PEN D A HU L UA N
Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan belajar (a) tujuan dan prinsip
pelaporan, (b) pengolahan, serta (c) tujuan pengolahan.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat
berlatih mempraktikkan penyekoran dan penafsiran hasil penilaian. Secara
khusus, setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai
hal-hal berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan, prinsip, dan pendekatan
pengolahan hasil (penentuan kualitas).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah penganalisisan dan penafsiran
hasil penilaian yang berupa tes (esai ataupun objektif), penilaian unjuk
kerja, portofolio, serta penilaian proses yang berupa deskripsi munculnya
perilaku.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan prinsip pelaporan hasil
penilaian.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk pelaporan hasil
penilaian.
KEGIATAN BELAJAR 1
2. Informasional
Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang tua,
dan pihak lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid. Sebuah
grade atau nilai merepresentasikan penilaian guru terhadap seberapa baik
murid dalam memenuhi tujuan instruksional dan target pembelajaran.
3. Motivasional
Strategi yang baik adalah membantu murid agar termotivasi secara
intrinsik. Walaupun demikian, dalam dunia pendidikan tempat nilai
diberikan, banyak murid belajar keras karena mereka termotivasi secara
ekstrinsik, yakni ingin mendapat nilai tinggi dan takut nilai rendah.
4. Pedoman
Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus
dan level tugas yang tepat bagi murid. Nilai memberi informasi tentang
murid mana yang butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang akan
tepat bagi murid.
9.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
memiliki beberapa kelebihan yang meliputi (1) hasil PAP merupakan umpan
balik yang dapat digunakan guru sebagai introspeksi tentang program
pembelajaran yang telah dilaksanakan, (2) hasil PAP dapat membantu guru
dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang
topik/materi tertentu, serta (3) hasil PAP dapat pula membantu guru
merancang pelaksanaan program remedi.
PAN (norm referenced evaluation) dikenal pula dengan sebutan “standar
relatif” atau norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang
diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan hasil tes siswa lain
dalam kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang
diperoleh siswa dalam satu kelompok. Ini berarti standar kelulusan baru
dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada
kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat
digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang
digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes
sekarang atau yang akan datang. Jadi, setiap kali kita memperoleh data hasil
tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan antara norma
yang satu dan yang lainnya, mungkin saja akan ditemukan standar yang
sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan siswanya pintar-pintar,
norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya, jika siswanya kurang
pintar, standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini
disebut standar relatif.
Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal
walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok.
Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan kurva
normal, mean kurva yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda.
Sebagai konsekuensinya, seorang siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam
suatu kelompok mungkin akan memperoleh nilai rendah jika ia dimasukkan
dalam kelompok lainnya. Demikian pula sebaliknya.
Konversi didasarkan pada mean dan standar deviasi (SD) yang dihitung
dari hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk membuat standar
penilaian atau pedoman konversi, terlebih dahulu kita harus menghitung
mean dan SD-nya. Jika dihubungkan dengan skala penilaian, pedoman
konversi untuk PAN dapat mempergunakan berbagai skala, misalnya skala
lima, sembilan, sepuluh, dan seratus.
Berbeda dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk mengukur
kadar pencapaian tujuan dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.9
atau kelas lainnya. Dalam sistem semacam ini, murid mendapatkan nilai
tinggi jika kinerjanya lebih baik ketimbang kinerja dari sebagian besar teman
sekelasnya dan murid mendapat nilai rendah jika kinerjanya lebih buruk.
Grading jenis ini biasanya disebut sebagai grading on the curve. Dalam
grading yang mengacu pada norma, skala grading menentukan persentase
murid yang mendapat nilai tertentu. Dalam kebanyakan kasus, skala dibuat
sehingga persentase murid terbesar akan mendapat nilai C.
Berikut ini pembagian nilai yang lazim dipakai: 15 persen A, 25 persen
B, 40 persen C, 15 persen D, dan 5 persen F. Dalam menentukan nilai,
instruktur atau pengajar sering melihat gap dalam range nilai. Jika enam
murid mendapat nilai 92 sampai 100 dan 10 murid mendapat 81 sampai 88
serta tidak ada nilai antara 88 dan 92; guru akan memberi nilai A untuk 92
sampai 100 dan B untuk 81—88. Grading berdasar norma ini telah dikritik
karena mengurangi motivasi murid, meningkatkan kecemasan mereka,
meningkatkan interaksi negatif di antara murid, dan menghambat
pembelajaran.
Ada pula membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditentukan.
Grading berdasarkan kriteria berarti murid mendapat nilai tertentu untuk
level kinerja tertentu, terlepas dari perbandingan dengan hasil murid lainnya.
Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga
pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan guru, yaitu tahap koreksi, tahap
pemberian nilai, dan tahap penentuan kedudukan siswa dalam kelompoknya.
Ketiga pekerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi
dari setiap guru selaku evaluator.
Pada tahap koreksi, yang seharusnya dilakukan guru adalah membaca
lembar jawaban siswa dengan teliti untuk melihat apakah jawaban mereka
sudah sesuai dengan tuntutan kunci jawaban atau belum, kemudian memberi
skor pada setiap lembar jawaban yang sudah dibaca. Dalam kacamata
Arikunto (2005: 275), “Hampir semua guru tidak menyenangi pekerjaan
koreksi dan membuat catatan tentang hasil prestasi siswa. Pekerjaan itu
membutuhkan ketekunan dan ketelitian yang luar biasa dan menuntut banyak
energi.” Benarkah demikian? Jika ya, wajar kalau mutu pendidikan di negara
kita terpuruk. Apalagi kalau yang malas mengoreksi itu adalah guru bahasa
Indonesia sebab guru bahasa, terutama dalam pembelajaran mengarang,
betul-betul dituntut mampu memberikan balikan terhadap karangan siswa
sampai pada hal-hal yang sekecil-kecilnya, seperti masalah titik dan koma.
Cara paling sederhana dalam menetapkan skor mentah (row score)
adalah menjumlahkan semua skor jawaban betul dari setiap butir soal. Bagi
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.11
siswa, skor ini belum dapat dianggap sebagai cerminan prestasi akademis
mereka. Oleh karena itu, menurut Arikunto (2005: 22), setiap guru
diwajibkan untuk mengubah skor itu menjadi skor berstandar 100.
Sesudah mengoreksi semua lembar jawaban siswa, pekerjaan selanjutnya
adalah melakukan pemberian nilai kepada siswa sesuai skor yang terdapat
pada setiap lembar jawaban yang sudah diperiksa. Pada tahap ini, skor
mentah dikonversikan menjadi nilai berstandar 100. Untuk mengonversikan
skor ke dalam nilai berstandar ini, guru terlebih dahulu perlu menetapkan
skor maksimum dari suatu ujian. Setelah itu menghitung nilai setiap siswa
dengan cara membagi skor perolehan dengan skor maksimum, kemudian
dikalikan 100%. Hasil perhitungan inilah yang kemudian ditetapkan sebagai
nilai masing-masing siswa.
Contoh A
Skor maksimum yang diharapkan dari suatu ujian adalah 40. Aya mendapat
24
skor 24. Ini berarti Aya sebenarnya hanya menguasai 60% 100% dari
40
tuntutan ketuntasan belajar.
Contoh B
Skor yang diperoleh Azam adalah 36. Sesuai proses pengubahan skor yang
dilakukan terhadap Aya, itu berarti Azam layak mendapat nilai 90
36
100% karena dia menguasai 90% dari tuntutan.
40
Dengan mencermati kedua contoh sebelumnya, kiranya Anda dapat
membedakan antara skor dan nilai. Bagi Aya, 24 adalah skor perolehan,
sedangkan nilai yang layak diterimanya adalah 60. Begitu pula dengan Azam,
dia berhak mendapat nilai 90 walaupun skor perolehannya hanya 36.
Tahapan terakhir dari proses pengolahan hasil ujian, yaitu tahap
penentuan kedudukan siswa dalam kelompok. Pada tahap ini, pekerjaan
guru adalah membandingkan prestasi seorang siswa dengan prestasi siswa
lain dalam kelompok/kelasnya. Ada beberapa cara yang biasa digunakan
orang dalam menentukan kedudukan siswa dalam kelompok, di antaranya
dengan (1) ranking sederhana/simple rank, (2) rangking persentase/percentile
rank, serta (3) standar deviasi dan dengan z-score. Sajian berikut hanya akan
menyajikan cara penentuan kedudukan siswa dengan standar deviasi. Untuk
9.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
ini, biasanya para pakar evaluasi menggunakan PAP, PAN, dan gabungan
PAP dengan PAN.
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan proses pengumpulan dan
pengolahan penilaian. Langkah tersebut meliputi (1) menginformasikan
silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria
penilaian pada awal semester; (2) mengembangkan indikator pencapaian KD
dan pemilihan teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata
pelajaran; (3) mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih; (4) melaksanakan tes,
pengamatan, penugasan, dan bentuk lain yang diperlukan; (5) mengolah hasil
penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar
peserta didik; (6) mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik
disertai balikan/komentar yang mendidik; (7) memanfaatkan hasil penilaian
untuk perbaikan pembelajaran; (8) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran
pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk
satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai
cerminan kompetensi utuh; serta (9) melaporkan hasil penilaian akhlak
kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru
pendidikan kewarganegaraan yang digunakan sebagai informasi untuk
menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan
kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.
Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-
masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, sebaiknya
dipakai keduanya dengan cara bergantian. Perhitungan skor di atas masih
dalam bentuk skor mentah. Oleh karena itu, hasil perhitungannya perlu diolah
lagi guna menentukan nilai akhir. Setidaknya ada dua fungsi, yaitu
menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan
kelompoknya. Untuk menentukan batas kelulusan setidaknya dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal, dan batas lulus
purposif.
Soal
1) Tentukan tokoh pada puisi naratif tersebut!
2) Tentukan setting/latar terjadinya peristiwa pada puisi tersebut!
3) Simpulkan tema yang terdapat pada puisi tersebut!
4) Tentukan amanat yang terdapat pada puisi tersebut!
9.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
PEDOMAN PENYEKORAN
No Rubrik penilaian Skor
1 Latar/setting
▪ Di hutan, di malam hari, dan suasananya ramai 25
▪ Di hutan, di malam hari 10
▪ Di hutan 5
▪ Menyimpang
2 Tokoh
▪ Atmo Karpo, Joko Pandan, dan warga desa 25
▪ Atmo Karpo dan Joko Pandan 10
▪ Atmo Karpo 5
3 Tema
▪ Joko Pandan membunuh Atmo Karpo yang notabene 25
adalah ayahnya sendiri
▪ Joko Pandan membunuh perampok 10
▪ Joko Pandan bertarung dengan perampok 5
4 Amanat
▪ Kita harus menegakkan keadilan walaupun dengan
keluarga kita sendiri 25
▪ Kita harus membunuh perampok 10
▪ kita tidak boleh merampok 5
Dari data tersebut, disimpulkan bahwa soal nomor 2 yang paling belum
dikuasai siswa. Indikator yang diukur pada soal nomor 1 dan 3 sudah sangat
dikuasai siswa. Skor tertinggi yang dicapai siswa 4 dan skor terendah yang
dicapai siswa 1. Data tersebut bermanfaat bagi guru untuk mengetahui bagian
materi mana yang perlu ditekankan lagi dan mana yang sudah cukup.
Analisis tingkat kesukaran soal bentuk uraian dicontohkan berikut.
Skor dan Nomor Soal Skor
NO NAMA SISWA L/P NIS
1 2 3 4 5 Total
1 Adi Parmana Putra Kadek L 2991 8 4 1 8 1 22
2 Agus Ariadi Kadek L 2994 4 3 2 7 2 18
3 Agus Ciptawan Putu L 3033 6 2 1 6 2 17
4 Aria Kadek L 2728 3 3 0 4 1 11
5 Ayu Ketut Reptiliana P 3003 2 4 0 2 2 10
RERATA SKOR 4.60 3.20 0.80 5.40 1.60
SKOR MAKSIMAL 8 6 4 10 2
TK. KESUKARAN 0.58 0.53 0.20 0.54 0.80
KRITERIA Sd Sd Sk Sd Md
Dari data hasil tes uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator
yang diukur dengan soal nomor 3 belum dikuasai siswa. Indikator pada soal
nomor 5 dikuasai siswa dengan baik.
1. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah
peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada setiap mata pelajaran.
2. Menyusun KKM
Panduan dalam menyusun KKM dipaparkan berikut.
a. KKM ditentukan oleh kesepakatan guru mata pelajaran berdasarkan hasil
analisis SWOT tentang kondisi siswa dan kondisi daya dukung
madrasah.
b. Nilai ketuntasan maksimal adalah 100.
c. KKM dapat ditentukan di bawah 75%, tetapi perlu terus dinaikkan dari
waktu ke waktu.
d. Jika siswa tidak tuntas, perlu diberi layanan remedial, sedangkan yang
sudah tuntas diberi pengayaan.
e. Kegiatan remedial adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan untuk
membantu siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan.
f. Remedial dilaksanakan setiap saat, baik pada jam efektif maupun jam
tidak efektif. Penilaian kegiatan remedial dapat melalui tes ataupun
penugasan.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.23
Tabel 9.1
Indikator dan Rentang Nilai Komponen KKM
No. Komponen Kategori Rentang kasar Rentang halus
penilaian
1. Kompleksitas Tinggi 1 54—60
Sedang 2 65—80
Rendah 3 81—100
2. Daya dukung Tinggi 3 81—100
Sedang 2 65—80
Rendah 1 54—60
3. Tingkat kemampuan rata- Tinggi 3 81—100
rata siswa (intake) Sedang 2 65—80
Rendah 1 54—60
9.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Tabel 9.2
Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran
KKM KKM
KKM
No. Mata Pelajaran KELAS KELAS
KELAS VII
VIII IX
1 Pendidikan Agama
Islam
a. Alquran-Hadis Penguasaan konsep 70 70 75
Membaca dan menulis
Sikap beragama
b. Fikih Penguasaan konsep
Keterampilan 70 70 70
beribadah
Sikap beragama
c. Akidah Akhlak Penguasaan konsep
Keterampilan 70 70 75
Sikap beragama
d. Sejarah Penguasaan konsep 70 70 75
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.25
Tabel 9.3
Nama Penentuan
Hasil penyekoran Kategori
ketuntasan
Asyanty 85 B (ada sedikit Tuntas (karena di
kesalahan penggunaan atas KKM)
ejaan)
Sunarti 87 A (pemilihan dan Tuntas (karena di
pengembangan isi unik atas KKM)
dan kreatif)
Arifin 65 D (pengembangan ide remedi (karena di
terbatas, kesalahan bawah KKM)
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan kata
dan tanda baca)
Demian 60 D (pengembangan ide Remedi
tidak ada, kesalahan
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan kata
dan tanda baca)
Ramly 80 B (sedikit kesalahan Tuntas
kepaduan dan kesatuan
ide)
Sidin Ali 86 B Tuntas
Rusgianto 75 B Tuntas
Tukas Imaroh 80 B Tuntas
Emi Sola 87 A Tuntas
Keterangan
1. KKM bahasa Indonesia 70.
2. Keputusan/simpulan remedi jika nilai siswa di bawah 70 dan di atas 70
dikategorikan tuntas.
3. Jika capaian hasil belajar mata pelajaran pada salah satu dari semester
ganjil dan genap tidak tuntas, ketuntasan mata pelajaran tersebut harus
dilakukan penghitungan pada mata pelajaran sebagai berikut.
a. Hitunglah nilai rata-rata capaian hasil belajar semester ganjil dan
genap pada mata pelajaran tersebut.
b. Hitunglah rata-rata KKM semester genap dan ganjil mata pelajaran
tersebut.
c. Jika nilai rata-rata capaian semester genap dan ganjil mata pelajaran
tersebut sama atau lebih besar dari rata-rata KKM, pelajaran tersebut
dinyatakan tuntas. Sebaliknya, apabila di bawahnya, dinyatakan
tidak tuntas seperti di bawah ini.
Tabel 9.5
Contoh Perhitungan yang Menunjukkan Tidak Tuntas
Tabel 9.6
Contoh Perhitungan yang Menunjukkan Tuntas
A+ B+C
NK =
3
LAT IH A N
Penentuan
Nama Hasil Penyekoran Kategori
Ketuntasan
Asyanty 85 C (kesalahan Tuntas (karena di
penggunaan ejaan) atas KKM)
Sunarti 87 C (ada kesalahan Tuntas (karena di
pengembangan isi) atas KKM)
Arifin 65 D (pengembangan ide Remedi ( karena di
terbatas, kesalahan bawah KKM)
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan
kata dan tanda baca)
Demian 60 D (pengembangan ide Remedi
tidak ada, kesalahan
kepaduan, kesatuan,
serta penggunaan
kata dan tanda baca)
Ramly 80 B (sedikit kesalahan tuntas
kepaduan dan
kesatuan ide)
Sidin Ali 70 Kesalahan kepaduan Tidak tuntas
dan kesatuan ide
Rusgianto 75 Kesalahan kepaduan Tidak tuntas
dan kesatuan ide
Tukas Imaroh 80 C Tuntas
Emi Sola 87 C Tuntas
Keterangan
KKM bahasa Indonesia 80
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.33
Pengumpul/
Jenis Ruang lingkup
Penilai penganalisis analisis
penilaian materi
libat
Ulangan kenaikan Pendidik SKL yang dipelajari pada
kelas/akhir tahun yang bersangkutan
semester genap
Satuan - Ujian sekolah - Sekolah. - Mata pelajaran kelompok
pendidikan (internal/pengendalian iptek yang tidak diujikan
mutu) dalam UN
Aspek kognitif agama
dan akhlak mulia serta
kewarganegaraan dan
kepribadian
R A NG KU M AN
hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi, setiap kali kita
memperoleh data hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
pengolahan hasil yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada
kriteria atau patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan
oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan
norma untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti
untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba
antarsekolah.
Prosedur yang harus ditempuh untuk menentukan ketuntasan
kompetensi dasar adalah (a) melakukan penyekoran berdasarkan kunci
jawaban/rambu penyekoran ataupun rubrik, (b) menentukan skor
perolehan siswa, (c) menentukan nilai siswa dengan cara membagi skor
perolehan dengan skor maksimal dan dikalikan 100%, (d)
membandingkan nilai siswa dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal),
serta (e) menyimpulkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu pada kriteria
atau patokan. Dalam hal ini, prestasi peserta didik ditentukan oleh
kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang dapat digunakan penilaian acuan
norma untuk maksud tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk
memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba
antarsekolah.
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
kemudia jika ditanya, ia mau menjawab atau memiliki ide-ide yang brilian
dalam memecahkan masalah yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung.
Penilaian proses dapat juga dilakukan melalui penilaian bukti autentik
proses pembelajaran. Banyak hal yang merupakan bukti autentik keterlibatan
aktif seorang peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, di
antaranya konstruk-konstruk pengetahuan yang dihasilkan peserta didik
selama ia mengikuti proses pembelajaran. Konstruk pengetahuan ini dapat
dilihat pada catatan, kesimpulan, bagan-bagan, simbol-simbol, dan konstruk
lainnya sebagai bukti keterlibatannya dalam proses. Dapat juga dijadikan
bukti autentik proses latihan-latihan selama proses, seperti kuis, game,
pelaksanaan tugas-tugas terstruktur, tugas-tugas tidak terstruktur, dan lain-
lainnya.
Aspek-aspek sikap yang dinilai disepakati dalam rapat dewan guru pada
setiap semesternya dapat berbeda berdasarkan kesepakatan. Demikian juga
dengan standar ketuntasannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam
rapat dewan guru. Penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan oleh guru
setiap kali proses pembelajaran berlangsung, siapa yang harus melaporkan
dan kepada siapa hasil dilaporkan. Jenis laporan ditinjau dari segi pelaku
yang membuat laporan dicontohkan berikut. Amati paparan berikut.
Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar
peserta didik. Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik melaporkan
hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik pada setiap akhir
semester kepada pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau wakil
bidang akademik dalam bentuk satu nilai prestasi belajar sebagai cerminan
kompetensi utuh mata pelajaran dan dilengkapi dengan deskripsi singkat
serta memberi masukan hasil penilaian akhlak peserta didik kepada guru
pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan
kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester
akhlak dan kepribadian peserta didik.
Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
kegiatan melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk laporan
hasil belajar (rapor). Bagi orang tua, laporan ini dapat dimanfaatkan untuk
membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar. Satuan pendidikan juga
melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan lengkap dengan
nilai yang dicapai kepada orang tua/walinya. Satuan pendidikan juga
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.43
makna angka tersebut dapat berkonsultasi dengan guru dan melihat buku
nilai. Hal ini perlu dilakukan agar orang tua dapat menindaklanjuti apakah
anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmetika, aljabar, geometri, statistika,
atau hal lain.
Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus
disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif (memuat catatan
guru/deskripsi) sehingga “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik
mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Dari laporan tersebut, orang tua dapat
mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dikuasai anaknya.
Berdasarkan laporan tersebut, orang tua/wali dapat menentukan jenis bantuan
apa yang diperlukan anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang
perlu ditingkatkan.
Isi laporan hasil hendaknya berisi jawaban akurat tentang penilaian hasil
dan penilaian proses. Isi laporan berisi jawaban atas pertanyaan (a)
bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademis, fisik,
sosial, dan emosional; (b) sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di
sekolah; (c) kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai
dengan baik; serta (d) apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan anak lebih lanjut.
Kartu Laporan
Kartu laporan (report card) adalah metode standar pelaporan kemajuan
dan nilai murid ke orang tuanya. Formulir penilaian pada kartu laporan ini
9.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
bervariasi dari satu sekolah dengan sekolah lainnya dan dalam banyak kasus
dari satu level grade ke level lainnya. Beberapa kartu laporan memberikan
nilai dengan huruf (biasanya A, B, C, D, dan F, terkadang juga menggunakan
plus dan minus). Beberapa laporan menggunakan nilai angka (seperti nilai 91
untuk matematika, 85 untuk Inggris, dan sebagainya). Kartu laporan lainnya
menggunakan kategori lulus/gagal dalam satu mata pelajaran atau lebih. Ada
yang menggunakan daftar cek untuk menunjukkan keahlian dan sasaran yang
telah dicapai murid. Beberapa kartu laporan memuat kategori karakteristik
afektif, seperti usaha, kerja sama, dan perilaku. Banyak juga yang memberi
ruang untuk penulisan komentar dan saran dari guru.
Daftar cek keahlian dan sasaran terutama dipakai di sekolah dasar atau
taman kanak-kanak. Di level yang lebih tinggi atau menengah, biasanya
dipakai nilai huruf walaupun mungkin ditemani dengan informasi lain seperti
komentar tertulis. Di banyak sekolah, ada debat hangat tentang apa bentuk
grading yang seharusnya dipakai dan apa yang seharusnya dimasukkan
dalam kartu laporan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) C. Prinsip pengolahan menggunakan berbagai sumber dan transparan,
sedangkan opsi lain prinsip penilaian bukan pengolahan.
2) D. Perbaikan pembelajaran berkaitan dengan pola kesulitan yang belum
dikuasai siswa.
3) D. Berkaitan dengan siswa, sedangkan opsi lain berkaitan dengan
tujuan analisis butir secara umum.
4) B. Langkah pengolahan skor objektif tidak menggunakan bobot tiap
kunci jawaban karena jawabannya pasti.
5) D. Hasil unjuk kerja bukan dengan pencocokan kunci, tetapi
pencocokan dengan deskriptor dalam lembar pengamatan.
6) B. Pengolahan unjuk kerja diawali dengan memberi skor per butir
berdasarkan deskripsi skor pada rubrik.
7) D. Menentukan ketuntasan kompetensi dasar adalah tugas guru.
8) D. Hanya opsi D yang bukan ciri pendekatan acuan kelompok dan
bukan ciri PAP.
9) A. Tidak termasuk kelemahan PAN karena jumlah siswa yang besar
tidak terkait dengan pendekatan pengolahan.
10) D. Menurut standar penilaian, hasil penilaian proses guru mata
pelajaran diserahkan kepada guru PKn.
Tes Formatif 2
1) D. Bukan fungsi laporan hasil belajar.
2) B. Semua stakeholder pendidikan, BUKAN hanya salah satu.
3) C. Yang lain tidak relevan dengan tujuan pelaporan.
4) A. Semua kompetensi dasar terdapat pada standar isi, opsi yang lain
termasuk proses.
5) A. Opsi yang lain hasil belajar, BUKAN proses.
6) A. Harus diwujudkan dengan satu nilai prestasi belajar.
7) C. Opsi yang lain bukan tugas satuan pendidikan.
8) C. Bukan tugas pendidik, tetapi tugas satuan pendidikan.
9) D. Bukan prinsip pelaporan.
⚫ PBIN4302/MODUL 9 9.59
Daftar Pustaka