. alat penilaian guru dan penilaian standar
9.36 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

2) Simpulan pengolahan hasil analisis butir bagi perbaikan pembelajaran


adalah ....
A. mengetahui daya beda yang dapat membedakan siswa yang pandai
dan kurang pandai
B. mengetahui tingkat kesulitan suatu soal yang akan diberikan kepada
siswa
C. menentukan soal yang dibuang dan digunakan
D. menentukan bagian yang paling belum dikuasai sebagian besar
siswa

3) Manfaat analisis butir bagi siswa adalah ....


A. perbaikan pembelajaran
B. mengetahui kualitas soal
C. mengetahui daya beda soal
D. mengetahui soal yang direvisi dan yang tidak

4) Berikut ini prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan


hasil penilaian yang berupa tes objektif, kecuali ....
A. melakukan penyekoran tiap butir berdasarkan kunci jawaban
B. menentukan rambu-rambu jawaban secara perinci (bobot tiap
rambu-rambu jawaban)
C. menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor perolehan
dengan skor maksimal dan dikalikan 100
D. membandingkan nilai siswa dengan KKM

5) Berikut ini prinsip pengolahan hasil, kecuali ....


A. pengolahan produk tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga secara
kualitatif
B. pengolahan hasil tes esai menggunakan pedoman yang memiliki
interrater tinggi
C. pengolahan hasil tes objektif didahului dengan pencocokan kunci
D. pengolahan hasil unjuk kerja didahului dengan pencocokan kunci

6) Langkah awal pengolahan untuk menentukan ketuntasan siswa pada alat


penilaian unjuk kerja adalah ....
A. mencocokkan dengan kunci
B. menyekor per butir berdasarkan deskripsi skor pada rubrik
C. menjumlahkan skor total
D. membandingkan dengan KKM
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.37

7) Analisis hasil penilaian oleh satuan pendidikan berupa kegiatan berikut,


kecuali ....
A. menentukan nilai akhir untuk setiap mata pelajaran yang diperoleh
dari akumulasi nilai ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan penugasan
B. menentukan nilai akhir akhlak dan kepribadian peserta didik
C. menetapkan dapat tidaknya peserta didik naik kelas berdasarkan
kriteria kenaikan kelas yang telah ditetapkan
D. menentukan tuntas tidaknya siswa pada kompetensi dasar tertentu

8) Pendekatan acuan patokan (PAP) memiliki beberapa kelebihan,


kecuali ....
A. hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat digunakan perbaikan
program
B. hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan
tentang pengulangan topik
C. hasil PAP dapat pula membantu guru merancang pelaksanaan
program remedi
D. hasil PAP bisa menyesuaikan dengan kelompok siswa yang dinilai
sehingga fleksibel

9) PAN (norm referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan


memiliki kelemahan, yaitu ....
A. tidak dapat digunakan untuk kelompok yang berjumlah besar
B. standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat digunakan
untuk kelompok lainnya
C. standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat
digunakan untuk hasil tes sekarang
D. kelompok tertentu, kebetulan siswanya pintar-pintar, standar
kelulusannya akan tinggi

10) Hasil penilaian proses guru diserahkan kepada ....


A. guru mata pelajaran
B. waka kurikulum
C. satuan pendidikan
D. guru PKn
9.38 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.39

Kegiatan Belajar 2

Pelaporan Hasil Penilaian

P roses pelaporan penilaian hasil belajar siswa merupakan suatu tahapan


dari serangkaian suatu proses pendidikan di sekolah yang harus dilewati.
Pada pelaksanaannya, pelaporan harus memperhatikan (a) konsisten dengan
pelaksanaan penilaian di sekolah, (b) memuat perincian hasil belajar siswa
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian
yang bermanfaat bagi pengembangan siswa, (c) menjamin orang tua siswa
akan informasi permasalahan anaknya dalam belajar, (d) mengandung
berbagai cara atau strategi komunikasi, serta (e) memberikan informasi yang
benar, jelas, dan akurat yang menggambarkan hasil belajar dan proses belajar
siswa.

A. HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PELAPORAN

Laporan kemajuan hasil belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan


hubungan kerja sama antara sekolah, siswa, dan orang tua siswa. Laporan
berfungsi sebagai akuntabilitas publik. KTSP dirancang dan dilaksanakan
dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, yaitu peran serta masyarakat di
bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana, tetapi juga di
bidang akademis. Unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah
partisipasi masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas publik. Atas dasar itu,
laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua/wali peserta didik,
komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan
hasil belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja
sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat, baik bagi
kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.
Secara garis besar, tujuan pelaporan hasil belajar siswa adalah (a)
memberikan informasi yang tepat dan jelas tentang kemajuan hasil belajar
siswa dalam kurun waktu tertentu; (b) memberikan umpan balik bagi siswa
dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga menimbulkan
motivasi untuk belajar; (c) menetapkan kemajuan hasil belajar siswa secara
individual dalam pencapaian kompetensi; dan (d) melibatkan peran serta
masyarakat dalam dunia pendidikan.
9.40 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Penilaian hasil belajar pada pendidikan dasar dan menengah dilakukan


oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah yang berupa ulangan atau
ujian. Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi pendidik, proses
pengumpulan penilaian yang lazim diterapkan adalah ulangan. Berbagai jenis
ulangan yang dilakukan oleh pendidik, di antaranya ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Hasil
beragam ujian tersebut perlu dilaporkan.
Tujuan dari penyelenggaraan ulangan antara lain adalah 1) mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik, 2) memantau kemajuan, 3) melakukan
perbaikan pembelajaran, serta 4) menentukan keberhasilan belajar peserta
didik. Oleh karena itu, ulangan seyogianya dilakukan oleh pendidik secara
berkesinambungan karena bertujuan memantau proses dan kemajuan belajar
peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.
Efektivitas dari balikan hasil penilaian tersebut perlu didokumentasikan guru.

B. PELAPORAN PENDIDIK, SATUAN PENDIDIKAN, DAN


PEMERINTAH

Sebelum membuat pelaporan hasil penilaian, pendidik melakukan


kegiatan yang meliputi (1) menghitung/menetapkan nilai mata pelajaran dari
berbagai macam penilaian (hasil ulangan harian, tugas-tugas, ulangan tengah
semester, dan ulangan akhir semester atau ulangan kenaikan kelas); (2)
melaporkan hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada
setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas
atau wakil bidang akademis dalam bentuk nilai prestasi belajar (meliputi
aspek pengetahuan, praktik, dan sikap) disertai deskripsi singkat sebagai
cerminan kompetensi yang utuh; (3) memberi masukan hasil penilaian akhlak
kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru
pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir
semester akhlak dan kepribadian peserta didik; serta (4) pendidik yang
menilai ujian praktik melaporkan hasil penilaiannya kepada pimpinan satuan
pendidikan melalui wakil pimpinan bidang akademik (kurikulum).
Aspek yang dilaporkan pendidik mencakup penilaian hasil dan penilaian
proses. Penilaian hasil mencakup semua kompetensi dasar yang terdapat pada
standar isi. Hasil belajar adalah kompetensi yang dicapai peserta didik setelah
melalui proses pembelajaran. Kompetensi adalah kemampuan dan
keterampilan yang terefleksi pada cara berpikir, bertindak, dan berperilaku.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.41

Kompetensi memiliki tiga domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.


Ketiganya menjadi objek penilaian hasil belajar. PP Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 64 ayat (1) menjelaskan bahwa penilai hasil belajar dilakukan melalui
ulangan harian (UH), ulangan tengah semester, ulangan semester, dan
ulangan kenaikan kelas. Sekolah bisa menentukan berapa kali ulangan harian
(UH), misalnya dilakukan minimal dua kali dalam satu semester di samping
ulangan tengah semester dan ulangan semester. Pada masing-masing tahapan
tersebut, penilaian dilakukan lengkap untuk ketiga aspeknya.
Penilaian ranah kognitif mengacu pada kompetensi dasar dan indikator
yang dirumuskan guru berdasarkan pesan/amanat yang terkandung pada
setiap KD. Kompetensi dasar yang sudah tuntas pada ujian tahap pertama
(UH 1) tidak diujikan lagi pada ujian tahap kedua (med smt atau UH 2). Itu
artinya setiap guru telah merencanakan KD apa-apa saja yang diujikan pada
UH 1, di med semester, dan di UH 2, kemudian di ujian semester dapat diuji
kembali semua kompetensi pada semester tersebut.
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, peran penilaian proses dengan penilai
hasil belajar berposisi setara hanya dibatasi oleh tanda koma. Dalam dunia
pendidikan, tidak ada yang namanya hasil belajar apabila tidak melalui
proses belajar. Setiap guru harus melaksanakan penilaian proses setiap kali ia
melaksanakan kegiatan tatap muka. Aspek yang dinilai dalam penilaian
proses antara lain adalah keterlibatan siswa dalam proses yang artinya sejauh
mana siswa tersebut melibatkan diri, pikiran, perasaan, dan fisiknya dalam
mengikuti proses belajar. Kemudian juga dinilai aspek afektif (keaktifan dan
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam proses
belajar). Hasil penilaian proses ini perlu dilaporkan kepada keluarga.
Pelaksanaan penilaian proses belajar dapat dilakukan melalui pengamatan
dan penilaian bukti autentik proses belajar. Jika melakukan penilaian melalui
pengamatan, fokus penilaian dilakukan terhadap keterlibatan anak dalam
proses belajar. Misalnya, jika ia tidak hadir, pasti nilainya tidak ada. Akan
tetapi, jika ia minta izin keluar sewaktu proses berlangsung atau mengerjakan
tugas lain sewaktu dalam proses pembelajaran, tentu keterlibatannya akan
sangat kurang. Mungkin juga fisiknya hadir, sementara pikirannya tidak atau
ia hadir, tetapi tidak mau terlibat dalam kegiatan proses. Kondisi-kondisi
seperti inilah yang dimaksud dengan keterlibatan dalam proses. Pada
penilaian proses, juga diamati aspek afektif siswa yang berupa keaktifan dan
kreativitas dalam proses, keberanian berpendapat, kritis, kerja sama, dan
tanggung jawab. Penilaian proses mengamati apakah siswa mau bertanya,
9.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

kemudia jika ditanya, ia mau menjawab atau memiliki ide-ide yang brilian
dalam memecahkan masalah yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung.
Penilaian proses dapat juga dilakukan melalui penilaian bukti autentik
proses pembelajaran. Banyak hal yang merupakan bukti autentik keterlibatan
aktif seorang peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, di
antaranya konstruk-konstruk pengetahuan yang dihasilkan peserta didik
selama ia mengikuti proses pembelajaran. Konstruk pengetahuan ini dapat
dilihat pada catatan, kesimpulan, bagan-bagan, simbol-simbol, dan konstruk
lainnya sebagai bukti keterlibatannya dalam proses. Dapat juga dijadikan
bukti autentik proses latihan-latihan selama proses, seperti kuis, game,
pelaksanaan tugas-tugas terstruktur, tugas-tugas tidak terstruktur, dan lain-
lainnya.
Aspek-aspek sikap yang dinilai disepakati dalam rapat dewan guru pada
setiap semesternya dapat berbeda berdasarkan kesepakatan. Demikian juga
dengan standar ketuntasannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam
rapat dewan guru. Penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan oleh guru
setiap kali proses pembelajaran berlangsung, siapa yang harus melaporkan
dan kepada siapa hasil dilaporkan. Jenis laporan ditinjau dari segi pelaku
yang membuat laporan dicontohkan berikut. Amati paparan berikut.
Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar
peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan
hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir
semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau wakil
bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai cerminan
kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan deskripsi singkat
serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta didik kepada guru
pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan
kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester
akhlak dan kepribadian peserta didik.
Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk laporan
hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat dimanfaatkan untuk
membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar. Satuan pendidikan juga
melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan lengkap dengan
nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya. Satuan pendidikan juga
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.43

melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan setiap tahun


kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.
Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan untuk memetakan
pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyampaikan laporan hasil analisis
UN kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan pelaporan hasil
penilaian diawali dengan melakukan interpretasi hasil penilaian meliputi
ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester,
selanjutnya menyusun laporan hasil penilaian. Laporan hasil penilaian
dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik.

C. PRINSIP PELAPORAN HASIL PENILAIAN

Nilai merupakan metode paling umum untuk memberikan informasi


kepada orang tua siswa tentang kinerja dan kemajuan anaknya di sekolah.
Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip-prinsip berikut.

1. Laporan Harus Bermakna


Laporan yang berupa nilai/skor memberikan informasi yang sangat
terbatas dan kurang bermakna. Skor dan nilai tidak banyak memberi
informasi spesifik tentang bagaimana pembelajaran siswa, motivasi,
kemampuan kerja sama, dan perilaku afektif siswa yang lain. Laporan
hendaknya bermakna dengan memberikan laporan hasil yang relatif utuh
tentang kognitif siswa dan aspek afektif siswa. Deskripsi catatan anekdot
perlu dianalisis untuk menyimpulkan perkembangan kemampuan membaca
peserta didik. Laporan perlu disertabalikan/komentar yang mendidik mengenai
kekuatan dan yang masih perlu ditingkatkan lagi. Laporan perlu memuat
informasi yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dan keluarga untuk (a)
mengetahui kemajuan hasil belajar siswa; (b) mengetahui kompetensi yang
belum dan yang sudah dicapai siswa; (c) memotivasi diri untuk belajar lebih
baik; serta (d) memperbaiki strategi belajar siswa.

2. Laporan Berisi Proses dan Hasil Belajar


Laporan kemajuan belajar peserta didik harus berisi perincian hasil
belajar dan perincian aspek afektif yang merupakan gambaran keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Laporan dapat disajikan dalam data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor),
misalnya seorang peserta didik mendapat nilai enam pada mata pelajaran
matematika. Baik peserta didik maupun orang tua yang kurang memahami
9.44 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

makna angka tersebut dapat berkonsultasi dengan guru dan melihat buku
nilai. Hal ini perlu dilakukan agar orang tua dapat menindaklanjuti apakah
anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmetika, aljabar, geometri, statistika,
atau hal lain.
Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus
disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif (memuat catatan
guru/deskripsi) sehingga “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik
mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Dari laporan tersebut, orang tua dapat
mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dikuasai anaknya.
Berdasarkan laporan tersebut, orang tua/wali dapat menentukan jenis bantuan
apa yang diperlukan anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang
perlu ditingkatkan.
Isi laporan hasil hendaknya berisi jawaban akurat tentang penilaian hasil
dan penilaian proses. Isi laporan berisi jawaban atas pertanyaan (a)
bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademis, fisik,
sosial, dan emosional; (b) sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di
sekolah; (c) kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai
dengan baik; serta (d) apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan anak lebih lanjut.

3. Laporan Dilakukan secara Kontinu


Prinsip pelaporan hasil penilaian adalah pelaksanaan pelaporan secara
kontinu. Pelaporan secara kontinu dimaksudkan untuk memberikan laporan
kemajuan (monitoring) mingguan, dua mingguan, atau bulanan. Laporan
tertulis ini mencakup kinerja siswa pada ulangan, kinerja proyek, laporan
lisan, motivasi, perilaku yang lain, serta saran kepada orang tua agar
membantu anaknya meningkatkan kinerja.

4. Laporan Disajikan Komunikatif


Bentuk laporan kemajuan siswa harus disajikan secara sederhana
sehingga mudah dibaca dan dipahami orang tua atau masyarakat,
komunikatif, serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan siswa. Dengan
demikian, orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan
mudah mengidentifikasi kompetensi yang harus ditingkatkan. Laporan
pencapaian kemajuan belajar secara menyeluruh menggambarkan kualitas
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.45

pribadi siswa sebagai internalisasi dan kristalisasi belajar melalui sebagian


kegiatan, baik intra maupun ekstrakurikuler, pada kurun waktu satu semester.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang
tua hendaknya (a) menggunakan bahasa yang mudah dipahami, (b)
menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak, (c) memberikan
perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak, (d) berkaitan erat
dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum, (e) berisi informasi
tentang tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil ulangan tengah semester,
hasil ulangan akhir semester, dan nilai tugas diakumulasi menjadi satu
nilai yang ditulis dalam rapor yang mencerminkan kompetensi utuh
peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan.

5. Laporan Harus Perinci dan Akurat


Pelaporan hasil belajar hendaknya memerinci hasil belajar peserta didik
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hal ini dikaitkan dengan penilaian
yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik. Pelaporan juga
memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat. Pelaporan
menjamin informasi yang akurat dan tepat waktu bagi orang tua dan
secepatnya diketahui apabila anaknya bermasalah dalam belajar.

D. STRATEGI PELAPORAN KEMAJUAN DAN NILAI MURID KE


ORANG TUA

Nilai adalah metode paling umum untuk memberi informasi kepada


orang tua tentang kinerja dan kemajuan anaknya di kelas (Airasian, 2001).
Akan tetapi, nilai itu sendiri hanya memberi informasi yang terbatas, jarang
diberikan, tidak banyak memberi informasi spesifik tentang bagaimana
pembelajaran murid, serta jarang memuat informasi tentang motivasi murid,
kerja sama murid, dan perilaku murid di kelas. Karena keterbatasan ini,
dibutuhkan lebih dari nilai untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap
kepada orang tua murid. Bentuk dan strategi laporan hasil penilaian dapat
berupa kartu laporan, konferensi orang tua dan guru, serta laporan
hasil/portofolio elektronik.

Kartu Laporan
Kartu laporan (report card) adalah metode standar pelaporan kemajuan
dan nilai murid ke orang tuanya. Formulir penilaian pada kartu laporan ini
9.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

bervariasi dari satu sekolah dengan sekolah lainnya dan dalam banyak kasus
dari satu level grade ke level lainnya. Beberapa kartu laporan memberikan
nilai dengan huruf (biasanya A, B, C, D, dan F, terkadang juga menggunakan
plus dan minus). Beberapa laporan menggunakan nilai angka (seperti nilai 91
untuk matematika, 85 untuk Inggris, dan sebagainya). Kartu laporan lainnya
menggunakan kategori lulus/gagal dalam satu mata pelajaran atau lebih. Ada
yang menggunakan daftar cek untuk menunjukkan keahlian dan sasaran yang
telah dicapai murid. Beberapa kartu laporan memuat kategori karakteristik
afektif, seperti usaha, kerja sama, dan perilaku. Banyak juga yang memberi
ruang untuk penulisan komentar dan saran dari guru.
Daftar cek keahlian dan sasaran terutama dipakai di sekolah dasar atau
taman kanak-kanak. Di level yang lebih tinggi atau menengah, biasanya
dipakai nilai huruf walaupun mungkin ditemani dengan informasi lain seperti
komentar tertulis. Di banyak sekolah, ada debat hangat tentang apa bentuk
grading yang seharusnya dipakai dan apa yang seharusnya dimasukkan
dalam kartu laporan.

a. Laporan kemajuan tertulis


Strategi pelaporan lainnya adalah memberi orang tua laporan kemajuan
dan prestasi murid mingguan, dua mingguan, atau bulanan (McMillan, 2001).
Laporan tertulis ini dapat memuat kinerja murid pada ujian dan ulangan,
proyek, laporan lisan, dan sebagainya. Laporan ini juga memuat informasi
tentang motivasi, kerja sama, perilaku, dan saran kepada orang tua tentang
cara membantu anak meningkatkan kinerjanya. Strategi bisa bersifat lisan
atau tertulis. Jika Anda punya cukup informasi untuk memberi nilai pada saat
itu, Anda bisa mempertimbangkannya dalam komunikasi tertulis.

b. Konferensi orang tua-guru


Konferensi atau pertemuan orang tua dengan guru adalah cara lain untuk
mengomunikasikan informasi tentang nilai dan penilaian. Konferensi seperti
itu merupakan sebuah kesempatan sekaligus tanggung jawab. Orang tua
punya hak untuk mengetahui keadaan anaknya di sekolah dan cara
meningkatkan prestasinya. Konferensi memberi peluang untuk memberi
informasi yang berguna bagi orang tua tentang bagaimana mereka bisa
menjadi mitra dalam membantu anak mereka belajar lebih efektif. Berikut
contoh bentuk laporan hasil penilaian.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.47
9.48 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

E. PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN/HASIL EVALUASI

Hasil evaluasi sangat banyak manfaatnya. Ini akan dirasakan terutama


sekali oleh para guru dan para peneliti yang menyadari betul pentingnya
peranan evaluasi dalam dunia pendidikan. Kecuali itu, siswa yang terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran tentunya juga selalu menunggu-
nunggu bukti nyata dari hasil kerja keras mereka selama belajar pada jenjang
pendidikan tertentu. Begitu pula dengan para orang tua siswa yang sudah
memercayakan pendidikan anak-anak mereka kepada guru.
Oleh karena itu, jika seorang guru mampu melaporkan hasil evaluasi
belajar sesuai dengan kualitas riil para siswa, seyogianya dia harus bersyukur
karena sudah bekerja sebagaimana layaknya seorang guru profesional. Hasil
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.49

evaluasi yang reliable yang dilaporkan guru kepada murid-muridnya melalui


buku rapor merupakan bukti konkret atas tanggung jawab profesionalnya.
Hasil evaluasi yang seperti ini tentunya akan sangat berterima di hati murid
dan para orang tua siswa. Inilah manfaat pertama dan utama dari hasil
evaluasi itu, yakni sebagai laporan pertanggungjawaban guru kepada siswa
dan orang tua murid, juga kepada kepala sekolah.
Kecuali sebagai laporan pertanggungjawaban, hasil evaluasi juga sangat
bermanfaat sebagai umpan balik guna mendapatkan masukan tentang
keberhasilan atau kegagalan program pembelajaran. Ini penting demi
perbaikan program pengajaran di masa yang akan datang. Jika hasil evaluasi
mengungkap fakta bahwa sebagian besar siswa ternyata gagal mengikuti
program pembelajaran, guru wajib merancang program remedial.
Untuk kepentingan yang lebih luas, hasil evaluasi pun dapat
dimanfaatkan sebagai sumber data bagi penelitian-penelitian di bidang
pendidikan. Keberagaman peserta didik dari aspek kemampuan, fasilitas,
motivasi, dan kondisi yang mengitari mereka dikaitkan dengan pembatasan
rentangan waktu satu semester atau satu tahun akan menjadi sulit untuk
mencapai ketuntasan ideal. Di lain hal, tiga komponen pembelajaran yang
menjadi tugas guru untuk melakukan penilaian, yaitu proses pembelajaran,
hasil pembelajaran, dan hasil perbaikan pembelajaran (PP Nomor 19 Tahun
2005 Pasal 64 ayat (1)) menuntut ditetapkannya kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Untuk hasil belajar, ketuntasan itu bergerak antara 0 sampai dengan
100% (BNSP, 2006: 12).
Laporan kemajuan mingguan dan bulanan memberikan informasi kepada
keluarga atas hasil ketuntasan siswa. Setiap siswa yang belum tuntas
diberikan kesempatan mengikuti program remedial yang dirancang oleh guru
mata pelajaran untuk setiap kali tahapan ulangan harian. Siswa dinyatakan
tuntas dalam proses pembelajaran apabila ia mencapai KKM (misalnya
minimal mengikuti 80% dari kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia). Siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti proses
pembelajaran tidak berhak untuk mengikuti penilaian hasil belajar (ujian).
Siswa yang tidak mengikuti kegiatan proses pembelajaran minimal 80%
karena alasan yang dibenarkan oleh peraturan sekolah harus mengganti
kegiatan proses pembelajarannya sebelum ia mengikuti tes hasil belajar
(Ujian). Laporan kemajuan melaporkan hasil dan kegiatan peserta didik yang
telah mencapai KKM berhak untuk mendapatkan pelayanan pengayaan
(enrichment). Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal wajib
mengikuti layanan perbaikan (remedial). Ada aturan yang perlu dipahami
tentang remedial. Misalnya, siswa yang telah dua kali mengikuti ujian
9.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

ulangan setelah mengikuti program remedial yang dirancang guru untuk


indikator atau kompetensi dasar (KD) yang ia belum tuntas, siswa tersebut
dinyatakan tidak tuntas.

Tindak Lanjut Analisis Hasil Penilaian


Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah
menganalisis hasil penilaian ulangan harian menggunakan acuan kriteria
yang telah ditetapkan, yaitu KKM. Analisis ini bermanfaat untuk dua tujuan,
yaitu (1) untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai KKM dan
dapat melanjutkan mengikuti pembelajaran KD berikutnya atau peserta didik
belum mencapai KKM dan masih memerlukan analisis diagnostik oleh
pendidik sebagai dasar bagi pemberian remedial serta (2) untuk mendapatkan
umpan balik bagi pendidik dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran.
Selain itu, secara simultan pendidik juga menganalisis.
Analisis hasil penilaian juga dilakukan oleh satuan pendidikan. Kegiatan
analisis hasil penilaian oleh satuan pendidikan meliputi (a) menentukan nilai
akhir untuk setiap mata pelajaran yang diperoleh dari akumulasi nilai ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan penugasan. Bobot masing-
masing penilaian ditetapkan sekolah dan dapat bervariasi antarmata pelajaran
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran; (b) melalui rapat dewan pendidik,
satuan pendidikan menentukan nilai akhir akhlak dan kepribadian peserta
didik (sangat baik, baik, dan kurang baik) berdasarkan hasil
penilaian/pengamatan guru yang dilaporkan oleh guru agama dan guru
kewarganegaraan; (c) melalui rapat dewan pendidik, satuan pendidikan
menetapkan dapat tidaknya peserta didik naik kelas berdasarkan kriteria
kenaikan kelas yang telah ditetapkan; (d) menganalisis hasil ujian sekolah
dengan membandingkan hasil ujian sekolah masing-masing peserta didik
dengan batas kelulusan ujian sekolah yang telah ditentukan; serta (e) melalui
rapat dewan pendidik, satuan pendidikan menetapkan peserta didik yang
lulus dari satuan pendidikan sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah
ditetapkan.
Analisis hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan pada hasil UN.
Kegiatan analisis hasil penilaian oleh pemerintah, yaitu menganalisis hasil
UN setiap satuan pendidikan untuk pemetaan mutu program atau satuan
pendidikan, pembinaan, dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Analisis hasil penilaian yang telah
dilakukan perlu ditindaklanjuti seperti berikut.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.51

1) Tindak lanjut oleh pendidik


Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sebagai tindak lanjut hasil
analisis meliputi
a) pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum
tuntas (nilai ulangan harian belum mencapai KKM) dan
memberikan kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah tuntas
lebih awal;
b) pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah dilaksanakan.
2) Tindak lanjut oleh satuan pendidikan
Kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai tindak lanjut
hasil analisis meliputi
a) menyiapkan laporan hasil belajar (rapor) peserta didik;
b) satuan pendidikan penyelenggara ujian menerbitkan ijazah bagi
peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan sesuai dengan
kriteria kelulusan.
3) Tindak lanjut oleh pemerintah
Tindak lanjut hasil penilaian yang dilakukan oleh pemerintah adalah
a) membuat peta mutu satuan pendidikan berdasarkan hasil UN;
b) menyusun peringkat hasil UN secara nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.

Kegiatan interpretasi hasil penilaian ulangan harian, tugas, ulangan


tengah semester, dan ulangan akhir semester dilanjutkan dengan menyusun
laporan hasil penilaian. Laporan hasil penilaian dilakukan sebagai bentuk
akuntabilitas publik. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam
menyusun hasil penilaian meliputi bentuk laporan, isi laporan, administrasi
dan pelaporan, leger, buku laporan (rapor), serta format administrasi yang
lain.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan prinsip-prinsip membuat pelaporan hasil belajar!
2) Apa saja tindak lanjut pengolahan hasil yang harus dilakukan, baik oleh
guru maupun satuan pendidikan?
9.52 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip berikut: (a) laporan


harus bermakna sehingga siswa mengetahui kemajuan hasil belajarnya
dan mengetahui kompetensi yang belum dan yang sudah dicapai siswa
untuk memotivasi diri belajar lebih baik atau memperbaiki strategi
belajarnya; (b) laporan berisi proses dan hasil belajar, baik disajikan
dalam data kuantitatif maupun kualitatif; (c) isi laporan hasil hendaknya
berisi jawaban akurat atas pertanyaan bagaimana keadaan anak waktu
belajar di sekolah secara akademis, fisik, sosial, dan emosional, sejauh
mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah, kompetensi apa
yang sudah dan belum dikuasai dengan baik, serta apa yang harus orang
tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut; (d)
laporan dilakukan secara kontinu; (e) laporan disajikan komunikatif dan
sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami orang tua atau
masyarakat serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan siswa; serta
(f) laporan harus perinci dan akurat sehingga dapat memberikan
informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat (keakuratan informasi
terjamin).
2) Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan hasil
penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir
semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau
wakil bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai
cerminan kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan
deskripsi singkat serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta
didik kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian
kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk
menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik.
Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada
setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk
laporan hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar.
Satuan pendidikan juga melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan lengkap dengan nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya.
Satuan pendidikan juga melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat
satuan pendidikan setiap tahun kepada dinas pendidikan kabupaten/ kota.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.53

Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan untuk memetakan


pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyampaikan laporan hasil
analisis UN kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan
pelaporan hasil penilaian diawali dengan melakukan interpretasi hasil
penilaian yang meliputi ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester,
dan ulangan akhir semester, selanjutnya menyusun laporan hasil
penilaian. Laporan hasil penilaian dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas
publik.

R A NG KU M AN

Laporan kemajuan hasil belajar siswa merupakan sarana komunikasi


dan hubungan kerja sama antara sekolah, siswa, dan orang tua siswa.
Laporan berfungsi sebagai akuntabilitas publik. Atas dasar itu, laporan
kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban
lembaga sekolah kepada orang tua/wali peserta didik, komite sekolah,
masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan hasil belajar
peserta didik merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat, baik bagi kemajuan
belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.
Tujuan pelaporan hasil belajar siswa adalah (a) memberikan
informasi yang tepat dan jelas tentang kemajuan hasil belajar siswa
dalam kurun waktu tertentu, (b) memberikan umpan balik bagi siswa
dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga menimbulkan
motivasi untuk belajar, (c) menetapkan kemajuan hasil belajar siswa
secara individual dalam pencapaian kompetensi, dan (d) melibatkan
peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan.
Aspek yang dilaporkan pendidik mencakup penilaian hasil dan
penilaian proses. Penilaian hasil mencakup semua kompetensi dasar
yang terdapat pada standar isi. Setiap guru harus melaksanakan penilaian
proses setiap kali ia melaksanakan kegiatan tatap muka. Aspek yang
dinilai dalam penilaian proses antara lain adalah keterlibatan siswa
dalam proses yang artinya sejauh mana siswa tersebut melibatkan diri,
pikiran, perasaan, dan fisiknya dalam mengikuti proses belajar. Sasaran
penilaian proses juga aspek afektif (keaktifan dan kreativitas siswa
dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam proses belajar).
Pelaksanaan penilai proses belajar dilakukan melalui pengamatan dan
penilaian bukti autentik proses belajar.
9.54 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar


peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan
hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir
semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau
wakil bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai
cerminan kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan
deskripsi singkat serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta
didik kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian
kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk
menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik.
Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada
setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk
laporan hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar.
Satuan pendidikan juga melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan lengkap dengan nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya.
Satuan pendidikan juga melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat
satuan pendidikan setiap tahun kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.
Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah dilakukan untuk
memetakan pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyampaikan laporan
hasil analisis UN kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan
pelaporan hasil penilaian diawali dengan melakukan interpretasi hasil
penilaian yang meliputi ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester,
dan ulangan akhir semester, selanjutnya menyusun laporan hasil
penilaian. Laporan hasil penilaian dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas
publik.
Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip berikut: (a)
laporan harus bermakna sehingga siswa mengetahui kemajuan hasil
belajarnya dan mengetahui kompetensi yang belum dan yang sudah
dicapai siswa untuk memotivasi diri belajar lebih baik atau memperbaiki
strategi belajarnya; (b) laporan berisi proses dan hasil belajar, baik
disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif; (c) isi laporan hasil
hendaknya berisi jawaban akurat atas pertanyaan bagaimana keadaan
anak waktu belajar di sekolah secara akademis, fisik, sosial, dan
emosional, sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah,
kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik, serta apa
yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan
anak lebih lanjut; (c) laporan dilakukan secara kontinu; (d) laporan
disajikan komunikatif dan sederhana sehingga mudah dibaca dan
dipahami orang tua atau masyarakat dan menampilkan profil atau tingkat
kemajuan siswa; serta (e) laporan harus perinci dan akurat sehingga
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.55

dapat memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat


(keakuratan informasi terjamin).
Bentuk dan strategi laporan hasil penilaian dapat berupa kartu
laporan, konferensi orang tua dan guru, serta laporan hasil/portofolio
elektronik.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Laporan kemajuan hasil belajar siswa berfungsi seperti berikut,


kecuali ....
A. merupakan sarana komunikasi antara sekolah dan stakeholder
B. menjalin hubungan kerja sama antara sekolah, siswa, dan orang tua
C. menjaga akuntabilitas publik dan pertanggungjawaban lembaga
D. melibatkan orang tua dan menentukan ketuntasan siswa (ketuntasan
siswa tidak ditentukan orang tua)

2) Laporan hasil belajar ditujukan kepada ....


A. sekolah dan guru-guru agar bisa ditindaklanjuti dengan baik
B. orang tua, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait
C. para warga sekolah agar lebih terlibat lagi
D. pemerintah untuk memetakan mutu pendidikan

3) Tujuan pelaporan hasil belajar siswa adalah ....


A. menentukan kriteria ketuntasan minimal yang akan dijadikan kriteria
B. menentukan analisis tujuan sekolah agar sekolah lebih berkualitas
C. meningkatkan peran serta masyarakat dalam menindaklanjuti hasil
siswa
D. menempatkan siswa pada program yang sesuai dengan rencana
sekolah

4) Aspek yang dilaporkan pendidik mencakup penilaian hasil dan penilaian


proses. Penilaian hasil mencakup ....
A. semua kompetensi dasar yang terdapat pada standar isi
B. kerja sama siswa dalam diskusi
C. ketekunan dan kesungguhan siswa terlibat dalam pembelajaran
D. kekritisan siswa dalam menanggapi masalah-masalah yang muncul
9.56 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

5) Setiap guru harus melaksanakan penilaian proses setiap kali ia


melaksanakan kegiatan tatap muka. Aspek yang dinilai dalam penilaian
proses adalah ....
A. langkah yang ditempuh dalam menyusun karya tulis
B. kemampuan menyusun surat lamaran dengan bahasa yang efektif
C. keterampilan menggunakan kata dalam pembuatan puisi
D. kemampuan berpidato dalam berbagai peristiwa

6) Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar


peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan
hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir
semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau
wakil bidang akademik dalam bentuk ....
A. satu nilai prestasi belajar sebagai cerminan kompetensi utuh mata
pelajaran dan dilengkapi dengan deskripsi singkat
B. teperinci penilaian menulis dan berbicara (produktif) secara terpadu
sebagai cermin keutuhan
C. teperinci penilaian membaca dan menyimak secara terpadu sebagai
cermin keutuhan prestasi
D. portofolio yang mencerminkan perkembangan kemampuan siswa
secara kontinu

7) Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dalam


bentuk ....
A. kriteria ketuntasan minimal yang digunakan pada setiap akhir
semester
B. laporan hasil belajar (rapor) yang berisi informasi akurat hasil
belajar siswa
C. laporan kuantitatif yang berisi skor-skor siswa pada semua mata
pelajaran
D. laporan kualitatif yang berisi hasil remedi siswa atau pengayaan

8) Tindak lanjut hasil pengolahan oleh pendidik dipaparkan di bawah ini,


kecuali ....
A. pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum
tuntas
B. pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah dilaksanakan
C. menyiapkan laporan hasil belajar (rapor) peserta didik
D. pelaksanaan pengayaan bagi siswa yang tuntas
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.57

9) Pelaporan hasil penilaian perlu memenuhi prinsip berikut, kecuali ....


A. laporan harus bermakna sehingga siswa mengetahui kemajuan hasil
belajar siswa
B. berisi proses dan hasil belajar secara utuh
C. disajikan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif
D. dicantumkan hasil remedi tiap mata pelajaran yang belum tuntas

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
9.58 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C. Prinsip pengolahan menggunakan berbagai sumber dan transparan,
sedangkan opsi lain prinsip penilaian bukan pengolahan.
2) D. Perbaikan pembelajaran berkaitan dengan pola kesulitan yang belum
dikuasai siswa.
3) D. Berkaitan dengan siswa, sedangkan opsi lain berkaitan dengan
tujuan analisis butir secara umum.
4) B. Langkah pengolahan skor objektif tidak menggunakan bobot tiap
kunci jawaban karena jawabannya pasti.
5) D. Hasil unjuk kerja bukan dengan pencocokan kunci, tetapi
pencocokan dengan deskriptor dalam lembar pengamatan.
6) B. Pengolahan unjuk kerja diawali dengan memberi skor per butir
berdasarkan deskripsi skor pada rubrik.
7) D. Menentukan ketuntasan kompetensi dasar adalah tugas guru.
8) D. Hanya opsi D yang bukan ciri pendekatan acuan kelompok dan
bukan ciri PAP.
9) A. Tidak termasuk kelemahan PAN karena jumlah siswa yang besar
tidak terkait dengan pendekatan pengolahan.
10) D. Menurut standar penilaian, hasil penilaian proses guru mata
pelajaran diserahkan kepada guru PKn.

Tes Formatif 2
1) D. Bukan fungsi laporan hasil belajar.
2) B. Semua stakeholder pendidikan, BUKAN hanya salah satu.
3) C. Yang lain tidak relevan dengan tujuan pelaporan.
4) A. Semua kompetensi dasar terdapat pada standar isi, opsi yang lain
termasuk proses.
5) A. Opsi yang lain hasil belajar, BUKAN proses.
6) A. Harus diwujudkan dengan satu nilai prestasi belajar.
7) C. Opsi yang lain bukan tugas satuan pendidikan.
8) C. Bukan tugas pendidik, tetapi tugas satuan pendidikan.
9) D. Bukan prinsip pelaporan.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.59

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Panduan Penilaian Kelompok


Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Kerlinger, Fred N. 1993. Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi ketiga, terj.


Simatupang, ed. H.J. Koesoemanto. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Mardapi, Dj., dan A. Ghofur. 2004. Pedoman Umum Pengembangan


Penilaian: Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun


2007 tentang Standar Proses.

Tim Penyusun. 1993/1994. “Bahan Penataran Pengujian Pendidikan.”


Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian,
Balitbang Dikbud.

Anda mungkin juga menyukai